You are on page 1of 18

BAB 1

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS

Nama : Ny. S

Usia : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Swasta

Alamat :Beluk Lor Sroyo Jaten

Agama : Islam

No. RM :2889XX

MRS :3 Juli 2017

B. ANAMNESIS
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dan alloanamnesis
C. Keluhan Utama
Benjolan pada punggung bawah dibagian belakang
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasieng mengeluhkan benjolan pada punggung bawah bagian belakang yang
makin lama semakin membesar
2. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Keluhan Serupa : disangkal
- Riwayat Asam urat : disangkal
- Riwayat LBP : diakui
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : diakui
- Riwayat PPOK : diakui
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Keluhan Serupa : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
4. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat konsumsi obat : disangkal
- Riwayat kerja berat : diakui

D. ANAMNESIS SISTEM LAIN


Sistem Cerebrospinal Gelisah (-), Lemah (-), Demam (-),
kejang (-)
Sistem Cardiovaskular Akral Hangat (+/+), Deg-degan (-), Sesak
(-)
Sistem Respiratorius Batuk (-), Sesak Napas (-)
Sistem Genitourinarius BAK sulit (), sedikit (-), nyeri saat bak (-)
Sistem Gastrointestinal Mual (-), Nyeri perut (-), Muntah (-),
kembung (-), BAB lancar (+)
Sistem Muskuloskeletal Badan terasa lemas (+), atrofi otot (-/-),
nyeri sendi (-/-), kaku (-/-)
Sistem Integumentum Perubahan warna kulit (-), sikatriks (-)

E. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis

- Keadaan Umum : Cukup


- Kesadaran : Kompos mentis E4V5M6

Vital Sign

- Tekanan darah : 110/70


- Frekuensi nadi : 64x/menit
- Frekuensi napas : 16x/menit
- Suhu : 36,20C

Kepala : Normochepal, Sklera Ikterik (-/-), Konjungtiva Pucat (-/-), Sianosis (-),
oedem palpebra (-/-).
Leher : Leher simetris, benjolan (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

Thorax

Paru Hasil Pemeriksaan


Inspeksi Normothoraks, simetris kanan kiri,
ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-),
benjolan (-), luka pada kulit (-)
Palpasi Fremitus dada kanan kiri sama, krepitasi
(-)
Perkusi Sonor pada paru kanan dan kiri

Auskultasi Suara dasar vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-),


wheezing (-/-)

Jantung Hasil Pemeriksaan


Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi Batas jantung :
Batas Kanan Jantung:
-Atas: SIC III linea sternalis dextra
-Bawah : SIC V linea sternalis dextra
Batas Kiri Jantung
-Atas : SIC III linea midclavicula sinistra
-Bawah : SIC V linea axilaris anterior
Auskultasi Frekuensi Nadi 64x/menit, BJ I/II
Reguler, bising jantung (-)

Abdomen Hasil Pemeriksaan


Inspeksi Distensi (-), sikatriks (-), benjolan (-)
Auskultasi Suara peristaltik (+) menurun
Palpasi Defans muscular (-), nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba, benjolan (-)
Perkusi Tymphani (meningkat), nyeri ketok
costovertebrae (-), ascites (-)

Ekstremitas : Clubbing finger (-), pitting oedem (-)

Ekstremitas superior dextra Akral hangat (+), oedem (-)


Ekstremitas superior sinistra Akral hangat (+), oedem (-)
Ekstremitas superior dextra Akral hangat (+), oedem (-)
Ekstremitas inferior sinistra Akral hangat (+), oedem (-)

Status Lokalis

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 18-6-2017

Pemeriksaan Angka Satuan Nilai Normal


Hemoglobin 12,5 gr/dl Lk : 13,0 16,0
Pr : 12,0 14,0
Eritrosit 2,86 106ul Lk : 4.5 5,5
Pr : 4,0 5,0
Hematokrit 39,8 % Lk : 40 48
Pr : 37 43
MCV 92,0 Pf 82 92
MCH 33,2 Pg 27 -31
MCHC 36,1 % 32 36
Leukosit 10,00 103ul 5,0 10,0
Trombosit 124 103ul 150 400
GDS 91 Mg/dl 70-150
Ureum 35 Mg/dl 10-50
Kreatinin 0,81 Mg/dl 0,8-1,1
Hbsag Non-reaktif Non-reaktif

G. RONTGEN

H. EKG
I. RESUME
1. Dari hasil autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan keluhan benjolan pada
punggung bawah bagian belakang . Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan cukup. Kesadaran compos mentis, Vital Sign, TD : 110/70 mmHg, Nadi :
64x/menit, Respirasi 16x/menit, Suhu : 36,2oC.
2. Benjolan teraba kenyal, tidak teraba hangat.
3. Eksisi pada ateroma akan dilakukan pemeriksaan PA lebih lanjut

J. DIAGNOSA BANDING
1. Ateroma
2. Haemangioma
3. Lipoma

K. DIAGNOSIS KERJA
1. Ateroma

L. PENATALAKSANAAN MEDIKA MENTOSA


1. Antibiotik
2. Analgesik
3. Antibiotik

M. TINDAKAN OPERATIF
Eksisi PA soft tissue os sacrum

N. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Sanam : dubia ad bonam

Quo ad Functionam : dubia ad bonam

O. FOLLOW UP

3/7/17 S/ Pasien tidak mengeluhkan pada P/


benjolan di punggung bawah Inf Rl 20 tpm
bagian belakang. Tidak teraba Inf Cefotaxime 2x1
hangat, InjSantagesik 3x1
O/ TD = 110/70 Metro Inf 3x500ml
S = 36,2oC Ranitidin 2x1
RR = 16x/menit
N = 64/menit
Status lokalis
Benjolan pada punggung bawah
bagian belakang

A/ Pre op exisi soft tissue tumor os


sacrum

4/7/17 S/ Pasien mengeluhkan sesak P/


O/ TD = 110/80 Inf Rl 20 tpm
S = 36,2oC Inf Cefotaxime 2x1
FN = 18 x/menit InjSantagesik 3x1
N = 36x/menit Metro Inf 3x500ml
Terpasang DC (+), Balance Cairan Ranitidin 2x1
(+)
Status lokalis

A/ Po Exisi soft tissue tumor os


sacrum H+1
5/7/17 S/ Nyeri pada paha sebelah kiri, P/
keluhan lain tidak dirasakan. Inf Rl 20 tpm
Namun pasien merasa cemas akan Inf Cefotaxime 2x1
operasi InjSantagesik 3x1
O/ TD = 130/100 Metro Inf 3x500ml
S = 36,4oC Ranitidin 2x1
FN= 16 x/menit
N = 72x/menit
Terpasang DC (+), pada bagian
yang dioperasi terpasang tenso
crap, Drain (+) 100cc
haemorrhagic.
Status lokalis

A/ Po Exisi PA soft tissue tumor os


sacrum H+2
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Fraktur Femur


Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian),
kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Ada 2
tipe dari fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di
bawah trokhanter kecil.
B. Etiologi
Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya
tahan tulang, seperti benturan dan cedera. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini
dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau
osteoporosis.
Stress fracture merupakan hal yang jarang terjadi namun memiliki dampak
yang serius. Dilaporkan bahwa fraktur pada column femur disebabkan oleh 5-10%
stress fractures (Markey, 2017). Stress farcture lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria dengan resiko relatif 1,2 hinga 10 dengan volum latihan yang
sama (Brukner, 2017). Beberapa faktor predisposisi pada populasi lansia yang dapat
menyebabkan fraktur diantaranya, osteoporosis, malnutrisi, berkurangnya aktivitas
fisik, penurunan kemampuan penglihatan, penyakit saraf, penurunan keseimbangan
dan atrofi otot. Hip fractures merupakan kejadian yang sering terjadi dan sering
menyebabkan masalah pada populasi lansia. Lebih dari 250.000 kejadian hip fractures
terjadi di Amerika setiap tahunnya. Dengan jumlah populasi lansia saat ini
diperkirakan jumlah kejadian fraktur akan meningkat 2 kali lipat pada tahun 2050
(Brukner, 2017). Angka prevalensi berdasarkan lokasi, faktor resiko tertinggi terjadi
pada wanita berkulit putih, diikuti pria berkulit putih, wanita erkulit hitam dan pria
berkulit hitam. Insidensi berdasarkan usia di Amerikan dilaporkan pada wanita terjadi
63,3 kasus per 100.000 kasus per tahun sedangkan pada pria terjadi 27,7 kasus per
100.000 kasus per tahun.
C. Anatomi
Tulang femur dibentuk oleh head femoral dengan kartilago artikularnya dan
femoral neck yang menghubungkan bagian kepala dengan trochanter minor maupun
trochanter mayor. Membran synovial menjadi bagian dari keseluruhan femoral head
dan bagian anterior neck, namun pada posterior neck hanya terdapat pada sebagian
proksimal. Aliran darah hingga akhir dari proksimal femur dibagi menjadi 3 grup
besar. Pertama adalah cincin ekstracapsular arteri yang berada pada bagian dasar
femoral neck. Kedua, cabang cervikal ascenden dari cincin arterial menuju bagian
terluar dari femoral neck. Ketiga adalah arteri arteri dari ligamentum teres.
D. Klasifikasi Femoral Neck Fractures
1961, Garden mendeskripsikan klasifikasi dari femoral neck fractures berdasarkan
derajat pergeseran dari fragmen fraktur(Garden, 2017), 4 derajat femoral neck
fractures adalah sebagai berikut:
a. Grade I : fraktur inkomplit atau tipe abduksi/valgus atau impaksi
b. Grade II : fraktur lengkap, tidak ada pergeseran
c. Grade III : fraktur lengkap, diserta pergeseran tapi masih ada perlekatan atau
inkomplit disertai pergeseran tipe varus
d. Grade IV : fraktur lengkap disertai pergeseran penuh
Frandersen et al mengatakan bahwa para klinisi mendiferensiasikan keempat
derajat tersebut sulit. Beberapa pengamat pada akhirnya dapat menyetujui
sepenuhnya akan klasifikasi garden hanya pada 22% kasus. Klasifikasi Hence
pada femoral neck fractures hanya berdasarkan adanya pergeseran atau tanpa
pergeseran. Tanpa pergeseran ( Garden derajat I atau II ), dan dengan pergeseran (
garden derajat III atau IV ) lebih akurat.
E. Patofisiologi
Tulang merupakan jaringan yand bersifat dinamis yang secara terus menerus
bereaksi terhadap stres. Stress fractures terjadi akibat ketidakseimbangan antara bone
resorption dan bone deposition selama tulang berada dalam proses stres yang berulang
(Maitra & Johnson, 2017). Stres kortikal kebanyakan berupa tekanan atau putaran,
tulang lebih rapuh pada tekanan dan cenderung patah pada cement line. Tekanan pada
tulang menyebabkan osteoclastic resorption sedangkan daya kompresi menyebabkan
respon osteoblast. Dengan stres berulang, formasi tulang baru tidak sebanding dengan
penyerapan tulang. Ketidakmampuan tulang untuk menyeimbangkan proses tersebut
menyebabkan tulang cortikal menjadi tipis dan melemah. Tanpa adanya istirahat yang
baik dan benar pada ketidakseimbangan ini, mikrofraktur yang ada akan berkembang
menjadi fraktur yg lebih lanjut.
Fullerton and Snowdy mendeskripsikan kalsifikasi femoral neck stress
fracture berdasarkan 3 kategori, yakni: tekanan, kompresi, dan pergeseran.
F. Manifestasi Klinik
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan sebagai berikut:
1. Inspeksi, ditemukan adanya perubahan yang tampak pada bagian yang mengalami
fraktur, adanya pemendekan pada bagian yang mengalami fraktur. Pemeriksaan
lebih lanjut dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya atrofi atau bahkan otot yang
asimetri.
2. Palpasi, adanya tender points disekitar regio ang mengalami fraktur.
3. Perubahan range of motion, fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, endorotasi maupun
eksorotasi pada sendi pinggul.
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan:
1. Foto polos (X-Ray)
Foto polos merupakan langkah pertama untuk mengetahui gambaran fraktur dan
keadaan disekitar fraktur. Pemeriksaan foto polos ini memiliki sensitivitas yang
rendah. Pemeriksaan standar yang biasa dilakukan adalah gambaran
anteroposterior.
2. MRI
3. Bone Scaning
Bone scaning membantu dalam membrikan gambaran stress fractures, tumor,
maupun gambaran infeksi. Pemeriksaan ini merupakan indikator sangat sensitif
dalam memberikan gambaran akan stres tulang, namun memiliki spesifitas yang
rendah. Bone scan memiliki nilai prediksi positif sebesar 68% (Shin, Morin,
Gorman, Jones, & Lapinsky, 2017).
G. Faktor Resiko
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko terjadinya femoral neck
fractures, yakni:
1. Wanita memiliki resiko lebih tinggi terhadap stress fractures (Monteleone), susdut
tulang yang berbeda, variasi anatomis, masa otot.
2. Defisiensi nutrisi, yang menyebabkan demineralisasi pada tulang.
3. Penurunan sirkulasi estrogen.

H. Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok dan emboli lemak.
Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union, malunion,
fraktur yang berulang, kekakuan sendi lutut, infeksi dan gangguan saraf perifer akibat
traksi yang berlebihan. Kegagalan fiksasi awal ( terjadi dalam 3 bulan setelah operasi)
terjadi pergeseran femoral neck fractures sebesar 12-24% dengan fiksasi internal. Jika
tindakan non operatif dipilih dalam terapi farkture femur maka, pasien harus
mobilisasi sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi berupa imobilisasi yang
berkepanjangan.

I. Penatalaksanaan
1. Tindakan non-operatif
2. Tindakan operatif
Reduksi fraktur, berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis.Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya dengan manipulasi dan traksi manual.Traksi digunakan untuk
mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan
spasme otot yang terjadi.Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau
batangan logam yang dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam
posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.Imobilisasi fraktur,
mempertahnkan reduksi sampai terjadi penyembuhan. Setelah fraktur direduksi,
fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran
yang benar sampai trejadi penyatuan. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan,
gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan teknik gips atau fiksator eksterna. Sedangkan
fiksasi interna dapat digunakan implant logam yang dapat berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.Rehabilitasi, mempertahankan dan
mengembalikan fungsi setelah dilakukan reduksi dan imobilisasi.
BAB 3

PEMBAHASAN

Frakturterjadiketikatekanan yang
menimpatulanglebihbesardaripadadayatahantulang, sepertibenturandancedera.
Frakturterjadikarenatulang yang sakit,
inidinamakanfrakturpatologiyaitukelemahantulangakibatpenyakitkankeratau
osteoporosis.Beberapafaktorpredisposisipadapopulasilansia yang
dapatmenyebabkanfrakturdiantaranya, osteoporosis, malnutrisi,
berkurangnyaaktivitasfisik, penurunankemampuanpenglihatan, penyakitsaraf,
penurunankeseimbangandanatrofiotot. 4 derajat femoral neck fractures adalah sebagai
berikut:
a. Grade I : fraktur inkomplit atau tipe abduksi/valgus atau impaksi
b. Grade II : fraktur lengkap, tidak ada pergeseran
c. Grade III : fraktur lengkap, diserta pergeseran tapi masih ada perlekatan atau
inkomplit disertai pergeseran tipe varus
d. Grade IV : fraktur lengkap disertai pergeseran penuh
Tulangmerupakanjaringanyandbersifatdinamis yang
secaraterusmenerusbereaksiterhadapstres. Stress
fracturesterjadiakibatketidakseimbanganantara bone resorptiondan bone deposition
selamatulangberadadalam proses stres yang berulang (Maitradanjohnson).
Streskortikalkebanyakanberupatekananatauputaran,
tulanglebihrapuhpadatekanandancenderungpatahpadacement line.
Tekananpadatulangmenyebabkanosteoclasticresorptionsedangkandayakompresimenye
babkanresponosteoblast.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan sebagai berikut:
3. Inspeksi, ditemukan adanya perubahan yang tampak pada bagian yang mengalami
fraktur, adanya pemendekan pada bagian yang mengalami fraktur. Pemeriksaan
lebih lanjut dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya atrofi atau bahkan otot yang
asimetri.
4. Palpasi, adanya tender points disekitar regio ang mengalami fraktur.
5. Perubahan range of motion, fleksi, ekstensi, abduksi, aduksi, endorotasi maupun
eksorotasi pada sendi pinggul.
Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan:
4. Foto polos (X-Ray)
Foto polos merupakan langkah pertama untuk mengetahui gambaran fraktur dan
keadaan disekitar fraktur. Pemeriksaan foto polos ini memiliki sensitivitas yang
rendah. Pemeriksaan standar yang biasa dilakukan adalah gambaran
anteroposterior.
DAFTAR PUSTAKA

Brukner, P. (2017, June 16). Sport Medicine. Retrieved from Medline:


http://emedicine.medscape.com/article/86659-treatment

Garden, R. (2017, June 16). The significance of good reduction in medial fractures of the
femoral neck. Retrieved from Proc R Soc Med, Medline:
http://emedicine.medscape.com/article/86659-treatment

Maitra, R., & Johnson, D. (2017, June 16). Stress Fractures. Clinical History an physical
examination. Retrieved from Medline: http://emedicine.medscape.com/article/86659-
treatment

Markey, K. (2017, June 16). Stress Fractures. Retrieved from Medline:


http://emedicine.medscape.com/article/86659-treatment

Shin, A., Morin, W., Gorman, J., Jones, S., & Lapinsky, A. (2017, June 16). Am J Sports
Med. Retrieved from Medline: http://emedicine.medscape.com/article/86659-
treatment

You might also like