You are on page 1of 12

1.

Tanah Residu

Gambar 1.1. pengamatan Tanah Residu

A. Hasil pengamatan.
1. Tanah sedikit basah.
2. Akar pohon yang terlihat kepermukaan.
3. Batang pohon yang berukuran besar

1
Alat penggamatan :

1. Kamera handphone

B. Alamat pengamatan :

Jl. Cendrawasih, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah


Istimewa Yogyakarta.

Hari/Tanggal : Kamis 12 Oktober 2017


Jam :16.55 WIB

Tanah residu (residual soils) adalah tanah yang dibentuk oleh pelapukan
fisika maupun kimia dari batuan induknya dan belum dipindahkan dari tempatnya.
Oleh karena itulah biasanya pada tanah residual kuat geser tanah
mengingkat berdasarkan kedalaman, ini disebabkan oleh bagian tanah yang dekat
dengan permukaan telah mengalami pelapukan yang lebih bersar dibandingkan
dengan tanah di bawahnya. Karakteristik tanah residu sangat bergantung pada
sifat-sifat batuan induknya.
Apabila tanah hasil pelapukan tersebut dipindahkan dan diendapkan di
tempat lain, misalnya oleh air atau angin, maka tanah tersebut dikenal sebagai
tanah transport (transported soils). Tanah residu terbentuk langsung dari batu
asalnya, sehingga ada hubungan erat antara sifat tanah dan jenis batu asalnya.
Pada tanah endapan tidak ada hubungan antara sifatnya dan batu asalnya.
Pada tanah residu terdapat apa yang disebut struktur, yaitu butirnya
teratur ataupun terikat satu sama lain sehingga membentuk kerangka tanah.
Akibat adanya struktur ini, sifat tanah menjadi berbeda dengan sifat seandainya
tidak ada struktur, yaitu dengan butirnya merupakan kumpulan butir lepasa saja
Diketahui bahwa tanah residu di setiap daerah ketebalannya bervariasi
mulai dari 2,40 meter sampai dengan 14,20 meter. Hasil laboratorium
menunjukan bahwa tanah residu didominasi oleh fraksi butir halus, dan terdiri dari
lempung dengan plastisitas tinggi (CH) dengan kemungkinan besar mengandung
mineral lempung dari kelompok monmorilanit yang mudah mengembang.
Sifat yang penting dari tanah residual adalah grada ukuran butirannya. Butiran
yang lebih halus umumnya terdapat di permukaaan, dan ukuran butiran biasanya
semakin besar dengan semakin dalamnya dari permukaan. Pada kedalaman yang
besar sekali, fragmen batuan yang bersudut runcing-runcing mungkin juga dapat
dijumpai.

2
Lokasi Pengamatan tanah Residu

Gambar 1.2. Peta Pengamatan

3
Kordinat pengamata tanah residu

Gambar 1.3. Kordinat Pengamatan

4
2. Tanah Aeolian.

Gambar 2.1. Perngamatan Tanah Aeolian

A. Hasil pengamatan.

1. Kondisi tanah kering.


2. Terdapat butir-butir pasir halus yang ditransportasikan oleh angin.
3. Sangat berangin dilokasi pengamatan.
4. Disekitaran lokasi terlihat hanya terlihat sedikit rumput yang tumbuh.
5. Sebagian lokasi terlihat tandus.

Alat pengamatan :

1. Kamera handphone

5
B. Alamat pengamatan:
Pantai Parangkusumo, Jl Parangkusumo, Parangtritis, Kretek, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Hari/Tanggal: Senin 9 Oktober 2017
Jam: 14.46 WIB

Dalam ilmu geologi dan klimatologi, proses aeolian adalah


aktivitas dan kemampuan angin untuk mengikis, mengangkut, dan
mengendapkan, bahan-bahan material di daerah yang vegetasinya kurang
dan wilayah sedimen yang luas.
Proses aeolian lebih banyak terjadi di lingkungan kering seperti
pembentukan bukit pasir di gurun. Proses ini tidak hanya terjadi di bumi,
hal ini juga terjadi di planet lain seperti Mars. Istilah aeolian berasal dari
nama dewa Yunani, olus penjaga angin.
Lahan aeolian merupakan lahan yang terjadi karena bentukan asal
proses angin dan gabungan pelapukan dengan aliran air (Herlambang,
2009). Di mana dalam proses terjadinya melalui pengikisan,
pengangkutan, dan juga pengendapan. Pengikisan oleh angin seperti
halnya air yang mengalir, adapun sebagai kekuatan untuk mengikis adalah
pasir yang halus.
Proses Terbentuknya Lahan Aeolian yaitu dengan angin mengikis
permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi, dan abrasi. Proses
deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang membawa materi batuan,
baik berupa debu halus, pasir, maupun materi yang kasar dan berat. Proses
ini sering terjadi di daerah yang merupakan tempat terkumpulnya pasir,
misalnya di basin kecil atau pada bukit pasir.
Proses pengendapan oleh angina ini terjadi apabila butiran yang
telah terbawa angin tadi jatuh setelah gerakan menjadi lambat. Selain
karena kecepatan yang menjadi lambat, pengendapan juga dapat terjadi
karena butiran yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap
permukaan kejadian ini sebagai hasil dari proses saltasi dan rayapan tanah.

6
Lokasi pengamatan tanah aeolian.

Gambar 2.2 Peta Pengamatan

7
Kordinat lokasi pengamatan

Gambar 2.3. Kordinat Pengamatan

8
3. Tanah Aluvial

Gambar 3.1. Pengmatan Tanah Aluvial

A. Hasil pengamatan.
1. Tanahnya basah karena berada dipinggir sungai.
2. Tanah terlihat subur.
3. Banyak ditumbuhi tumbuhan.

Alat pengamatan :

1. Kamera handphone

B. Alamat pengamatan:
Sungai Gajah wong, Jln. Kusumanegara, No. 173 RT 29 / RW 09, Mujamuju,
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hari/Tanggal : Kamis 12 Oktober 2017
Jam: 15.16 WIB

9
Tanah Aluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal
jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfat yang mudah larut dalam
sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga
berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen
berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya
Aluvial adalah jenis tanah yang terbentuk karena endapan.Daerah
endapan terjadi di sungai, danau yang berada di dataran rendah, ataupun
cekungan yang memungkin kan terjadinya endapan.anah aluvial memiliki
manfaat di bidang pertanian salah satunya untuk mempermudah proses
irigasi pada lahan pertanian.
Tanah ini terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti
aluvial dan koluvial yang juga berasal dari berbagai macam asal.Tanah ini
terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti aluvial dan koluvial
yang juga berasal dari berbagai macam asal.
Tanah aluvial tergolong sebagai tanah muda, yang terbentuk dari
endapan halus di aliran sungai.Tanah aluvial dapat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian karena kandungan unsur hara yang relatif tinggi.
Tanah aluvial memiliki struktur tanah yang pejal dan tergolong liat
atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%.Contoh tanah
aluvial di Indonesia antara lain: sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo,
Sungai Opak, dan Sungai Glagah.Tanah aluvial umumnya terbentuk di
daerah sungai besar, salah satu contoh lainnya adalah tanah aluvial yang
berada di Sungai Nakdong, Korea Selatan.

10
Lokasi pengamatan tanah aluvial.

Gambar 3.2. Peta Pengamatan

11
Kordinat pengamatan.

Gambar 3.3. Kordinat Pengamatan

12

You might also like