You are on page 1of 12

PENGUKURAN AKTIVITAS AMILASE PADA IKAN LELE

(Clarias batrachus) DAN IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)

Oleh:
Nama : Nindya Nuraida Ayuningtyas
NIM : B1J014118
Rombongan :I
Kelompok :1
Asisten : Muthiara Nur Afifah

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang

Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan
sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme.
Katalisator adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi,
substansi tersebut tidak berubah. Enzim mempunyai ciri dimana kerjanya
dipengaruhi oleh lingkungan. Salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap
kerja enzim adalah pH. pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika
medium menjadi sangat asam atau sangat alkalis enzim mengalami inaktivasi
(Gaman, 1994).
Aktivitas enzim pencernaan berkorelasi dengan jumlah enzim yang
terdapat pada tempat pencernaan berlangsung. Aktivitas amilase dan protease
dapat diketahui dengan cara mengukur banyaknya mikromol maltosa dan asam-
asam amino (tirosin) yang dihasilkan per menit (Al Gadri et al., 2014).
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase
dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen dan
polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung dan amilase, hewan
memiliki hanya amilase, dijumpai dalam cairan pankreas dan juga (pada
manusia dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai
polisakarida yang panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa.
Amilosa merupakan polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa
yang saling berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi
dengan iodin memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991).
Amilase merupakan enzim yang paling penting dan keberadaanya
paling besar, pada bidang bioteknologi, enzim ini diperjual belikan sebanyak
25% dari total enzim yang lainya. Amilase didapatkan dari berbagai macam
sumber, seperti tanaman, hewan dan mikroorganisme. Amilase yang berasal dari
mikroorganisme banyak digunakan dalam industri, hal ini dikarenakan
mikroorganisme periode pertumbuhanya pendek. Amilase pertama kali yang
diproduksi adalah amilase yang berasal dari fungi pada tahun 1894 (Salisbury,
1990).

I.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mengukur perbedaan kapasitas pencernaan
ikan yang terukur sebagai aktivitas amilase pada ikan yang diberi pemuasaan dan
pemberian pakan.

II. MATERI DAN CARA KERJA

2.1 Materi
Alat yang digunakan adalah alat bedah, timbangan analitik, bak plastik, kertas
tissue, lempengen es, tabung reaksi, penangas air, kompor, nesting, botol sampel,
homogenizer listrik, tabung appendorf, sentrifuge, freezer, pipet, spectrophotometry,
micropipete, tip, dan vortex.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan lele (Clarias
batrachus), Ikan nilem (Osteochilus vittatus), buffer fosfat, reagen DNS (asam
dinitrosalisilat), Tris-HCL buffer, ekstrak enzim, substrat amilum, dan akuabides.

2.2 Cara Kerja


Cara kerja yang digunakan dalam praktikum Pengukuran Aktivitas Protease
Pada Ikan Lele (Clarias batrachus) Dan Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) adalah
sebagai berikut :
2.2.1 Preparasi Jaringan
1. Saluran digesti diisolasi dengan cara pembedahan lalu dibersihkan di atas
lempengen es.
2. Saluran digesti yang telah diisolasi kemudian ditimbang beratnya di
timbangan analitik.
3. 50 mM Tris-HCL buffer dingin ditambahkan pada saluran digesti dengan
rasio 1:8 dari berat saluran digesti.
4. Saluran digesti dilumatkan dengan homogenizer listrik.
5. Homogenant dipindahkan ke dalam tabung appendorf dan disentrifugasi
dengan kecepatan 12.000 rpm selama 15 menit pada suhu 4oC.
6. Supernatan diambil dan disimpan pada suhu -80 oC pada freezer.

2.2.2 Pengukuran aktivitas Amilase


1. 0,1 Buffer fosfat dicampurkan ke dalam tabung sampel dan blanko sebanyak
350 l.
2. Ekstrak enzim ditambahkan pada tabung sampel sebanyak 50 l.
3. Tabung sampel dan blanko diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
4. Substrat amilum ditambahkan sebanyak 350 l ke dalam tabung sampel dan
blanko, lalu diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC.
5. Setelah inkubasi, pada tabung sampel dan blanko ditambahkan dengan 750 l
larutan DNS.
6. Ekstrak enzim ditambahkan sebanyak 50 l pada tabung blanko.
7. Semua tabung sampel dan blanko dididihkan selama 5 menit pada suhu
100oC.
8. Tabung yang telah didihkan, kemudian didinginkan sampai larutan tersebut
dingin kira-kira 20 menit, lalu ditambahkan akuabides sebanyak akuabides
1500 l.
9. Campuran reaksi dihomogenkan menggunakan vortex.
10. Campuran reaksi diukur absorbansinya pada spektofotometer dengan panjang
gelombang 540 nm.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 3.1.1 Berat Usus Ikan yang dipuasakan dan Tidak dipuasakan

No. No.
Berat Berat
Eppendorf Eppendorf
Kelompok Jenis Ikan Usus Tris-HCl
Sebelum Setelah
(gr) (gr)
sentrifugasi sentrifugasi
Lele makan 1-4 1-2 0,76 6,08
1
Lele puasa 5-8 3-4 0,32 2,56
Lele makan 9-12 5-6 0,61 4,88
2
Lele puasa 13-16 7-8 0,44 3,52
Nilem makan 17-20 9-10 0,57 4,56
3
Nilem puasa 21-24 11-12 0,86 6,88
Nilem makan 25-28 13-14 0,89 7,12
4
Nilem puasa 29-32 15-16 0,63 5,04
Nilem makan 33-36 17-18 0,88 7,04
5
Nilem puasa 37-40 19-20 1,02 8,16

Tabel 3.1.2. Pengukuran Aktivitas Amilase


Nomor tabung Nilai absorbansi Konsentrasi
1 (Ikan makan) 2, 525 1, 305
2 (Ikan makan) 2, 555 1, 372
3 (Blanko ikan makan) 1, 954 0, 043
4 (Ikan puasa) 2, 211 0, 612
5 (Ikan puasa) 3, 327 3, 080
6 (Blanko ikan puasa) 2, 778 1, 866

Perhitungan:
Berat Tris-HCl = Berat usus x 8
Ikan lele makan = 0,76 x 8
= 6,08 gram
Ikan lele puasa = 0,32 x 8
= 2,56 gram
Aktivitas enzim dinyatakan dalam konsentrasi (X)

Ikan Lele Makan = 1,305+ 1,372 0,043


2
= 1,2955 g

Ikan Lele Puasa = 0, 612 + 3, 080 1, 866


2
= -0,02 g

Aktivitas enzim dinyatakan dalam konsentrasi (X)/ menit


= x
Waktu inkubasi (15 menit)

Ikan Lele Makan = 1,2955 = 0,086 g /menit


15
Ikan Lele Puasa = - 0,02 = -0,0013 g /menit
15

Gambar 3.1.1 Hasil tabung sampel dan blanko setelah diinkubasi selama 5
menit pada suhu 100oC.
3.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum didapatkan hasil kelompok 1 rombongan 1 Hasil


pengamatan aktivitas amilase pada ikan yang memperoleh perlakuan strategi
pemberian pakan berbeda. yaitu aktivitas enzim amilase untuk ikan lele makan yaitu
1,2955 g, sedangkan untuk ikan lele puasa yaitu -0,02 g. Aktivitas enzim
dinyatakan dalam konsentrasi (x)/menit untuk ikan lele makan yaitu 0,086 g /menit
dan untuk lele puasa yaitu -0,0013 g /menit. Terdapat perubahan warna pada tabung
sampal dan blanko yang telah didihkan selama 5 menit pada suhu 100 oC dari yang
sebelumnya berwarna kuning menjadi merah kecoklatan yang berarti terdapat
aktivitas enzim amilase. Perbandingan aktivitas enzim protease pada lele yang diberi
pakan dan yang dipuasakan terlihat berbedaan yang sangat signifikan, terlihat bahwa
laju aktivitas enzim amilase ikan lele yang dipuasakan lebih rendah dibandingkan
dengan laju aktivitas enzim amilase ikan yang diberi pakan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Eroldogan et al., (2008), yaitu aktivitas enzim digesti akan meningkat
pada saat ikan berada pada fase pemberian pakan. Aktivitas amilase yang meningkat
diduga juga berkaitan dengan meningkatnya peran pakan yang dikonsumsi sebagai
stimulator aktivitas enzim. Adanya peningkatan aktivitas enzim sebagai akibat
meningkatnya makanan dalam saluran digesti yang bertindak sebagai substrat.
Aktivitas amilase pada intestine sangat dipengaruhi antara lain oleh jumlah amilase
aktif yang ada, jumlah pakan (amilum) dan kualitas pakan serta pola makan bukan
oleh ukuran (Al gadri et al., 2014).
Amilase adalah enzim yang menghidrolisis molekul pati menjadi polimer
dekstrin dan unit glukosa yang lebih sederhana. Enzim amilase merupakan enzim
yang memiliki peran penting dalam aplikasi bioteknologi mulai dari makanan,
pembuatan bir, fermentasi, deterjen, tekstil industri serta kimia obat dan klinis (Singh
et al., 2012). Aktivitas enzim pencernaan berkorelasi dengan jumlah enzim yang
terdapat pada tempat pencernaan berlangsung. Aktivitas amilase dan protease dapat
diketahui dengan cara mengukur banyaknya mikromol maltosa dan asam-asam
amino (tirosin) yang dihasilkan per menit. Aktivitas enzim pencernaan juga
berkorelasi dengan jumlah enzim yang terdapat pada tempat pencernaan
berlangsung, semakin banyak enzim yang bekerja pada organ pencernaan tersebut
semakin tinggi pula aktivitasnya (Al gadri et al., 2014).
Amilase memotong rantai polisakarida yang panjang, menghasilkan
campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan polisakarida yang terdiri dari
100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air,
amilosa bereaksi dengan iodine memberikan warna biru yang khas (Fox, 1991). Pada
manusia, amilase pada ludah dan pankreas berguna dalam hidrolisis pati yang
terkandung dalam makanan ke dalam bentuk aligosakarida, di mana dalam
perubahan tersebut dapat dihidrolisis oleh disakarida atau trisakarida dalam jumlah
kecil. Contohnya, amilase pada mamalia memiliki pH optimum 6-7, bergantung
pada ada atau tidaknya ion halogen (Whitacker, 1994).
Perbedaan perlakuan uji aktivitas protease dengan uji aktifitas amilase yaitu
pada uji aktifitas protease diukur menggunakan metode hidrolisis kasein. Sedangkan
pada uji aktifitas amilase diukur dengan metode hidrolisis pati. Pada uji aktifitas
protease menggunakan buffer 0,1 M Tris-HCl (pH 8-9). Sedangkan pada uji aktifitas
amilase mengunakan buffer fosfat. Untuk menghentikan kerja enzim protease
menggunakan reagen asam tricloroasetat (TCA), sedangkan untuk menghentikan
kerja enzim amilase menggunakan reagen DNS (asam dinitrosalisilat). Reaksi enzim
protease dimulai dengan cara mencampurkan 1 % (w/v) kasein (350 l), buffer (350
l) dan sampel enzim (50 l) dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37 oC.
Reaksi dihentikan melalui penambahan 750 l dari 8 % (w/v) asam tricloroasetat
(TCA). Campuran reaksi diendapkan selama 15 menit dalam lemari pendingin,
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 6000 rpm selama 10 menit. Absorbansi
dicatat pada panjang gelombang 280 nm. Sedangkan reaksi enzim amilase dimulai
dengan cara mencampurkan substrat amilum (350 l), buffer fosfat (350 l) dan
sampel enzim (50 l) kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37 oC.
Kemudian ditambahkan larutan DNS (750 l), dan dididihkan selama 5 menit pada
suhu 100oC. Campuran reaksi dibiarkan dingin lalu ditambahkan akuabides (350 l).
Absorbansi dicatat pada panjang gelombang 540 nm (Hidalgo et al., 1999).
Aktivitas amilase ditentukan dengan metode hidrolisis pati. Uji dilakukan
mengunakan buffer fosfat. Campuran reaksi enzim dimulai dengan cara
mencampurkan substrat amilum (350 l), buffer fosfat (350 l) dan sampel enzim
(50 l) kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC. Kemudian
ditambahkan larutan DNS (750 l), dan dididihkan selama 5 menit pada suhu 100 oC.
Campuran reaksi dibiarkan dingin lalu ditambahkan akuabides (350 l). Absorbansi
dicatat pada panjang gelombang 540 nm (Hidalgo et al., 1999).
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat bedah yang
berfungsi untuk untuk membedah ikan dan mengisolasi ususnya, timbangan analitik
untuk menimbang berat usus, bak plastik sebagai wadah untuk membedah ikan,
kertas tissue untuk membersihkan area kerja, lempengan es untuk mencegah
rusaknya jaringan serta menstabilkan pH, botol sampel sebagai wadah campuran
reaksi, homogenizer listrik untuk menghancurkan usus dan mencampurkannya
dengan larutan Tris-HCl, kompor untuk mendidihkan air, tabung appendorf sebagai
wadah campuran reaksi, sentrifuge untuk memisahkan natan dan supernatan, freezer
untuk menyimpan supernatan pada suhu suhu -80 oC, tabung reaksi untuk wadah
campuran reaksi, penangas air untuk tempat melakukan inkubasi, nesting untuk
wadah mendidihkan air, mikropipet untuk memindahkan larutan-larutan dalam kadar
mikro, pipet transfer untuk memindahkan larutan, spectrophotometry untuk
mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsayang disebut kuvet, dan vortex Untuk
mengaduk senyawa kimia yang ada dalam tabung reaksi atau wadah (Csuros, 1997)
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan lele (Clarias
batrachus), Ikan nilem (Osteochilus vittatus) sebagai objek preparat penelitian, Tris-
HCL buffer berfungsi menjaga buffer enzim agar tidak rusak dan penstabil pH, buffer
fosfat berfungsi untuk penstabil pH, ekstrak enzim diinkubasi selama 10 menit
berfungssi untuk mengaktifkan enzim dan diikubasi selama 15 menit berfungsi agar
enzim berikatan dengan substrat, substrat amilum merupakan substrat untuk protease,
akuabides berfungsi untuk mengenceran/pelarut, dan reagen DNS untuk memberikan
reaksi kompleks yang membantu dalam pengukuran absorbansi larutan pada
spektrofotometer dan berfungsi menghentikan kerja enzim, sehingga enzim tidak
memecah pati (Lehnninger, 1995).
Preparat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu Ikan lele dan nilem.
ikan nilem (Osteochilus vittatus) termasuk ikan omnivora, karena ikan tersebut
memakan tumbuhan dan hewan yang menempel pada kerikil sebagai pakan
alaminya. Sistem pencernaan pada ikan nilem dimulai di usus bagian depan bukan di
bagian rongga mulut, sebab ikan nilem tidak memiliki kelenjar air liur yang dapat
menghasilkan enzim saliva. Proses pencernaan dalam sistem pencernaan ikan nilem
berlangsung secara biologis yang melibatkan peran enzim sebagai katalisator yang
mampu mempercepat proses pencernaan (Harms et al., 1991). Ikan Lele (Clarias
batrachus) termasuk kelompok ikan siluroid yang seringdisebut catfish. Kelompok
ini mencakup jenis-jenis ikan yang bertulang keras denganciri-ciri bagian luar tidak
bersisik, berkumis 2-4 pasang disekitar mulut, pada sirip dada terdapat sepasang duri
(patil), dan juga pada sirip punggungnya, sedangkan bentuk sirip ekornya bervariasi
menurut jenisnya (ada yang meruncing, berlekuk dan bercagak) (Fujaya, 2004).
Perbedaan ketersediaan pakan pada perbedaan perlakuan yang diterapkan
memiliki efek pada respon fisiologi ikan yang dicerminkan oleh perubahan aktivitas
protease. Umumnya enzim disekresi kaitannya dengan keberadaan pakan pada
saluran digestinya, pada kondisi puasa atau tidak diberi pakan maka akan menjadikan
ketiadaan senyawa penginduksi sekresi dan aktivitas enzim. Pada kondisi pemberian
pakan, pakan yang berada pada saluran digesti akan bertindak sebagai penginduksi
aktivitas enzim, sehingga aktivitas amilase akan meningkat (Hanum et al., 2013).
Aktivitas amilase yang meningkat diduga juga berkaitan dengan meningkatnya peran
pakan yang dikonsumsi sebagai stimulator aktivitas enzim. Adanya peningkatan
aktivitas enzim sebagai akibat meningkatnya makanan dalam saluran digesti yang
bertindak sebagai substrat (Eroldogan et al., 2008).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa


ikan lele yang diberi makan memiliki aktivitas amilase lebih tinggi dibandingkan
dengan ikan lele yang dipuasakan.
DAFTAR REFERENSI

Al Gadri, F.S., Susilo, U & Priyanto, S. 2014. Aktivitas Protease dan Amilase pada
Hepatopankreas dan Intestine Ikan Nilem Osteochilus hasselti C.V. Scripta
Biologica, 1 (1), pp. 43-48.

Csuros M. 1997. Environmental Sampling and Analysis Lab Manual. Inggris: CRC
Press

Eroldogan, O.T., Suzer, C., Tasbozan, O & Tabakoglu, S. 2008. The Effect of Rate
Restricted Feeding Regimes in Cycles in Digestive Enzymes of Gilthehead
Sea-brem, Sparus aurata. Turkish Journal of Fisheris and Aquatic Sciences,
8, pp. 49-54.

Fox, P.F. 1991. Food Enzymology Vol 2. London: Elsevier.

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta:


Rineka Putra.

Gaman, P.M & Sherrington. 1994. Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi
dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Hanum, W.H., Susilo, U., Piyanto, S. 2013. Aktivitas Protease dan Kadar Protein
Tubuh Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Kondisi Puasa dan
Pemberian Pakan Kembali. Scripta Biologica.

Harms J, Anger K, Klaus S, Seeger B. 1991. Nutritional effects on ingestion ate,


digstive enzyme activity, growth and biochemical composition of Hyas
araneus L. (Dekapoda: Majidae) larvae. J. Exp. Mar. Biol. Ecol, 145, pp.
233-265.

Hidalgo MC, Urea E, Sanz A. 1999. Comparative study of digestive enzymes in fish
with different nutritional habits. Proteolytic and amylase. Aquaculture, 170,
pp. 267-283.

Lehninger, A.L. 1997. Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Salisbury, F. B & Cleon. W., Ross. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Singh, P., Gupta, P., Singh, R & Sharma, R. 2012. Activity and stability of
immobilized alpha-amylase produced by Bacillus acidocaldarius.
International Journal Of Pharmacy & Life Sciences, 3 (12), pp. 2247-2253.

Whitaker, J.R. 1994. Principle of Enzymology for the Food and Science. New York:
Oxford University Press.

You might also like