You are on page 1of 3

A.

Defenisi
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah sindrom pernafasan
akut berat yang merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru yang
disebabkan oleh virus corona (Coronavirus) (DepKes 2003).
B. Epidemiologi
SARS diduga berasal dari Propinsi Guangdong di Cina daratan, muncul
dan menyerang manusia sekitar bulan November 2002. Di Indonesia sampai
dengan 16 Juni 2003 jumlah orang yang berobat di Indonesia karena khawatir
dirinya menderita SARS atau diduga SARS sebanyak 112 orang. Setelah
diperiksa, dari jumlah ini ada 103 orang dipastikan bukan menderita SARS.
Dari 9 orang tersebut diperoleh 7 Kasus suspect SARS terdiri dari 3 wanita dan
4 pria yang berusia antara 20 - 57 tahun dan 2 kasus probable SARS.
C. Etiologi
Saat ini penyebab penyakit SARS sudah dapat diketahui, yaitu berupa
infeksi virus yang tergolong dalam genus coronavirus (CoV). CoV SARS
biasanya tidak stabil bila berada dalam lingkungan. Namun virus ini dapat
bertahan berhari-hari pada suhu kamar. Virus ini juga mampu mempertahankan
viabilitasnya dengan baik bila masih berada di dalam feces.
D. Klasifikasi
Secara proporsional ada dua definisi kasus SARS, yaitu suspect dan
probable sesuai kriteria WHO. Pengertian dari suspect SARS yang adalah
seseorang yang menderita sakit dengan gejala: demam tinggi (>38OC), dengan
satu atau lebih gangguan pernafasan, yaitu; batuk, nafas pendek dan kesulitan
bernafas, serta satu atau lebih keadaan berikut: a). dalam 10 hari terakhir
sebelum sakit, mempunyai riwayat kontak erat dengan seseorang yang telah
didiagnosis sebagai penderita SARS. Probable SARS adalah kasus suspect
ditambah dengan gambaran foto toraks yang menunjukkan tanda-tanda
pneumonia atau respiratory distress syndrome (WHO, 2013).
E. Patogenesis
SARS secara klinis lebih melibatkan saluran nafas bagian bawah
dibandingkan dengan saluran nafas dibagian atas. Pada saluran nafas bagian
bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena dibandingkan
trakea maupun bronkus.
Patogenesis SARS terdiri dari 2 macam fase :
1. Fase Pertama
Terjadi selama 10 hari pertama penyakit, pada fase ini melibatkan
proses akut yang mengakibatkan diffuse alveolar damage (DAD) yang
eksudatif. Fase ini dicirikan dengan adanya infiltrasi dari sel-sel inflamasi
serta edema dan pembentukan membran hialin. Membran hialin ini
terbentuk dari endapan protein plasma serta debris nucleus dan sitoplasma
sel-sel epitel paru (pneumosit) yang rusak. Dengan adanya nekrosis sel-sel
epitel paru maka barrier antara sirkulasi darah dan jalan udara menjadi
hilang sehingga cairan yang berasal dari pembuluh darah dapat masuk ke
dalam ruang alveolus (efusi).
2. Fase kedua
Fase ini dimulai tepat setelah fase pertama selesai (setelah 10 hari).
Fase ini ditandai dengan perubahan pada DAD eksudatif menjadi DAD
yang terorganisir. Pada periode ini didapati metaplasia sel epitel skuamosa
bronchial, bertambahnya ragam sel dan fibrosis pada dinding lumen
alveolus. Pada fase ini juga tampak dominasi pneumosit tipe 2 dengan
perbesaran nukleus dan nukleoli yang eosinofilik. Selanjutnya juga
ditemukan adanya sel raksasa dengan banyak nucleus (multinucleated giant
cell) dalam rongga alveoli.
F. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi penyakit SARS antara 1-14 hari dengan rerata 4 hari.
Gejala prodormal yang timbul dimulai dengan adanya gejala-gejala sistemik
yang non spesifik, seperti : Demam > 380C, myalgia, menggigil, nyeri kepala
dan malaise.
Meskipun SARS merupakan virus yang menyerang sistem pernafasan
namun beberapa kasus ditemukan penderita dengan gejala multiorgan.
Manifestasi pernafasan yaitu batuk kering dan sesak nafas. Gejala lain yang
mungkin timbul adalah pneumotoraks dan penumo medistinum yang
diakibatkan karena udara yang terjebak dalam ringga dada. Manifestasi lain
pada sistem lainnya yaitu diare, takikardi, epilepsi.
G. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
1. Pada pemeriksaan fisik, didapat :
Auskultasi didapati ronki basal di paru, hipotensi (sistolik <100 mmhg),
petekie dan ekimosis, namun jarang, akikardi, bibir sianosis.
2. Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan darah, didapati : Limfopenia <1000/mm, neutrofilia,
trombositopenia didapati pada 50% kasus SARS

No Pemeriksaan Hasil yang ditemukan Klinis


1. Foto Thoraks Infiltrat di paru Pneumonia
2. CT-Scan Konsolidasi ruang udara Bronchiolitis Obliterans
Thoraks yang fokal maupun multi organizing pneumonia
fokal (BOOP)
3. Enzim SGPT Meningkat Belum diketahui
4. Deteksi Antibody CoV SARS GOLD STANDART
dengan
teknik ELISA

H. Penatalaksanaan
Yang berperan dalam pentalaksanaan pada penderita SARS adalah status
penderita. Pada dasarnya, penanganan penderita SARS yang dianggap paling
penting adalah terapi suportif, yaitu mengupayakan agar penderita tidak
mengalami dehidrasi dan infeksi sekunder. Pada SARS berbagai jenis
antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini hasilnya tidak memuaskan,
dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa steroid. Sedangkan penggunaan
antibiotik spektrum luas sendiri merupakan sebuah tindakan pencegahan
(profilaksis) untuk mencegah infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA

1. [CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2004. In the Absence of
SARS-CoV Transmission Worldwide: Guidance for Surveillance, Clinical
and Laboratory Evaluation, and Reporting Version 2.
http://www.cdc.gov/SARS. [28 September 2011].
2. [DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003a.
Penanggulangan SARS: Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit
SARS. http://digilib.litbang.depkes.go.id/files/disk1/18/jkpkbppk-gdl-
course 2003-ministry-896-manual-pedomanse.pdf.
3. [DepKes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003b. Evaluasi
Penanggulangan SARS di Indonesia. Depkes : Jakarta.
4. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.
Penatalaksanaan dan Penanggulangan SARS.
http://www.dokter.web.id/Pedoman Penanggulangan Kasus SARS
DEPKES 20RI.pdf.
5. World Health Organization. Severe acute respiratory syndrome (SARS).
Wkly Epidemiol Rec 2003; 78: 81-3.
6. World Health Organization. 2003. WHO issues global alert about cases of
atypical pneumonia: cases of severity respiratory ilness may spread to
hospital staff. Geneva: World Health Organization; Terdapat pada URL:
http://www.who.int/ mediacentre/release/2003/pr22/en/print.html. Diakses
pada tanggal 30 Maret 2011.
7. World Health Organization. 2003. Management of severe acute
respiratory syndrome (SARS). Geneva: World Health Organization.
Tersedia di URL: http://www.who.int/csr/sars/ management/en/print.html.
Diakses 1 April 2011.
8. Zhang L, Zhang F, Yu W, He T, Yu J,Christopher EY, Ba Lei, Li Wenhui,
Farzan Michael, Chen Zhiwei, Yuen Kwok-Yung, Ho David. 2006.
Antibody Responses Against SARS Coronavirus Are Correlated With
Disease Outcome of Infected Individuals. Journal of Medical Virology
78:18

You might also like