You are on page 1of 55

EFEK UKURAN BULIR TERHADAP KAPASITANSI SUPERKAPASITOR

DENGAN ELEKTRODA DARI KOMPOSIT EKSTRAK PASIR BESI DAN


ARANG AKTIF DARI KULIT BIJI MTE

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan
(S1) pada Program Studi Pendidikan Fisika Konsentrasi Keteknikan
Jurusan Pendidikan Fisika

OLEH

YUYUN JUNAHISWARI
A1C3 12 072

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016
MOTTO & PERSEMBAHAN

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita


harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak
kita lihat ( Ibrani 11 : 1).
Semuanya itu jelas bagi yang cerdas, lurus bagi yang
berpengetahuan. Terimalah didikanku lebih daripada
perak, dan pengetahuan lebih dari emas pilihan
( Ams 8 : 9-10).
Seseorang mulai hidup ketika ia bisa hidup diluar
dirinya sendiri. Cobalah untuk tidak menjadi
seseorang yang sukses, tetapi menjadi seseorang yang
bernilai. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk
masa depan, yang terpenting tidak berhenti bertanya.

Karya ini ku persembahkan untuk


Ayah (almarhum), Ibu, Keluargaku tercinta,
Agama, Sahabat, Bangsa serta Almamaterku.

iv
ABSTRAK

YUYUN JUNAHISWARI (2016) telah melakukan penelitian dengan judul


Efek Ukuran Bulir Terhadap Kapasitansi Superkapasitor Dengan
Elektroda Dari Komposit Ekstrak Pasir Besi Dan Arang Aktif Dari Kulit Biji
Mete. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran bulir
terhadap kapasitansi superkapasitor dengan elektroda dari komposit ekstrak Pasir
besi dan arang aktif dari kulit biji mete. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode eksperimen dengan melakukan proses tahapan yakni preparasi
arang aktif kulit biji mete dilakukan dengan metode karbonisasi pada suhu 450
selama 9 jam dan aktivasi pada suhu 700C selama 1 jam, dilanjutkan dengan
mengekstrak pasir besi, dan mengkomposit ekstrak pasir besi dan arang aktif yang
dicampur selama 4 jam dilanjutkan penambahan larutan LiNO3 1M sebanyak 0,8
mL. Hasil pengukuran menunjukan adanya pengaruh ukuran bulir dari komposit
ekstrak pasir besi dan arang aktif dari kulit biji mete terhadap peningkatan
kapasitansi superkapasitor. Dari hasil analisis menunjukan bahwa kapasitansi
spesifik tertinggi untuk superkapasitor terdapat pada ukuran bulir 200 mesh yaitu
69,56 mF/g.

Kata kunci : Arang Aktif Kulit Biji Mete, Komposit Arang Aktif dan Pasir Besi,
kapasitansi.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan-Nya yang selalu diberikan kepada hamba-Nya sehingga

penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kependidikan pada

Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Halu Oleo.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan hambatan

sehingga tanpa bantuan dan bimbingan dari bapak dan ibu pembimbing kiranya

skripsi ini tidak dapat penulis wujudkan sesuai harapan. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada yang

terhormat bapak Dr. H. Muhammad Anas, M.Si., selaku pembimbing I dan

ibu Vivi Hastuti RM, S.Si, M.Sc., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah

memberikan bimbingan, pemikiran, dan saran yang berguna bagi penulis dalam

rangka penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung membantu penulis, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S., selaku Rektor Universitas Halu

Oleo.

2. Bapak Dr. H. Jamiludin., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo.

3. Ibu Dra. Hj. Erniwati, M.Si., selaku Koordinator Konsentrasi Vokasional

Teknik Elektronika Program Studi Pendidikan Fisika.

vi
4. Ibu Rosliana Eso, S.Si. ,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika.

5. Ibu Vivi Hastuti RM, S.si., M.Si., selaku sekertaris Jurusan Pendidikan

Fisika.

6. Bapak Arisona S.Pd,. MT, selaku Penasihat Akademik yang telah

memberikan masukan dan nasehat selama masa perkuliahan.

7. Tim Penguji skripsi Bapak Dr. La Ode Safiuddin, M.Si., selaku ketua penguji,

Ibu Dra. Hj. Erniwati, M.Si selaku sekretaris penguji, Bapak. Drs. La Harudu,

M.Si., dan Ibu Rosliana Eso, S.Si.,M.Si selaku anggota penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.

8. Tenaga pengajar Jurusan Pendidikan MIPA FKIP, khususnya di Program Studi

Pendidikan Fisika UHO, serta Staf-staf Akademik di lingkungan FKIP

Universitas HaluOleo.

9. Bapak Rahmat Hasan, A. Md., selaku staf Laboratorium Forensik Biologi

FMIPA UHO yang telah mengizinkan dan memberikan tempat dalam

melakukan penelitian.

10. Bapak Dr. La Ode Ahmad Nur Ramadhan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kimia

FMIPA UHO yang telah memberikan larutan elektrolit dalam penelitian ini.

11. Bapak Darwin Sihombing, ST., dan Ibu Grice Marlina Sihombing, S.Th yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

12. Teristimewa untuk Kak Asrul S.Pd., Muhlifa, Yully Ratni, Kasma, Roslina,

Nursahi S.Pd., Sukiatno S.Pd, Sariani S.Pd.,Kak Ansar S.Pd, M.Si serta semua

teman-teman Laboratorium pengembangan FKIP yang telah membantu selama

penelitian.

vii
13. Teman-teman seperjuangan penelitian: Kamawati, Nanang, Yorin, Kak Nelis,

Kak Amsar, Kak Mariani dan Andini yang telah bekerja sama dalam

melakukan penelitian ini.

14. Teman-teman Fisika Keteknikan 2012 Irma, Hasrin, Parlin, Bain, Sulfian,

Ijong, Mini, Nahwa, Zamria, Ulva (Upeng), Lana, Wati, Ulfi yang telah

membantu baik pada saat kuliah maupun dalam penyusunan karya ini.

15. Untuk senior seniorku angkatan 2010: Ka Kurniawan, S.Pd dan Ka Ilham

terimakasih atas segala bantuan dan canda tawa yang selalu memberikan suka

duka dalam penyelesaian tugas akhir ini.

16. Untuk adik adikku angkatan 2013: Sadar Dune, Asrafil Fajrun, Sri Ayu

Ningsih dan Sutriani terimakasih atas suportnya selama ini.

Dan teristimewa rasa hormat dan terima kasih penulis ucapkan kepada

Ayahanda dan Ibunda tercinta Rohani Widiatmoko (almarhum) dan Tayunah

atas bimbingan, doa, kasih sayang yang tiada tara, bantuan dan pengorbanan

kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga terselesainya skripsi ini.

Saudara-saudariku tercinta Rahel Agustina Widiatmoko, Kristin Apriani

Widiatmoko dan Heru Nugrah Tama Widiatmoko yang tak pernah henti

memberikan dukungan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis memanjatkan Doa kiranya semua pihak yang telah

membantu penulis baik moril dan materi semoga mandapatkan berkat dari Tuhan

Yang Maha Esa, dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

viii
sifatnya membangun dari semua pihak penulis sangat harapkan demi

kesempurnaan tulisan ini.

Kendari, Oktober 2016

Penulis

viiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.. .................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B .Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian........................................................................ 4
E. Defenisi Operasional .................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jambu Mete ( Anacardium occidentale ) ..................................... 6
B. Arang Aktif .................................................................................. 7
C. Pasir Besi ....................................................................................... 10
D. Komposit ..................................................................................... 12
E. Superkapasitor .............................................................................. 13
F. Penilitian yang Relevan ................................................................ 16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 19
B. Jenis Penelitian ............................................................................ 20
C. Alat dan Bahan ............................................................................. 20
D. Prosedur Penelitian ....................................................................... 22
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 29
B. Pembahasan ................................................................................. 29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 33
B. Saran ............................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman

1. Gambar 2.1. Perbedaan Kapasitor dn Superkapasitor..................................... 15


2. Gambar 2.2. Rangkain RC Kapasitor.............................................................. 17
3. Gambar 3.1. Desain Superkapasitor Komposir Arang Aktif dan Pasir Besi
Kulit Biji Mete........................................................................... 24
4. Gambar 4.1. Hubungan Kapasitansi Spesifik Superkapasitor (F/g)
dan Ukuran Bulir Arang Aktif.................................................... 27

x
DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Tabel 2.1 Spesifikasi Karbon Aktif Butiran ............................................................. 9


2. Tabel 2.2 Persyaratan Arang Aktif Menurut Standar Industri Indonesia No.
06-3730..................................................................... 10
3. Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................ 17
4. Tabel 3.2 Parameter Sel Superkapasitor Elektroda Karbon Aktif dengan
Memvariasikan Ukuran Butirnya .................................................................... 24
5. Tabel 4.1 Parameter Kapasitansi Spesifik (F/g) Superkapasitor ... ...................... 25

ix
1
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai hal yang digunakan dalam penyelesaian masalah

penyimpanan energi untuk tujuan kelistrikan dimulai dengan ditemukannya

baterai pada pertama kalinya. Alat penyimpan energi elektro kimia ini

digunakan secara terbatas karena kapasitasnya yang kecil dan biaya dalam

pembuatannya yang mahal.

Penyelesaian lainnya dari masalah yang sama adalah dengan

ditemukannya superkapasitor. Superkapasitor sebagai alat penyimpan energi,

telah digunakan secara luas pada bidang elektronik dan transportasi, seperti

sistem telekomunikasi digital, komputer dan pulsa laser sistem.

Superkapasitor memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

baterai dan kapasitor konvensional, diantaranya adalah waktu hidup yang

lebih lama, prinsip dan modelnya yang sederhana, waktu pengisian yang

pendek, aman dan memiliki rapat daya yang tinggi yaitu 10 -100 kali lipat

lebih besar.

Dari sisi teknis, superkapasitor memiliki jumlah siklus yang relatif

banyak (>100000 siklus), kerapatan energi yang tinggi, kemampuan

menyimpan energi yang besar, prinsip yang sederhana dan konstruksi yang

mudah. Sedangkan dari sisi keramahan terhadap pengguna, superkapasitor

meningkatkan keamanan karena tidak ada bahan korosif dan lebih

sedikit bahan yang beracun.


2

Untuk mengetahui kapasitansi dari superkapasitor, bahan elektroda

yang digunakan terbuat dari berbagai macam bahan karbon diantaranya

komposit ekstraksi pasir besi dan arang aktif dari kulit biji mete, tujuan di

gunakan bahan tersebut selain bahannya tidak beracun juga mudah diperoleh

dan tidak mengandung bahan kimia. Pentingnya komposit arang aktif kulit

biji mete untuk memperoleh nilai kapasitansi dengan variasi ukuran bulir,

ialah semakin kecil ukuran bulir arang aktif maka semakin besar nilai

kapasitansi yang di hasilkan (Aslan, 2015).

Pasir besi merupakan biji besi bertitan, selain dimanfaatkan sebagai

bahan baku industri baja, juga digunakan dalam industri semen, industri

titanium, oksida, dan industri gurinda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Haslinda (2015) pasir besi yang terdapat di daerah Laompo Kecamatan

Batauga Kabupaten Buton Selatan memiliki kandungan unsur seperti Silikon

Dioksida (SiO2) 33.756%, Magnesium Oksida (MgO) 6.617%, Feri Trioksida

(Fe2O3) 12.613%, Besi (Fe) 8.829%, Kalsium Oksida (CaO) 4.058%, dan

Aluminium Oksida (Al2O3) 8.096%. Potensi pasir besi berkaitan dengan sifat

dan karakteristik mineral magnetik yang terdapat didalam pasir besi.

Arang aktif kulit biji mete merupakan tumbuhan jambu mete

menghasilkan buah dan biji, dimana biji jambu mete memiliki kulit yang

merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat potensial dan tidak

dimanfaatkan oleh masyarakat. Produksi jambu mete di Indonesia pada tahun

2011 sebesar 148.144 ton. Apabila 1 kg kacang mete menghasilkan 0,3 kg

kulit kacang, maka jumlah kulit (cangkang) kacang mete yang dihasilkan
3

pada tahun 2011 adalah 44.443,2 ton. Hal ini membuktikan bahwa banyaknya

limbah kulit kacang mete melimpah (Ali, 2015).

Salah satu penelitian mengenai komposit arang aktif dan TiO2 yang

dilakukan oleh Aslan (2015) Superkapasitor berbasis komposit TIO2-arang

aktif dari kulit biji mete : Efek ukuran butir. Hasil penelitian tersebut

menunjukan nilai kapasitansi pada fraksi variasi massa TiO2 0,7 gram pada

masing-masing ukuran mesh nilai kapasitansi yang dihasilkan secara berturut-

turut adalah 0,0207 F/g dan 0.0853 F/g dan 0,102 F/g. Nilai kapasitansi yang

dihasilkan semakin besar seiring dengan mengecilnya ukuran butir arang

aktif.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Pengaruh Ukuran Bulir terhadap Kapasitansi

Superkapasitor dengan Elektroda dari Komposit Ekstrak Pasir Besi dan

Arang Aktif dari Kulit Biji Mete

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah, bagaimana pengaruh ukuran bulir terhadap

kapasitansi superkapasitor dengan elektroda dari komposit ekstrak pasir besi

dan arang aktif dari kulit biji mete?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui Pengaruh ukuran

bulir terhadap kapasitansi superkapasitor dengan elektroda dari komposit

ekstrak pasir besi dan arang aktif dari kulit biji mete.
4

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengalaman dan pengetahuan untuk memanfaatkan bahan yang akan

menjadi limbah menjadi bahan yang berguna.

2. Sebagai bahan acuan dan sebagai tambahan referensi bagi peneliti

selanjutnya yang akan mengangkat topik penelitian yang relevan dengan

penelitian ini.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

para pihak yang akan mengembangkan studi mengenai kulit jambu mete

ini.

E. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda, maka istilah-

istilah yang digunakan dalam penelitian ini diberi batasan sebagai berikut:

1. Ekstraksi Pasir besi adalah pasir yang memiliki kandungan unsur besi

cukup tinggi mengalami proses pemisahan fraksi magnetik dan non

magnetik.

2. Arang aktif adalah arang kulit biji mete yang telah diaktivasi pada suhu

700 0C selama 1 jam.

3. Komposit adalah campuran arang aktif kulit biji mete dan ekstraksi pasir

besi yang digabung secara mekanik menjadi bahan dielektrik pembuatan

superkapasitor.

4. Superkapasitor atau EDLC (Electric Double Layer Capasitor) adalah

kapasitor yang tersusun oleh dua buah Collector, dua buah elektroda dan
5

sebuah separator mika dengan dielektrik berupa komposit arang aktif dan

pasir besi kulit biji mete.


6
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Jambu mete (Anacardium occidentale)

Jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan salah satu

komoditas perkebunan unggulan, terutama di kawasan Timur Indonesia yang

mempunyai periode curah hujan singkat (3-4 bulan). Tanaman ini tahan

terhadap cekaman kekeringan serta banyak ditanam dan dikembangkan di

daerah-daerah beriklim kering, diantaranya di Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Bali

(Eko, 2005).

Kulit biji jambu mete merupakan limbah pada pengolahan biji jambu

mete yang terdapat disekitar 67 % dari mete gelondong. Limbah padat ini

mengandung 32-37 % minyak yang dikenal sebagai minyak laka atau CNSL.

CNSL mengandung senyawa fenol alam terdiri dari : asam anakardat, kardol,

2- metil kardol dan kardanol (Tyman, 1975). Senyawa fenol alam yang

terkandung dalam kulit biji jambu mete mempunyai sifat khas, yang berperan

dalam bidang industri, juga mempunyai sifat anti bakteri (Himejima, 1991).

Kulit gelondong mete mempunyai permukaan yang licin, berwarna

kecoklatan, elastis dan tebalnya 3 mm. Struktur kulit gelondong mete terdiri atas

lapisan luar (Epikarp), lapisan tengah berstruktur seperti sarang lebah (Mesokarp)

yang mengandung CNSL, dan lapisan dalam yang keras (Endokarp). Kernel atau

kacang mete ditutupi oleh kulit ari yang tipis dan terletak pada bagian dalam

gelondong. CNSL berwama gelap, kental dan bersifat toksik pada kulit, yang

berfungsi memberikan pelindung kepada kernel. Kulit ari atau testa mengandung
7

polifenol seperti Catechin dan Epicatechln. Penggunaan CNSL secara luas

adalah untuk berbagai keperluan industri diantaranya industri cat, minyak

rem, vernis, industri ban, bahan kanvas rem, dan industri lainnya. Bahkan

diduga masih terdapat sekitar 200 jenis industri yang menggunakan CNSL

sebagai bahan baku atau bahan aditif (Deptan, 2014).

B. Arang Aktif

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%

karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan

pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar

tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan

yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi

(Melita dan Tuti, 2003).

Arang aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung

karbon, baik karbon organik maupun anorganik dengan syarat bahan tersebut

mempunyai struktur berpori. Bahan-bahan tersebut antara lain kayu, batu bara

muda, tulang, tempurung kelapa, tempurung kelapa sawit, tandan kelapa

sawit, limbah pertanian seperti kulit buah kopi, sabut buah coklat, sekam

padi, jerami, tongkol dan pelepah jagung (Sudrajat, 1994).

Karbon aktif merupakan karbon yang bebas serta memiliki

permukaan dalam (Internal Surface), sehingga mempunyai daya serap yang

baik. Keaktifan daya menyerap dari karbon aktif ini tergantung dari jumlah

senyawa karbon nya yang berkisar antara 85 % sampai 95% karbon bebas.

Karbon aktif yang berwarna hitam, tidak berbau, tidak terasa dan mempunyai
8

daya serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kabon aktif yang

belum menjalani proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas,

yaitu memiliki luas antara 300 sampai 2000 m/gram. Karbon aktif ini

mempunyai dua bentuk sesuai ukuran butirannya, yaitu karbon aktif bubuk

dan karbon aktif granular (butiran).

Karbon aktif mempunyai pori-pori dengan diameter yang kecil, tetapi

mempunyai internal permukaan yang luas. Secara umum karbon aktif ini

dibuat dari bahan dasar batu bara dan biomasa. Intinya bahan dasar pembuat

karbon aktif haruslah mengandung unsur karbon yang besar. Dewasa ini

karbon aktif yang berasal dari biomasa banyak dikembangkan para peneliti

karena bersumber dari bahan yang terbarukan dan lebih murah.

Dilihat dari bentuk ukuran partikelnya karbon aktif dapat

digolongkan dalam dua jenis yaitu karbon aktif bubuk (Powder Activated

Carbon disingkat PAC) dan karbon aktif butiran. Karbon aktif bubuk

mempunyai ukuran partikel yang sangat halus dan ringan maka pekerjaannya

sangat sulit (mudah terbang) maka biasanya dicampur dengan air dengan

kandungan air sekitar 30-50%. Karbon aktif bubuk ukuran diameter

butirannya kurang dari atau sama dengan 325 Mesh. Sedangkan karbon aktif

butiran (Granular Activated Carbon) yaitu karbon aktif dalam bentuk ukuran

atau kepingan (flake) dengan ukuran partikel 0,16-1,5 mm, atau diameter

butirannya lebih besar dari 325 Mesh. Cara pengerjaannya dan

pengangkutannya lebih mudah. Salah satu spesifikasi dari karbon aktif

butiran dapat dilihat pada Tabel berikut:


9

Tabel 2.1. Spesifikasi Karbon Aktif Butiran (Idaman, 2007).


ITEM Standar Pemilihan
8-32 Mesh (2,302-0,495
Ukuran butiran
mm) lebih dari 95 %
Methylene Blue Decoloration >150 mg/g
Iodine adsoption >1.000 mg/g
Dry Weigth eduction < 5%
PH 4 11
Chloride < 0,5%
< 10 ppm
Lead (Pb)
Zinc (Zn) < 50 ppm
Cadmium (Cd) < 1 ppm
Arsenic (As) < 2 ppm

Proses aktivasi merupakan hal yang penting diperhatikan disamping

bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud dengan aktivasi adalah suatu

perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu

dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekul-

molekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika

maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh

terhadap daya adsorpsi. Aktivasi yang umum digunakan dalam pembuatan

arang aktif adalah.

1. Aktivasi Kimia: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik

dengan pemakian bahan-bahan kimia

2. Aktivasi Fisika: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik

dengan bantuan panas, uap dan CO2

Untuk aktivasi kimia, aktifator yang digunakan adalah bahan-bahan

kimia seperti: hidroksida ligam alkali garam-garam karbonat, klorida, sulfat,


10

fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl2, asam-asam anorganik

seperti H2SO4 dan H4PO4. Untuk aktivasi fisika, biasanya arang dipanaskan

didalam furnace pada temperatur 700-900C. Oksidasi dengan udara pada

temperatur rendah, merupakan reaksi eksoterm sehingga sulit untuk

mengontrolnya. Sedangkan pemanasan dengan uap atau CO pada temperatur

tinggi merupakan reaksi endoterm, sehingga lebih mudah dikontrol dan

paling umum digunakan. Beberapa bahan baku lebih mudah untuk diaktivasi

jika diklorinasi terlebih dahulu. Selanjutnya dikarbonisasi untuk

menghilangkan hidrokarbon yang terklorinasi dan akhimya diaktivasi dengan

uap.

Tabel 2.2. Persyaratan Arang Aktif Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-
3730-1995)(Anonim, 1995).
Jenis persyaratan Parameter
Kadar air Maks 15%
Kadar abu Maks 10%
Kadar zat menguap Maks 25%
Kadar karbon terikat Min 65%
Daya serap terhadap iodium Min 750 mg/g
Daya serap terhadap benzene 25
C. Pasir Besi

Pasir besi merupakan biji besi bertitan, selain dimanfaatkan sebagai

bahan baku industri baja, juga digunakan dalam industri semen, industri

titanium, oksida, dan industri gurinda. Pada dasarnya metode pengolahan

pasir besi merupakan teknik pemisahan mineral Fe magnetik dari mineral

ikutan/pengotor dan mineral lain non-magnetik. Beberapa alat telah

diciptakan dengan tujuan untuk menghasilkan perolehan optimal dari

mineral-mineral Fe utama. Dalam perjalanannya peralatan tersebut


11

dikembangkan untuk memisahkan mineral-mineral berharga selain mineral

utama dari cebakan pasir besi berkadar rendah (Harsodo, 1991).

Pasir besi merupakan salah satu sumber daya alam berupa endapan

sekunder yang memiliki kandungan unsur besi cukup tinggi. Unsur besi

memiliki keberadaan yang sangat melimpah di alam. Hal ini disebabkan

sebagian besar jenis batuan mengandung besi dengan kadar rata-rata 5,6%.

Unsur besi memiliki kelimpahan nomor empat dari seluruh elemen penyusun

batuan dan nomor dua dari semua unsur logam yang ada di bumi ini. Akan

tetapi, kondisi tersebut tidak membuat keterdapatan akumulasi unsur besi

dalam jumlah besar sangat banyak ditemukan.

Pada endapan primer, akumulasi unsur besi sangat berhubungan

dengan sifat-sifat kimia dari magma dan proses magmatisme yang terjadi.

Sedangkan pada endapan sekunder khususnya pasir besi, kondisi tersebut

sangat dipengaruhi oleh keterdapatan batuan sumber, media transportasi,

cekungan pengendapan, dan proses geologi. Umumnya mineral pembawa

besi yang terkandung di dalam endapan pasir besi berasal dari batuan sumber

berupa batuan basaltik dan andesitik vulkanik (Yulianto, 2003).

Dari kajian tentang identifikasi mineral magnetik pada pasir besi, telah

diperoleh bahwa mineral magnetik yang dominan adalah berupa magnetite

(Fe3O4), seperti telah dipublikasikan oleh Yulianto dkk sebelumnya.

Sementara itu, melalui proses oksidasi pada temperatur 800 oC, magnetite

(Fe3O4) dapat diubah menjadi hematite (Yulianto, dkk., 2003). Bahan yang

disebut terakhir ini bisa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan magnet
12

ferrit, baik soft ferrite maupun hard ferrite atau magnet permanen (Ridwan

dan Sudirman, 2003).

Menurut Haslinda (2015) pasir besi yang terdapat di daerah laompo

Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan memiliki kandungan unsur

seperti Silikon Dioksida (SiO2) 33.756%, Magnesium Oksida (MgO) 6.617%,

Feri Trioksida (Fe2O3) 12.613%, Besi (Fe) 8.829%, Kalsium Oksida (CaO)

4.058%, dan Aluminium Oksida (Al2O3) 8.096%. Sedangkan kandungan

lainnya seperti Sulfur (S) 0.052%, Kobalt (Co) 0.007%, MnO 0.195%,Cr2O3

18.466%dan Nikel (Ni) 0.053%. Nilai suseptibilitas magnetik pasir besi

mengalami penurunan sesuai dengan tingkat temperatur pemanasan yang

diberikan.

D. Komposit

Pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih bahan

yang berbeda yang digabung atau dicampur secara makroskopis menjadi suatu

bahan yang berguna, karena bahan komposit merupakan bahan gabungan

secara makro, maka bahan komposit dapat didefinisikan sebagai suatu sistem

material yang tersusun dari campuran/kombinasi dua atau lebih unsur-unsur

utama yang secara makro berbeda di dalam bentuk dan atau komposisi material

yang pada dasarnya tidak dapat dipisahkan (Schwartz, 1984). Bahan komposit

secara umum terdiri dari penguat dan matrik. Penguat komposit pada umumnya

mempunyai sifat kurang ulet tetapi lebih kaku serta lebih kuat.

Fungsi utama dari penguat adalah sebagai penopang kekuatan dari

komposit, sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari


13

penguat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit

mulanya diterima oleh matrik akan diteruskan kepada penguat, sehingga

penguat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu

penguat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih

tinggi daripada matrik penyusun komposit.

Komposisi resin komposit tersusun dari beberapa komponen.

Kandungan utama yaitu matriks resin dan partikel pengisi anorganik.

Disamping kedua bahan tersebut, beberapa komponen lain diperlukan untuk

meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan coupling (silane)

diperlukan untuk memberikan ikatan antara bahan pengisi anorganik dan

matriks resin, juga aktivator-aktivator diperlukan untuk polimerisasi resin.

Sejumlah kecil bahan tambahan lain meningkatkan stabilitas warna (penyerap

sinar ultra violet) dan mencegah polimerisasi dini (bahan penghambat seperti

hidroquinon). Komponen-komponen tersebut salah satunya yakni resin matriks

(Purwanto dan Johar, 2007).

E. Superkapasitor

Electric Double Layer Capasitor (EDLC) adalah kapasitor elektrokimia

yang energi penyimpanan dominannya dicapai dengan dua lapisan kapasitansi.

Di masa lalu semua kapasitor elektrokimia disebut Double Layer Capasitors.

Namun, beberapa tahun kemudian diketahui bahwa Double Layer Capasitors

sama dengan pseudocapacitors yang merupakan keluarga baru dari kapasitor

elektrokimia yang disebut supercapacitors, yang dikenal juga sebagai

ultracapacitors. Superkapasitor tidak memiliki dielektrik konvensional yang


14

solid. Nilai kapasitansi dari superkapasitor ditentukan oleh dua prinsip

penyimpanan:

Double Layer Capacitance- penyimpanan elektrostatik energi listrik dicapai

dengan pemisahan muatan dalam lapisan ganda Helmholtz pada antar muka

permukaan sebuah elektroda konduktor dan larutan elektrolit. Jarak

pemisahan muatan dalam dua lapisan adalah beberapa angstrom (0,3-0,8

nm) dan statis.

Pseudocapacitance- penyimpanan elektrokimia dari energi listrik, dicapai

dengan redox reactions electrosorption atau interkalasi pada permukaan

elektroda dengan secara khusus terserap ion yang menghasilkan biaya

transfer faraday yang reversibel pada elektroda.

Double Layer Capacitance dan Pseudocapacitance keduanya

memberikan konstribusi yang tak terpisahkan dari nilai total kapasitansi dari

sebuah superkapasitor. Namun, rasio dari keduanya sangat bervariasi,

tergantung pada desain elektroda dan komposisi elektrolit.

Pseudocapacitance dapat meningkatkan nilai kapasitansi sebanyak urutan

besarnya dari lapisan ganda itu sendiri.

Superkapasitor dibagi menjadi tiga anggota keluarga berdasarkan

desain dari elektroda:

Double Layer Capacitors- dengan elektroda karbon atau turunannya dengan

jauh lebih tinggi kapasitansi statis Double Layer Capacitance dari

Pseudocapacitance faraday.
15

Pseudocapacitance- dengan elektroda yang terbuat dari logam oksida atau

polimer dengan Pseudocapacitance faraday jauh lebih tinggi dari pada statik

Double Layer Capacitance.

Kapasitor Hybrid- kapasitor dengan elektroda khusus yang menunjukkan

signifikan dari Double Layer Capacitance dan Pseudocapacitance, seperti

kapasitor lithium-ion.

Gambar 2.1. Perbandingan (a) kapasitor dan (b) superkapasitor

Superkapasitor sebagai alat peyimpanan energi, telah digunakan secara

luas pada bidang elektronika dan transportasi, seperti sistem telekomunikasi

digital, komputer dan pulse laser system, hybrid electrical vehicles, dan

sebagainya. Superkapasitor memiliki beberapa keunggulan dibandingkan

dengan baterai dan kapasitor konvensional, diantaranya adalah waktu hidup

yang lebih lama, prinsip dan modelnya yang sederhana, waktu pengisian yang

pendek, aman dan memiliki rapat daya yang tinggi yaitu 10-100 kali lipat lebih

besar dari pada baterai dan kapasitor konvensional (Vinda, dkk. 2014).
16

Didalam superkapasitor terdapat pemisah yang harus secara fisik

memisahkan dua elektroda untuk mencegah hubungan pendek melalui kontak

langsung. Hal ini dapat sangat tipis (beberapa ratus milimeter) dan harus sangat

berpori untuk ion budidaya untuk meminimalkan ESR. Selanjutnya, pemisah

kimia inert untuk melindungi stabilitas elektrolit dan konduktivitas. Komponen

murah menggunakan kertas terbuka kapasitor. Selain pemisah didalam

superkapsitor terdapat kolektor. Kolektor digunakan dalam superkapasitor saat

menghubungkan elektroda ke terminal kapasitor (Anonim, 2015).

Listrik double-layer kapasitor atau superkapasitor mampu melakukan

pengisian dan menyimpan energi pada kepadatan eksponensial lebih tinggi dari

kapasitor standar. Sebagai perbandingan, penyimpanan energi kapasitor khas

diukur dalam nano-atau mikro-Farad, sedangkan superkapasitor dapat dinilai

dalam Farad.

Kapasitas energi kapasitor ditentukan oleh jumlahnya muatan yang

disimpan dan potensi untuk pengisian antar plat nya. Potensi muatan sangat

dipengaruhi oleh kualitas bahan dalam mempertahankan medan listriknya, atau

dikenal sebagai "dielektrik." Dalam listrik double-layer kapasitor, dielektrik

biasanya tergantung pada bahan karbon dengan luas permukaan yang tinggi,

yang dapat menyumbangkan medium dielektrik yang sangat tipis. Luas

permukaan yang besar dan dikombinasikan dengan medium yang sempit

menyebabkan potensi muatan yang sangat tinggi, atau "kapasitansi," dalam

perangkat yang relatif berukuran kecil. Sementara lapisan dalam double-layer

kapasitor elektrik konduktif, mereka memiliki toleransi yang rendah untuk


17

tegangannya (biasanya tidak lebih dari satu volt). Penyertaan elektrolit organik

dapat meningkatkan penerimaan tegangan, karena dapat menghubungkan

beberapa supercapacitors dalam Array Serial. Bahan yang digunakan dalam

dielektrik juga dapat mempengaruhi efisiensi kapasitor. Karbon aktif,

misalnya, memiliki luas permukaan jauh lebih besar daripada aluminium, yang

secara tradisional digunakan dalam kapasitor standar (Anonim, 2014c).

Sementara lapisan dalam double-layer kapasitor elektrik konduktif,

mereka memiliki toleransi yang rendah untuk tegangannya (biasanya tidak

lebih dari satu volt). Penyertaan elektrolit organik dapat meningkatkan

penerimaan tegangan, karena dapat menghubungkan beberapa superkapasitor

dalam Array Serial. Bahan yang digunakan dalam dielektrik juga dapat

mempengaruhi efisiensi kapasitor. Karbon aktif, misalnya, memiliki luas

permukaan jauh lebih besar daripada aluminium, yang secara tradisional

digunakan dalam kapasitor standar (Anonim, 2014).

Pengukuran kapasitansi dapat dilakukan dengan menggunakan

frekuensi dari fungsi generator dan osiloskop, yakni dengan menggunakan

rangkaian RC:

Gambar 2.2. Rangkain RC Kapasitor


18

Persamaan dasar untuk kapasitansi adalah: (Rowe M., dan Granfille F.,

2010).

[ ]
............................................................................................ (2.1)

Dimana
Vin = tegangan masukan pada kapasitor (V)
Vout = tegangan keluaran pada kapasitor (V)
R = resistansi dari resistor ()
C = kapasitansi dari kapasitor (F)

Menggunakan rasio yang mudah | Vin / Vout | = 2, maka


.................................................................................................... (2.2)

F. Penelitian Relevan

Aslan (2015) Superkapasitor berbasis komposit TiO2-arang aktif dari

kulit biji mete : Efek ukuran butir . Hasil penelitian tersebut menunjukan

dengan nilai kapasitansi pada fraksi variasi massa TiO2 0,7 gram pada

masing-masing ukuran mesh nilai kapasitansi yang dihasilkan secara berturut-

turut adalah 0,0207 F/g dan 0,0853 F/g dan 0,102 F/g. Nilai kapasitansi yang

dihasilkan semakin besar seiring dengan mengecilnya ukuran butir arang

aktif.
19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai

selesai. Tempat pelaksanaannya adalah :

1. Pengambilan sampel (kulit biji mete) dilakukan di Kelurahan

Kontumolepe Kecamatan Tongkuno Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi

Tenggara.

2. Pengambilan sampel (pasir besi) dilakukan di Kelurahan Laompo

Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan.

3. Preparasi sampel (pasir besi) dilakukan di Laboratorium Aspal dan Jalan

Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.

4. Karbonasi kulit biji mete dilakukan di lapangan terbuka disekitar kampus

Universitas Halu Oleo.

5. Aktivasi arang kulit biji mete (sampel) dilakukan di Laboratorium

Biologi Forensik FMIPA Universitas Halu Oleo.

6. Pengukuran kapasitansi superkapasitor ekstrak pasir besi dan arang aktif

dari kulit biji mete (sampel) dilakukan di Laboratorium Jurusan

Pendidikan Fisika FKIP Universitas Halu Oleo.


20

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Dalam

penelitian ini akan dilakukan analisis pengaruh ukuran bulir terhadap

Kapasitansi Superkapasitor dengan elektroda dari komposit ekstrak pasir besi

dan arang aktif dari kulit biji mete.

C. Alat dan Bahan

Untuk menunjang dalam penelitian ini disediakan alat dan bahan seperti

pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Alat dan Bahan Penelitian


No. Nama Alat/Bahan Spesifikasi Fungsi
1. Kulit mete - Sebagai bahan sampel penelitian
Untuk menggerus sampel agar
2. Mortar PM100
menjadi serbuk
60 Mesh,
100 Mesh, Penyaring sampel yang telah
3. Ayakan
dan 200 digerus
Mesh
4. Plastik sampel - Sebagai tempat sampel
5. Kertas label - Untuk melabeli sampel
XLH- Untuk mengaktivasi arang
6. Tanur listrik
1200BF menjadi arang aktif
Kabel
7. - Untuk menghubungkan alat
penghubung
8. Keping PCB - Keping kapasitor
9. Pasir besi Sebagai bahan sampel penelitian
Sebagai tempat mengkarbonasi
10. Retort pirolisis -
sampel
NST =
Timbangan 0,0001 gr
11. Untuk menimbang sampel
Analitik J.U = 0
1000 gr
12. Alkohol Untuk membersihkan mortar
13. Signal Generator 33250A Sebagai sumber frekuensi
14. Larutan LiNO3 1,0 M Sebagai elektrolit dalam
21

superkapasitor
1,3 cm x
15. Lembaran mika Sebagai separator
0,8 cm
16. Batang pengaduk - Untuk mengaduk sampel
Sebagai alat untuk memudahkan
17. Corong -
pemindahan bahan cair
18. Resistor 1 k Untuk menghambat arus
Untuk menghambat arus dengan
19. Potensiometer (50 k)
nilai hambatan yang bisa diatur
Untuk menampilkan bemtuk
20. Osiloskop DSO5202B
gelombang
Sebagai penghubung dalam
21. Kawat tembaga -
rangkaian
Sebagai alat untuk merekatkan
22. Glue gan -
wadah sampel
1,3 cm x
23. Plat tembaga Sebagai kolektor superkapasitor
0,8 cm
Sebagai alat untuk pembuatan
24. Cutter -
wadah superkapasitor
Homogenaiser Untuk mencampurkan pasir besi
25.
dan arang aktif
Gelas Kimia Menyimpan sampel yang telah di
26.
saring
22

D. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian ini dapat di lihat pada bagan alir berikut :

Pengambilan Sampel Kulit Pengambilan Sampel Pasir Besi


Biji Mete di Kel. Tongkuno dipesisir Pantai Desa Laompo

Kulit Biji Mete dicuci dengan Pencucian Sampel Pasir Besi


Aquades

Pengeringan sampel pasir besi


Pengeringan sampel kulit biji mete

Proses Pemisahan CNSL Ekstraksi Sampel Pasir


Besi

Proses Karbonasi pada


suhu 450C selama 9 jam Penggerusan dan Pengayakan Sampel
60 Mesh, 100 Mesh, 200 mesh
Penggerusan dan Pengayakan
Sampel 60 Mesh, 100 Mesh,
200 Mesh

Aktifasi Sampel pada suhu 700C


selama 1 jam

Arang Aktif Pasir Besi

Pencampuran Arang Aktif dan Pasir


Besi dengan fraksi massa pasir besi
40%,60% dan 80%

Pembuatan Superkapasitor

Pengukuran Kapasitansi Superkapasitor


Superkapasitorsuperkapasitor
Gambar 2. Bagan alir pembuatan komposit arang aktif dan pasir besi
23

1. Pembuatan Arang Aktif

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap preparasi

sampel dirujuk pada penilitian yang dilakukan oleh Aslan, (2015) yaitu

sebagai berikut:

a) Bahan baku yaitu kulit jambu mete terlebih dahulu dicuci dengan

aquades kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering

untuk mengurangi kandungan air pada kulit biji jambu mete.

b) Kulit jambu mete yang telah kering ditimbang sebanyak 3000 gram,

yang selanjutnya dipisahkan minyaknya dengan menggunakan tanur

pengarangan (retort pirolisis) dengan sistem tertutup yang

memanfaatkan panas dari tungku pembakar dengan suhu 450 0C

selama 9 jam.

c) Selanjutnya setelah proses karbonasi, karbon didinginkan dan

dilanjutkan dengan proses penggerusan yang dilakukan dengan

menggunakan mortar sampai menjadi bentuk serbuk halus.

Sebelumnya mortar dibersihkan dahulu dengan alkohol setiap akan

dipakai. Setelah serbuk arang kulit biji jambu mete cukup halus

kemudian disaring dengan menggunakan ayakan yang mempunyai

ukuran 60 Mesh, 100 Mesh dan 200 Mesh.

d) Selanjutnya arang yang telah disaring kemudian diaktivasi secara

fisika dengan menggunakan tanur listrik pada temperatur 700 oC

selama 1 jam.
24

2. Ekstraksi pasir besi

a) Pengeringan Sampel

Sampel terlebih dahulu dicuci dengan aquades kemudian dijemur di

bawah sinar matahari, agar sampel kering dan dapat dengan mudah

diekstraksi.

b) Ekstraksi Sampel

Sampel yang telah kering dipisahkan dari material lainnya untuk

mendapatkan pasir besi. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan

magnet permanen yang dibungkus dengan kertas. Pasir yang melekat

pada magnet dipisahkan pada wadah gelas kimia yang terlebih

dahulu dibersihkan dengan alkohol.

c) Penggerusan sampel

Penggerusan sampel dilakukan dengan menggunakan mortar.

Sampel yang telah diekstraksi dihaluskan dengan menggunakan

mortar. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pasir besi yang halus

butirannya. Yang perlu diperhatikan dalam penggerusan ini adalah

sampel tidak tercampur dengan benda atau zat lain, agar tetap terjaga

kemurnian sampel. Sebelumnya mortar yang digunakan dibersihkan

terlebih dahulu setiap akan dipakai.

d) Pengayakan

Setelah pasir besi cukup halus dilakukan penyaringan terhadap

sampel. Penyaringan ini dilakukan dengan menggunakan saringan 60

mesh, 100 mesh dan 200 mesh. Setelah didapatkan butiran dari hasil
25

penyaringan 60 mesh, 100 mesh dan 200 mesh dipisahkan di dalam

gelas kimia yang terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan

alkohol untuk proses selanjutnya.

3. Pembuatan Komposit

a) Selanjutnya pembuatan komposit ekstrak pasir besi-arang aktif,

dilakukan dengan proses pencampuran antara pasir besi dan arang

aktif dengan fraksi massa pasir besi 40%, 60% dan 80% , kemudian

ditambahkan larutan elektrolit LiNO3 1,0 M sebanyak 0,8mL.

4. Pembuatan Superkapasitor.

a) Menyiapkan kolektor berupa plat tembaga dengan panjang (P)

= 1,3mm, dan lebar (L) = 0,8mm, dan tinggi (T) = 2,0mm.

b) Menyiapkan separator berupa lembaran mika dengan panjang (P)

= 1,3mm, dan lebar (L) = 0,8mm, dan tinggi (T) = 2,0mm.

c) Menyiapkan kawat tembaga dengan panjang (P) = 2,5cm.

d) Pembuatan larutan elektrolit LiNO3 1,0 M yang digunakan untuk

pemancingan dalam penggunaan awal superkapasitor. Ion lithium

(Li+) diperoleh dengan dilarutkan garam lithium nitrat (LiNO3)

dalam aquades sebagai pelarutnya meghasilkan ion-ion Li+ dan NO3-

dengan derajat ionisasi 1 dan merupakan elektrolit kuat.

e) Pembuatan wadah superkapasitor dengan panjang 2 cm, lebar 1,2 cm,

dan tinggi 1,5 cm. Kedua sisi superkapasitor dilubangi sebagai jalur

untuk memasukan kawat tembaga dan terhubung dengan plat

tembaga dengan ukuran 1,3 mm x 0,8 mm yang digunakan sebagai


26

kaki superkapasitor. Kemudian dimasukkan plat tembaga dikedua

sisi wadah sebagai colektor pada superkapasitor. Kemudian

memasukan mika 1,3 mm x 0,8 mm pada bagian tengah wadah

superkapasitor sebagai separator superkapasitor yang pada bagian

tengahnya telah digergaji sampai megenai dasar wadah dan

direkatkan dengan menggunakan lem tembak.

f) Setiap sampel komposit ekstraks pasir besi dan arang aktif kulit biji

mete berukuran masing-masing 60 Mesh, 100 Mesh, 200 Mesh untuk

setiap sampel yang diuji ditimbang sebanyak 0,8 gram kemudian

dicampurkan dengan larutan elektrolit LiNO3 sebanyak 14 tetes (0,8

mL). Selanjutnya sampel yang telah dicampur dimasukan kedalam

wadah superkapasitor kemudian diuji.

g) Selanjutnya dilakukan pengukuran kapasitansi superkapasitor pada

setiap sampel (sampel 60 Mesh, 100 Mesh dan 200 Mesh). Dengan

mengatur nilai frekuensi pada signal generator membuat tegangan

masukan dua kali lebih besar tegangan keluaran yang terlihat pada

osiloskop untuk mendapat nilai kapitansi yang lebih akurat.

h) Pengukuran kapasitansi superkapasitor seperti terlihat pada gambar

2.1. Dimana sampel superkapasitor dihubungkan seri dengan resistor

1 k dan potensiometer 50 k. Signal generator dan Ch. 1 pada

osiloskop dihubungkan parallel pada potensiometer 50 k, dengan

tujuan untuk memberikan tegangan dan frekuensi masukan pada

rangkaian. Dan pada Ch.1 pada osiloskop bertujuan untuk mengetahui


27

nilai tegangan yang diberikan osiloskop. Sedangkan Ch. 2 pada

osiloskop dihubungakan parallel dengan superkapasitor yang diukur,

tujuan untuk mengetahui nilai tegangan superkapasitor dan

merupakan tegangan keluaran pada rangkaian.

3. Desain Pengukuran

Untuk pengukuran kapasitansi pada superkapasitor dengan wadah

berukuran panjang (P) =2 cm, lebar (L) = 1,2 cm, dan tinggi (T) = 1,5 cm.

Kolektor yang digunakan berupa plat tembaga dengan luas penampang A

= 1,04 cm2 dengan separator mika yang mempunyai luas penampang A =

1,04 cm2. Desain superkapasitor komposit arang aktif dan pasir besi kulit

biji mete dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Desain Superkapasitor dengan Elektroda dari


Komposit Ekstrak Pasir Besi dan Arang Aktif

Pengukuran kapasitansi menggunakan rangkaian RC (gambar

2.4) dengan memanfaatkan signal generator sebagai sumber frekuensi

terhubungan pada potensiometer B50 K dan osiloskop untuk pembacaan

gelombang tegangan masukan Vin (Ch.1) dan tegangan keluaran Vout (Ch.
28

2) pada rangkaian RC. Dengan mengatur nilai frekuensi pada signal

generator untuk mendapatkan tegangan terukur pada superkapasitor

(Vout) = Vin, resistor 1 k dirangkaikan seri dengan superkapasitor uji.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis secara analitik (analisis tanpa ralat) untuk menghitung kapasitansi

superkapasitor dari komposit ekstrak pasir besi dan arang aktif dari kulit biji

mete.

1. Pengukuran Kapasitansi Superkapasitor

Data penelitian yang diperoleh untuk pengukuran kapasitansi

persamaan yang gunakan adalah persamaan 2.1

2. Tabel dan Grafik

Grafik yang digunakan dalam analisis data ini menjelaskan hubungan

antara kapasitansi (mF/g) dan variasi ukuran bulir ekstrak pasir besi dan

arang aktif dari kulit biji mete.

Tabel 3.1. Parameter Sel Superkapasitor Elektroda Karbon Aktif dengan


Memvariasikan Ukuran Bulirnya
No Sampel Ukuran Fraksi Massa C (F) Csp(F/g)
Bulir (Mesh) Pasir Besi (%)
40
1. 60 60
80
40
2. 100 60
80
40
3. 200 60
80
29
29

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kapasitansi Superkapasitor Komposit Ekstrak Pasir Besi dan Arang

Aktif dari Kulit Biji Mete

Hasil pengukuran kapasitansi superkapasiotr komposit ekstrak

pasir besi dan arang aktif kulit biji mete, dengan variasi ukuran bulir pasir

besi dan arang aktif 60 Mesh, 100 Mesh, dan 200 Mesh. Adapun hasil

pengukuran kapasitansi (mF/g) superkapasitor komposit pasir besi dan

arang aktif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1.Parameter Kapasitansi Superkapasitor (mF/g)


No Ukuran Bulir Fraksi Massa C (mF) Csp(mF/g)
(Mesh) Pasir Besi (%)
40 19,65 49,14
1. 60 60 13,83 34,57
80 9,22 23,05
40 27,58 68,95
2. 100 60 9,35 23,39
80 4,73 11,82
40 9,22 23,05
3. 200 60 27,82 69,56
80 4,61 11,52

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 4.1 dapat dilukiskan

secara grafik hubungan kapasitansi spesifik (mF/g) dengan ukuran bulir

arang aktif pada komposit ekstrak pasir besi-arang aktif kulit biji mete

adalah sebagai berikut:


30

80
68,95 69,56
70
60
Kapasitansi (mF/g) 50 Fraksi Massa Pasir
49,14
Besi 40%
40 34,57
Fraksi Massa Pasir
30
23,05 Besi 60%
20 23,39 23,05 Fraksi Massa Pasir
10 11,82 11,52 Besi 80%
0
0 50 100 150 200 250
Variasi Ukuran Bulir (Mesh)

Gambar 4.1 Grafik hubungan Kapasitansi Spesifik Superkapasitor


dan Variasi Ukuran Bulir

Grafik hubungan kapasitansi spesifik superkapasitor dan fraksi

massa pasir besi memperlihatkan nilai kapasitansi yang dihasilkan pada

sampel ukuran bulir 60 mesh berturut-turut adalah 49,14 mF/g, 34,57 mF/g

dan 23,05 mF/g. Pada sampel ukuran bulir 100 mesh kapasitansi yang

dihasilkan sebesar 68,95 mF/g, 23,39 mF/g dan 11,82 mF. Sedangkan

pada sampel ukuran bulir 200 mesh kapasitansi yang dihasilkan sebesar

23,05 mF/g, 69,56 mF/g dan 11,52 mF/g.

B. Pembahasan

Luas Permukaan dan struktur pori adalah faktor utama dalam proses

tersimpannya elektron dalam partikel arang aktif. Distribusi ukuran pori

menentukan distribusi molekul yang masuk dalam partikel arang aktif dalam

proses penyimpan muatan. Sampel komposit ekstrak pasir besi - arang aktif

kulit biji mete dengan memvariasikan ukuran bulir yakni 60 mesh (ukuran

bulir ), 100 mesh (ukuran buir ), dan


31

200 mesh (ukuran bulir ). Dengan menggunakan

persamaan (2.1) (analisis data pada Lampiran 2.) diperoleh nilai kapasitansi

untuk sampel ukuran 60 Mesh, secara berurutan yaitu 19,65 mF, 13,83 mF

dan 9,22 mF. Untuk sampel 100 Mesh, nilai kapasitansinya yaitu 27,58 mF,

9,35 mF dan 4,73 mF. Dan untuk sampel ukuran 200 Mesh nilai kapasitansi

yang diperoleh yaitu 9,22 mF, 27,82 mF dan 4,61 mF.

Dari gambar 4.1 hubungan antara kapasitansi superkapasitor dengan

fraksi massa pasir besi terlihat bahwa kapasitansi spesifik tertinggi yaitu

68,96 mF/g dan 69,56 mF/g yang terdapat pada ukuran bulir 100 mesh dan

200 mesh. Maka dapat disimpulkan bahwa besarnya kapasitansi spesifik

komposit ekstrak pasir besi arang aktif kulit biji mete dapat meningkat

dengan besarnya luas permukaan yang dimiliki oleh karbon aktif (ukuran

butirnya yang besar). Hal ini mengkonfirmasi dari teori Mainar S. (1996)

yang menyatakan bahwa Luas permukaan butir sangat berpengaruh terhadap

daya serap molekul. Semakin halus ukuran butir karbon aktif semakin luas

permukaan butir pada karbon aktif tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh

ukuran bulir terhadap kapasitansi superkapasitor ialah ukuran bulir dapat

mempengaruhi kapasitansi, hal ini dikarenakan luas permukaan dan struktur

pori dari arang aktif sangat berperan dalam penyerapan molekul. Dimana

untuk kapasitansi spesifik tertinggi berada pada ukuran 100 mesh 68,95 mF/g

dan 200 mesh 69,56 mF/g. Sedangkan hasil penelitian sebelumnya Aslan

(2015) di peroleh nilai kapasitansi spesifik sebesar 41,42 mF/g, 168,57 mF/g.
32

Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu

perbandingan yaitu 1:3 sehingga untuk perbandingan antara arang aktif dan

TiO2 tetap, sedangkn pada penelitian ini menggunakan 3 fraksi massa pasir

besi yaitu 40%, 60 % dan 80 %, sehingga mengakibatkan perbandingan

antara arang aktif dan pasir besi berubah ubah.


33
33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data penelitian yang

digunakan dapat ditarik kesimpulan yaitu, besarnya kapasitansi

superkapasitor komposit ekstrak pasir besi dan arang aktif kulit biji mete

meningkat dengan menurunnya ukuran bulir arang aktif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan ini, maka penulis

menyarankan agar perlunya menggunakan pengukur yang lebih canggih

seperti galvanostatik untuk mendapatkan nilai yang lebih akurat. Jika

kedepannya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kapasitansi

superkapasitor, perlu dilakukan pengaruh ukuran bulir komposit ekstrak pasir

besi-arang aktif dari kulit biji mete terhadap performa superkapasitor

(pengisian dan pengosongannya).


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. SNI 06-3730-1995: Arang Aktif Teknis. Jakarta: Pusat


Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI).

Anonim, 2014. Beragam Mamfaat Buah Mete. http://www.litbang.deptan.go.id.


Diakses pada tanggal 11 Maret 2016.

Anonim, 2014b, Karbon Aktif, http://www.purewatercare.com/karbon_aktif.php,


Diakses pada Tanggal 11 Maret 2016.

Ali, 2015 . Arang Aktif Kulit Jambu Mete dengan menggunakan Aktivator HCl,
H2SO4, dan NaO H.(http://eprints.ung.ac.id/10607/2/2015-1-2-84204-
441411025-bab1-03122015095426.pdf. (Diakses pada tanggal 29 april
2016).

Aslan, L. K. 2015. Superkapasitor Berbasis Komposit TiO2-Arang Aktif dari


Kulit Biji Mete: Efek Ukuran Butir. Universitas Halu Oleo: Kendari.

Eko T.W. 2005. Deskripsi Hama Utama dan Musuh Alami pada Tanaman Jambu
Mete di Lombok, Nusa tenggara Barat. Buletin Teknik Pertanian Volume
10 Nomor 1.

Harsodo. 1991. Laporan Ekonomi Akhir Tahun No 73 (Perkembangan dan


Prospek Pasir Besi Indonesia 1980-1995). Pusat Pengembangan
Teknologi Mineral, Direktorat Jendral Pertambangan Umum: Bandung.

Haslinda. 2015. Pengaruh Temperatur Pemanasan Terhadap Kandungan Unsur


dan Nilai Suseptibilitas Magnetik Pasir Besi Di Desa Laompo
Kecamatan Batauga Kabupaten Buton Selatan. Universitas Halu Oleo:
Kendari.

Himejima, M; Kubo, I; 1991, Antibacterial Agent from the Cashew Anacardium


occidentale L (Anacardiaceae) Nut Shell Oil, J. Agriculture Food
Chemistry, Vol. IX,p 418-421.

Idaman, N. S., 2007. Pengolahan Air Minum dengan Karbon Aktif Bubuk. Pusat
Teknologi Lingkungan, BPPT. JAI Vol. 3, No. 2 2007.

Melita dan Tuti. 2003. Pengenalan dan Proses Pembuatan Arang AKtif.
Universitas Sumatera Utara ; Sumatera Utara.
Putranto, A. D. dan Razif M., 2005.Pemanfaatan Kulit Biji Mete untuk Arang
Aktif Sebagai Adsorben Terhadap Penurunan Phenol. Jurnal Purifikasi
Vol.6 No.1 Juni 2005: 37-42.

Purwanto dan Johar, 2007, Karakterisasi Komposit Berpenguat Serat Bambu Dan
Serat Gelas Sebagai Alternatif Bahan Baku Industri, Tugas Akhir
Jurusan Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya Surabaya 60111.

Ridwan dan Sudirman. 2003. Studi Elastoferit berbasis EVA dan ETP. Jurnal
Sains Material Indonesia Volume 3. No. 2, Februari 2003.

Rowe M., dan Granfille F., 2010.Circuit Measures Capacitance Or Inductance.


Slovak University of Technology, Bratislava: Slovakia.

Schwartz, M.M., 1984. Composite Materials Handbook. Mc Graw-Hill Inc: New


York.

Sudrajat. 1994. Petunjuk Teknik Pembuatan Arang Aktif. Bogor: Puslitbang Hasil
Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan.

Tyman, J.H.P; 1975, Quantitative Determination of the Olefinic Composision of


the Component Phenols in Cashew Nut Shell Liquid. J. Chrom, Vol. 3.
P 277-284.

Vinda, dkk. 2014. Sintesis dan Karakterisasi Superkapasitor Berbasis


Nanokomposit TiO2/C. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Program Studi Fisika Universitas Negeri Malang.

Yoon, Songhun.,Ka, Bok H., Lee, Chulwee, Park, Misun, ZOh, Seung M., 2009.
Preparation of Nanotube Carbon Composite and its anode performance
in Lithium ion Batteries. School Of Chemical Engineering And
Institute Of Chemical Process, Seoul National University. Seoul 151-
744, Korea.
Dokumentasi Penelitian
34

Lampiran 1.Besarnya Kapasitansi Superkapasitor Komposit Ekstrak Pasir


Besi dan Arang Aktif Kulit Biji Mete dengan Variasi Ukuran Bulir.

Tabel 1. Frekuensi Kapasitansi superkapasitor variasi ukuran bulir


Variasi
Frekuensi Vin Vout Resistor
No sampel Vin/Vout
(Hz) (volt) (volt) (Ohm)
(Mesh)
0,015 4,96 2,24 1000 2,21
1. 60 0,02 2,25 1,12 1000 2
0,03 2,25 1,12 1000 2
0,01 4,48 2,24 1000 2
2. 100 0,03 4,54 2,21 1000 2,05
0,06 4,68 2,24 1000 2,08
0,03 2,25 1,12 1000 2
3. 200 0,01 4,54 2,24 1000 2,02
0,06 2,25 1,12 1000 2
i) Ukuran Bulir 60 Mesh (40%)

Gambar 2. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk60 Mesh

ii) Ukuran Butir 60 Mesh (60%)

Gambar 2. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk60 Mesh


35

iii) Ukuran Bulir 60 Mesh (80%)

Gambar 3. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk60 Mesh

iv) Ukuran Bulir 100 Mesh (40%)

Gambar 4. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk 100


Mesh

v) Ukuran Bulir 100 Mesh (60%)

Gambar 5. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk 100


Mesh
36

vi) Ukuran Bulir 100 Mesh (80%)

Gambar 6. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk 100


Mesh

vii) Ukuran Bulir 200 Mesh (40%)

Gambar 7. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk 200


Mesh

viii) Ukuran Bulir 200 Mesh (60%)

Gambar 8. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk 200


Mesh
37

ix) Ukuran Bulir 200 Mesh (80%)

Gambar 9. Gelombang tegangan masukan dan keluaran untuk 200


Mesh

Lampiran 2. Perhitungan Nilai Kapasitansi Superkapasitor

1. Menghitung nilai kapasitansi


Besarnya kapasitansi dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Ukuran butir 60 Mesh
R = 1000
f = 0,015 Hz
Vin = 4,96 V
Vout = 2,24 V

([ ] )

([ ] )

( )( )


( )( )( )
atau 19,65 mF
38

Kapasitansi spesifik:

( )( )

Cs = 49,15 mF/g

Dengan cara yang sama untuk data kapasitansi yang lain dapat dilihat
pada tabel 2. Berikut:
Fraksi massa Kapasitansi
Variasi sampel Kapasitansi
No pasir besi spesifik (mF/g)
(Mesh) (mF)
(%)
40 19,65 49,15
1. 60 60 13,83 34,57
80 9,22 23,05
40 27,58 68,95
2. 100 60 9,35 23,39
80 4,73 11,82
40 9,22 23,05
3. 200 60 27,82 69,56
80 4,61 11,52
39

Pencucian kulit biji jambu mete Proses pemisahan CNSL

Proses karbonasi Hasil proses karbonasi

Proses ekstraksi pasir besi Proses penggerusan pasir besi

Proses penggerusan kujlit biji mete Proses pengayakan kulit biji mete
40

Proses aktivasi Proses pencampuran pasir besi-arang aktif

Superkapasitor komposit Pengukuran nilai kapasitansi

You might also like