You are on page 1of 10

PROBLEMATIKA PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA

PEMBATALAN PERJANJIAN

Nindyo Pramono*

Abstract Abstrak

The rapid development of international Pesatnya perkembangan hukum bisnis


business law requires judges to re-scrutinise internasional mengharuskan hakim untuk
principles of contract law in the Civil mempelajari kembali asas-asas hukum
Code. Therefore, principles of good faith, perjanjian dalam KUHPerdata. Prinsip-
protection of third-party, retroaction, and prinsip itikad baik, perlindungan bagi pihak
restoration to pre-contract position will be ketiga, retroaktif, dan kembali ke keadaan
analysed to provide objectively constructive semula akan dianalisis dalam tulisan ini
feedback for judges when hearing over sehingga memberikan konstruksi obyektif
request for contract annulment. kepada hakim dalam memutus permohonan
pembatalan perjanjian agar jangan sampai
menimbulkan perkara baru.

Kata Kunci: hukum perjanjian, KUH Perdata, pembatalan perjanjian.

A. Pendahuluan Oleh sebab itu, para pihak diberi


Dewasa ini, perkembangan hukum kebebasan oleh undang-undang untuk
kontrak atau hukum perjanjian di dalam mengatur sendiri perjanjian di antara
praktik bisnis telah semakin pesat, sehingga mereka dengan menyimpang dari ketentuan-
kadangkala tidak bisa lagi hanya berdasar ketentuan dalam Buku III KUHPerdata,
kepada ketentuan-ketentuan dalam Buku seperti misalnya dengan menentukan
III KUHPerdata tentang Perikatan. Per- sendiri pada hukum mana perjanjian itu
kembangan itu terjadi antara lain karena akan tunduk, apakah perjanjian itu akan
Pasal 1338 KUHPerdata mengatur prinsip dibuat dalam bentuk notariil atau di bawah
atau asas kebebasan berkontrak. Buku III tangan, apa saja isi dan syarat-syaratnya, dan
KUHPerdata memang menganut paham sebagainya. Namun demikian, kebebasan
terbuka, artinya ketentuan-ketentuan yang itu tidak boleh sedemikian rupa sehingga
ada di dalam Buku III KUH Perdata hanya menafikan prinsip-prinsip kejujuran, ke-
bersifat pelengkap atau optional law. pantasan, keadilan, dan kepastian hukum.

*
Guru Besar Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
(e-mail: nindyopramono@gmail.com).
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 225

Hal inilah yang layak untuk dikupas secara pembatalan ke pengadilan. Pengingkaran ini
mendalam dalam suatu kajian ilmiah. sudah barang tentu dibangun dengan dalil-
Perjanjian-perjanjian yang erat kaitan- dalil sedemikian rupa oleh pihak penggugat
nya dengan kegiatan bisnis memiliki yang merasa kepentingannya dirugikan.
persoalan yang kompleks. Misalnya, pada Bahkan, tidak jarang salah satu pihak dalam
1997-1998 lalu, tindakan pemerintah dalam perjanjian kemudian meminta kepada hakim
mengatasi krisis perbankan telah melahirkan untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut
bentuk perjanjian yang tidak mudah untuk batal demi hukum (void ab initio atau
digolongkan ke dalam jenis perjanjian rechtswegenieteg).
sebagaimana dikenal di dalam Buku II Tidak jarang perjanjian-perjanjian yang
KUHPerdata. Bentuk Perjanjian tentang Penulis kemukakan di atas melibatkan pihak
Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham, asing sebagai salah satu pihak. Pelaksanaan
disingkat PKPS, yang terdiri dari Master perjanjian dengan segala konsekuensi
of Settlement and Acquisition Agreement hukumnya akan melibatkan pihak yang
(MSAA), Master Refinancing and Not datang dengan sistem hukum yang belum
Issuance Agreement (MRNIA), dan Akta tentu sejalan atau sama dengan sistem
Pengakuan Hutang (APU), tidak mudah hukum yang berlaku di Indonesia. Benar
untuk digolongkan sebagai jenis perjanjian bahwa mereka sudah barang tentu sepakat
bernama, perjanjian timbal balik, atau untuk menundukkan diri kepada hukum
perjanjian sui generis. Perjanjian-perjanjian Indonesia. Akan tetapi, tidak jarang pula
itu kebanyakan dibuat dalam Bahasa Inggris mereka lebih memilih hukum asing atau
dan tidak ada salinannya yang dibuat yurisdiksi hukum asing atau forum asing
dalam Bahasa Indonesia. Hal ini tidak saja untuk mengadili sengketa yang mungkin
menyebabkan perjanjian itu menjadi sulit timbul. Namun apa yang terjadi dengan
untuk dipahami, tetapi juga menimbulkan bangunan dalil-dalil tertentu, diajukanlah
kesulitan begitu terjadi perselisihan karena gugatan ke forum pengadilan Indonesia,
belum tentu istilah-istilah yang digunakan padahal kompleksitas permasalahnya tidak
dalam perjanjian tersebut benar-benar mudah untuk diselesaikan begitu saja
sejalan atau dapat diterjemahkan sama tanpa memahami perkembangan hukum
dengan istilah-istilah yang sudah lebih bisnis yang sudah demikian pesat di dalam
dulu dikenal atau dipahami di dalam sistem praktiknya. Oleh sebab itu, jika kehandalan
hukum perdata kita. pelaksanaan penegakan hukumnya justru
Contoh lain yang belakangan sering disangsikan, tidak menutup kemungkinan
berakhir dengan sengketa di pengadilan citra penegakan hukum di Indonesia tidak
adalah perjanjian-perjanjian derifatif yang menjadi lebih baik dalam konteks pergaulan
harus diakui belum tentu semuanya telah global, namun justru akan memburuk.
dipahami oleh hakim-hakim di Indonesia. Dampak selanjutnya, investasi yang kita
Perjanjian derifatif yang dibuat oleh para harapkan mampu mendukung devisa negara
pihak atas dasar kebebasan berkontrak, dari sektor modal asing akan semakin jauh
kemudian diingkari isinya dan dimintakan dari harapan. Dalam konteks demikian,
226 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233

peran hakim dalam mengadili dan memutus kuno dalam ilmu hukum yang berbunyi,
sengketa-sengketa perjanjian bisnis yang het recht hinkt achter de feiten aan
melibatkan unsur asing sangat menentukan atau hukum pontang-panting berusaha
citra penegakan hukum Indonesia di mata mengikuti peristiwa yang diaturnya sendiri,
investor atau mitra asing tersebut. tampaknya cocok untuk menggambarkan
Secara teoritis, menjadi hak seseorang betapa perkembangan hukum perjanjian
untuk mengajukan gugatan apapun jika dan hukum bisnis kurang diikuti dengan
memang ia mempunyai alasan yang kuat pemahaman pengetahuan hukum oleh
untuk itu. Terbukanya kemungkinan untuk sebagian hakim di Indonesia.
memohon pembatalan suatu perjanjian Oleh sebab itu, demi menegakkan
merupakan suatu sarana penting bagi suatu kepastian hukum dan keadilan agar memberi
sistem hukum modern untuk menjamin kemanfaatan bagi para pencari keadilan
terlaksananya prinsip access to justice atau yang mengadukan sengketa hukum mereka
akses kepada keadilan dan memastikan kepada hakim, hakim dituntut untuk mampu
terjaganya prinsip rule of justice atau keadil- secara arif dan bijaksana menegakkan hukum
an yang berkuasa. Karenanya, kemungkinan dengan selalu memerhatikan tiga tungku
ini merupakan suatu hal yang lumrah dan hukum: kepastian hukum (Rechtssicherheit),
bahkan wajib ada di negara-negara dengan kemanfaatan (Zweckmigkeit), dan keadil-
sistem hukum yang modern dan demokratis. an (Gerechtigkeit)  mengatakan ada dua
Hukum harus berfungsi sebagai pelindung kutub yang saling tarik-menarik dalam
kepentingan manusia. Dengan demikian, pelaksanaan penegakan hukum, yaitu kutub
agar kepentingan manusia terlindungi, maka keadilan dan kepastian hukum.
hukum harus ditegakkan. Dalam tulisan ini, penulis ingin
Di Indonesia, perkara-perkara perdata menyampaikan beberapa hal disertai
yang salah satu pihaknya menuntut harapan agar dapat diperhatikan oleh hakim
pembatalan suatu perjanjian telah seringkali ketika memutus perkara-perkara yang di
terjadi. Pengadilan pun sudah berkali-kali dalamnya terdapat permohonan pembatalan
membatalkan gugatan semacam ini. Namun suatu perjanjian. Tulisan ini sama sekali
demikian, ditengarai masih terdapat pencari tidak bermaksud menggurui hakim. Tulisan
keadilan yang kecewa dengan putusan ha- ini hanya ingin memberikan kontribusi
kim yang dirasa kurang memahami kom- obyektif di dalam proses penegakan hukum,
pleksitas perkembangan hukum bisnis khususnya di dalam sengketa-sengketa
termasuk perjanjian-perjanjian dalam hukum yang terkait dengan hukum perjanjian
lingkungan hukum bisnis yang sudah dan hukum bisnis yang sudah berkembang
berkembang. Dengan meminjam ungkapan demikian pesatnya dewasa ini.

1
Soedikno Mertokusumo, 1984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 6.
2
Soedikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 145.
3
J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.
64-65.
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 227

B. Itikad Pihak yang Menuntut Pem- sebagaimana kami kemukakan di atas,


batalan Perjanjian bahwa norma itikad baik adalah salah satu
Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata sendi yang terpenting dalam pelaksanaan
mengatakan bahwa semua perjanjian yang suatu perjanjian.
dibuat secara sah berlaku sebagai undang- Dalam situasi demikian, intuisi atau
undang bagi mereka yang membuatnya. ketajaman mata hati hakim diuji. Hakim
Kemudian ayat (3) mengatakan bahwa suatu sebagai salah satu pembentuk hukum
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad melalui putusan-putusannya, dituntut
baik. Pasal tersebut mengajarkan kepada untuk dapat menyesuaikan undang-undang
kita adanya asas kebebasan berkontrak, dengan keadaan atau peristiwa konkrit
asas pacta sund servanda, asas kepastian yang dihadapi dalam sidang. Hakim
hukum, dan asas itikad baik atau in good wajib menggali substansi perkara dengan
faith (Inggris), te goeder trouw (Belanda), dalil yang dibangun Penggugat, misalnya
de bonne foi (Prancis). Norma itikad apakah gugatan pembatalan perjanjian atau
baik ini merupakan salah satu sendi yang permohonan untuk dinyatakan batal demi
terpenting dari Hukum Perjanjian, demikian hukum itu, benar-benar telah dilandasi
dikatakan oleh Soebekti dan Vollmar. oleh itikad baik dalam melaksanakan
Adapun yang dimaksud dengan perjanjian perjanjian atau sebaliknya. Peradilan di sini
harus dilaksanakan dengan itikad baik mempunyai peranan penting untuk menjaga
adalah bahwa perjanjian harus dilaksanakan dan menambah kewibawaan yurisprudensi.
menurut kepatutan dan keadilan. Hakim dituntut dapat menjaga pengadilan
Fakta hukum dalam sengketa pembatalan tetap pada posisinya sebagai tempat para
perjanjian ditengarai sering dimanfaatkan pihak mencari keadilan. Hakim harus benar-
oleh salah satu pihak dalam perjanjian benar jeli dan netral dalam memeriksa
(biasanya Penggugat) dengan merancang perkara yang berkaitan dengan gugatan
dalil-dalil sedemikian rupa dengan maksud pembatalan perjanjian. Jangan sampai
menghindari atau mengulur-ulur waktu pengadilan malah dijadikan sarana atau alat
pemenuhan kewajiban hukumnya saja. bagi para pihak yang beritikad buruk dalam
Oleh sebab itu, suatu hal utama yang harus suatu perjanjian untuk melegalisasikan
benar-benar diperhatikan oleh hakim dalam rencananya dan menghindarkan diri dari
memeriksa dan memutus suatu perkara yang kewajiban kontraktualnya.
di dalamnya terdapat tuntutan pembatalan Disadari atau tidak, Indonesia telah
perjanjian adalah apakah benar Penggugat menjadi bagian dari masyarakat dunia.
beritikad baik dalam mencari keadilan atau Perusahaan-perusahaan asing seperti
justru beritikad buruk. Prinsip hukumnya, perbankan, asuransi, dan sebagainya yang


4
Soebekti, R., 1990, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 41.

5
H. F. A. Vollmar, Inleiding tot de Studie van het Nederlands Burgelijk Recht, diterjemahkan oleh I. S. Adi-
wimarta, 1984, Pengantar Studi Hukum Perdata II, Rajawali, Jakarta, hlm. 164.

6
R. Setiawan, 1979, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, hlm. 64.
228 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233

membuka cabang di Indonesia atau joint berinvestasi di Indonesia yang datang


venture dengan perusahaan Indonesia, tidak dari berbagai negara. Putusan-putusan
lain adalah karena tertarik untuk berinvestasi pengadilan Indonesia pun seringkali menjadi
di Indonesia. Sejak keluarnya UU 25/2007 perhatian masyarakat bisnis dan keuangan
tentang Penanaman Modal, sekarang ini internasional dan karenanya, hakim harus
tidak lagi dikenal Perusahaan Modal Asing mampu menunjukkan bahwa putusannya
atau Modal Dalam Negeri. Dengan telah merupakan putusan berkualitas yang didasari
meratifikasi World Trade Organisation pada oleh pertimbangan-pertimbangan hukum
1995, maka berdasarkan asas resiprositas, yang baik, berkualitas dari segi keilmuan,
Indonesia tidak boleh lagi membedakan serta norma-norma hukum yang ia bangun
modal asing dengan modal nasional. dapat dipertanggungjawabkan. Hakim wajib
Semuanya harus diperlakukan sama. menyadari bahwa efek dari putusan yang
Tantangan yang dihadapi Indonesia ke tidak berkualitas akan membawa kerugian
depan adalah bahwa di dalam memasuki bukan hanya kepada pihak yang dikalahkan
abad ke-21, perekonomian dunia sudah tetapi dapat pula berimbas bagi rakyat
semakin bersifat global, persaingan dalam kebanyakan mengingat masyarakat bisnis
mengisi pangsa pasar dunia semakin internasional akan menilai integritas hukum
tajam, dan jumlah modal yang tersedia Indonesia dari putusan-putusan pengadilan
semakin banyak. Sementara itu di sisi tersebut. Baik-buruknya persepsi kalangan
lain, technological gap dan sciences bisnis internasional terhadap kalangan bisnis
gap yang ada sekarang ini antara negara- Indonesia akan sangat berpengaruh pada
negara maju dengan negara-negara sedang perhitungan ongkos dan risiko berusaha
membangun seperti Indonesia akan semakin di Indonesia yang ujung-ujungnya harus
lebar apabila negara-negara yang sedang ditanggung oleh rakyat Indonesia, bukan
membangun tidak segera mempersiapkan para pihak dalam suatu perkara tertentu
diri dengan mempercepat pengembangan saja.
IPTEK, termasuk ilmu pengetahuan hukum
yang salah satu tolak ukurnya adalah putusan C. Perlindungan Terhadap Pihak Ke-
lembaga peradilan yang berkualitas dari segi tiga
ilmu pengetahuan hukumnya. Prinsip atau asas umum dalam Hukum
Oleh sebab itulah seringkali perkara- Perjanjian sebagaimana diatur di dalam
perkara bisnis yang satu di antaranya Pasal 1315 KUHPerdata adalah bahwa pada
adalah pembatalan perjanjian di Indonesia dasarnya perjanjian itu hanya mengikat para
sering kali melibatkan pihak-pihak yang pihak sendiri dan tidak mengikat pihak ketiga
tidak saja merupakan pihak Indonesia tanpa persetujuannya. Ketentuan ini logis,
tetapi melibatkan pula pihak asing yang karena memang hanya para pihaklah yang


7
Nindyo Pramono, 2006, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 6.

8
Pitlo, A-Bolweg, M.F.H.J., 1979, Het Nederlands Burgerlijk Wetboek, Algemeen Deel Van Het Verbintenissen-
recht, Deel III, Achte Druk, Gouda Quint, Arbhem, hlm. 139.
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 229

sepakat membebankan hak dan kewajiban pula, apakah memang pihak tersebut
dalam perjanjian yang mereka buat. memiliki tanggung jawab tanggung renteng
Siapakah yang dimaksud dengan pihak untuk mengganti kerugian yang didalilkan
ketiga di sini? Di dalam ketentuan Pasal Penggugat? Adakah hubungan sebab-akibat
1315 KUH Perdata tersebut, tersirat bahwa antara kerugian yang Penggugat tuntut
yang disebut pihak ketiga adalah mereka dengan tindakan yang dilakukan Tergugat?
yang bukan merupakan pihak dalam suatu Di sini Hakim tidak boleh secara sembrono
perjanjian dan juga bukan penerima atau mengabulkan suatu tuntutan ganti kerugian,
pengoper hak atau rechtsverkrijgenden, baik di mana pihak ketiga sama sekali tidak
berdasarkan alas hak umum maupun alas menjadi pihak dalam suatu perjanjian.
hak khusus. Mengoper berdasarkan alas Berdasarkan Pasal 1315 jo. Pasal 1340 ayat
hak umum adalah mengoper seluruh atau (2) KUHPerdata, Pihak Ketiga tidak dapat
suatu bagian sebanding tertentu dari suatu memperoleh hak-hak dari suatu perjanjian
kekayaan (sekelompok aktiva dan pasiva) (di mana ia bukan merupakan pihak dan
seperti mengoper berdasarkan pewarisan bukan orang yang mengoper dari orang yang
ab intestaat atau wasiat pengangkatan menjadi pihak dalam perjanjian tersebut),
waris, berdasarkan percampuran harta selain dari perkecualian yang diberikan
dalam perkawinan atau mengoper kekayaan dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yaitu janji
perseroan pada saat pembubarannya. untuk pihak ketiga atau derdenbeding.
Dalam kaitan dengan perkembangan Seringkali pula terjadi, di samping
perjanjian dalam lingkungan bisnis, seringkali menuntut pembatalan suatu perjanjian antara
terjadi dalam perkara-perkara perdata yang Penggugat dengan Tergugat atau salah
diajukan ke pengadilan, Penggugat tanpa satu Tergugat, Penggugat menuntut pula
argumen yuridis yang jelas kemudian pembatalan berbagai perjanjian lain antara
menyertakan pihak lain atau pihak ketiga seorang atau beberapa Tergugat dengan pihak
dalam gugatannya. Dalam gugatan seperti ini, lainnya, padahal Penggugat bukan pihak
Penggugat umumnya menuntut penggantian dalam perjanjian tersebut. Salah satu alasan
kerugian secara tanggung renteng. Gugatan yang sering dikemukakan adalah bahwa
semacam ini bisa jadi disengaja dengan perjanjian tersebut merupakan perjanjian
harapan untuk mendapatkan nilai tawar yang yang berkaitan dengan perjanjian antara
tinggi dalam negosiasi perdamaian. Dalam Penggugat dengan Tergugat yang diajukan
peristiwa demikian, hakim dituntut untuk pembatalannya oleh Penggugat. Dalam
secara cermat melihat apakah benar pihak hal ini, walaupun pengadilan menemukan
ketiga tersebut memenuhi kriteria yuridis bahwa dalil-dalil Penggugat tentang dapat
untuk disertakan dalam gugatan dan harus dibatalkannya perjanjian antara Penggugat
ikut bertanggungjawab atas perjanjian yang dengan Tergugat dapat dibenarkan, peng-
di dalamnya ia tidak ikut terlibat. Demikian adilan harus juga memberikan penilaian


9
Satrio, J., op. cit., hlm. 90.
230 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233

secara hati-hati terhadap apakah kemudian penggunaan istilah, misalnya undang-


perjanjian lainnya juga dapat menjadi batal undang menyebutkan batal demi hukum,
dengan alasan yang sama? Pesan yang ingin tetapi yang dimaksudkan adalah dapat
dikemukakan dalam uraian di atas adalah dibatalkan. Hal itu dapat kita jumpai dalam
kiranya hakim mau menyadari bahwa Pasal 1446 KUHPerdata, yang mengatakan,
pembatalan suatu perjanjian dapat berakibat Semua perjanjian yang dibuat oleh orang-
luas terhadap berbagai pihak dan karenanya orang yang belum dewasa atau orang-orang
suatu perjanjian tidak dapat dibatalkan yang ditaruh di bawah pengampuan adalah
semata-mata karena perjanjian tersebut batal demi hukum dan atas penuntutan yang
berkaitan dengan perjanjian lain yang telah dimajukan oleh atau dari pihak mereka, harus
dibatalkan. Sebagai ilustrasinya sangat dinyatakan batal, semata-mata atas dasar
mungkin hal itu dapat terjadi pada perjanjian kebelumdewasaan atau pengampuannya.
assesoir yang mana perjanjian utamanya Hal kebatalan di dalam teori hukum
dibatalkan. dapat dibagi dalam dua hal pokok, yaitu batal
Penulis sangat memahami jika hal itu demi hukum dan dapat dibatalkan. Disebut
terkait dengan perjanjian assesoir. Namun batal demi hukum, karena kebatalannya
perlu diingat bahwa hukum Indonesia terjadi berdasarkan undang-undang. Pada
mempunyai aturan-aturan yang jelas tentang umumnya ketentuan-ketentuan yang ber-
perjanjian assesoir (di antaranya perjanjian- hubungan dengan kebatalan ini adalah
perjanjian hak tanggungan, gadai, atau perjanjian-perjanjian obligatoir. Misalnya
fidusia). Perjanjian-perjanjian yang tidak perjanjian dengan kausa yang tidak halal
diatur sebagai perjanjian assesoir oleh suatu dan hibah antara suami dan istri. Batal demi
undang-undang jelas tidak dapat serta-merta hukum berakibat bahwa perbuatan hukum
batal hanya karena suatu perjanjian lain batal, yang bersangkutan oleh hukum dianggap
karena perjanjian lain itu tidak ada kaitannya tidak pernah terjadi.
sama sekali atau bukan sebagai perjanjian Dapat dibatalkan mengandung arti
pokok yang diikuti dengan sebuah perjanjian bahwa perjanjian itu akan dibatalkan atau
assesoir. Harus diperhatikan bahwa hukum tidak, sepenuhnya terserah pada para pihak
mensyaratkan pembatalan perjanjian oleh yang membuat perjanjian. Dapat dibatalkan
pengadilan didasarkan pada perjanjian yang baru mempunyai akibat hukum setelah ada
konkrit dan diajukan oleh pihak-pihak yang putusan hakim yang membatalkan perbuatan
memiliki legal standing yang jelas. hukum tersebut. Sebelum ada putusan,
perbuatan hukum tersebut tetap berlaku.
D. Suatu Peraturan Hukum Tidak Dalam kaitan dengan permasalahan
Berlaku Retroaktif dalam tulisan ini, sering kali terjadi di
Salah satu ketentuan tentang hapusnya dalam praktik salah satu alasan pengajuan
perikatan atau perjanjian sebagaimana diatur pembatalan perjanjian adalah bahwa suatu
di dalam Pasal 1381 KUHPerdata adalah perjanjian bertentangan dengan undang-
kebatalan dan pembatalan. Di dalam syarat undang. Berkaitan dengan alasan pembatalan
kebatalan terdapat ketidakpastian tentang ini harus dicermati bahwa undang-undang
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 231

sering kali sudah berubah tanpa diketahui atau dan memperkokoh rule of law. Bahkan
dipahami oleh para pihak yang bersengketa atas dasar Konstitusi, hak itu merupakan
maupun barangkali juga hakim. Undang- hak asasi manusia yang tidak dapat
undang itu tidak statis. Undang-undang akan dikurangi dalam keadaan apapun. Dengan
selalu mengalami perubahan mengikuti menggunakan pendekatan analogi, maka
dinamika politik, sosial, dan ekonomi. terhadap perjanjian yang telah dibuat dan
Dalam hal ini, apakah perubahan undang- ditandatangani secara sah oleh para pihak
undang dapat menyebabkan suatu perjanjian sebelum dikeluarkannya undang-undang
menjadi batal? Sementara itu perjanjian yang baru masih harus diakui tetap sah
tersebut telah lahir, terjadi, dan berlaku mengikat para pihak yang membuatnya.
sah sebelum undang-undang yang dipakai Tidak boleh perjanjian yang dibuat oleh para
sebagai dalil untuk membatalkan perjanjian pihak secara sah dan mengikat layaknya
tersebut lahir belakangan. Di sinilah prinsip undang-undang bagi mereka berdasarkan
undang-undang tidak bisa berlaku retroaktif asas pacta sunt servanda, kemudian begitu
memainkan peranan penting. saja dinyatakan batal atau batal demi
Berdasarkan asas contrarius actus untuk hukum karena lahir undang-undang baru
menyatakan bahwa agar suatu undang-undang yang kemudian mengatur hal yang berbeda
dinyatakan tidak berlaku, maka pejabat atau dengan yang telah disepakati bersama oleh
lembaga yang menerbitkan ketentuan atau para pihak tersebut.
keputusan tersebutlah yang berwenang Tidak bisa dibayangkan kekacauan
untuk membatalkan suatu ketentuan atau yang timbul apabila setiap perjanjian harus
keputusan yang telah dibuatnya itu.10 Asas diubah untuk mengikuti perubahan undang-
inilah yang sering disebut sebagai asas undang. Oleh karena itu, suatu perjanjian
retroaktif. Rujukan konstitusionalnya adalah yang bisa jadi kemudian bertentangan
Pasal 28I ayat (1) Undang-Undang Dasar dengan suatu undang-undang namun dibuat
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. sebelum berlakunya undang-undang yang
Asas retroaktif tercermin dalam frasa ... baru tersebut sebenarnya tidak terkena
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum ancaman pembatalan yang diatur dalam
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia Pasal 1337 KUHPerdata.
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. E. Harus Dikembalikan kepada Ke-
Berdasarkan asas retroaktif, diajarkan adaan Semula
bahwa peraturan perundang-undangan Sebagaimana dikemukakan di atas,
tidak berlaku surut. Asas retroaktif ini suatu prinsip dasar hukum perdata kita
erat kaitannya dengan asas legalitas demi adalah apabila suatu perjanjian batal demi
tercapainya kepastian hukum, keadilan hukum, posisi hukum para pihak harus
dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan dikembalikan kepada keadaan semula,

M. Philipus Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2009, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogya-
10

karta, hlm. 8.
232 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233

seolah-olah perjanjian tersebut tidak pernah F. Penutup


ada. Apabila dicermati secara jeli, doktrin Sebagaimana diajarkan bahwa tugas
ini mengajarkan kepada kita bahwa apabila pokok hakim adalah menerima, memeriksa
suatu perjanjian diputuskan batal demi dan mengadili perkara serta menyelesaikan
hukum, maka konsekuensi logisnya adalah setiap perkara yang diajukan kepadanya.
tidak boleh ada pihak yang dirugikan. Benar bahwa hakim itu bersikap pasif
Kembali kepada keadaan semula berarti dalam arti hanya menunggu perkara yang
perbuatan hukum yang bersangkutan oleh diajukan kepadanya dan tidak aktif men-
hukum dianggap tidak pernah terjadi, cari perkara. Asasnya adalah nemo iudex
sehingga sangat logis apabila para pihak sine actore11. Kemudian hakim meneliti
tidak boleh ada yang dirugikan, sebagai perkara dan akhirnya mengadili perkara
akibat dari kembali kepada keadaan semula. yang berarti memberi kepada yang ber-
Di sinilah, sebagaimana disinggung di kepentingan hak atau hukumnya. Sebelum
atas, pentingnya kejelian dan kecermatan menjatuhkan putusannya hakim harus
hakim dalam mengambil keputusan batal memerhatikan serta mengusahakan agar
demi hukum itu. Hakim tidak boleh sekedar jangan sampai putusan yang akan dijalan-
menyatakan suatu perjanjian batal demi kan nanti malah menimbulkan perkara
hukum akan tetapi tidak memerintahkan baru. Putusan harus tuntas dan tidak me-
tindakan-tindakan yang mengembalikan para nimbulkan ekor perkara baru, demikian
pihak kepada keadaan semula. Dalam hal dikatakan Mertokusumo12 sebagai seorang
ini, hakim tidak boleh terpaku pada petitum- Guru Besar Ahli Hukum Acara Perdata
petitum gugatan Penggugat yang umumnya Fakultas Hukum UGM, yang sekaligus
hanya meminta hakim menjatuhkan putusan seorang mantan Hakim Tinggi di Indonesia.
pembatalan perjanjian demi hukum dengan Mudah-mudahan tidak berarti pesimistis.
suatu hukuman pembayaran ganti rugi. Suatu Menunda-nunda untuk menyampaikan
putusan yang dapat berimbas pada kerugian gagasan seberapa mungkin bermanfaat bagi
salah satu pihak, jika putusan hakim tidak pembangunan hukum di Indonesia, akan
cermat karena dalil yang dibangun kurang berarti mencuri waktu. Semoga sekemulit
dilandasi pada pengetahuan atau doktrin- gagasan dalam tulisan ini bermanfaat.
doktrin hukum yang banyak dijumpai dalam Amin.
literatur-literatur hukum.

Soedikno Mertokusumo, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm. 82.
11

ibid., hlm. 84.


12
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 233

DAFTAR PUSTAKA

Hajon, M. Philipus dan Tatiek Sri Djatmiati, Setiawan, R., 1979, Pokok-pokok Hukum
2009, Argumentasi Hukum, Gadjah Perikatan, Binacipta, Bandung.
Mada University Press, Yogyakarta. Satrio, J., 2001, Hukum Perikatan, Perikatan
Mertokusumo, Sudikno, 1982, Hukum Acara yang Lahir dari Perjanjian, Citra
Perdata Indonesia, Liberty, Yogya- Aditya Bakti, Bandung.
karta. Subekti, R., 1975, Aneka Perjanjian, Alumni,
_________, 1999, Mengenal Hukum Suatu Bandung.
Pengantar, Liberty. Yogyakarta. _________, 1990, Hukum Perjanjian,
_________, 1984, Bunga Rampai Ilmu Intermasa, Jakarta.
Hukum, Liberty, Yogyakarta. Widjaja, Gunawan dan Kartini Mulyadi,
Pramono, Nindyo, 2006, Bunga Rampai 2004, Jual Beli, Raja Grafindo Persada,
Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Jakarta.
Bakti, Bandung. Vollmar, H.F.A., Inleiding tot de Studie
Pitlo, A-Bolweg, M.F.H.J., 1979, Het Ne- van het Nederlands Burgelijk Recht,
derlands Burgerlijk Wetboek, Algemeen diterjemahkan oleh I.S. Adiwimarta,
Deel Van Het Verbintenissenrecht, Deel 1984, Pengantar Studi Hukum Perdata
III, Achte Druk, Gouda Quint, Arbhem. II, Rajawali, Jakarta.

You might also like