Professional Documents
Culture Documents
PEMBATALAN PERJANJIAN
Nindyo Pramono*
Abstract Abstrak
*
Guru Besar Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
(e-mail: nindyopramono@gmail.com).
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 225
Hal inilah yang layak untuk dikupas secara pembatalan ke pengadilan. Pengingkaran ini
mendalam dalam suatu kajian ilmiah. sudah barang tentu dibangun dengan dalil-
Perjanjian-perjanjian yang erat kaitan- dalil sedemikian rupa oleh pihak penggugat
nya dengan kegiatan bisnis memiliki yang merasa kepentingannya dirugikan.
persoalan yang kompleks. Misalnya, pada Bahkan, tidak jarang salah satu pihak dalam
1997-1998 lalu, tindakan pemerintah dalam perjanjian kemudian meminta kepada hakim
mengatasi krisis perbankan telah melahirkan untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut
bentuk perjanjian yang tidak mudah untuk batal demi hukum (void ab initio atau
digolongkan ke dalam jenis perjanjian rechtswegenieteg).
sebagaimana dikenal di dalam Buku II Tidak jarang perjanjian-perjanjian yang
KUHPerdata. Bentuk Perjanjian tentang Penulis kemukakan di atas melibatkan pihak
Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham, asing sebagai salah satu pihak. Pelaksanaan
disingkat PKPS, yang terdiri dari Master perjanjian dengan segala konsekuensi
of Settlement and Acquisition Agreement hukumnya akan melibatkan pihak yang
(MSAA), Master Refinancing and Not datang dengan sistem hukum yang belum
Issuance Agreement (MRNIA), dan Akta tentu sejalan atau sama dengan sistem
Pengakuan Hutang (APU), tidak mudah hukum yang berlaku di Indonesia. Benar
untuk digolongkan sebagai jenis perjanjian bahwa mereka sudah barang tentu sepakat
bernama, perjanjian timbal balik, atau untuk menundukkan diri kepada hukum
perjanjian sui generis. Perjanjian-perjanjian Indonesia. Akan tetapi, tidak jarang pula
itu kebanyakan dibuat dalam Bahasa Inggris mereka lebih memilih hukum asing atau
dan tidak ada salinannya yang dibuat yurisdiksi hukum asing atau forum asing
dalam Bahasa Indonesia. Hal ini tidak saja untuk mengadili sengketa yang mungkin
menyebabkan perjanjian itu menjadi sulit timbul. Namun apa yang terjadi dengan
untuk dipahami, tetapi juga menimbulkan bangunan dalil-dalil tertentu, diajukanlah
kesulitan begitu terjadi perselisihan karena gugatan ke forum pengadilan Indonesia,
belum tentu istilah-istilah yang digunakan padahal kompleksitas permasalahnya tidak
dalam perjanjian tersebut benar-benar mudah untuk diselesaikan begitu saja
sejalan atau dapat diterjemahkan sama tanpa memahami perkembangan hukum
dengan istilah-istilah yang sudah lebih bisnis yang sudah demikian pesat di dalam
dulu dikenal atau dipahami di dalam sistem praktiknya. Oleh sebab itu, jika kehandalan
hukum perdata kita. pelaksanaan penegakan hukumnya justru
Contoh lain yang belakangan sering disangsikan, tidak menutup kemungkinan
berakhir dengan sengketa di pengadilan citra penegakan hukum di Indonesia tidak
adalah perjanjian-perjanjian derifatif yang menjadi lebih baik dalam konteks pergaulan
harus diakui belum tentu semuanya telah global, namun justru akan memburuk.
dipahami oleh hakim-hakim di Indonesia. Dampak selanjutnya, investasi yang kita
Perjanjian derifatif yang dibuat oleh para harapkan mampu mendukung devisa negara
pihak atas dasar kebebasan berkontrak, dari sektor modal asing akan semakin jauh
kemudian diingkari isinya dan dimintakan dari harapan. Dalam konteks demikian,
226 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233
peran hakim dalam mengadili dan memutus kuno dalam ilmu hukum yang berbunyi,
sengketa-sengketa perjanjian bisnis yang het recht hinkt achter de feiten aan
melibatkan unsur asing sangat menentukan atau hukum pontang-panting berusaha
citra penegakan hukum Indonesia di mata mengikuti peristiwa yang diaturnya sendiri,
investor atau mitra asing tersebut. tampaknya cocok untuk menggambarkan
Secara teoritis, menjadi hak seseorang betapa perkembangan hukum perjanjian
untuk mengajukan gugatan apapun jika dan hukum bisnis kurang diikuti dengan
memang ia mempunyai alasan yang kuat pemahaman pengetahuan hukum oleh
untuk itu. Terbukanya kemungkinan untuk sebagian hakim di Indonesia.
memohon pembatalan suatu perjanjian Oleh sebab itu, demi menegakkan
merupakan suatu sarana penting bagi suatu kepastian hukum dan keadilan agar memberi
sistem hukum modern untuk menjamin kemanfaatan bagi para pencari keadilan
terlaksananya prinsip access to justice atau yang mengadukan sengketa hukum mereka
akses kepada keadilan dan memastikan kepada hakim, hakim dituntut untuk mampu
terjaganya prinsip rule of justice atau keadil- secara arif dan bijaksana menegakkan hukum
an yang berkuasa. Karenanya, kemungkinan dengan selalu memerhatikan tiga tungku
ini merupakan suatu hal yang lumrah dan hukum: kepastian hukum (Rechtssicherheit),
bahkan wajib ada di negara-negara dengan kemanfaatan (Zweckmigkeit), dan keadil-
sistem hukum yang modern dan demokratis. an (Gerechtigkeit) mengatakan ada dua
Hukum harus berfungsi sebagai pelindung kutub yang saling tarik-menarik dalam
kepentingan manusia. Dengan demikian, pelaksanaan penegakan hukum, yaitu kutub
agar kepentingan manusia terlindungi, maka keadilan dan kepastian hukum.
hukum harus ditegakkan. Dalam tulisan ini, penulis ingin
Di Indonesia, perkara-perkara perdata menyampaikan beberapa hal disertai
yang salah satu pihaknya menuntut harapan agar dapat diperhatikan oleh hakim
pembatalan suatu perjanjian telah seringkali ketika memutus perkara-perkara yang di
terjadi. Pengadilan pun sudah berkali-kali dalamnya terdapat permohonan pembatalan
membatalkan gugatan semacam ini. Namun suatu perjanjian. Tulisan ini sama sekali
demikian, ditengarai masih terdapat pencari tidak bermaksud menggurui hakim. Tulisan
keadilan yang kecewa dengan putusan ha- ini hanya ingin memberikan kontribusi
kim yang dirasa kurang memahami kom- obyektif di dalam proses penegakan hukum,
pleksitas perkembangan hukum bisnis khususnya di dalam sengketa-sengketa
termasuk perjanjian-perjanjian dalam hukum yang terkait dengan hukum perjanjian
lingkungan hukum bisnis yang sudah dan hukum bisnis yang sudah berkembang
berkembang. Dengan meminjam ungkapan demikian pesatnya dewasa ini.
1
Soedikno Mertokusumo, 1984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 6.
2
Soedikno Mertokusumo, 1999, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 145.
3
J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.
64-65.
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 227
4
Soebekti, R., 1990, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, hlm. 41.
5
H. F. A. Vollmar, Inleiding tot de Studie van het Nederlands Burgelijk Recht, diterjemahkan oleh I. S. Adi-
wimarta, 1984, Pengantar Studi Hukum Perdata II, Rajawali, Jakarta, hlm. 164.
6
R. Setiawan, 1979, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Binacipta, Bandung, hlm. 64.
228 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233
7
Nindyo Pramono, 2006, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 6.
8
Pitlo, A-Bolweg, M.F.H.J., 1979, Het Nederlands Burgerlijk Wetboek, Algemeen Deel Van Het Verbintenissen-
recht, Deel III, Achte Druk, Gouda Quint, Arbhem, hlm. 139.
Pramono, Problematika Putusan Hakim dalam Perkara Pembatalan Perjanjian 229
sepakat membebankan hak dan kewajiban pula, apakah memang pihak tersebut
dalam perjanjian yang mereka buat. memiliki tanggung jawab tanggung renteng
Siapakah yang dimaksud dengan pihak untuk mengganti kerugian yang didalilkan
ketiga di sini? Di dalam ketentuan Pasal Penggugat? Adakah hubungan sebab-akibat
1315 KUH Perdata tersebut, tersirat bahwa antara kerugian yang Penggugat tuntut
yang disebut pihak ketiga adalah mereka dengan tindakan yang dilakukan Tergugat?
yang bukan merupakan pihak dalam suatu Di sini Hakim tidak boleh secara sembrono
perjanjian dan juga bukan penerima atau mengabulkan suatu tuntutan ganti kerugian,
pengoper hak atau rechtsverkrijgenden, baik di mana pihak ketiga sama sekali tidak
berdasarkan alas hak umum maupun alas menjadi pihak dalam suatu perjanjian.
hak khusus. Mengoper berdasarkan alas Berdasarkan Pasal 1315 jo. Pasal 1340 ayat
hak umum adalah mengoper seluruh atau (2) KUHPerdata, Pihak Ketiga tidak dapat
suatu bagian sebanding tertentu dari suatu memperoleh hak-hak dari suatu perjanjian
kekayaan (sekelompok aktiva dan pasiva) (di mana ia bukan merupakan pihak dan
seperti mengoper berdasarkan pewarisan bukan orang yang mengoper dari orang yang
ab intestaat atau wasiat pengangkatan menjadi pihak dalam perjanjian tersebut),
waris, berdasarkan percampuran harta selain dari perkecualian yang diberikan
dalam perkawinan atau mengoper kekayaan dalam Pasal 1317 KUH Perdata, yaitu janji
perseroan pada saat pembubarannya. untuk pihak ketiga atau derdenbeding.
Dalam kaitan dengan perkembangan Seringkali pula terjadi, di samping
perjanjian dalam lingkungan bisnis, seringkali menuntut pembatalan suatu perjanjian antara
terjadi dalam perkara-perkara perdata yang Penggugat dengan Tergugat atau salah
diajukan ke pengadilan, Penggugat tanpa satu Tergugat, Penggugat menuntut pula
argumen yuridis yang jelas kemudian pembatalan berbagai perjanjian lain antara
menyertakan pihak lain atau pihak ketiga seorang atau beberapa Tergugat dengan pihak
dalam gugatannya. Dalam gugatan seperti ini, lainnya, padahal Penggugat bukan pihak
Penggugat umumnya menuntut penggantian dalam perjanjian tersebut. Salah satu alasan
kerugian secara tanggung renteng. Gugatan yang sering dikemukakan adalah bahwa
semacam ini bisa jadi disengaja dengan perjanjian tersebut merupakan perjanjian
harapan untuk mendapatkan nilai tawar yang yang berkaitan dengan perjanjian antara
tinggi dalam negosiasi perdamaian. Dalam Penggugat dengan Tergugat yang diajukan
peristiwa demikian, hakim dituntut untuk pembatalannya oleh Penggugat. Dalam
secara cermat melihat apakah benar pihak hal ini, walaupun pengadilan menemukan
ketiga tersebut memenuhi kriteria yuridis bahwa dalil-dalil Penggugat tentang dapat
untuk disertakan dalam gugatan dan harus dibatalkannya perjanjian antara Penggugat
ikut bertanggungjawab atas perjanjian yang dengan Tergugat dapat dibenarkan, peng-
di dalamnya ia tidak ikut terlibat. Demikian adilan harus juga memberikan penilaian
9
Satrio, J., op. cit., hlm. 90.
230 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233
sering kali sudah berubah tanpa diketahui atau dan memperkokoh rule of law. Bahkan
dipahami oleh para pihak yang bersengketa atas dasar Konstitusi, hak itu merupakan
maupun barangkali juga hakim. Undang- hak asasi manusia yang tidak dapat
undang itu tidak statis. Undang-undang akan dikurangi dalam keadaan apapun. Dengan
selalu mengalami perubahan mengikuti menggunakan pendekatan analogi, maka
dinamika politik, sosial, dan ekonomi. terhadap perjanjian yang telah dibuat dan
Dalam hal ini, apakah perubahan undang- ditandatangani secara sah oleh para pihak
undang dapat menyebabkan suatu perjanjian sebelum dikeluarkannya undang-undang
menjadi batal? Sementara itu perjanjian yang baru masih harus diakui tetap sah
tersebut telah lahir, terjadi, dan berlaku mengikat para pihak yang membuatnya.
sah sebelum undang-undang yang dipakai Tidak boleh perjanjian yang dibuat oleh para
sebagai dalil untuk membatalkan perjanjian pihak secara sah dan mengikat layaknya
tersebut lahir belakangan. Di sinilah prinsip undang-undang bagi mereka berdasarkan
undang-undang tidak bisa berlaku retroaktif asas pacta sunt servanda, kemudian begitu
memainkan peranan penting. saja dinyatakan batal atau batal demi
Berdasarkan asas contrarius actus untuk hukum karena lahir undang-undang baru
menyatakan bahwa agar suatu undang-undang yang kemudian mengatur hal yang berbeda
dinyatakan tidak berlaku, maka pejabat atau dengan yang telah disepakati bersama oleh
lembaga yang menerbitkan ketentuan atau para pihak tersebut.
keputusan tersebutlah yang berwenang Tidak bisa dibayangkan kekacauan
untuk membatalkan suatu ketentuan atau yang timbul apabila setiap perjanjian harus
keputusan yang telah dibuatnya itu.10 Asas diubah untuk mengikuti perubahan undang-
inilah yang sering disebut sebagai asas undang. Oleh karena itu, suatu perjanjian
retroaktif. Rujukan konstitusionalnya adalah yang bisa jadi kemudian bertentangan
Pasal 28I ayat (1) Undang-Undang Dasar dengan suatu undang-undang namun dibuat
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. sebelum berlakunya undang-undang yang
Asas retroaktif tercermin dalam frasa ... baru tersebut sebenarnya tidak terkena
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum ancaman pembatalan yang diatur dalam
yang berlaku surut adalah hak asasi manusia Pasal 1337 KUHPerdata.
yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun. E. Harus Dikembalikan kepada Ke-
Berdasarkan asas retroaktif, diajarkan adaan Semula
bahwa peraturan perundang-undangan Sebagaimana dikemukakan di atas,
tidak berlaku surut. Asas retroaktif ini suatu prinsip dasar hukum perdata kita
erat kaitannya dengan asas legalitas demi adalah apabila suatu perjanjian batal demi
tercapainya kepastian hukum, keadilan hukum, posisi hukum para pihak harus
dan mencegah penyalahgunaan kekuasaan dikembalikan kepada keadaan semula,
M. Philipus Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2009, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogya-
10
karta, hlm. 8.
232 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 224 - 233
Soedikno Mertokusumo, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm. 82.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hajon, M. Philipus dan Tatiek Sri Djatmiati, Setiawan, R., 1979, Pokok-pokok Hukum
2009, Argumentasi Hukum, Gadjah Perikatan, Binacipta, Bandung.
Mada University Press, Yogyakarta. Satrio, J., 2001, Hukum Perikatan, Perikatan
Mertokusumo, Sudikno, 1982, Hukum Acara yang Lahir dari Perjanjian, Citra
Perdata Indonesia, Liberty, Yogya- Aditya Bakti, Bandung.
karta. Subekti, R., 1975, Aneka Perjanjian, Alumni,
_________, 1999, Mengenal Hukum Suatu Bandung.
Pengantar, Liberty. Yogyakarta. _________, 1990, Hukum Perjanjian,
_________, 1984, Bunga Rampai Ilmu Intermasa, Jakarta.
Hukum, Liberty, Yogyakarta. Widjaja, Gunawan dan Kartini Mulyadi,
Pramono, Nindyo, 2006, Bunga Rampai 2004, Jual Beli, Raja Grafindo Persada,
Hukum Bisnis Aktual, Citra Aditya Jakarta.
Bakti, Bandung. Vollmar, H.F.A., Inleiding tot de Studie
Pitlo, A-Bolweg, M.F.H.J., 1979, Het Ne- van het Nederlands Burgelijk Recht,
derlands Burgerlijk Wetboek, Algemeen diterjemahkan oleh I.S. Adiwimarta,
Deel Van Het Verbintenissenrecht, Deel 1984, Pengantar Studi Hukum Perdata
III, Achte Druk, Gouda Quint, Arbhem. II, Rajawali, Jakarta.