You are on page 1of 27

Money Laundering, Transnational

Financial Flow and Follow the Money


Materi Perkuliahan Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif

Dirangkum oleh Kelompok 8


Dewi Rina Setyawati F1315032
I Made Rai Agus Suputra F1315110
Mukhlis Erisnanto F1315065
T.A.R. Jatmiko F1315094
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

A. Money Laundering and TransNational Financial Flow


1. Pendahuluan
Proses pencucian uang tradisional dapat dibagi menjadi tiga langkah.
Pertama, uang itu disimpan di bank atau lembaga keuangan. Kedua,
satu set transfer yang kompleks dibuat untuk menyamarkan
sumber dari uang tersebut dan untuk menyembunyikan jejak audit.
Ini disebut layering the transaction. Langkah terakhir adalah
mengintegrasikan uang kembali ke dalam tempat penyimpanan
uang yang sebenarnya. Tidak semua kegiatan pencucian uang
mengikuti urutan langkah-langkah ini karena bisa disesuaikan dengan
situasi yang ada.
Tujuan utama kegiatan pencucian uang adalah agar dana-dana yang
sebelumnya tidak bisa digunakan, dapat digunakan secara sah setelah
dilakukan pencucian uang.

2. Mengapa Pelaku Kejahatan Melakukan Pencucian Uang?


Ada beberapa alasan pelaku kejahatan lebih memilih melakukan
pencucian uang, diantaranya sebagai berikut :
a. Agar uang tersebut tidak dipermasalahkan secara hukum, tidak
disita oleh pihak yang berwajib dan tidak dicurigai oleh orang
banyak. diantaranya dengan cara disimpan dibank atas nama orang
lain atau disetorkan secara tunai kebeberapa rekening atas nama
orang lain.
b. Menghindari tuntutan atau penyelidikan secara hukum dengan
cara menjauhkan diri mereka sendiri dari uang hasil kejahatan
misalnya dengan menyimpannya atas nama orang lain. ini adalah
sebuah hal yang lumrah dalam sebuah tindakan kejahatan, seorang
pelaku "harus jauh" dari tindakan kejahatan itu sendiri dan "harus
jauh" dari uang atau harta hasil kejahatannya.
c. Untuk melipatgandakan keuntungan dengan cara
menempatkannya pada bisnis yang sah, bisnis tersebut bisa atas
nama dirinya sendiri maupun orang lain, sehingga menjadi lebih

1
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

sulit terdeteksi dan pelaku dapat menggunakan uangnya dengan


leluasa tanpa takut dicurigai.

3. Cybercash dan Pencucian Uang


Dalam waktu dekat, akan dimungkinkan untuk mentransfer uang
dalam jumlah besar dari satu lokasi ke lokasi lain tanpa menggunakan
bank dan dengan transfer menjadi benar-benar anonim. Belakangan,
transaksi Cybercash mulai berlangsung tanpa perlu pihak ketiga dan
pengawasan. Selain itu, transfer Cybercash dapat dibuat seolah-olah
kegiatan tersebut tidak dianggap ilegal.

4. Pengguna Praktek Pencucian Uang


Tidak ada daftar yang dapat menampung semua contoh dari orang-
orang yang akan menggunakan teknik pencucian uang. Harus diingat
bahwa alasan untuk pencucian uang adalah untuk mengkonversi
sumber daya ke dalam bentuk yang membuat mereka dapat digunakan
oleh penerima mereka. Beberapa contoh pelaku pencucian uang dan
alasannya:

a. Penerima hibah
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah universitas tertangkap
menggunakan metode untuk mengkonversi uang hibah ke dalam
pengeluaran lain-lain.
b. Penjahat
Banyak kejahatan, jika berhasil, memiliki potensi untuk
menghasilkan uang dalam jumlah yang sangat besar yang asalnya
tidak dapat dijelaskan, sehingga mendorong penggunaan prosedur
pencucian uang.
c. Pencari Suaka politik
Orang dianiaya karena alasan agama atau etnis dalam suatu negara
tertentu mungkin memerlukan bantuan untuk melarikan diri dari

2
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

negara itu serta bantuan untuk membawa kekayaan pribadi


mereka.

5. Menemukan Skema Pencucian Uang


Dalam skema pencucian uang, jejak audit yang tersedia biasanya ada
untuk mengelabuhi investigator dan meyakinkan bahwa sumber dari
uang yang dicurigai sebagai kegiatan pencucian uang adalah uang
yang sah. Namun ada dokumen-dokumen tertentu yang lebih dapat
diandalkan dalam mendeteksi adanya skema pencucian uang antara
lain:
a. Identifikasi via web log
web log dapat menjadi sumber data untuk mengidentifikasi dan
melacak orang-orang yang menggunakan situs tertentu karena di
dalamnya mengandung alamat IP, ID dan password, waktu
penggunaan, file yang diminta, dan URL dari pengguna.
b. Identifikasi via Transfer rekening
Cara ini dapat dilakukan dengan mengecek data transfer rekening,
akan didapatkan banyak informasi terkait transaksi tersebut.
c. Laporan bank.

B. Follow the Money


1. Pengertian
Secara harfiah, follow the money berarti mengikuti jejak-jejak yang
ditinggalkan dalam suatu arus uang atau arus dana. Jejak-jejak ini
pula yang nantinya akan membawa penyidik atau akuntan forensic
kearah pelaku fraud.
Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari, nalurinya
ini akan meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus
uang. Jejak-jejak uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh
penyidik.
Ketentuan perundang-undangan mengenai tindak pidana pencucian
uang menginagtkan kita bahwa bukan kejahatan utamanya saja

3
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

(seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan barang dan manusia,


pencurian, prostitusi, terorisme, dan lain-lain) yang merupakan tindak
pidana, tetapi pencucian uangnya juga merupakan tindak pidana.
Uang merupakan asset yang sangat cair/likuid, maksudnya disini
mudah mengalir. Itulah sebabnya teknik Follow The Money mempunyai
banyak peluang untuk digunakan dalam audit investigatif. Namun,
mata uang kejahatan atau currency of crime bukanlah uang semata-
mata. Mengetahui currency of crime akan membuka peluang baru
untuk menerapkan tehnik Follow The Money.
Berikut dijelaskan manfaat dari Pendekatan Follow The Money :
a. Jangkauannya lebih jauh sehingga dirasakan lebih adil;
b. Dapat dilakukan dengan diam-diam (silent action) sehingga relative
lebih mudan dengan tingkat risiko yang lebihj kecil karena tidak
berhadapan langsung dengan pelaku yang bisa berpotensi melawan
atau menghilangkan atau menyembunyikan alat bukti.
c. Pendekatan merampas uang hasil kejahatan, (tidak hanya mencari
pelaku kejahatan) terbukti mengurangi atau menghilangkan niat
orang melakukan kejahatan.
d. Adanya insentif pengecualian ketentuan rahasia bank dan
ketentuan rahasia lainnya.

2. Naluri Penjahat
Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada
suatu gejala yang sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi
kesan bahwa ia tidak terlibat fraud. Hal ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti memberikan alibi (keterangan bahwa ia tidak
berada di tempat terjadinya kejahatan pada saat kejahatan tersebut
berlangsung). Untuk itu, pelaku harus jauh dari fraud itu sendiri dan
harus jauh dari uang yang merupakan hasil kejahatan. Itulah
sebabnya, salah satu aksioma (dianggap terbukti dengan sendirinya)
dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud itu tersembunyi.
Di lain pihak, motive dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya,
adalah mendapatkan uang. Kalaupun bukan itu motive-nya ada

4
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

aliran uang ke diri pelaku (atau keluarganya) yang pada akhirnya ada
arus uang atau dana dari tempat persembunyian atau tempat
penitipan yang mengalir ke alamat si pelaku utama. Naluri pelaku
fraud inilah yang melandasi teknik audit investigative follow the money.

3. Kriminalisasi dari Pencucian Uang


Pola perilaku pelaku kejahatan dengan menjauhkan uang dari pelaku
dan perbuatannya dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. Placement
Tahap pertama dari pencucian uang adalah menempatkan (deposit)
uang haram tersebut ke dalam system keuangan (financial system).
Pada tahap placement ini, bentuk dari uang hasil kejahatan harus
dikonversi untuk menyembunyikan asal-usul yang tidak sah dari
uang itu. Misal, hasil dari perdagangan narkoba uangnya terdiri
atas uang-uang kecil dalam tumpukan besar dan lebih berat dari
narkobanya, lalu dikonversi ke dalam denominasi uang yang lebih
besar. Lalu di depositokan kedalam rekerning bank, dan dibelikan
ke instrument-instrumen moneter seperti cheques, money orders,
dan lain sebagainya.
b. Layering
Dalam tahap ini pencuci berusaha untuk memutuskan hubungan
uang hasil kejahatan itu dari sumbernya, dengan cara
memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank lain, hingga
beberapa kali. Dengan cara memecah-mecah jumlahnya, dana
tersebut dapat disalurkan melalui pembelian dan penjualan
investment instrument Mengirimkan dari perusahaan gadungan
yang satu ke perusahaan gadungan yang lain. Para pencuci uang
juga melakukan dengan mendirikan perusahaan fiktip, bisa
membeli efek-efek atau alat-alat transportasi seperti pesawat, alat-
alat berat dengan atas nama orang lain.

c. Integration.

5
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

Integration adakalanya disebut spin dry, dimana uang yang dicuci


dibawa kembali ke dalam sirkulasi dalam bentuk pendapatan bersih
bahkan merupakan objek pajak dengan menggunakan uang yang
telah menjadi halal untuk kegiatan bisnis melalui cara dengan
menginvestasikan dana tersebut kedalam real estate, barang
mewah, perusahaan-perusahaan
Tindak perbuatan pencucian uang ini dengan tegas diperlakukan
serbagai tindak pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2002, sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2003, terakhir diubah dengan Undang-
undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang.
Dasar Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia dimulai
pada tahun 2001, dimana Financial Action Task Force (FATF)
menerbitkan daftar negara yang masuk daftar hitam Non-Coopertaive
Countries of Territories (NCCTs) atau kawasan yang tidak kooperatif
dalam menangani kasus money laundering. Dalam daftar tersebut
Indonesia termasuk satu diantaranya bersama dengan 19 negara
lainnya.
Masuknya Indonesia di daftar NCCTs, mendorong pemerintah
mengambil langkah tegas, salah satunya dengan diterbitkannya
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang (TPPU). Dengan berlakunya Undang-undang ini
menegaskan bahwa pencucian uang sebagai tindak pidana.
Dengan diperlakukannya pencucian uang sebagai tindak pidana
(kriminalisasi dari pencucian uang), maka banyak kasus kejahatan
(termasuk tindak pidana korupsi) dapat diproses (pengadilan) melalui
kejahatan utamanya dan melalui pencucian uangnya. Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga yang
penting untuk mengungkapkan pelaku-pelaku dengan menelusuri
laporan-laporan dari berbagai sumber, tanpa harus membuktikan
kejahatan utamanya.

6
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

Setahun kemudian, Undang-undang Nomor 25 tahun 2003 disahkan


menggantikan Undang-undang 15 Tahun 2002. Perubahan tersebut
dirasa perlu melihat Undang-undang 15 Tahun 2002 dianggap belum
memenuhi standar internasional dalam hal ini sesuai ketentuan FATF.
Beberapa perubahan dalam undang-undang tersebut antara lain:
a. Lingkup pengertian penyedia jasa diperluas, tidak hanya meliputi
setiap orang yang menyediakan jasa di bidang keuangan tapi juga
jasa lain terkait keuangan.
b. Pengertian transaksi keuangan mencurigakan diperluas dengan
mencantumkan transaksi keuangan yang dilakukan atau bakal
dilakukan dengan menggunakan kekayaan yang diduga berasal dari
hasil pidana.
c. Menghapus pembatasan jumlah tindak pidanan sebesar Rp500 juta
atau lebih.
d. Cakupan tindak pidana asal diperluas
e. Jangka waktu penyampaian laporan transaksi keuangan
mencurigakan dipersingkat
f. Ketentuan baru tentang kerahasiaan penyusunan dan pelaporan
transaksi keuangan mencurigakan
g. Ketentuan kerja sama timbal balik di bidang hukum (mutual legal
assistance) dipertegas.
Pada tahun 2010, Undang-undang Nomor 25 Tahun 2003 diganti
dengan pengesahan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010. Pokok-
pokok perubahnnya dapat dilihat pada halaman lampiran.

4. Follow the Money dan Data Mining


Penggalian data adalah ekstraksi pola yang menarik dari data dalam
jumlah besar. Suatu pola dikatakan menarik apabila pola tersebut
tidak sepele, implisit, tidak diketahui sebelumnya, dan berguna. Pola
yang disajikan haruslah mudah dipahami, berlaku untuk data yang
akan diprediksi dengan derajat kepastian tertentu, berguna, dan baru.
Penggalian data diperlukan saat data yang tersedia terlalu banyak
(misalnya data yang diperoleh dari sistem basis data perusahaan, e-

7
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

commerce, data saham, dan data bioinformatika), tapi tidak tahu pola
apa yang bisa didapatkan.
Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya
adalah datanya sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak
bisa mulai dengan pelakunya, yang kita ingin kita lihat justru adanya
pola-pola arus dana yang menuju ke suatu tempat (yang memberi
indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan). Disamping kerumitan
karena data yang begitu besar, juga diperlukan kecermatan dan
persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya. Kemajuan yang
sangat pesat di bidang teknologi informasi, memfasilitasi proses ini.

5. Currency of Crime
Seperti dijelaskan sebelumnya, uang merupakan asset yang sangat
cair/likuid, sehingga sering dijadikan tujuan utama dalam tindakan
kejahatan. Namun, selain uang, masih terdapat currency of crime lain
yang biasa dijadikan tujuan utama dalam tindakan kejahatan. Segala
sesuatu yang berharga dapat dijadikan currency of crime. Sebagai
contoh di negara berkembang yang dikuasai oleh diktator, sering
muncul keserakahan untuk menguangkan segala sesuatu yang
berharga.
Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah
izin-izin atau lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang
umumnya dialokasikan kepada keluarga dan kerabat sang diktator.
Dalam hal itu currency of crime-nya bisa berupa intan berlian, minyak
bumi, pasir laut, kayu bundar (logs), ganja, dan lain sebagainya. Di sini
ada dua arus yang bisa diikuti investigator, yakni arus dana dan arus
fisik barang. Arus fisik barang sering memberikan indikasi kuat,
karena adanya anomali. Contoh: data statistik resmi mengenai impor-
ekspor yang menunjukkan kesenjangan yang besar, antara data
negara pengimpor dan negara pengekspor.

8
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

C. Lampiran

No. Unsur UU No. 25 Tahun 2003 UU No. 8 Tahun 2010


Pembanding
Bab I Ketentuan Umum
1. Definisi Tidak adanya pengaturan Terdapat penambahan
tentang definisi dari beberapa definisi, yaitu:
Pemeriksaan, Hasil Pemeriksaan, Hasil
Pemeriksaan, Pihak Pemeriksaan, Pihak Pelapor,
Pelapor, Pengguna Jasa, Pengguna Jasa, Personil
Personil Pengendali Pengendali Korporasi,
Korporasi, Permufakatan Permufakatan Jahat,
Jahat, Lembaga Pengawas Lembaga Pengawas dan
dan Pengatur, dan Pengatur, dan Pengawasan
Pengawasan Kepatutan. Kepatutan.

2. Hasil Tindak Tidak adanya pengaturan Terdapat penambahan


Pidana tentang kategori mengenai beberapa kategori mengenai
Harta Kekayaan yang Harta Kekayaan yang
diperoleh dari diperoleh dari tindak pidana,
kepabeanan, cukai, dan yaitu: kepabeanan, cukai,
perikanan. dan perikanan.

Pasal 2 ayat 2 berbunyi Terdapat perubahan pada isi


sebagai berikut: Pasal 2 ayat 2 menjadi:
Harta Kekayaan yang Harta Kekayaan yang
dipergunakan secara diketahui atau patut diduga
langsung atau tidak akan digunakan dan/atau
langsung untuk kegiatan digunakan secara langsung
terorisme dipersamakan atau tidak langsung untuk
sebagai hasil tindak kegiatan terorisme,
pidana sebagaimana organisasi teroris, atau
dimaksud pada ayat 1 teroris perseorangan
huruf (n). disamakan sebagai hasil
tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 huruf
(n).

Bab II Tindak Pidana Pencucian Uang


3. Tindak Pidana Diatur dalam Pasal 3 ayat 1 Diatur dalam Pasal 3, Pasal 4
Yang Dilakukan yang berbunyi sebagai dan Pasal 5 ayat 1 yang
Oleh Orang berikut: berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 ayat 1: Pasal 3:


Setiap orang yang dengan Setiap orang yang
sengaja: menempatkan, mentransfer,
mengalihkan,
a. menempatkan Harta membelanjakan,
Kekayaan yang membayarkan,
diketahuinya atau patut menghibahkan, menitipkan,

9
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

diduganya merupakan membawa ke luar negeri,


hasil tindak pidana ke mengubah bentuk,
dalam Penyedia Jasa menukarkan dengan mata
Keuangan, baik atas uang atau surat berharga
nama sendiri atau atas atau perbuatan lain atas
nama pihak lain; Harta Kekayaan yang
b. mentransfer Harta diketahuinya atau patut
Kekayaan yang diduganya merupakan hasil
diketahuinya atau patut tindak pidana sebagaimana
diduganya merupakan dimaksud dalam Pasal 2
hasil tindak pidana dari ayat 1 dengan tujuan
suatu Penyedia Jasa menyembunyikan atau
Keuangan ke dalam menyamarkan asal usul
Penyedia Jasa Harta Kekayaan dipidana
Keuangan yang lain, karena tindak pidana
baik atas nama sendiri pencucian uang dengan
maupun atas nama pidana penjara paling lama
pihak lain; 20 (dua puluh) tahun dan
c. membayarkan atau denda paling banyak Rp.
membelanjakan Harta 10.000.000.000,00 (sepuluh
Kekayaan yang miliar rupiah).
diketahuinya atau patut
diduganya merupakan Pasal 4:
hasil tindak pidana, Setiap orang yang
baik perbuatan itu atas menyembunyikan atau
namanya sendiri menyamarkan asal usul,
maupun atas nama sumber, lokasi, peruntukan,
pihak lain; pengalihan hak-hak atau
d. menghibahkan atau kepemilikan yang
menyumbangkan Harta sebenarnya atas Harta
Kekayaan yang Kekayaan yang
diketahuinya atau patut diketahuinya atau patut
diduganya merupakan diduganya merupakan hasil
hasil tindak pidana, tindak pidana sebagaimana
baik atas namanya dimaksud dalam Pasal 2
sendiri maupun atas ayat (1) dipidana karena
nama pihak lain; tindak pidana pencucian
e. menitipkan Harta uang dengan pidana penjara
Kekayaan yang paling lama 20 (dua puluh)
diketahuinya atau patut tahun dan denda paling
diduganya merupakan banyak Rp.
hasil tindak pidana, 5.000.000.000,00 (lima
baik atas namanya milyar rupiah).
sendiri maupun atas
nama pihak lain; Pasal 5 ayat 1:
f. membawa ke luar Setiap orang yang
negeri Harta Kekayaan menerima atau menguasai
yang diketahuinya atau penempatan, pentransferan,
patut diduganya pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan,

10
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

merupakan hasil tindak penukaran, atau


pidana; atau menggunakan Harta
g. menukarkan atau Kekayaan yang
perbuatan lainnya atas diketahuinya atau patut
Harta Kekayaan yang diduganya merupakan hasil
diketahuinya atau patut tindak pidana sebagaimana
diduganya merupakan dimaksud dalam Pasal 2
hasil tindak pidana ayat 1 dipidana karena
dengan mata uang atau tindak pidana pencucian
surat berharga lainnya, uang dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun
dengan maksud dan denda paling banyak
menyembunyikan atau Rp. 1.000.000.000,00 (satu
menyamarkan asal usul milyar rupiah).
Harta Kekayaan yang
diketahuinya atau patut
diduganya merupakan
hasil tindak pidana,
dipidana karena tindak
pidana pencucian uang
dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan
denda paling sedikit Rp.
100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) dan paling
banyak Rp.
15.000.000.000,00 (lima
belas miliar rupiah).

4. Tindak Pidana Berdasarkan Pasal 4, Berdasarkan Pasal 6,


Yang Dilakukan Korporasi dapat dikenakan Korporasi dan/atau Personil
Oleh Korporasi pidana apabila tindak Pengendali Korporasi dapat
pidana dilakukan oleh dapat dijatuhkan pidana atas
pengurus dan/atau kuasa Tindak Pidana Pencucian
pengurus atas nama Uang sebagaimana
Korporasi. Namun dimaksud dalam Pasal 3,
demikian, Korporasi tidak Pasal 4, dan Pasal 5 apabila
dapat dimintakan tanggung Tindak Pidana Pencucian
jawabnya atas tindak Uang tersebut:
pidana pencucian uang
dilakukan oleh pengurus a. dilakukan atau
yang mengatasnamakan diperintahkan oleh
Korporasi apabila personil Pengendali
perbuatan tersebut Korporasi;
dilakukan melalui kegiatan b. dilakukan dalam rangka
yang tidak termasuk dalam pemenuhan maksud dan
lingkup usahanya tujuan Korporasi;
sebagaimana ditentukan

11
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

dalam anggaran dasar atau c. dilakukan sesuai dengan


ketentuan lain yang berlaku tugas dan fungsi pelaku
bagi Korporasi yang atau pemberi perintah;
bersangkutan. atau
d. dilakukan dengan
Berdasarkan Pasal 5, maksud memberikan
pidana pokok yang dapat manfaat bagi Korporasi.
dikenakan kepada
Korporasi adalah pidana Berdasarkan Pasal 7, pidana
denda, dengan ketentuan pokok yang dapat dikenakan
maksimum pidana denda kepada Korporasi adalah
ditambah 1/3 (satu per pidana denda paling banyak
tiga), dan dapat juga Rp. 100.000.000.000,00
dikenakan pidana (seratus milyar rupiah), dan
tambahan berupa dapat juga dikenakan pidana
pencabutan izin usaha tambahan berupa:
dan/atau pembubaran
korporasi yang diikuti a. pengumuman putusan
dengan likuidasi. hakim;
b. pembekuan sebagian
atau seluruh kegiatan
usaha Korporasi;
c. pencabutan izin usaha;
d. pembubaran dan/atau
pelarangan Korporasi;
e. perampasan aset
Korporasi untuk negara;
dan/atau
f. pengambilah korporasi
oleh negara.

Apabila Korporasi tidak


dapat membayar pidana
denda sebagimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat 1, maka
berdasarkan Pasal 9, pidana
denda tersebut diganti
dengan perampasan harta
kekayaan milik Korporasi
atau Personil Pengendali
Korporasi yang nilainya
sama dengan putusan pidana
denda yang dijatuhkan.
Dalam hal penjualan harta
kekayaan milik Korporasi
yang dirampas tersebut
diatas tidak mencukupi,
pidana kurungan pengganti
denda dijatukan terhadap

12
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

Personil Pengendali
Korporasi.

Bab III Tindak Pidana Lain Yang Berkaitan Dengan Tindak Pidana Pencucian Uang
5. Pihak Pada UU No. 25 Tahun 2003 Terdapat pengaturan
Tindak Pidana tidak mengatur mengenai mengenai larangan bagi
Lain larangan ini. direksi, komisaris, pengurus
atau pegawai Pihak Pelapor,
pejabat atau pegawai
PPATK atau Lembaga
Pengawas dan Pengatur
untuk memberitahukan
kepada Pengguna Jasa
kepada Pengguna Jasa atau
pihak lain, baik secara
langsung maupun tidak
langsung, dengan cara apa
pun mengenai laporan
Transaksi Keuangan
Mencurigakan yang sedang
disusun atau telah
disampaikan kepada
PPATK.

Adapun ancaman sanksi


pada pengaturan diatas
adalah dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan pidana
denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).

6. Pihak Pada UU No. 25 Tahun 2003 Terdapat pengaturan


Tindak Pidana tidak mengatur mengenai mengenai ancaman pidana
Lain larangan ini. bagi setiap orang yang
melakukan campur tangan
terhadap pelaksanaan tugas
dan kewenangan PPATK
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (3) UU
No. 8 Tahun 2010.

Adapun ancaman sanksi


pada pengaturan diatas
adalah pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

13
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

7. Pihak Pada UU No. 25 Tahun 2003 Terdapat pengaturan


Tindak Pidana tidak mengatur mengenai mengenai ancaman pidana
Lain larangan ini. bagi Pejabat atau pegawai
PPATK yang melanggar
kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37
ayat (4) UU No. 8 Tahun
2010.

Adapun ancaman sanksi


pada pengaturan diatas
adalah pidana penjara paling
lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).
Bab IV Pelaporan dan Pengawasan Kepatuhan
8. Pihak Pelapor Berdasarkan UU No. 25 Berdasarkan Pasal 17 ayat 1,
Tahun 2003, yang Pihak Pelapor meliputi:
dimaksud dengan Pihak a. Penyedia Jasa Keuangan
Pelapor adalah Penyedia (bank, perusahaan
Jasa Keuangan tanpa pembiayaan, perusahaan
dirinci secara jelas asuransi dan perusahaan
pialang asuransi, dana
pensiun lembaga
keuangan, perusahaan
efek, manajer investasi,
kustodian, wali amanat,
perposan sebagai
penyedia jasa giro,
pedagang valuta asing,
penyelenggara alat
pembayaran
menggunakan kartu,
penyelenggara e-money
dan/atau e-wallet,
koperasi yang
melakukan kegiatan
simpan pinjam,
pegadaian, perusahaan
yang bergerak di bidang
perdagangan berjangka
komoditi, atau
penyelenggara kegiatan
usaha pengiriman uang.
b. Penyedia barang
dan/atau Jasa lain
(perusahaan
properti/agen properti,

14
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

pedagang kendaraan
bermotor, pedangan
permata dan
perhiasan/logam mulia,
pedagang barang seni
dan antik; atau balai
lelang).

9. Prinsip Tidak ada pengaturan Pihak Pelapor mempunyai


Mengenali mengenai Prinsip kewajiban untuk
Pengguna Jasa Mengenali Pengguna Jasa. menerapkan prinsip
mengenali Pengguna Jasa
yang ditetapkan oleh
Lembaga Pengawas dan
Pengatur, yang dilakukan
pada saat:

a. Melakukan hubungan
usaha dengan Pengguna
Jasa;
b. Terdapat Transaksi
Keuangan dengan mata
uang rupiah dan/atau
mata uang asing yang
nilainya paling sedikit
atau setara dengan Rp.
100.000.000,00 (seratus
juta rupiah);
c. Terdapat Transaksi
Keuangan Mencurigakan
yang terkait dengan
tindak pidana pencucian
uang dan tindak pidana
pendanaan terorisme;
atau
d. Pihak Pelapor
meragukan kebenaran
informasi yang
dilaporkan Pengguna
Jasa.

Adapun prinsip mengenali


Pengguna Jasa sekurang-
kurangnya harus memuat:

a. identifikasi Pengguna
Jasa;
b. verifikasi Pengguna Jasa;
dan

15
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

c. pemantauan Transaksi
Pengguna Jasa.

Berdasarkan Pasal 22,


Penyedia Jasa Keuangan
dimaksud dalam Pasal 17
ayat 1 huruf (a) wajib untuk
memutuskan hubungan
usaha dengan Pengguna Jasa
jika:

a. Pengguna Jasa menolak


untuk mematuhi prinsip
mengenali Pengguna
Jasa; atau
b. Penyedia Jasa Keuangan
meragukan kebenaran
informasi yang
disampaikan oleh
Pengguna Jasa.

Selain daripada itu, Penyedia


Jasa Keuangan juga wajib
untuk melaporkan
tindakannya, yaitu
pemutusan hubungan usaha,
kepada PPATK sebagai
Transaksi Keuangan
Mencurigakan.

10. Penyedia Jasa Penyedia Jasa Keuangan Penyedia Jasa Keuangan


Keuangan dimaksud dalam Pasal 17 dimaksud dalam Pasal 17
ayat 1 huruf (a) wajib untuk ayat 1 huruf (a) wajib untuk
menyampaikan laporan menyampaikan laporan
kepada PPATK yang kepada PPATK yang
meliputi: meliputi:

a. Transaksi Keuangan a. Transaksi Keuangan


Mencurigakan; Mencurigakan;
b. Transaksi Keuangan b. Transaksi Keuangan
Tunai dalam jumlah Tunai dalam jumlah
paling sedikit Rp. paling sedikit Rp.
500.000.000,00 (lima 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) atau ratus juta rupiah) atau
dengan mata uang asing dengan mata uang asing
yang nilainya setara, yang nilainya setara,
yang dilakukan baik yang dilakukan baik
dalam satu kali dalam satu kali transaksi
transaksi maupun maupun beberapa kali
beberapa kali transaksi

16
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

dalam 1 (satu) hari transaksi dalam 1 (satu)


kerja; dan/atau hari kerja; dan/atau
c. Transaksi Keuangan
transfer dana dari dan ke
luar negeri.

11. Pengecualian Pengecualian berdasarkan Pengecualian berdasarkan


Terhadap UU No. 25 Tahun 2003 UU No. 8 Tahun 2010
Kewajiban meliputi: transaksi antar meliputi:
Pelaporan atas bank, transaksi dengan
Transaksi Pemerintah, transaksi a. Transaksi yang
Keuangan Tunai dengan bank sentral, dilakukan oleh penyedia
pembayaran gaji, pensiun, jasa keuangan dengan
dan transaksi lainnya yang pemerintah dan bank
ditetapkan oleh Kepala sentral;
PPATK atau atas b. Transaksi untuk
permintaan Penyedia Jasa pembayaran gaji atau
Keuangan yang disetujui pensiun; dan
oleh PPATK. c. Transaksi lain yang
ditetapkan oleh Kepala
PPATK atau atas
permintaan penyedia jasa
keuangan yang disetujui
oleh PPATK.

12. Penundaan Tidak terdapat pengaturan Berdasarkan Pasal 26,


Transaksi mengenai Penundaan Penyedia Jasa Keuangan
Transaksi. dapat menunda transaksi
paling lama 5 (lima) hari
kerja terhitung sejak
penundaan transaksi
dilakukan. Adapun
penundaan transaksi tersebut
dilakukan dalam hal
Pengguna Jasa:

a. Melakukan transaksi
yang patut diduga
menggunakan harta
kekayaan yang berasal
dari hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat 1 UU
No. 8 Tahun 2010;
b. Memiliki rekening untuk
menampung harta
kekayaan yang berasal
dari hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud

17
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

dalam Pasal 2 ayat 1 UU


No. 8 Tahun 2010; atau
c. Diketahui dan/atau patut
diduga menggunakan
dokumen palsu.

13. Penyedia Barang Tidak ada pengaturan Berdasarkan Pasal 27,


dan/atau Jasa mengenai Penyedia Barang Penyedia Barang dan/atau
Lain dan/atau Jasa Lain. Jasa Lain sebagaimana
dimaksud Pasal 17 ayat 1
huruf (b) wajib
menyampaikan laporan
transaksi yang dilakukan
oleh Pengguna Jasa dengan
mata uang rupiah dan/atau
mata uang asing yang
nilainya paling sedikit setara
dengan Rp. 500.000.000.00
(lima ratus juta rupiah)
kepada PPATK.

Adapun jangka waktu untuk


pelaporan tersebut adalah
paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja terhitung
sejak tanggal transaksi
dilakukan.

Apabila Penyedia Barang


dan/atau Jasa Lain tidak
menyampaikan laporan
tersebut di atas kepada
PPATK, maka Penyedia
Barang dan/atau Jasa Lain
akan dikenakan sanksi
administratif.

14. Pengawasan Tidak ada pengaturan Berdasarkan Pasal 31, pasal


Kepatuhan mengenai Pengawasan 32, dan Pasal 33,
Kepatuhan. Pengawasan Kepatuhan
terhadap kewajiban Pihak
Pelapor untuk melakukan
pelaporan dilakukan oleh
Lembaga Pengawas dan
Pengatur.

Bab V Pembawaan Uang Tunai Dan Instrumen Pembayaran Lain Ke Dalam Atau
Ke Luar Daerah Pabean Indonesia
15. Pembawaan Pasal 16 hanya mengatur UU No. 8 Tahun 2010
Uang Tunai dan mengenai pembawaan uang mengatur dalam bab

18
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

Instrumen tunai sejumlah Rp. tersendiri mengenai


Pembayaran 100.000.000,00 (seratus Pembawaan Uang Tunai
Lain juta rupiah) atau lebih, atau Dan Instrumen Pembayaran
mata uang asing yang Lain Ke Dalam Atau Ke
nilainya setara dengan itu. Luar Daerah Pabean
Indonesia.
Pasal 34 mengatur bahwa
setiap orang yang membawa
uang tunai dalam mata uang
rupiah dan/atau mata uang
asing, dan/atau instrumen
pembayaran lain dalam
bentuk cek, cek perjalanan,
surat sanggup bayar, atau
bilyet giro paling sedikit Rp.
100.000.000.00 (seratus juta
rupiah) atau dengan nilai
yang setara, ke dalam atau ke
luar daerah pabean
Indonesia wajib
memberikan pemberitahuan
kepada Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai.
Laporan tersebut wajib
untuk dilaporkan dan
disampaikan oleh Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
kepada PPATK paling
lambat 5 (lima) hari kerja
sejak pemberitahuan
diterima.
Apabila setiap orang yang
tidak memberitahukan
perbuatan sebagaimana
dijelaskan di atas, maka akan
dikenakan sanksi
administratif berupa denda
sebesar 10% (sepuluh
perseratus) dari seluruh
jumlah uang tunai dan/atau
instrumen pembayaran lain
dengan jumlah paling
banyak Rp. 300.000.000.00
(tiga ratus juta rupiah).
Selain daripada itu, setiap
orang yang telah
memberitahukan perbuatan
sebagaimana dijelaskan di
atas, namun jumlah uang
tunai dan/atau instrumen

19
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

pembayaran lain yang


dibawa lebih besar dari
jumlah yang diberikan,
maka akan dikenakan sanksi
administratif berupa denda
sebesar 10% (sepuluh
perseratus) dari seluruh
jumlah uang tunai dan/atau
instrument pembayaran lain
dengan jumlah paling
banyak Rp. 300.000.000.00
(tiga ratus juta rupiah)

Bab VI Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan


16. Tugas PPATK PPATK mempunyai tugas Penyederhanaan tugas
sebagai berikut: PPATK menjadi sebagai
berikut:
a. mengumpulkan,
menyimpan, a. pencegahan dan
menganalisis, pemberantasan tindak
mengevaluasi informasi pidana pencucian uang;
yang diperoleh oleh b. pengelolaan data dan
PPATK sesuai dengan informasi yang diperoleh
Undang-Undang ini; PPATK;
b. memantau catatan dalam c. pengawasan terhadap
buku daftar pengecualian kepatuhan Pihak
yang dibuat oleh Pelapor; dan
Penyedia Jasa Keuangan; d. analisis atau
c. membuat pedoman pemeriksaan laporan dan
mengenai tata cara informasi Transaksi
pelaporan Transaksi Keuangan yang
Keuangan berindikasi tindak pidana
Mencurigakan; pencucian uang dan/atau
d. memberikan nasihat dan tindak pidana lain.
bantuan kepada instansi
yang berwenang tentang
informasi yang diperoleh
oleh PPATK sesuai
dengan ketentuan dalam
Undang-Undang ini;
e. membuat pedoman dan
publikasi kepada
Penyedia Jasa Keuangan
tentang kewajibannya
yang ditentukannya
dalam Undang-Undang
ini atau dengan peraturan
perundang-undangan
lain, dan membantu
dalam mendeteksi

20
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

perilaku nasabah yang


mencurigakan;
f. memberikan
rekomendasi kepada
Pemerintah mengenai
upaya-upaya pencegahan
dan pemberantasan
tindak pidana pencucian
uang;
g. melaporkan hasil analisis
transaksi Keuangan yang
berindikasi tindak pidana
pencucian uang kepada
Kepolisian dan
Kejaksaan;
h. membuat dan
memberikan laporan
mengenai hasil analisis
transaksi Keuangan dan
kegiatan lainnya secara
berkala 6 (enam) bulan
sekali kepada Presiden,
Dewan Perwakilan
Rakyat, dan lembaga
yang berwenang
melakukan pengawasan
terhadap Penyedia Jasa
Keuangan; memberikan
informasi kepada publik
tentang kinerja
kelembagaan sepanjang
pemberian informasi
tersebut tidak
bertentangan dengan
Undang-Undang ini.

17. Wewenang PPATK mempunyai Pasal 41 mengatur bahwa


PPATK wewenang sebagai berikut: PPATK, dalam menjalankan
fungsi pencegahan dan
a. meminta dan menerima pemberantasan tindak
laporan dari Penyedia pidana pencucian uang,
Jasa Keuangan; mempunyai kewenangan
b. meminta informasi untuk melakukan tindakan-
mengenai tindakan sebagai berikut:
perkembangan
penyidikan atau a. meminta dan
penuntutan terhadap mendapatkan data dan
tindak pidana pencucian informasi dari instansi
uang yang telah pemerintah dan/atau
dilaporkan kepada lembaga swasta yang

21
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

penyidik atau penuntut memiliki kewenangan


umum; mengelola data dan
c. melakukan audit informasi, termasuk dari
terhadap Penyedia Jasa instansi pemerintah
Keuangan mengenai dan/atau lembaga swasta
kepatuhan kewajiban yang menerima laporan
sesuai dengan ketentuan dari profesi tertentu;
dalam Undang-undang b. menetapkan pedoman
ini dan terhadap identifikasi Transaksi
pedoman pelaporan Keuangan
mengenai transaksi Mencurigakan;
keuangan; c. mengoordinasikan upaya
d. memberikan pencegahan tindak
pengecualian kewajiban pidana pencucian uang
pelaporan mengenai dengan instansi terkait;
transaksi keuangan d. memberikan
yang dilakukan secara rekomendasi kepada
tunai sebagaimana pemerintah mengenai
dimaksud dalam Pasal upaya pencegahan tindak
13 ayat 1 huruf (b). pidana pencucian uang;
e. mewakili pemerintah
Republik Indonesia
dalam organisasi dan
forum internasional yang
berkaitan dengan
pencegahan dan
pemberantasan tindak
pidana pencucian uang;
f. menyelenggarakan
program pendidikan dan
pelatihan antipencucian
uang; dan
g. menyelenggarakan
sosialisasi pencegahan
dan pemberantasan
tindak pidana pencucian
uang.
Pasal 42 mengatur bahwa
PPATK, dalam
melaksanakan fungsi
pengelolaan data dan
informasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 40
huruf (b), mempunyai
kewenangan untuk
menyelenggarakan system
informasi.

Pasal 43 mengatur bahwa


PPATK, dalam menjalankan

22
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

fungsi pengawasan terhadap


kepatuhan Pihak Pelapor,
mempunyai kewenangan
untuk melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:

a. menetapkan ketentuan
dan pedoman tata cara
pelaporan bagi Pihak
Pelapor;
b. menetapkan kategori
Pengguna Jasa yang
berpotensi melakukan
tindak pidana pencucian
uang;
c. melakukan audit
kepatuhan atau audit
khusus;
d. menyampaikan
informasi dari hasil audit
kepada lembaga yang
berwenang melakukan
pengawasanterhadap
Pihak Pelapor;
e. memberikan peringatan
kepada Pihak Pelapor
yang melanggar
kewajiban pelaporan;
f. merekomendasikan
kepada lembaga yang
berwenang mencabut
izin usaha Pihak Pelapor;
dan
g. menetapkan ketentuan
pelaksanaan prinsip
mengenali Pengguna
Jasa bagi Pihak Pelapor
yang tidak memiliki
Lembaga Pengawas dan
Pengatur.

Pasal 44 mengatur bahwa


PPATK, dalam menjalankan
fungsi analisis atau
pemeriksaan laporan dan
informasi, mempunyai
kewenangan untuk
melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:

23
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

a. meminta dan menerima


laporan dan informasi
dari Pihak Pelapor;
b. meminta informasi
kepada instansi atau
pihak terkait;
c. meminta informasi
kepada Pihak Pelapor
berdasarkan
pengembangan hasil
analisis PPATK;
d. meminta informasi
kepada Pihak Pelapor
berdasarkan permintaan
dari instansi penegak
hukum atau mitra kerja di
luar negeri;
e. meneruskan informasi
dan/atau hasil analisis
kepada instansi peminta,
baik di dalam maupun di
luar negeri;
f. menerima laporan
dan/atau informasi dari
masyarakat mengenai
adanya dugaan tindak
pidana pencucian uang;
g. meminta keterangan
kepada Pihak Pelapor
dan pihak lain yang
terkait dengan dugaan
tindak pidana pencucian
uang;
h. merekomendasikan
kepada instansi penegak
hukum mengenai
pentingnya melakukan
intersepsi atau
penyadapan atas
informasi elektronik
dan/atau dokumen
elektronik sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. meminta penyedia jasa
keuangan untuk
menghentikan sementara
seluruh atau sebagian
transaksi yang diketahui

24
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

atau dicurigai merupakan


hasil tindak pidana;
j. meminta informasi
perkembangan
penyelidikan dan
penyidikan yang
dilakukan oleh penyidik
tindak pidana asal dan
tindak pidana Pencucian
Uang;
k. mengadakan kegiatan
administratif lain dalam
lingkup tugas dan
tanggung jawab sesuai
dengan ketentuan
Undang-Undang ini; dan
l. meneruskan hasil
analisis atau
pemeriksaan kepada
penyidik.

18. Syarat menjadi Berusia paling rendah 35 Berusia paling rendah 40


Kepala/Wakil (tiga puluh lima) tahun dan (empat puluh) tahun dan
Kepala PPATK paling tinggi 60 (enam paling tinggi 60 (enam
puluh) tahun pada saat puluh) tahun pada saat
pengangkatan; pengangkatan;
tidak ada batas minimal Memiliki salah satu keahlian
pengalaman kerja dalam bidang ekonomi,
(memiliki salah satu akuntansi, keuangan, atau
keahlian dalam bidang hukum dan pengalaman
perbankan, lembaga kerja paling singkat 10
penyiaran, perusahaan (sepuluh) tahun;
efek, pengelola reksa dana, Bukan pemimipin partai
hukum, dan akuntansi) politik;
tidak ada ketentuan yang Bersedia memberikan
mengatur mengenai informasi mengenai daftar
larangan sebagai pemimpin harta kekayaan.
partai politik;
tidak ada ketentuan yang
mengatur mengenai
kesediaan memberikan
informasi mengenai daftar
harta kekayaan.

19. Masa Jabatan Pasal 20 mengatur bahwa Pasal 55 mengatur bahwa


Masa Jabatan Kepala dan Masa Jabatan Kepala dan
Wakil Kepala PPATK Wakil Kepala PPATK
adalah 4 (empat) tahun dan adalah 5 (lima) tahun dan
dapat diangkat kembali dapat diangkat kembali

25
Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi

hanya untuk 1 (satu) kali hanya untuk 1 (satu) kali


masa jabatan berikutnya. masa jabatan berikutnya.

Bab VII Pemeriksaan Dan Penghentian Sementara Transaksi


20. Pemeriksaan Tidak ada ketentuan yang PPATK melakukan
Dan Penghentian mengatur mengenai pemeriksaan terhadap
Sementara pemeriksaan dan transaksi keuangan
Transaksi penghentian sementara mencurigakan dengan
transaksi. adanya indikasi TPPU atau
tindak pidana lain. Dalam
hal ditemukan adanya
indikasi tindak pidana
tersebut diatas, PPATK
menyerahkan hasil
pemeriksaan kepada
Penyidik. Kemudian,
PPATK dapat meminta
penyedia jasa keuangan
untuk menghentikan
sementara seluruh atau
sebagian transaksi selama 5
(lima) hari, kemudian dapat
diperpanjang dalam waktu
paling lama 15 (lima belas
hari).

Bab VIII Penyidikan, Penuntutan Dan Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan


21. Penyidikan, UU No. 8 Tahun 2010
Penuntutan Dan mengatur mengenai
Pemeriksaan Di Penyidikan, Penuntutan Dan
Sidang Pemeriksaan Di Sidang
Pengadilan Pengadilan secara lebih jelas
dan teratur.
Bab X Kerja Sama Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
22. Pembentukan Tidak ada ketentuan yang Untuk meningkatkan
Komite mengatur mengenai koordinasi antarlembaga
Koordinasi pembentukan Komite terkait dalam pencegahan
Nasional untuk meningkatkan dan pemberantasan Tindak
Pencegahan dan koordinasi antarlembaga Pidana Pencucian Uang,
Pemberantasan terkait dalam pencegahan maka akan dibentuk Komite.
Tindak Pidana dan pemberantasan Tindak
Pencucian Uang Pidana Pencucian Uang. Pengaturan mengenai
(Komite) pembentukkan Komite akan
diatur melalui Peraturan
Presiden.

26

You might also like