You are on page 1of 3

Nama : Eisya Andita Priyadi

NPM : 230210150068
Kel. :1
Lab : akuakultur
Hematokrit pada Ikan Nilem

Kondisi darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan
yang sedang dialami oleh organisme tersebut. Penyimpangan fisiologis ikan akan
menyebabkan komponen-komponen darah juga mengalami perubahan. Perubahan gambaran
darah dan kimia darah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dapat menentukan kondisi
kesehatannya.Hemoglobin merupakan protein yang terdiri dari protoporfirin, globin dan besi
yang bervalensi 2 (ferro). Satu gram hemoglobin dapat mengikat sekitar 1,34 ml oksigen.
Kadar hemoglobin yang rendah dapat dijadikan sebagai petunjuk mengenai rendahnya
kandungan protein pakan, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi. Sedangkan kadar
tinggi menunjukkan bahwa ikan sedang berada dalam kondisi stress (Wells, 2005 dalam
Kuswardani, 2006).

Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit (sel darah merah) dalam darah
ikan. Hasil pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan
untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22% menunjukkan
terjadinya anemia. Kadar hematokrit ini bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan,
jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Kuswardani, 2006).

Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel
eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan
pewarnaan Giemsa (Chinabut et al., 1991 dalam Mulyani, 2006). Pada ikan teleost, jumlah
normal eritrosit adalah 1,05106 3,0106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006).
Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia.
Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan
Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).

Leukosit (sel darah putih) mempunyai bentuk lonjong atau bulat, tidak berwarna, dan
jumlahnya tiap mm3 darah ikan berkisar 20.000-150.000 butir, serta merupakan unit yang
aktif dari sistem pertahanan (imun) tubuh. Sel-sel leukosit akan ditranspor secara khusus ke
daerah terinfeksi. Leukosit terdiri dari dua macam sel yaitu sel granulosit (terdiri dari netrofil,
eusinofil, dan basofil dan sel agranulosit) dan sel granulosit (terdiri dari limfosit, trombosit,
dan monosit) (Purwanto, 2006).

Limfosit memiliki peranan dalam respon imunitas dan monosit merupakan sel
makrofag yang berperan penting dalam memfagosit mikroorganisme patogen. Sedangkan
trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah dan berfungsi untuk mencegah
kehilangan cairan tubuh pada kerusakan-kerusakan di permukaan (Nabib dan Pasaribu, 1989
dalam Mulyani, 2006). Berbeda dengan ketiga sel di atas, netrofil sangat aktif dalam
membunuh bakteri dan jumlahnya besar dalam nanah (Carboni, 1997 dalam Mulyani, 2006).
Sel-sel tersebut bersirkulasi dalam darah dan cairan limfa.

Hematokrit (Hct) adalah persentase seluruh volume eritrosit yang dipisahkan dari
plasma dengan cara memutarnya didalam tabung khusus dengan waktu dan kecepatan
tertentu dimana nilainya dinyatakan dalam persen (%). Untuk tujuan ini, darah diambil dalam
semprit dengan volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus
berskala hematokrit (tabung wintrobe). Untuk pemeriksaan hematokrit darah tidak boleh
dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi antikoagulan. Setelah tabung tersebut diputar
dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka eritrosit akan mengendap (Sadikin, M. 2002).

Hematokrit adalah nilai yang menunjukan persentase zat padat dalam darah terhadap
cairan darah. Dengan demikian, bila terjadi perembesan cairan darah keluar dan pembuluh
darah, sementara bagian padatnya tetap dalam pembuluh darah, akan membuat persentase zat
padat darah terhadap cairannya naik sehingga kadar hematokritnya juga meningkat
(Hardjoeno, H. 2007).

Nilai hematokrit yang rendah sering ditemukan pada kasus anemia leukemia,
sedangkan peningkatan nilai hematokrit ditemukan pada dehidrasi (suatu peningkatan relatif).
Hematokrit dapat menjadi indikator keadaan dehidrasi. Hematokrit dapat mengindikasikan
hemokonsentrasi, akibat penurunan volume cairan dan peningkatan eritrosit.

Hematokrit dapat diukur pada darah vena atau kapiler berdasarkan perbandingan
persentase volume eritrosit / volume darah dengan metode wintrobe atau metode mikro.
Hematokrit juga dapat ditentukan dengan menggunakan instrumen elektronik automatik.
Walaupun cara automatik lebih unggul dan cara manual, namun mempunyai keterbatasan
seperti: harga yang cukup mahal, penggunaannya terbatas, khususnya di daerah apabila
reagen habis biasanya pengiriman terlambat sehingga cara manual masih merupakan tes
pilihan pada laboratorium, juga terkadang masih perlu dikonfirmasikan bila ada hasil diluar
kemampuan alat.
I. Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Nilai Hematokrit
Hematokrit biasanya tiga kali nilai Hb, kecuali bila ada bentuk dan besar eritrosit abnormal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai hematokrit ialah jumlah lekosit yang cukup
tinggi, nilai glukosa dan natrium darah yang tinggi, hemolisis, dan kesalahan tehnik misalnya
penggunaan antikoagulan yang tidak tepat (Hardjoeno, H. 2007).
Variabel-Variabel yang cenderung meningkatkan dan menurunkan nilai Hematokrit :
Meningkatnya nilai Hematokrit dapat disebabkan oleh dehidrasi, waktu tornikuet
berkepanjangan, terpapar suhu dingin, peningkatan aktivitas otot, posisi berdiri tegak,
diare berat, luka bakar, pembedahan dan teknik centrifugasi.
Menurunnya nilai hematokrit dapat terjadi pada beberapa kondisi tubuh seperti:
anemia, leukimia, malnutrisi dan gagal ginjal.
II. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Hematokrit:
Kecepatan centrifuge
Makin tinggi kecepatan centrifuge semakin cepat terjadinya pengendapan eritrosit dan begitu
pula sebaliknya, semakin rendah kecepatan centrifuge semakin lambat terjadinya
pengendapan eritrosit.
Pengaruh kecepatan centrifuge, dapat kita lihat pada hasil pemeriksaan hematokrit dengan
menggunakan kecepatan centrifuge 16.000 rpm dan selama 2-3 menit yang menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
Waktu centritugasi
Selain radius dan kecepatan centrifuge, lamanya centrifugasi juga berpengaruh terhadap hasil
pemeriksaan hematokrit. Makin lama centrifugasi dilakukan maka hasil yang diperoleh
semakin maksimal.

DAFTAR PUSTAKA:

Prawirohartono, Slamet dan Suharyono, Hadisumarto. 1999. Sains Biologi-2b.Jakarta:Bumi


Aksara
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mudjiman, A. 2001. Makanan ikan dan sistem darah. Cet. Ke 15. Jakarta: PT. Penebar
swadaya.

You might also like