You are on page 1of 29

BAGIAN ILMU ANASTESI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ABULYATAMA

MONITORING PERIANASTESI

Oleh

Intan Mutia (16174087)

Ilfah madani (16174077)

Pembimbing

dr. Khairul Anwar, Sp.An

DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN

ILMU ANASTESI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

RSUD DATU BERU TAKENGON

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Intan Mutia dan Ilfah Madani

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Abulyatama

Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang Pendidikan : Anestesiologi dan Terapi Intensif

Periode Kepaniteraan Klinik : 21 Agustus 23 September 2017

Judul Makalah : Monitoring Perianestesia

Diajukan : September 2017

Pembimbing : Dr.Khairul Anwar, Sp.An

Telah diperiksa dan disahkan tanggal:

Pembimbing

Dr. Khairul Anwar, Sp. An

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataala karena berkah dan

anugrahnya kami dapat menyelesaikan referat ini. Referat ini berjudul Monitoring

Perianestesia. Tujuan utama pembuatan Referat ini adalah untuk mengetahui lebih dalam

mengenai persiapan-persiapan perianestesi, serta melengkapi syarat dalam menempuh

program pendidikan profesi dokter di bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas

Kedokteran Universitas Abulyatama di RSUD Datu Beru Takengonn periode 21 agustus 23

september 2017.

Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Hardi Yanis, Sp. PD selaku Direktur Rumah Sakit

2. Dr. Iftahuddin , Sp.An, selaku Koordinator SMF Anestesiologi dan Pembimbing Kepaniteraan

Klinik Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Datu Beru.

3. Dr. Khairul Anwar, Sp.An, selaku Pembimbing Kepaniteraan Klinik Anestesiologi dan Terapi

Intensif RSUD Datu Beru.

4. Para staff Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUD Datu Beru.

5. Rekan-rekan yang berada dalam satu kelompok kepaniteraan yang sama, atas dukungan dan

bantuan mereka selama menjalani kepaniteraan ini.

Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan oleh penulis demi kebaikan karya tulis yang akan datang.

Takengon, September 2017

Penyusun

iii
MONITORING PERIANESTESI

PENDAHULUAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan

aesthtos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu

tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai

prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.1

Anastesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai

tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan keselamatan

pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan

intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri

menahun.2

Pengelolaan anestesi pada pasien diawali dengan persiapan preoperatif

psikologis, dan bila perlu, pengobatan preoperatif. Beberapa macam obat dapat

diberikan sebelum dimulainya operasi.Obat-obatan tersebut disesuaikan pada

setiap pasien. Seorang ahli anestesi harus menyadari pentingnya mental dan

kondisi fisik selama visite preoperatif. Sebab hal tersebut akan berpengaruh pada

obat-obatan preanestesi, tehnik yang digunakan, dan keahlian seorang ahli

anestesi. Persiapan yang buruk akan berakibat pada berbagai permasalahan dan

ketidaksesuaian setelah operasi.3

Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda. Rasa

takut dan nyeri harus diperhatikan betul pada kunjungan pra-anestasi. Dengan

memberikan rasa simpati dan pengertian kepada pasien tentang masalah yang

1
dihadapi, maka pasien dapat dibantu dalammenghadapi rasa sakit dan khawatir

menghadapi operasi.4

Anestesiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mendasari

berbagai tindakan meliputi pemberian anastesi maupun analgetik, pengawasan

keselamatan pasien di operasi maupun tindakan lainnya, bantuan hidup

(resusitasi), perawatan intensif pasien gawat, pemberian terapi inhalasi dan

penanggulangan nyeri menahun.1,4

Anestesi menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun

obat anestasi umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga

menghilangkan kesadaran.3-5

Obat-obatan yang menyebabkan anastesia bekerja dengan menghalangi

(blok) sinyal-sinyal yang lewat di sepanjang serabut saraf hingga ke otak. Ketika

obat-obatan itu dihentikan (penggunaannya), kita akan mulai merasakan sensasi-

sensasi kembali, termasuk rasa nyeri.3

TEORI-TEORI ANESTESI

1. Teori Koloid

Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel

Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba

(terjadi penggumpalan protoplasma)

2. Teori Lipid

Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya anestesi.

Kelarutan anestesi makin kuat

2
Daya larut makin cepat, anestesi juga cepat

Bila obesitas, anestesi juga susah krn lemak tidak memiliki PD

3. Teori Adsorbsi dan tegangan permukaan

Hubungan potensi zat anestesi dan kemampuan menurunkan tegangan

permukaan proses metabolisme dan transmisi neural terganggu

menyebabkan anestesi.

4. Teori biokimia

Secara in vitro zat anestesi menghambat pengambilan O2 di otak (fosforilasi

oksidatif).

5. Teori Neurofisiologi

Terjadi penurunan transmisi sinaps di ganglion cervicalis superior dan

menghambat fungsi formatio reticularis ascenden yang berfungsi

mempertahankan kesadaran.

6. Teori Fisika

Anestesi terjadi oleh karena molekul yang inert (bergerak) dari zat anestesi

akan menempati ruang di dalam sel yang tidak mengandung air sehingga

menyebabkan gangguan permeabilitas membran terhadap molekul dan ion

oleh karena terbentuk mikrokristal di SSP.

STADIUM ANESTESI

Guedel (1920) M. Roesli Thaib (2004) membagi anestesi umum dengan

eter dalam 4 stadium (stadium III dibagi menjadi 4 plana), yaitu:

3
1. Stadium I (analgesi) dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai

hilangnya kesadaran. Pada stadium ini pasien masih dapat mengikuti perintah

dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit). Tindakan pembedahan ringan,

seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar dapat dilakukan pada stadium ini

2. Stadium II (delirium/eksitasi, hiperrefleksi) dimulai dari hilangnya kesadaran

dan refleks bulu mata sampai pernapasan kembali teratur.

3. Stadium III (pembedahan) dimulai dengan teraturnya pernapasan sampai

pernapasan spontan hilang. Stadium III dibagi menjadi 4 plana yaitu:

a. Plana 1 : Pernapasan teratur, spontan, dada dan perut seimbang, terjadi

gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, pupil midriasis, refleks

cahaya ada, lakrimasi meningkat, refleks faring dan muntah tidak ada, dan

belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. (tonus otot mulai

menurun).

b. Plana 2 : Pernapasan teratur, spontan, perut-dada, volume tidak menurun,

frekuensi meningkat, bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil

midriasis, refleks cahaya mulai menurun, relaksasi otot sedang, dan refleks

laring hilang sehingga dikerjakan intubasi.

c. Plana 3 : Pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai

paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, refleks laring dan

peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempuma (tonus otot

semakin menurun).

d. Plana 4 : Pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal

paralisis total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks

4
sfingter dan kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempuma

(tonus otot sangat menurun).

4. Stadium IV (paralisis medula oblongata) dimulai dengan melemahnya

pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. pada stadium ini tekanan

darah tak dapat diukur, denyut jantung berhenti, dan akhirnya terjadi

kematian. Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi

dengan pernapasan buatan.

KELENGKAPAN KAMAR OPERASI

Kelengkapan kamar operasi merupakan bagian dari perianestesi. Adapun

kelengkapan yang perlu disiapkan antara lain:

1. Mesin Anestesi

- Memeriksa apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh bila

tidak, maka perlu dilakukan pengisian

- Memasang kabel mesin dan nyalakan

- Memasang pipa oksigen dan N2O

- Memeriksa pompa oksigen, apakah dapat berfungsi atau tidak

- Memeriksa apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di

tempat yang tepat

Hal-hal yang penting diketahui kaitannya dengan mesin anestesi, yaitu:

- Aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada

jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal.

- Pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi

mengikat CO2. Laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua)

5
- Memonitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien. Minta

ajarkan penata bagaimana cara membacanya.

- Alat pengatur respirasi dari spontan ke kontrol

2. Monitor Anestesi

Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi

3. Suction

Memeriksa apakah suction bekerja dengan baik atau tidak.

4. Tangan meja (disebelah kanan dan kiri pasien)

5. Bantal

PERSIAPAN PERIANESTESI

Persiapan perianestesi meliputi:

1. Mengumpulkan data

2. Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data

3. Mempersiapkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi

4. Melakukan persiapan untuk mencegah kemungkinan terburuk yang akan

terjadi

5. Menentukan status fisik pasien

6. Menentukan tindakan anestesi

ANAMNESIS

Anamnesis yang dilakukan ketika pada tahapan perianestesi antara lain:

- Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.

6
- Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB,

asma)

- Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid,

antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi

dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus dimodifikasi.

- Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa

sebelum operasi)

- Pengunaan gigi palsu pada pasien harus ditanyakan

- Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-

obatan)

- Riwayat penyakit keluarga

PEMERIKSAAN FISIK

Untuk pemeriksaan fisik perianestesi didasarkan pada B6 (breath, blood,

brain, bladder, bowel, dan boneyang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:

1. Breath

Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil.

Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah

pasien ompong atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang

kecil yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka

mulut atau kekakuan leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher

yang mendorong saluran nafas bagian atas? Tentukan pula frekuensi nafas,

tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal, apakah terdapat

7
nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan

ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).

2. Blood

Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau

perdarahan. Lakukan pemeriksaan jantung

3. Brain

GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK

4. Bladder

Produksi urin. pemeriksaan faal ginjal

5. Bowel

Pembesaran hepar. Bising usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut

atau massa abdominal?

6. Bone

Kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang

belakang?

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI

a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding

time, clothing time atau APTT & PPT)

b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa

c. Liver function test

d. Renal function test

e. Pemeriksaan foto toraks

8
f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial,

pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun

g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin,

globulin, elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis.

PERSIAPAN PENYULIT YANG AKAN TERJADI

1. Penyakit Kardiovaskular

Resiko serius Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan

sampai pasca operasi.

Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang

dilepaskan. Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat

terjadi aritmia, takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular.

Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan

gas dan uap ihalasi terhalangi.

Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang

operasi. Bahaya hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular

setelah penghentian obat jauh lebih berat diandingkan dengan resiko

karena meneruskan terapi.

2. Penyakit Pernafasan

Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi

karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens

infeksi pascaoperasi.

9
Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada

pasien asma atau pecandu nikotin.

Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran

nafas atas karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons

imunologi yang terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko

infeksi dada pascaoperasi

3. Diabetes Mellitus

Hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah.

Penderita diabetes yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk

pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu sendiri merupakan

penyebab ketidakstabilan tersebut.

4. Penyakit Hati

Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal

hati. Obat-obatan analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja

yang panjang karena metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit

hati.Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah

perdarahan akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal

ginjal akibat bilirubin yang berakumulasi pada tubulus renalis

MONITORING PERIANESTESI

1. Kedalaman anestesi

2. Kardiovaskuler :

- Tekanan darah (invasif atau non invasif)

- EKG

10
- CVP

3. Ventilasi respirasi:

- Stetoskop

- Pulse oksimetri saturasi

- Capnometer

- Analisa gas darah

4. Suhu

- Suhu tidak boleh febris oleh karena obat anstesi menyebabkan febris

- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat

- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring

5. Produksi urin : - 1 cc/kg BB/j

6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila

diperlukan; > 20% perdarahan diberi transfusi whole blood.

7. Sirkuit anestesi

Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah

O2----mesin anestesi corugated-corugated masker/ ET Pasien

Dalam Jumlah di Dalam Dosis 1 cc


Obat pengenceran
sediaan sediaan spuit (mg/kgBB) spuit =

Pethidin ampul 100mg/2cc 2cc + 10 cc 0,5-1 10 mg

aquadest 8cc

Fentanyl 0,05 mg/cc 0,05mg

Recofol ampul 200mg/ 10cc + 10 cc 2-2,5 10 mg

11
(Propofol) 20cc lidocain 1

ampul

Ketamin vial 100mg/cc 1cc + 10 cc 1-2 10 mg

aquadest 9cc

Succinilcholin vial 200mg/ Tanpa 5 cc 1-2 20 mg

10cc pengenceran

Atrakurium ampul 10mg/cc Tanpa 5 cc Intubasi: 0,5- 10 mg

Besilat (Tramus/ pengenceran 0,6,

Tracrium) relaksasi:

0,08,

maintenance:

0,1-0,2

Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc + 10 cc 0,2 5 mg

aquadest 9cc

Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc Tanpa 3 cc 0,005 0,25

pengenceran mg

Ondansentron ampul 4mg/2cc Tanpa 3 cc 8 mg 2 mg

HCl (Narfoz) pengenceran (dewasa)

5 mg (anak)

Aminofilin ampul 24mg/cc Tanpa 10 cc 5 24 mg

pengenceran

Dexamethason ampul 5 mg/cc Tanpa 1 5 mg

pengenceran

Adrenalin ampul 1 mg/cc 0,25-0,3

12
Neostigmin ampul 0,5mg/cc Tanpa Masukkan 2 0,5 mg

(prostigmin) pengenceran ampul

prostigmin +

1 ampul SA

Midazolam ampul 5mg/5cc Tanpa 0,07-0,1 1 mg

(Sedacum) pengenceran

Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa 30 mg

pengenceran

Difenhidramin ampul 5mg/cc Tanpa 5 mg

HCl pengenceran

Tabel 1. Obat-obatan anestesi (dikutip dari daftar pustaka 7)

OBAT ONSET DURASI

Succinil Cholin 1-2 mnt 3-5 mnt

Tracrium (tramus) 2-3 mnt 15-35 mnt

Sulfas Atropin 1-2 mnt

Ketamin 30 dtk 15-20 mnt

Pethidin 10-15 mnt 90-120 mnt

Pentotal 30 dtk 4-7 mnt

Tabel 2. Onset dan durasi yang penting (dikutip dari daftar pustaka 7)

13
Keterangan

A. Obat Induksi intravena

1. Ketamin/ketalar

a. Efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tapi tidak utk

nyeri visceral

b. Efek hipnotik kurang

c. Efek relaksasi tidak ada

d. Refleks pharynx & larynx masih cukup baik batuk saat anestesi

refleks vagal

e. disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu,

halusinasi, gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat penderita mulai sadar

dapat timbul eksitasi

f. Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek

ini dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)

g. TD sistolik diastolik naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat.

(akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor).

Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.

h. Dilatasibronkus. Antagonis efek konstriksi bronkus oleh histamine.

Baik untuk penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme

bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan.

i. Dosis berlebihan secara iv depresi napas

j. Pada anak dapat timbulkan kejang, nistagmus

k. Meningkatkan kadar glukosa darah + 15%

14
l. Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit

m. Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya

utuh melalui urin

n. Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain

bekerja pd pusat retikular otak

Indikasi:

Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada

koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan

intubasi kadang sukar.

Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).

Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)

Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi

vital. Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok.

Untuk tindakan operasi kecil.

Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.

Pasien asma

Kontra Indikasi

Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg

Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)

Dekompensasi kordis

Harus hati-hati pada :

Riwayat kelainan jiwa

Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik

15
2. Propofol (diprifan, rekofol)

a. Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih seperti susu dengan bahan

pelarut yang terdiri dari minyak kedelai dan postasida telur yang

dimurnikan.

b. Kadang terasa nyeri pada penyuntikan dicampur lidokain 2%

+0,5cc dlm 10cc propolol jarang pada anak karena sakit & iritasi

pada saat pemberian

c. Analgetik tidak kuat

d. Dapat dipakai sebagai obat induksi & obat maintenance

e. Obat setelah diberikan didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh.

f. Metabolisme diliver & metabolit tidak aktif dikeluarkan lewat ginjal.

g. Saat dipakai untukinduksi juga dapat terjadihipotensi karena

vasodilatasi dan apnea sejenak

Efek Samping

Bradikardi.

Nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.

Ekstasi, nyeri lokal padadaerah suntikan

Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan

Sebaiknya obat ini tidak diberikan padapenderita dengan

gangguanjalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik.

3. Thiopental

a. Ultra short acting barbiturat

b. Dipakai sejak lama (1934)

16
c. Tidak larut dalam air, tapi dalam bentuk natrium (sodium thiopental)

mudah larut dalam air

4. Pentotal

a. Zat darisodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dalamamp 0,5

gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr. Dipakai dilarutkan denganaquades

b. Larutan pentotal bersifat alkalis, pH 10,8

c. Larutan tidak begitu stabil, hanya bisa disimpan 1-2 hari (dalam kulkas

lebih lama, efek menurun)

d. Pemakaian dibuat larutan 2,5%-5%, tapi dipakai 2,5% untuk

menghindari overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih

mudah

e. Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ) efek

sedasi&hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang

f. TIK

g. Mendepresi pusat pernapasan

h. Membuat saluran napas lebih sensitif terhadap rangsangan

i. Depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah

hipotensi. Dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal

j. Tak berefek pada kontraksi uterus, dapat melewati barier plasenta

k. Dapat melewati ASI

l. Menyebabkan relaksasi otot ringan

m. Reaksi anafilaktik syok

n. Gula darah sedikit meningkat

17
o. Metabolisme di hepar

p. Cepat tidur, waktu tidur relatif pendek

q. Dosis iv: 3-5 mg/kgBB

Kontraindikasi

Syok berat

Anemia berat

Asma bronkhiale menyebabkan konstriksi bronkus

Obstruksi saluran napas atas

Penyakit jantung dan liver

kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)

B. Obat Anestetik inhalasi

1. Halothan/fluothan

a. Tidak berwarna, mudah menguap

b. Tidak mudah terbakar/meledak

c. Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya

Efek:

Tidak merangsang traktus respiratorius

Depresi nafas stadium analgetik

Menghambat salvias

Nadi cepat, ekskresi airmata

Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup

Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus

Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin)

Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi

18
Vasodilatasi pembuluh darah otak

Sensitisasi jantung terhadap katekolamin

Meningkatkan aktivitas vagal vagal refleks

Pemberian berulang (1-3 bulan) kerusakan hepar (immune-mediated

hepatitis)

Menghambat kontraksi otot rahim

Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh

Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance

Keuntungan

Cepat tidur

Tidak merangsang saluran napas

Salivasi tidak banyak

Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale

Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)

Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi

yang enak

Kerugian

Overdosis

Perlu obat tambahan selama anestesi

Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi

Aritmia jantung

Sifat analgetik ringan

Cukup mahal

Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan

19
2. Nitrogen Oksida (N2O)

a. Gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah

terbakar dan relatif tidak larut dalam darah.

Efek:

Analgesik sangat kuat setara morfin

Hipnotik sangat lemah

Tidak ada sifa relaksasi sama sekali

Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.

Bila murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP

Jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu

cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.

3. Eter

a. Tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat

merangsang

b. Iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus

c. Margin safety sangat luas

d. Murah

e. Analgesi sangat kuat

f. Sedatif dan relaksasi baik

g. Memenuhi trias anestesi

h. Teknik sederhana

4. Enfluran

a. Isomer isofluran

20
b. Tidak mudah terbakar, namun berbau.

c. Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak

seperti kejang (pada EEG).

d. Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan

dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan.

5. Isofluran

a. Cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu

kamar

b. Menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap

penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.

c. Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai

isofluran

6. Sevofluran

a. Tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga

banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan

orang dewasa.

b. Tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis

C. Obat Muscle Relaxant

a. Bekerja pada otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas & otot-

otot mandibula, otot intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi

otot-otot ekstremitas.

21
b. Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibula

intercostalis abdominal diafragma.

c. Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.

d. Obat ini membantu pada operasi khusus seperti operasi perut agar

organ abdominal tidak keluar & terjadi relaksasi

e. Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi

Depolarisasi Non Depolarisasi

Sediaan Suksinilkolin, dekametonium Tubokurarin/kurare,

Atrakurium Besilat,

vekuronium, matokurin,

alkuronium, Pankuronium

(Pavulon), galamin,

fasadinium, rekuronium,

Indikasi tindakan relaksasi singkat tindakan relaksasi yg lama.

pemasangan pipa pada geriatri, kelainan jantung,

endotracheal/spasme laring hati, ginjal yang berat

Durasi 5-10 menit 30 menit 1 jam

Fasikulasi + -

Obat antagonis - + (antikolinesterase, mis:

prostigmin)

lewat barier - (aman pada SC)

plasenta

Efek muskarinik < + (bradikardi, hipersekresi,

22
Depolarisasi Non Depolarisasi

cardiac arrest)

Hiperkalemi + -

Pelepasan histamin + Tubokurarin/kurare(+)

(hipotensi, Pankuronium (-)

hipersekresi asam

lambung, spasme

bronkhus)

Efek samping i. Menurunnya atau

meningkatnya HR dan BP

j. Myalgia post op

k. Meningkat tekanan

intragaster, intraokuler dan

intrakranial

Tabel 3. Obat muscle relaxant(dikutip dari daftar pustaka 7)

Durasi:

Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin

Short (10-15 menit) : mivakurium

Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium

Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium,

pipekuronium, doksakurium, galamin

23
Efek terhadap kardiovaskuler:

Tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi

pelepasan histamin dan (penghambatan ganglion)

Pankuronium : menaikkan tekanan darah

Suksinilkolin : aritmia jantung

D. Antikolinesterase Antagonis pelumpuh otot non depolarisasi

1. Neostigmin metilsulfat (prostigmin)

2. Pitidostigmin

3. Edrofonium

Fungsi:

Efek nilotinik + muskarinik bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi,

bronkospasme, miosis, kontraksi vesicaurinaria. Pemberian dibarengi SA

untuk menghindari bradikardi. (2:1)

E. MAC (Minimal Alveolar Concentration)

MAC merupakan konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50%

binatang tidak memberikan respon rangsang sakit.

Nama Obat Indikasi Dosis

Efedrin TD menurun >20% dari 2 cc spuit

TD awal (biasanya bila

TD sistol <90 diberikan)

Sulfas atropine Bradikardi (<60) 2 cc spuit

Aminofilin bronkokonstriksi 5 mg/kgBB

24
Spuit 24mg/ml

Dexamethason Reaksi anafilaksis 1 mg/kgBB

Spuit 5 mg/cc

Adrenalin Cardiac arrest 0,25 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc

(teori)

Prakteknya beri sampai aman

Succinil cholin Spasme laring 1 mg/kgBB (1cc spuit

Tabel 4. Obat darurat (dikutip dari daftar pustaka 7)

KESIMPULAN

Anestesi umum adalah suatu tindakan meniadakan nyeri secara sentral,

disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible yang terdiri dari hipnotik,

analgesia dan relaksasi. Sebelum dilakukan anestesi umum, harus dilakukan

penilaian pada pasien yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta menentukan klasifikasi status

fisik menurut The American Society of Anaesthesiologist (ASA).

Selama proses anestesi, dilakukan pemantauan keadaan umum, kesadaran,

tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu dan perdarahan. Jika terdapat kesulitan

selama melaksanakan anestesi umum, seperti jalan nafas dan intubasi, harus

ditangani dengan benar.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Said A.Latief dkk, Monitoring Perianestesia, Petunjuk Praktis Anestesiologi,

Edisi Kedua, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, Jakarta:Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2002.

2. Gde Mangku, Sp.An. KIC, Standar Pemantauan Dasar Intra Operatif, Ilmu

Anestesia Dan Reanimasi, Edisi Pertama.Jakarta Barat:Indeks,

Kembangan.,2010,

3. G. Edward Morgan, Jr., Maged S. Mikhail, Michael J. Murray,Postanesthesia

Care,Clinical Anesthesiology,New York: McGraw-hill, 4th Edition, 2001.

4. Komang Ayu Kosalini Pratiwi, 2006, Premedikasi Sebelum Pembedahan,

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, FK Universitas Hasanuddin

Sumber : www.balipost.co.id. Diunduh tanggal 7 Juli 2014.

5. M.T. Dardjat, Pengawasan atau Pemantauan (Monitoring), Kumpula kuliah

Anestesiologi, Ed Pertama.Jakarta:Aksara medisina, Salemba,1986.

6. B. Thomas, Boulton dan E.Colin, Alih bahasa: dr. Jonatan Oswari,

Anestesiologi, Edisi 10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

7. M. Roesli Thaib, Monitoring Selama Anestesi, Anestesiologi, Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif, Jakarta,Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia,2004

26

You might also like