Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
Indonesia sebagai salah satu negara yang taraf perkembangan dan sedang
Indonesia menghadapi masalah penyakit menular seksual yaitu HIV AIDS yang
Penyakit menular seksual terdiri dari berbagai jenis, salah satu yang banyak
dibicarakan akhir-akhir ini adalah HIV/AIDS. Penyakit ini menjadi suatu masalah yang
sangat serius antara lain disebabkan karena penyakit ini sampai sekarang belum
Deficiency Syndrome adalah kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV
35
(Human Immuno Virus) yang mudah menular dan mematikan .Daya tahan/hilangnya
daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena penyakit
Sudah menjadi kenyataan sekarang bahwa telah kurang lebih satu dasawarsa ini
infeksi human immudefeciency virus (HIV) merupakan salah satu masalah yang
timbul akibat menurunnya system kekebalan tubuh, pertama kali di laporkan pada tahun
1981 di Amerika Serikat oleh Gottlieb dkk. Gejala-gejala yang timbul pada AIDS
merupakan kumpulan gejala dari infeksi berbagai mikroorganisme dan atau keganasan.
nama ini diberikan oleh seorang ilmuwan Perancis yaitu Prof. Dr. Luc Mongtagner.
Selanjutnya dr.robert Gallo dari Amerika Serikat yang menyebutkan sebagai HTLV III
(Human Tlymptropic Virus III, dan akhirnya oleh WHO disepakati untuk diberikan
nama HIV (Human Immunodefeciency Virus). (Fauci A.S. & H. Clifford Lane).
Episode HIV/AIDS telah menyebar diseluruh Negara terutma di Asia Afrika dan
telah sampai pada batas yang membahayakan. Dilaporkan lebih dari 14.000 infeksi baru
setiap harinya rata rata berusia 15 49 tahun dan separuh dari jumlah itu adalah
November 2005 terdapat 48,9 juta penderita dengan HIV/AIDS. Pada tahun 2005
tercata 3,6 juta penderita di seluruh dunia telah meninggal akibat AIDS. Jumlah tersebut
cenderung meningkat tajam termasuk di Negara berkembang. Di Asia telah tercatat 8,8
Belanda yang meninggal di Bali, pada April 1987. sejak pertama kali kasus AIDS
ditemukan, jumlah kasus AIDS meningkat dengan tajam setiap tahunnya. Tercatat
pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS 1 Januari 1987 sampai 31 Maret 2006 berjumlah
10.156 dimana 4.333 adalah pengidap infeksi HIV, 5.823 telah menjadi AIDS, dan
1.430 di antaranya telah meninggal. Saat ini Indonesia sudah tidak tergolong lagi
sebagai Negara dengan prevalensi rendah, tapi sudah masuk ke epidemic terkonsentrasi.
Sulawesi Selatan sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia dan juga
sebagai salah satu tujuan wista telah menjadi daerah yang memiliki resiko tinggi
terhadap ancaman HIV/AIDS. Disamping itu juga telah banyak terdapat tempat-tempat
hiburan seperti diskotik yang terdapat dikota-kota besar. Selain itu juga terdapat pula
fenomena baru yang sangat berisiko sebagai jalan penularan virus ini dengan cepat,
yaitu pada IDU (Injecting Drug User). Di Sulawesi Selatan sampai Juli tahun 2007
terdapat 815 penderita HIV/AIDS dan 760 di antaranya terdapat di kota Makassar.
Berdasarkan teori pasti WHO di katakan bahwa jika terdapat 1 orang penderita
HIV AIDS yang terdata, maka terdapat 100 orang yang belum terdeteksi. Hal ini sesuai
dengan fenomena gunung es dimana hanya puncaknya saja yang dapat terlihat
sedangkan dasarnya tidak dapat terlihat. Dengan demikian terdapat 815 penderita
Angka kematian yang disebabkan oleh HIV/AIDS sangat tinggi dimana hamper
pertama, sehingga program yang penting untuk menangani permasalahan ini adalah
upaya pencegahan dan deteksi dini tehadap penderita HIV/AIDS. Sampai saat ini belum
Walaupun sampai saat ini masih banyak masalah besar dalam penanggulangan
infeksi HIV/AIDS, namun saat ini terdapat pilihan pengobatan dengan pemberian obat
obat inretrovial (ARV) yang dapat menekan laju pertumbuhan virus HIV di dalam
tubuh. Tetapi meskipun pengobatan dilakukan sejak tahap awal penyakit, upaya ini
belum memberikan hasil berupa kesembuhan, hanya memberi keuntungan dari segi
antiretroviral (ARV) diperkirakan sebanyak 10.000 orang pada tahun 2002 pemerintah
sudah memberikan subsidi obat ARV sejak 2004 dan menunjuk 25 rumah sakit untuk
menyediakan ARV treatment diseluruh Indonesia. Jumlah pasien yang telah menerima
ARV meningkat dari 350 (3.5%) ditahun 2003 menjadi 2.500 (25%) pada tahun 2004
serta 4.000 (40%) pada tahun 2005 sedangkan jumlah pasien yang menderita HIV AIDS
di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada tahun 2006
sebanyak 50 orang dan pada tahun 2007 dari periode januari sampai april sebanyak 100
orang. Akan tetapi, keberhasilan dari pengobatan ini tergantung juga dari kepatuhan
Berdasarkan laporan WHO pada tahun 1995 bahwa dari keseluruhan jumlah
penduduk yang telah terinfeksi HIV, 50 % adalah kaum remaja yang tergolong dalam
kelompok usia produktif yaitu berusia 15-24 tahun (Center for Health Research
Bali pada bulan April 1987 yaitu pada seorang wisatawan Belanda dan meninggal di
Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar. Pada tahun yang sama seorang warga Negara
Kanada yang sudah 2 tahun tinggal di Indonesia meninggal karena AIDS. Sejak itu,
kasus HIV/AIDS bertambah terus, dan sampai akhir Mei 1999 jumlah kumulatif Sudah
tercatat 875 HIV/AIDS, yang terdiri dari 630 pengidap HIV dan 245 kasus AIDS dan
jumlah kumulatif yang sudah meninggal 114 kasus AIDS (Pandu Riono, 1999)
Kasus AIDS ini tampaknya cenderung terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut laporan Ditjen PPM dan PL. Departemen Kesehatan RI sampai bulan Februari
2001 ditemukan sebanyak 1.299 kasus pengidap HIV dan 479 kasus AIDS yang
DKI Jakarta, Irian Jaya, Jawa Barat, dan Bali ( Indar, 2001).
Penularan HIV AIDS melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual,
transfusi darah, penggunaan jarum suntik atau peralatan medis lainnya dan dari ibu ke
janin (Indar, 2001) Bila melihat cara penularan HIV/AIDS, maka ternyata menunjukkan
kaitan yang sangat erat dengan perilaku seseorang. Walaupun banyak cara penularan
35
HIV, tetapi faktor hubungan seksual yang menyimpang dan berisiko merupakan faktor
yang sangat besar pengaruhnya atau sangat penting terhadap penularan HIV/AIDS
maupun PMS lainnya, sehingga suatu asumsi dapat diambil yaitu bahwa kecenderungan
adanya peningkatan penderita PMS dapat dijadikan indikator dari adanya perubahan
yang rawan untuk tertular PMS karena dipengaruhi faktor-faktor terseut. Remaja sering
kali mempunyai banyak mitra seksual, baik sekuensial atau concurrent (periode yang
mungkin mempunyai mitra-mitra yang berisiko tinggi. Secara biologis, remaja putri
akan lebih rentan karena perubahan hormonal dan kelemahan imunitas terhadap
patogen PMS tertentu. Remaja juga kurang akses terhadap layanan pengobatan PMS,
karena kurang kesadaran , keterbatasan biaya, atau adanya kebijakan klinik yang lebih
sebagian besar provinsi populasi telah telah memasuki periode seksual yang aktif dan
kelompok umur tersebut juga dengan prevalensi PMS yang tertinggi (Pandu Riono,
1999)
target utama. Beberapa penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa remaja Indonesia
35
berisiko untuk terkena infeksi PMS /HIV/AIDS. Survelians perilaku yang telah
menunjukkan bahwa 2,8 % pelajar SMA wanita dan 7 % dari pelajar SMA pria
melaporkan adanya gejala-gejala PMS pada periode setahun lalu (Utomo dkk, 1998
sebuah penelitian di Malang dan Manado dan sebuah penelitian di Bali menunjukkan
bahwa 26 % dan 29 % anak muda berusia 20 sampai 24 tahun telah aktif seksual
(Dwiyanto, 1992, Munijaya, 1993 dalam Iskandar, 1998 dalam Qamnariyah dalam situs
mengemukakan bahwa yang tergolong kelompok resiko tinggi dari segi usia adalah 20
sampai 34 untuk laki-laki, 16 sampai 24 tahun pada wanita dan 20 sampai 24 tahun
pada kedua jenis kelamin . Ternyata usia siswa SMU termasuk dalam range usia
tersebut, sehingga kelompok siswa SMU ini juga dapat digolongkan sebagai kelompok
resiko tinggi. Kasus yang menimpa remaja menurut data tersebut tentu sangat berkaitan
dengan aspek perilaku yaitu pengetahuan dan sikap tentang HIV/AIDS, dimana
pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS dan sikap yang positif terhadap upaya
Oleh karena itu pemberian informasi secara dini kepada siswa Sekolah
Menengah Umum (SMU) sebagai kelompok remaja yang biasa dianggap sebagai
kelompok yang labil dan gampang meniru perilaku tertentu merupakan suatu hal
yang penting dipikirkan dan dipertimbangkan. Pengetashuan dan sikap remaja atau
35
siswa SMU dalam hal HIV/AIDS utamanya pada aspek pencegahannya merupakan
salah satu hal yang dapat menetukan meluasnya penularan HIV/AIDS imasa-masa
mendatang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan pada latar belakang masalah, maka
dan sikap tentang upaya pencegahan HIV/AIDS bagi siswa SMU Negeri 1 Mamasa
Kabupaten Mamasa ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penelitian
35
1. Sebagai bahan bacaan dan referensi ilmiah yang dapat dikembangkan lebih
lanjut.
Mamasa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.
tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelum.
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
2. Memahami (Comperension)
benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
35
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
terhadap obyek yang dipelajari misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
3. Aplikasi (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
organisasi tersebut dan masih ada kegiatannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambar (Membuat
5. Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
6. Evaluasi (Evaluation)
35
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada .
New comb dalam Notoatmodjo (1993), menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesedihan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi adalah predisposisi tindakan suatu
perilaku sikap itu merupakan suatu reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.
Sepertinya hanya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
yakni :
1. Menerima (receiving)
yang diberikan.
2. Merespon (Responding)
yang diberikan, adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan
itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Mengahargai (Valuing)
35
Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun aksternal
(lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
persepsi, sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi
oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah factor pengalaman, keyakinan, sarana
sebagainya.
35
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan kelompok
2. Teori WHO
Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu perilaku
obyek.
b. Orang penting sebagai referensi yaitu orang-orang yang dianggap penting dan
menjadi panutan atau tokoh-tokoh yang disegani dan sebagainya. Orang orang
yang dianggap penting ini misalnya guru, halim ulama, kepala suku, tokoh
tenaga dan sebagainya. Semua ini berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat.
suatu masyarakat akan berhasil suatu pola hidup (way of life) yang pada
(PMS)
1. Pengertian
sistem kekebalan tubuh manusia. Virus adalah jenis jasad renik hidup yang amat
kecil yang hanya terdiri atas sekeping materi genetic didalam wadah yang terbuat
dari lemak atau protein. Virus merupakan organisme yang bersifat parasitik dan
hidup didalam sel tuan rumah dan memperbanyak dengan memaksa sel rumah
Orang yang mengidap HIV didalam tubuhnya tersebut HIV positif atau
pengidap HIV. Orang yang telah terinfeksi dalam beberapa tahun pertama belum
menunjukkan gejala apapun. Sehingga secara fisik tidak berbeda dengan orang lain
yang sehat. Namun pengidap HIV mempunyai potensi sebagai sumber penularan,
karena dalam tubunhya mengandung virus yang dapat ditularkan kepada orang lain.
Setelah periode 5 hingga 10 tahun sejak pertama tertular, seorang pengidap HIV
atau kumpulan gejala dan tanda penyakit akibat ketidak mampuan system
pertahanan tubuh yang diperoleh atau didapat. Yang dimaksud diperoleh bahwa
keturunan dari penderita AIDS, tetapi karena ia terinfeksi virus penyebab AIDS.
Seperti diketahui, tubuh kita mempunyai system pertahanan, antara lain sel-sel
darah putih (limfosit) yang bertugas untuk melawan dan membunuh kuman-kuman
serangan sesuatu penyakit tersebut bagi orang lain system pertahanan tubuhnya
berfungsi normal dapat digolongkan sebagai penyakit ringan, bagi seorang pengidap
HIV atau penderita AIDS penyakit tersebut dapat berakibat fatal. Seorang penderita
AIDS dapat meninggal oleh penyakit penyakit indfeksi lain menyerang tubuhnya
2. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak atau pertukaran cairan tubuh yang
b. Melalui transfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar oleh HIV.
Transfusi darah yang tercemar HIV secara langsung akan menularkan HIV
c. Melalui jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tato) yang
tercemar oleh HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama
sama oleh pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV diantara mereka, bila
d. Penularan ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada anak yang dikandungnya,
penulran dapat terjadi selama kehamilan, atau persalinan atau selama menyusui.
Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan diatas ini, maka ada orang- orang
yang berpeluang atau berisiko lebih besar untuk tertular HIV, yaitu :
seksual.
Walaupun peluang atau intesitas pada hubungan seksual sebagai jalur penularan
HIV relatif sangat rendah, tetapi karena kegiatan seksual sering dilakukan maka
sebagian besar penularan HIV melalui jalur hubungan seksual. HIV dapat
digolongkan sebagai saloah satu infeksi menular seksual lainnya, maka peluang
daripada dari wanita kepria, hal ini disebabkan wanita adalah resipien partner
kondom secara tepat dan konsisten pada mereka yang berprilaku berisiko.
4. Periode Patogenesis
Infeksi HIV dimulai ketika virus memasuki tubuh melalui beberapa cara
penularan tersebut diatas. HIV terutama menjangkiti sel CD4 (T helper Lymphocite).
Virus seperti HIV mampu mendorong produksi ribuan replica dalam satu sel tuan
rumah. Replica HIV selalu berbeda dengan virus asal karena secara random selalu
membunuh virus asal tidak lagi mampu mengenali replica yang baru yang berbeda
dalam tubuh seseorang yang tertular HIV. Pada beda jenis jaringan tubuh terdapat
35
berbagai jaringan tubuh terdapat variasi HIV yang juga berbeda, sehingga HIV
berkembang biak menjadi lebih banyak. Ketika jumlah dan fungsi sel CD4 menurun
maka terjadi penurunan kekebalan atau sistem pertahanan tubug. Ketika penurunan
biakkan virus terjadi pada sel-sel limfosit di daerah awal infeksi, kemudian proses
dan sumsum tulang. Kelenjar limfe merupakan sumber utama (reservoir) HIV dalam
tubuh.
HIV keseluruh bahgian tubuh. Kedua sel tersebut akan dimasuki HIV, tetapi HIV
tidak akan menghancurkannya. Maka HIV akan di bawa keseluruan bagian tubuh
Pada awal infeksi, kadar virus akan meninggi pada cairan tubuh, kemudian
kadarnya akan menurun, tetapi virus tetap aktif berkembang-biak dalam jaringan
limfoid.
Saat HIV sudah masuk kr dalam tubuh manusia, maka masa inkubasi sejak awal
penularan dan kemudian muncul gejala penyakit AIDS mulai berlangsung terus
berlangsung yang cukup lama, yaitu rata-rata natara 5 10 tahun .Masa inkubasi
dari suatu penyakit adalah masa antara masuknya suatu bibit penyakit kedalam
sakitnya.
tubuh. Selama periode tanpa gejala-laten virus terus berkembang biak dan
penghancuran sel sel CD4 (limfosit) terus berlangsung Pada masa tersebut sistem
jumlah produksi yang dihasilkan tubuh manusia, maka mulai timbul kelemahan
sistem kekebalan tubuh dan muncul AIDS akibat adanya infeksi oportunistik.
Pada infeksi HIV, dari mulai masuknya HIV ke dalam tubuh sampai
pengidap HIV, yang tampak dari luar seprti orang sehat lainnya. Karena belum
adanya gejala sakit apapun , seseorang yang telah terinfeksi HIV merupakan sumber
Yang perlu diketahuiu pula dengan adanya infeksi atau masuknya HIV
kedalam tubuh manusia adalah periode jendela (window period) . Periode jendela
riwayat terinfeksi HIV masuh negatif pada orang yang telah terinfeksi HIV. Ini
berarti zat anti (antibody) Terhadap HIV belum dapat terdeteksi oleh pemeriksa
laboratorium. Periode jendela ini berlangsung antara 3 sampai 6 bulan dari sejak
mulainya infeksi, Namun satu hal yang perlu diingat adalah bahwa sejak masuknya
HIV, seseorang telah terinfeksi HIV dan ia dapat menularkan HIV sepanjang
hidupnya.
menjadi sumber penularan, ia dapat menularkan virusnya kepada orang lain pada
setiap kesempatan. Pada umumnya kadar virus pada cairan tubuh pada awal infeksi
sangat tinggi, sehingga periode tersebut peluang penularan sangat mungkin bila
6. Manifestasi Klinik
Infeksi terjadi melalui masa klinis yang sangat panjang, mulai dari acute
syndrome yang diasosiasikan dengan infeksi primer sampai kondisi tanpa sympton
Limphadenopaty.
Gejala infeksi HIV acut (acute HIV syndrome) biasanya timbul 3 6 minggu
setelah infeksi pertama kali. Gejala yang timbul dapat berupa demam, atau radang
tenggorokan, atau sakit atau nyeri otot myalgia dengan ruam kulit, atau timbulnya
limphadenopathy. Pada tahap ini, hasil uji HIV belum menunjukkan hasil positif.
Tahap tanpa gejala yang spesifik (the asymptomatic stage atau clinical latency)
terjadi selama 3 7 tahun atau lebih. Pada tahap ini, terjadi pengembangbiakan
virus secara aktif, yang diikuti menurunnya T4 limfosit. Penularan virus yang paling
sering terjadi dari mereka yang telah terinfeksi ke orang lain terjadi pada periode
ini, karena penderita tetap terlihat sehat dan tidak merasa sakit, dan tetap aktif
limfa pada daerah ekstra inguinal selama lebih dari 3 bulan tanpa ada sebab yang
a. Gejala utama :
35
1). Turunnya berat badan sampai lebih dari 10 % berat badan biasa tanpa sebab
yang jelas.
2). Diare yang terus menerus atau berulang selama lebih dari satu bulan
3). Demam yang terus menerus selama lebih dari satu bulan
b. Gejala minor :
oesophlidah.
2). Oral hairy leokoplakia (OHL) adanya garis garis putih vertikal pada sisi
lidah.
Orang dengan HIV seropositif dikatakan menderita AIDS jika memiliki dua
atau lebih gejala utama dan paling sedikit satu gejalala minor.
Penelitian yang telah dilakukan oleh dr. Andik Wijaya, DMSH terhadap 202
terlibat dengan karaoke, istilah gaul untuk aktifitas oral sex. Penelitian lain
menyebutkan, setiap tahun hampir 15 juta warga Amerika terjangkit penyakit menular
(www.drawclinic.com/detartikel.php?ID=10&code=1).
terhadap pembentukan pola perilaku seksual remaja, terbukti bahwa 7 % remaja yang
terlibat dengan oral sex mengaku mendapatkan gagasan untuk melakukan aktifitas
tersbut dari VCD film porno yang mereka lihat dari situs internet yang mereka akses.
Kalau mereka dengan mudah meniru aktifitas oral sex yang mereka lihat dari material
pornografi, tentu tidak tertutup kemungkinan mereka akan meniru perilaku perilaku
seksual lainnya yang sering dipertontonkan dalam materi materi pornografi, seperti
anal sex sadamosochist yaitu sex dengan kekerasan, sex sesama jenis, sex
berkelompok, sex dengan anggota keluarga, bahkan sex dengan binatang. Sangat tidak
gampang. Industri pornografi telah menjadi bagian aktifitas ekonomi yang sangat besar,
dan melibatkan semua unsur dinamika ekonomi dalam masyarakat, seperti tersedia
ID=10&code=1).
35
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pada dasarnya HIV/AIDS dapat dicegah atau minimal ditekan angka kejadian
dengan landasan pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS yang diharapkan akan
membawa pada perubahan sikap dan perilaku terutama pada kelompok usia muda yang
berdasarkan data pada bagian pendahuluan cukup banyak kalangan mudah yang tertular
Menurut Sjaiful Fahmi Daili dkk (1999) yang tergolong kelompok resiko tinggi
tertular penyakit menular seksual antara lain adalah usia 20 34 tahun bagi laki laki,
16 24 tahun pada wanita dan 20 24 tahun pada kedua jenis kelamin siswa SMU
Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa merupakan bagian dari kelompok usia tersebut
35
juga cukup rawan untuk tertular HIV/AIDS, utamanya jika mereka tidak memiliki
pengetahuan dan pengertian yang benar dan sikap positif tentang upaya pencegahan
HIV/AIDS.
Pengetahuan dan sikap adalah faktor predisposisi atau faktor pemudah yang
yang benar dan cukup tentang suatu obyek atau masalah, maka sangat memungkinkan
siswa SMU, walaupun merupakan kelompok yang cukup potensial tertular HIV/AIDS
juga merupakan kelompok yang potensial menjadi pelopor, motivator dan penggerak
mendatang.
Independent Dependent
Pengetahuan
Siswa SMU
Sikap
Upaya Pencegahan
Siswa SMU
HIV / AIDS
Perilaku
Siswa SMU
35
Keterangan :
1. Pengetahuan
Kriteria Obyektif :
Kurang : Bila tidak memenuhi kriteria di atas atau total nilai < 62,5 %
2. Sikap
Yang dimaksud dengan sikap pada penelitian ini adalah tanggapan atau
pertanyaan responden sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak
35
setuju terhadap upaya yang mendukung kearah pencegahan dan pengobatan HIV /
AIDS.
Kriteria Obyektif
responden, dimana :
Sikap Negatif : Bila tidak memenuhi kriteria di atas atau nilainya < 62,5 %.
35
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
B. Lokasi Penelitian
sikap siswa tentang HIV / AIDS. SMU Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa
Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut adalah sebagai berikut :
35
1 ruangan, ruang keterampilan 1 buah, laboratorium 1 buah, dan ruang serba guna 1
unit.
2. Ruang kantor yang terdiri dari ruang kepala sekolah dan wakilnya,
1. Populasi
Semua siswa SMU Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa kelas I, II & III.
2. Sampel
1. Data Primer
35
Data yang di peroleh dengan cara kunjungan ke lokasi penelitian dan membagikan
2. Data Sekunder
Data yang di ambil dari instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dikerjakan melalui suatu
1. Editing
Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah diisi, editing
jawaban.
2. Koding
Setelah data diedit langkah selanjutnya memberi kode pada jawaban dari responden
tersebut
3. Tabulasi Data
mengelompokkan data ke dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai
4. Analisa Data
35
Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan menggunakan metode
uji statistik yaitu analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum
dengan cara mendeskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu
BAB V
35
A. Hasil Penelitian
a. Umur
Umur responden bervariasi dengan rentang antara 15-18 tahun, variasi tersebut
Tabel 1
Pada Tabel 1 menunjukkan responden yang paling banyak adalah pada umur 17
tahun yaitu sebanyak 39,4%. Sedangkan jumlah responden yang paling kecil
jumlahnya adalah pada umur 14 tahun, 19 tahun dan 20 tahun yaitu masing-masing
b. Jenis Kelamin
Distribusi responden menurut jenis kelamin pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 2
c. Kelas
Distribusi responden pada penelitian ini menurut kelas dapat dilihat pada tabel
35
Tabel 3
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh data bahwa semua responden pernah
Tabel 4
Tahun 2008
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sumber informasi tentang HIV/AIDS yang paling
banyak digunakan oleh responden adalah televise yaitu sebanyak 57,6% dan yang
Tabel 5
Defenisi n %
Merupakan Penyakit Menular Seksual 256 95,2
Merupakan Penyakit Infeksi 11 4,1
Merupakan Penyakit Kutukan 2 0,7
Jumlah 269 100,0
Sumber: Data Primer
sebagai berikut:
35
Tabel 6
Tahun 2008
Penyebab n %
Virus 262 97,4
Kuman 1 0,4
Organisme hidup 5 1,9
Jamur 1 0,4
Jumlah 269 100,0
Sumber: Data Primer
menjawab bahwa penyebab HIV/AIDS adalah virus sedangkan yang paling kecil
HIV/AIDS
Tabel 7.
35
Tabel 7
Upaya Pencegahan n %
Tidak Melakukan Hubungan Seksual diluar
Nikah 244 90,7
Tabel 8
Upaya Pencegahan n %
adalah penurunan berat badan, menjawab bahwa gejala HIV/AIDS adalah radang
Pengetahuan responden tentang cara penularan HIV/AIDS dapat dilihat pada Tabel
9.
35
Tabel 9
Cara Penularan n %
Melakukan Hub.Seks dengan Penderita 251 93,3
HIV/AIDS
Melakukan Hub.Seks dengan menggunakan 1 0,4
Kondom
yang menjawab bahwa cara penularan HIV/AIDS adalah melakukan hubungan seks
Tabel 10
Kelompok Resiko n %
Berteman dengan Penderita HIV/AIDS 29 10,8
Sering memakai sikat gigi penderita 19 7,1
suntik untuk obat terlarang. Sedangkan sebagian kecil responden (1,1%) menjawab
Pencegahan HIV/AIDS
11 sebagai berikut:
35
Tabel 11
dengan kategori cukup lebih banyak (96,3%) dari pada kategori kurang (3,7%)
Tabel 12
Tingkat Pengetahuan
Umur Kurang Cukup Total
n % n %
14 0 0 3 100,0 3
15 2 4,8 40 95,2 42
16 2 2,3 86 97,7 88
17 5 4,7 101 95,3 106
18 0 0 26 100,0 26
19 1 33,3 2 66,7 3
20 0 0 1 100,0 1
Jumlah 10 3,7 259 96,3 269
Sumber: Data Primer
Pada Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa umur yang paling banyak adalah
umur 16 tahun sebanyak 106 responden dimana sebagian besar (95,3%) mempunyai
mempunyai pengetahuan cukup berada pada umur 14 tahun, 18 tahun dan 20 tahun.
35
Tabel 13
Tingkat Pengetahuan
Janis
Kurang Cukup Total
Kelamin
n % n %
Tabel 14
Tingkat Pengetahuan
Kelas Kurang Cukup Total
n % n %
I (Satu) 2 1,8 107 98,2 109
i. Sikap
Tabel 15
Distribusi Responden Menurut Sikap Siswa di SMU Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa
Tahun 2008
kategori setuju lebih banyak (85,9%) daripada kategori tidak setuju (14,1%).
35
Tabel 16
Sikap
Janis
Negatif Positif Total
Kelamin
n % n %
Pada Tabel 16 diatas menunjukkan bahwa dari 108 responden laki-laki terdapat
82,4% yang mempunyai sikap setuju dan 17,6% yang mempunyai sikap tidak
setuju. Sedangkan untuk jumlah responden perempuan yang memiliki sikap positif
Tabel 17
35
Sikap
Umur Negatif Positif Total
n % n %
14 1 33,3 2 66,7 3
15 6 14,3 36 85,7 42
16 5 5,7 83 94,3 88
17 17 16,0 89 84,0 106
18 7 26,9 19 73,1 26
19 2 66,7 1 33,3 3
20 0 0 1 0,4 1
Jumlah 38 3,7 259 96,3 269
Sumber: Data Primer
sikap positif sebagian besar berada pada umur 16 tahun yaitu sebanyak 94,3 %.
Tabel. 18
35
Sikap
Kelas Negatif Positif Total
n % n %
I (Satu) 11 10,1 98 89,9 109
mempunyai sikap positif sebagian besar atau 91,1% adalah responden di kelas II
(dua).
B. Pembahasan
35
1. Pengetahuan Siswa
pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS lebih banyak dengan kategori cukup daripada
kategori kurang yaitu masing-masing 96,3% kategori cukup dan hanya 3,7% dengan
Pengetahuan dan Sikap Taruna AIPI tentang PMS didapatkan responden yang
mendengar tentang HIV/AIDS dan paling banyak melalui Televisi 62,5% seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4. bahkan ada beberapa siswa yang memanfaatkan
lebih dari satu sumber informasi untuk mengakses informasi tentang HIV/AIDS.
mendalam. Selain itu, menurut hasil penelitian didapatkan bahwa semua responden
(100%) pernah mendengar tentang AIDS dari media-media baik cetak maupun
elektronik.
responden yang benar, maka berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah
ditampakkan pada Tabel antara lain adalah : pengetahuan tentang upaya pencegahan
atau tidak berhubungan seksual diluar nikah, hanya sebagian kecil responden yang
melakukan hubungan seksual di luar nikah tetapi dilakukan dengan orang yang
sebagian besar juga responden yang menjawab dengan benar yaitu dengan
kecil saja responden yang mengatakan bahwa HIV/AIDS dapat menular karena
yang luka dengan bibir yang juga luka dapat saja menular bila orang yang
berciuman tersebut menderita HIV/AIDS. Selain itu proses berciuman juga dapat
berakibat lain misalnya bila dihubungkan dengan pengendalian diri, dimana orang
yang berciuman pipi dapat saja berlanjut dengan ciuman bibir sampai kehubungan
responden yang sebagian besar benar atau berada pada kategori cukup sangat
yang telah dilakukan oleh Fitriani dan Rahmawati (2000) tentang Pengetahuan dan
Sikap Taruna Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Makassar tentang
kategori cukup sebanyak 91,7% tentang defenisi, jenis penyakit, etiologi, gejala,
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
dimana responden yang dimiliki pengetahuan cukup besar 96,3% tentang defenisi,
PMS khususnya sifilis, gonore dan AIDS. Hal ini tentu dipengaruhi oleh factor
sering dilakukan oleh pihak Dinas Kesehatan setempat. Sehingga dengan demikian
pengetahuan tersebut.
62,8%. Sedangkan sikap dengan kategori positif hanya 49,4% responden. Bila
Kabupaten Mamasa dapat dikatakan bahwa lebih banyak siswa SMU Negeri 1
35
negative dalam hal ini tidak adanya upaya pencegahan penularan HIV/AIDS
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
2. Sikap Siswa
informasi bahwa siswa SMU Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa yang memiliki
banyak (85,9%) daripada siswa yang memiliki sikap dengan kategori negative.
taruna AIPI Makassar mendapatkan bahwa taruna yang memiliki sikap dengan
kategori setuju tentang upaya pencegahan PMS adalah 53,58%. Sikap yang dimiliki
oleh responden yang sebagian besar positif ini sangat ditentukan oleh pengetahuan
35
yang juga positif, dimana berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar
tindakan pencegahan HIV/AIDS. Hal ini disebabkan karena sikap masih merupakan
reaksi yang masih tertutup (covert behaviort) dan merupakan hal yang dapat
BAB VI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat
1. Siswa SMU Negeri I Mamasa Kabupaten Mamasa sebagian besar sudah memiliki
2. Siswa SMU Negeri 1 Mamasa Kabupaten Mamasa sebagian besar sudah memiliki
B. Saran - Saran
1. Walaupun lebih banyak siswa yang memiliki pengetahuan dengan kategori cukup
dan sikap dengan kategori setuju, namun masih perlu penyuluhan tentang upaya
mengingat masih ada beberapa persen siswa yang memiliki pengetahuan dengan
kategori kurang dan sikap dengan kategori tidak setuju (tidak positif) tentang upaya
pencegahan HIV/AIDS.
pengajian dan bimbingan lain secara rutin oleh bagian bimbingan perlu
tetap dilakukan, apalagi diketahui siswa yang menuntut pendidikan di SMU Negeri
1 Mamasa Kabupaten Mamasa silih berganti artinya siswa yang tamat digantikan
35
oleh siswa baru yang memerlukan informasi dan bimbingan termasuk masalah
kesehatan.
3. Selain itu, kerja sama lintas sektor dan lintas program untuk upaya pencegahan
umumnya.
35
Lampiran 1
4. Skor terendah = 10 x 1 = 10 = 25 %
= 100 25 % = 75 %
=C/K
= 75 / 2
= 37,5 %
= 10 37,5
= 62,5 %
Lampiran 2
4. Skor terendah = 10 x 1 = 10 = 25 %
= 100 25 % = 75 %
=C/K
= 75 / 2
= 37,5 %
= 10 37,5
= 62,5 %
Lampiran 3
Di ketahui