You are on page 1of 20

PRAKTIKUM COUMPONDING DAN DISPENDING

KASUS 4
Mata Kering

DISUSUN OLEH
KELAS A

1. Ani Wijayanti (1720343724)


2. Apridinata (1720343725)

PROFESI APOTEKER XXXIV


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2017/2018
ii

Daftar Isi

Halaman Judul i
Daftar Isi. ii
BAB I Pendahuluan ... 1
BAB II Tinjauan Pustaka 2
A. Definisi 2
B. Epidemiologi mata kering... 2
C. Etiologi mata kering.... 3
D. Patofisiologi mata kering 4
E. Manifestasi klinik mata kering... 5
F. Pemeriksaan klinis.. 6
G. Penatalaksanaan mata kering . 7
BAB III Pembahasan.. 11
Dialog Apoteker dan Pasien... 15
Daftar Pusataka....................................... 18
1
BAB 1
PENDAHULUAN

Mata kering merupakan suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva
yang diakibatkan berkurangnya fungsi air mata. Di zaman modern seperti saat ini, sindrom
mata kering (dry eye) bukan hal yang asing lagi terjadi di masyarakat. Mata kering
merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, persentase insidenisanya sekitar 10-
30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi
pada wanita. Frekuensi insidensia sindrom mata kering lebih banyak terjadi pada ras
Hispanik dan Asia dibandingkan dengan ras kaukasius. (Vindica,2010)
Dry eye (Mata Kering) sangat sering dijumpai, mengenai hampir 30% penduduk, tidak
pandang ras, gender maupun umur. Meskipun demikian, dry eye lebih banyak pada wanita
usia di atas 40 tahun. Pada era komputer dan pemakaian AC yang terus menerus, hampir
semua orang pernah mengalami gejala ini sebagian besar menganggap hal tersebut sesuatu
yang biasa dan tidak perlu diobati. Ternyata, satu dari 4 pasien yang datang ke dokter mata
adalalah penderita dry eye dan kebanyakan dari mereka tidak menyadarinya, bahkan sampai
bertahun-tahun (Asyari ,2007).
Manajemen terapi sindroma mata kering dilakukan dengan edukasi oleh dokter mata
kepada pasien tentang penyebab alami dan kronik dari dry eye dan tujuan terapi sehingga
manajemen terapi dapat tercapai. Terdapat beberapa kategori perawatan untuk dry eye
syndrome berdasarkan International Dry eye Workshop tahun 2007 yaitu perawatan
lingkungan, pengobatan topikal dan sistemik, pembedahan, dan lainnya. Perawatan
lingkungan meliputi edukasi untuk memodifikasi lingkungan dan mengeliminasi serangan
pengobatan topikal atau sistemik. Pengobatan topikal berupa air mata buatan, obat
antiinflamasi seperti siklosporin dan kortikosteroid, agen mukolitik, dan serum air mata
autologous.
Artificial tears atau air mata buatan bertujuan untuk mengurangi osmolaritas, homeostasis
normal dari permukaan mata, membersihkan kotoran pengiritasi dan toksik pada lapisan air
mata dan melindungi permukaan mata. Pemakaian artificial tears sampai saat ini merupakan
terapi yang paling penting dan paling banyak diberikan pada penderita mata kering (Ala,
2016).
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan
ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata. Angka kejadian Mata Kering
ini lebih banyak pada wanita dan cenderung meningkat sesuai dengan peningkatan usia.
Banyak diantara penyebab sindrom mata kering mempengaruhi lebih dari satu komponen
film air mata atau berakibat perubahan permukaan mata yang secara sekunder
menyebabkan film air mata menjadi tidak stabil. Ciri histopatologik termasuk timbulnya
bintik-bintik kering pada kornea dan epitel konjungtiva, pembentukan filamen, hilangnya
sel goblet konjungtiva, pembesaran abnormal sel epitel non-goblet, peningkatan
stratifikasi sel, dan penambahan keratinasi. (Vaughan, 2010)
Sindrom Mata Kering (Keratokonjungtivitis Sicca) didefinisikan sebagai suatu
gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan keringnya permukaan kornea dan
konjungtiva yang terjadi akibat ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata
(akueus, musin, atau lipid). Permukaan mata kita dilapisi oleh 3 lapisan air mata yaitu
lapisan lipid, akuos dan musin. Ketiganya membentuk lapisan air mata yang stabil
diantara kedipan mata. Lapisan air mata yang stabil ini membuat mata terasa nyaman dan
penglihatan jelas. Ketidakstabilan lapisan ini akan membuat bercak kering di permukaan
mata yang menyebabkan sensasi rasa kering, terasa seperti berpasir dan kadang-kadang
penglihatan menjadi kabur. (Ilyas, 2014)
Mata Kering merupakan penyakit multifaktorial pada kelenjar air mata dan
permukaan okuler yang menghasilkan gejala-gejala ketidaknyamanan, gangguan
pengelihatan, air mata yang tidak stabil sehingga berpotensi untuk menimbulkan
kerusakan pada permukaan okuler. Mata Kering disertai dengan peningkatan osmolaritas
dari air mata dan peradangan dari permukaan okuler (Stephen, 2014).
B. Epidemiologi Mata Kering
Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata, persentase
insidenisanya sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang usianya lebih dari
3

40 tahun dan 90% terjadi pada wanita. Frekuensi insidensia sindrom mata kering lebih
banyak terjadi pada ras Hispanic dan Asia dibandingkan dengan ras kaukasius
C. Etiologi Mata Kering
Kelembaban permukaan mata merupakan keseimbangan antara produksi dan
ekskresi air mata melalui sistem drainase melalui duktus nasolakrimalis serta penguapan.
Apabila keseimbangan ini terganggu, mata terasa kering, timbul suatu dry spot pada
permukaan kornea sehingga menimbulkan rasa iritasi, perih diikuti refleks berkedip,
lakrimasi dan mata berair. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut-larut dalam waktu yang
lama akan terjadi kerusakan sel epitel kornea dan ko njungtiva, bahkan dapat terjadi
infeksi, ulkus, dan kebutaan.
Beberapa faktor yang menyebabkan mata kering ialah :
1. Usia lanjut. Dry eye dialami oleh hampir semua penderita usia lanjut, 75% di atas 65
tahun baik laki maupun perempuan.
2. Faktor hormonal yang lebih sering dialami oleh wanita seperti kehamilan, menyusui,
pemakaian obat kontrasepsi, dan menopause.
3. Beberapa penyakit seringkali dihubungkan dengan dry eye seperti: artritis rematik
dan diabetes, lupus erythematosus, pemphigus, Stevens-johnsons syndrome, Sjogren
syndrome, scleroderma, polyarteritis, nodosa, sarcoidosis, Mickulicks syndrome.
4. Obat-obatan dapat menurunkan produksi air mata seperti antidepresan, dekongestan,
antihistamin, antihipertensi, kontrasepsi oral, diuretik, obat-obat tukak lambung,
tranquilizers, beta bloker, antimuskarinik, anestesi umum.
5. Pemakai lensa kontak mata terutama lensa kontak lunak yang mengandung kadar air
tinggi akan menyerap airmata sehingga mata terasa perih, iritasi, nyeri, menimbulkan
rasa tidak nyaman/intoleransi saat menggunakan lensa kontak, dan menimbulkan
deposit protein.
6. Faktor lingkungan seperti, udara panas dan kering, asap, polusi udara, angin, berada
diruang ber-AC terus menerus akan meningkatkan evaporasi air mata.
7. Mata yang menatap secara terus menerus sehingga lupa berkedip seperti saat
membaca, menjahit, menatap monitor TV, komputer, ponsel
8. Pasien yang telah menjalani operasi refraktif seperti PRK, LASIK akan mengalami
dry eye untuk sementara waktu. (Asyari. 2007)
4

D. Patofiologi Mata Kering


1. Hiperosmolaritas air mata
Kurangnya aliran aqueous ataupun penguapan air mata yang berlebihan
osmolaritas menyebabkan cedera epitelium permukaan okuler dengan pengaktifan
mediator inflamasi ke dalam air mata . Inflamasi akut dapat mengakibatkan
peningkatan refleks lakrimasi dan berkedip ,sedangkan inflamasi kronis dapat
menyebabkan berkurangnya sensitisasi pada kornea dan penurunan refleks lakrimasi
yang berujung pada peningkatan penguapan dan ketidakstabilan lapisan air mata.
2. Ketidakstabila lapisan air mata
Katidak stabilan lapisan air mata berakibat peningkatan air mata yang berkontribusi
pada hiperosmolaritas air mata.
a. Kelainan lapisan aqueous
Kurangnya produksi lapisan aqueous disebabkan terjadinya gangguan
interaksi neuro humoral permukaan okuler yang menyebabkan terinterupsinya
impuls saraf sekretmotorik ke kelenjar lakrimal yang berakibat terjadinya
inflamasi dan mensupresi sekresi aqueous sehingga menyebabkan jejas secara
tidak langsung pada permukaan okuler maka timbul gejala tidak nyaman dan
iritasi okuler.
Gangguan yang terjadi biasanya merupakan akibat dari berkurangnya
produksi air mata yang disebabkan oleh gangguan sensitifitas kornea, adanya jejas
pada kelenjar lakrimal, obat, perjalanan penyakit atau faktor personal.
b. Kelainan musin
Gangguan produksi musin mengakibatkan penyebaran air mata yang tidak
merata pada permukaan mata. Gangguan disebabkan oleh hilangnya sel goblet
konjungtiva. Gen yang berperan dalam produksi musin yaitu MUC1-MUC 17
akan memperlihatkan fungsi sekresi dari sel goblet, musin yang soluble dan
tampak adanya hidrasi dan stabilitas dari lapisan air mata yang terganggu pada
penderita sindroma dry eyes. Kebanyakan MUC 5AC berperan dominan dalam
lapisan mukus air mata. Adanya defek gen musin makan akan memicu
perkembangan sindroma dry eyes. Sindroma Steven-Johnson, defisiensi vitamin
5

A akan memicu kekeringan pada mata atau keratinisasi dari epitel okuler dan
bahkan dapat menimbulkan kehilangan sel goblet. Musin juga menurun pada
penyakit tersebut dan terjadi penurunan ekspresi gen musin, translasi dan terjadi
perubahan proses post-translasi.

c. Kelainan lipid
Kekurangan lapisan lipid pada anatomi air mata menyebabkan evaporasi
yang berlebihan. Disfungsi kelenjar meibomian, defisiensi hormon androgen akan
berakibat kehilangan lapisan lipid terutama trigliserida, kolesterol, asam lemak
esensia monosaturasi (MUFA seperti asam oleat), dan lipid polar ( seperti
phosphatidiletanolamin, sfingomielin). Kehilangan polaritas lemak (pada
hubungan antara lapisan aqueous-air mata) akan mencetuskan terjadinya
kehilangan air mata atau evaporasi dan penurunan asam lemak tidak jenuh yang
akan meningkatkan produksi meibum, memicu penebalan serta sekresi air mata
yang bersifat viskos sehingga dapat mengobstruksi duktus dan menyebabkan
stagnasi dari sekresi. Pasien dengan terapi antiandrogenik pada penyakit prostat
juga dapat meningkatkan viskositas sekret kelenjar meibom, menurunkan waktu
kecepatan penyerapan air mata dan meningkatkan jumlah debris (Asyari, 2007)

E. Manisfestasi Klinis
Gejala Subjektif dari penyakit mata kering yang dirasakan pasien adalah :
1. Sensasi rasa panas, kering dan gatal di mata
2. Sensasi seperti berpasir di mata
3. Adanya kotoran mata
4. Meningkatnya rasa iritasi mata terhadap angin dan asap
5. Mata lelah setelah membaca dalam waktu terlalu lama
6. Tidak tahan terhadap cahaya
7. Kesulitan mengenakan lensa kontak
8. Mata berair
9. Penglihatan kadang buram terutama setelah menggunakan untuk waktu yang
lama atau diakhir hari kerja
Gejala objektif mata kering
6

1. Sekresi mukus yang berlebihan


2. Sukar menggerakkan kelopak mata
3. Mata tampak kering dan terdapat erosi kornea
4. Pada pemeriksaan slit lamp, meniskus air mata pada tepi palpebra inferior
menghilang atau terganggu
5. Konjungtiva bulbi tampak edema, hiperemik, menebal, dan kusam (tidak
tampak kilauan). Kadang kadang terdapat benang mucus kekuning-kunigan
pada forniks konjungtiva inferior.
6. Pada keadaan lanjut, biasa ditemukan filament (benang-benang) yang satu
ujungnya melekat di kornea sedangkan ujung lainnya bergerak bebas. Pada
keadaan ini dapat ditemukan neovaskularisasi kornea. (Vaughan, 2010)

F. Pemeriksaan Klinis Mata Kering


1. Anamnesis
Perlu dilakukan pemeriksan riwayat penyakit untuk menegakkan diagnosis mata
kering yaitu :
a. Iritasi okuler dengan gejala klinis seperti rasa kering , rasa terbakar, gatal,
nyeri , rasa adanya benda asing pada mata, fotofobia, pandangan berkabut.
Biasanya gejala tersebut dicetuskan pada lingkungan berasap atau kering,
aktivitas panas indoor, membaca lama, pemakaian komputer jangka
panjang.
b. Gejala-gejala akan semakin memburuk setiap harinya dengan penggunaan
mata yang lebih memanjang dan paparan lingkungan. Pasien dengan
disfungsi kelenjar meibomian kadang mengeluh mata merah pada kelopak
mata dan konjuntiva tetapi pasien-pasien tersebut memperlihatkan
perburukan gejala terutama pada pagi hari.
c. Terkadang, pasien mengeluh sekret air mata yang berlebihan, hal ini
disebabkan karena reflek menangis mata yang meningkat karena
permukaan kornea yang mengering
d. Pemakaian obat-obatan sistemik, karena dapat menurunkan produksi air
mata seperti antihistamin, beta bloker .
7

e. Riwayat penyakit dahulu berupa kelainan jaringan ikat, artritis reumatoid,


atau abnormalitas tiroid. Terkadang pasien juga mengeluh mulut kering
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dan penderajatan keadaan mata kering dapat diperoleh dengan teliti
memakai cara diagnostik berikut:
a. Tes Schirmer
Tes ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan memasukkan strip
Schirmer (kertas saring Whatman No. 41) kedalam cul de sac konjungtiva inferior
pada batas sepertiga tengah dan temporal dari palpebra inferior. Bagian basah
yang terpapar diukur 5 menit setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang
dari 10 mm tanpa anestesi dianggap abnormal.
Bila dilakukan tanpa anestesi, tes ini mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama,
yang aktivitas sekresinya dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Tes Schirmer
yang dilakukan setelah anestesi topikal (tetracaine 0.5%) mengukur fungsi
kelenjar lakrimal tambahan (pensekresi basa). Kurang dari 5 mm dalam 5 menit
adalah abnormal.
Tes Schirmer adalah tes saringan bagi penilaian produksi air mata. Dijumpai
hasil false positive dan false negative. Hasil rendah kadang-kadang dijumpai pada
orang normal, dan tes normal dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder
terhadap defisiensi musin.
b. Tear film break-up time
Pengukuran tear film break-up time kadang-kadang berguna untuk
memperkirakan kandungan musin dalam cairan air mata. Kekurangan musin
mungkin tidak mempengaruhi tes Schirmer namun dapat berakibat tidak stabilnya
film air mata. Ini yang menyebabkan lapisan itu mudah pecah. Bintik-bitik kering
terbentuk dalam film air mata, sehingga memaparkan epitel kornea atau
konjungtiva. Proses ini pada akhirnya merusak sel-sel epitel, yang dapat dipulas
dengan bengal rose. Sel-sel epitel yang rusak dilepaskan kornea, meninggalkan
daerah-daerah kecil yang dapat dipulas, bila permukaan kornea dibasahi
flourescein.
8

Tear film break-up time dapat diukur dengan meletakkan secarik keras
berflourescein pada konjungtiva bulbi dan meminta pasien berkedip. Film air
mata kemudian diperiksa dengan bantuan saringan cobalt pada slitlamp,
sementara pasien diminta agartidak berkedip. Waktu sampai munculnya titik-titik
kering yang pertama dalam lapisan flourescein kornea adalah tear film break-up
time. Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, namun akan berkurang nyata oleh
anestetika lokal, memanipulasi mata, atau dengan menahan palpebra agar tetap
terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan defisiensi air pada air mata
dan selalu lebih pendek dari normalnya pada mata dengan defisiensi musin.

c. Tes Ferning Mata


Sebuah tes sederhana dan murah untuk meneliti mukus konjungtiva dilakukan
dengan mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek bersih. Arborisasi
(ferning) mikroskopik terlihat pada mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang
meninggakan parut (pemphigoid mata, sindrom stevens johnson, parut
konjungtiva difus), arborisasi berkurang atau hilang.
d. Sitologi Impresi
Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet pada permukaan
konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet paling tinggi di kuadran
infra-nasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada ksus keratokonjungtivitis sicc,
trachoma, pemphigoid mata cicatrix, sindrom stevens johnson, dan avitaminosis
A.
e. Pemulasan Flourescein
Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering berflourescein adalah
indikator baik untuk derajat basahnya mata, dan meniskus air mata mudah
terlihat. Flourescein akan memulas daerah-daerah tererosi dan terluka selain defek
mikroskopik pada epitel kornea.
f. Pemulasan Bengal Rose
Bengal rose lebih sensitif dari flourescein. Pewarna ini akan memulas semua
sel epitel non-vital yang mengering dari kornea konjungtiva.
g. Penguji Kadar Lisozim Air Mata
9

Penurunan konsentrasi lisozim air mata umumnya terjadi pad awal perjalanan
sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit ini. Air mata
ditampung pada kertas Schirmer dan diuji kadarnya. Cara paling umum adalah
pengujian secara spektrofotometri.
h. Osmolalitas Air Mata
Hiperosmollitas air mata telah dilaporkan pada keratokonjungtivitis sicca dan
pemakaian kontak lens dan diduga sebagai akibat berkurangnya sensitivitas
kornea. Laporan-laporan menyebutkan bahwa hiperosmolalitas adalah tes paling
spesifik bagi keratokonjungtivitis sicca. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan
pada pasien dengan Schirmer normal dan pemulasan bengal rose normal.
i. Lactoferrin
Lactoferrin dalam cairan air mata akan rendah pada pasien dengan hiposekresi
kelenjar lakrimal. Kotak penguji dapat dibeli dipasaran.(Vaughan, 2010)

G. Penatalaksanaan Mata Kering


Pengobatan mata kering sangat tergantung pada faktor yang mendasarinya, seringkali
faktor tersebut tidak dapat dicegah sehingga penderita akan selamanya merasakan
ketidaknyamanan atau mempertahankan sisa airmata yang ada.
1. Tetes Air Mata Buatan (Artifical Tears)
Sampai saat ini belum ditemukan cara/obat yang dapat merangsang produksi air mata.
Pemakaian tetes air mata buatan (artificial tears) sampai saat ini merupakan terapi yang
paling penting. Artificial tears/air mata buatan merupakan pengobatan yang paling
banyak diberikan pada penderita dry eye apapun etiologinya, meskipun hanya
memberikan kenyamanan bersifat sementara. Dosis serta frekuensi pemakaian sangat
tergantung pada derajat dry eye penderita, meskipun pemakaian yang terus menerus dan
dalam jangka waktu lama dapat mengganggu produksi air mata dan memperburuk
keadaan. Tersedia dalam bentuk tetes dan salep. Mengandung derivate selulosa (0,25%-
0,7% metil selulosa dan 0,3 % hipromelosa) atau polyvinyl alcohol (1,4%).
2. Drug reservoir/oklusi pungtum
Untuk mempertahankan sisa air mata yang ada dengan cara menutup punktum
lakrimal baik secara permanen dengan melakukan kauter pungtum, atau sementara
10

dengan menggunakan punctum plug yang dimasukkan ke dalam kanalikulus inferior


dengan tujuan preservasi air mata (ocular inserts).
3. Vitamin A
Vitamin A membantu stimulasi sel-sel permukaan mata terutama bila terjadi
kerusakan epitel kornea.
4. Autologois serum
Serum yang didapat dari darah penderita diencerkan dengan artificial tears dan
dipakai sebagai obat tetes mata. Larutan ini tanpa pengawet, tidak antigenic, mengandung
growth factors, fibronectin, immunoglobulins dan vitamin dengan konsentrasi sama
bahkan lebih tinggi dari air mata.
5. Mucolytic agents
N-acetylcysterine drops 10% (Mucomyst) untuk mengurangi mucus, filaments atau
plaques
6. Pada keadaan dry eye berat dapat dipertimbangkan pemakaian bandage contac
lens, inserts atau punctum plugs atau oklusi, dan kacamata goggles.
7. Tindakan operatif dapat dilakukan bila terjadi kerusakan kornea pada kasus berat
seperti amnion membrane transplantation, limbal allograft, tarsorrhapy.
8. Pasien juga harus menghindari obat yang dapat menghambat produksi lakrimal
seperti diuretik, -bloker, antidepresan trisiklik, dan antihistamin, atau dalam dosis
minimal.
Pada kasus dry eye ringan, cukup dengan tetes mata, lubrikasi pada malam hari,
kompres hangat dan massage kelopal mata jika disertai radang tepi kelopak mata
(blefaritis). (Asyari, 2007 & Jaya, 2014)
11

BAB III
PEMBAHASAN

KASUS
Seorang bapak umur 50 tahun pergi ke apotek dan ingin ketemu seorang apoteker. Bapak
tersebut mengeluh pada waktu membaca Koran sering mata terasa kering seakan kurang cairan.
Tetapi bapak tersebut juga menderita sakit rematik pada punggungnya dan mempunyai tensi 150.
Bapak tersebut minta diberi obat yang bias dibeli tanpa resep dokter.

Pilihan pengobatan :
Pengobatan mata kering
1. Insto dry eyes (3 x 1-2 gtt)

2. Visine tears (3 x 1-2 gtt)


12

3. Rohto tears (3 x 1-2 gtt)

Pengobatan nyeri punggung


1. Piroksikam kapsul 10 mg (2 x 1 kapsul)

Obat yang dipilih :


Pengobatan mata kering
Insto dry eyes
Pengobatan nyeri punggung
Piroksikam kapsul 10 mg
Monografi obat
Insto dry eyes

Indikasi :
Menghilangkan kekeringan pada mata
Komposisi :
Larutan isotonic steril insto moist mengandung :
13

Hidroksil propil metil selulose 3,0 mg


Benzalkonium klorida 0,1 mg
Petunjuk penggunaan :
3 kali sehari 1-2 tetes pada setiap mata
Kemasan :
Botol plastic 7,5 mL
Golongan :
Obat bebas
Perlu resep :
Tidak perlu
Cara penyimpanan :
Simpan pada tempat yang sejuk dan kering, serta terlindung dari cahaya

Piroksikam kapsul 10 mg

Indikasi :
- Mengurangi rasa sakit, radang, dan kekakuan sendi yang disebabkan oleh
rheumatoid arthritis, osteoporosis, dan ankylosing spondylitis.
- Nyeri dan pperadangan lain pada system anggota gerak
- Disminore atau nyeri haid
Komposisi :
Piroksikam 10 mg
Dosis :
Sehari 2 kali 1 kapsul sesudah atau bersamaan dengan makan
Bentuk sediaan
Tablet, kapsul, dan obat oles
14

Kategori kehamilan dan menyusui :


Kategori C : obat-obatan yang berdasarkan efek farmakologisnya telah atau
diduga mampu memberikan dampak buruk bagi janin namun tidak sampai
menyebabkan suatu kecacatan yang sifatnya permanen.
Peringatan :
- Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, memiliki masalah kesuburan,
atau sedang hamil (terutama pada trimester terakhir) dilarang mengonsumsi
piroxicam. Sementara ibu menyusui disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat ini.
- Wanita yang sedang merencanakan kehamilan, memiliki masalah kesuburan,
atau sedang hamil (terutama pada trimester terakhir) dilarang mengonsumsi
piroxicam. Sementara ibu menyusui disarankan untuk berkonsultasi dengan
dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan obat ini.
Interaksi piroksikam dengan obat lain
- Antikoagulan, aspirin, clopidogrel, kortikosteroid, heparin,
rivaroxaban, atauantidepresan penghambat pelepasan selektif
serotonin (SSRI); meningkatkan risiko perdarahan lambung.
- Probenecid; meningkatkan risiko efek samping piroxicam.
- Cholestyramine; menurunkan keefektifan piroxicam.
- Bisphosphonates, cyclosporine, hydantoin, lithium, methotrexate, kuinolon,
sulfonamide, atau sulfonylurea; karena piroxicam berpotensi meningkatkan
efek samping obat-obatan tersebut.
- ACE inhibitors atau diuretik; karena piroxicam dapat menurunkan
keefektifannya obat-obatan tersebut.
Efek samping :
Perut kembung, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare, sakit kepala, mual, muntah.
15

Dialog Apoteker dengan Pasien

Apoteker : selamat pagi bapak, ada yang bisa saya bantu? Saya apoteker disini. Perkenalkan
nama saya Ani.
Pasien : iya mbak selamat pagi, jadi begini mbak saya mau beli obat untuk saya sendiri.
Apoteker : oooww begitu, kalau boleh tau apa yang bapak rasakan?
Pasien : saya merasa akhir-akhir ini setiap saya membaca koran atau apapun itu mata
saya kering seperti kurang cairan gitu mbak.
Apoteker : sejak kapan bapak merasakan seperti itu?
Pasien : pastinya kapan saya juga kurang tau mbak, tetapi saya baru menyadari beberapa
hari yang lalu, saya merasa mata saya kering setiap saya membaca koran
Apoteker : apakah bapak membacanya dalam waktu yang lama?
Pasien : ya seperti biasa aja sih mbakbiasanya kalau ada waktu senggang saya selalu
membaca koran atau yang lainnya
Apoteker : bapak merasa gatal dan nyeri atau tidak dibagian matanya?
Pasien : tidak mbak hanya saja saya merasa mata saya kering jadi kurang nyaman rasanya
Apoteker : maaf apakah bapak mengkonsumsi obat-obatan tertentu?
Paien : tidak mbak saat ini saya tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
Apoteker : oow begitu pak, kalau saya boleh tau apakah ada keluhan lain yang bapak
rasakan selain itu?
Pasien : iya mbak, punggung saya rasanya nyeri
Apoteker : emmm tapi sebelumnya bapak sudah pernah memeriksakan keluhan bapak itu ke
dokter?
Pasien : kalau memeriksakan mata saya sih belum mbak, tapi kalau nyeri punggung saya
itu sudah pernah saya periksakan ke dokter.
Apoteker : kalau boleh saya tau saat periksa ke dokter apa yang disampaikan oleh dokter,
dan bapak mendapatkan obat apa untuk mengatasi nyeri punggung bapak?
Pasien : dokter hanya menyampaikan kalau saya terkena rematik, dan diberi obat untuk
meredakan nyerinya. Tapi obatnya apa saya lupa,, saya udah lama nggak berobat
ke sana soalnya sudah tidak merasa nyeri, tapi akhir-akhir ini kok nyeri lagi. Apa
mungkin ini karena penyakit rematik saya ya mbak?
16

Apoteker : iya bapak bisa jadi begitu, kemungkinan juga mata kering bapak ini selain
disebabkan oleh hobi bapak membaca koran bisa jadi, juga karena penyakit
rematik bapak. Maaf pak selain rematik apakah ada riwayat penyakit lain yang
bapak derita?
Pasien : tidak sih mbak, cuma kemarin pas saya tensi tekanan darah saya lebih tinggi
daripada biasanya.
Apoteker : kalau boleh tau berapa tekanan darah bapak?
Pasien : baru kemarin saya cek itu 150 mbak
Apoteker : emmm baik pak, tunggu sebentar biar saya ambilkan obatnya
(apoteker mengambil obat)
Apoteker : jadi begini pak, untuk keluhan sakit rematik bapak ini obatnya piroksisam pak,
untuk mengatasi keluhan mata kering pada mata bapak, ada beberapa obat yang
dapat digunakan (insto dry eyes) harga nya 10 ribu, ini rohto tear harganya 10
ribu, dan ini visine tears harganya 13 ribu.
Pasien : untuk mata kering kira-kira yang bagus yang mana ya mbak.?
Apoteker : kalau saya sarankan bapak gunakan insto dry eyes. ini dapat melembabkan mata
bapak yang kering akibat kekurangan produksi air mata bapak.
Pasien : oh ya udah mbak, saya ambil yang insto aja mbak, ini cara
penggunaannya bagaimana ya mbak?
Apoteker : untuk tetes matanya ini dapat digunakan sehari 3 kali masing-masing mata bisa 1
sampai 2 tetes pak. Jadi pertama-tama bapak teteskan terlebih dahulu 1 tetes pada
mata kanan atau kiri bapak lalu pejamkan beberapa saat, baru lanjutkan pada
tetesan yang kedua, begitupun untuk mata yang sebelahnya. Untuk obat nyeri
punggungnya ini dapat dimunum sehari 2 kali setelah makan ya pak dan ini di
minumnya bila nyeri saja. Maaf kalau saya boleh tau bapak merokok atau tidak?
Pasien : tidak mbak, kebetulan saya tidak merokok. Kenapa ya mbak?
Apoteker : tidak apa-apa pak, justru baik kalau bapak tidak merokok..untuk mengurangi
efek samping piroksikam yang dapat menyebabkan perih dilambung, makanya
usahakan minum setelah makan ya pak, dan untuk tetes matanya sebisa mungkin
simpan di tempat yang sejuk yang tidak terkena langsung cahaya matahari, dan
17

obat ini sebaiknya tidak digunakan lagi jika sudah disimpan lebih dari 1 bulan
setelah dibuka.
Pasien : baik mbak saya mengerti, maaf mbak untuk tensi saya apa tidak perlu diobati?
Apoteker : kalau boleh saya tau apa memang tensi bapak selalu tinggi?
Pasien : tidak kok mbak biasanya tensi saya nomal sekitar 130
Apoteker : emmm kalau begitu buat mengatasi tekanan darah bapak yang naik saya rasa
belum perlu menggunakan obat, bisa jadi tensi bapak naik karena factor bapak
banyak pikiran ataupun kurang istirahat, jadi menurut saya untuk
menormalkannya kembali cukup dengan mengatur pola hidup bapak, kurangi
makan-makanan yang terlalu banyak mengandung garam dan kalau bisa bapak
istirahat yang cukup agar tensinya segera kembali normal.
Pasien : ooow seperti itu ya mbak, baik mbak kalau begitu saya ambil obat yang tadi buat
mata kering dan nyeri punggung saya aja
Apoteker : baik pak, tapi sebelumnya apa bisa bapak ulangi yang saya sampaikan mengenai
cara penggunaan obat supaya saya dapat memastikan bahwa bapak dapat mengerti
tentang apa saya sampaikan tadi.
Pasien : baik mbak akan saya ulangi, jadi ini (insto dry eyes) untuk mengatasi mata
kering saya dapat digunakan sehari 3 kali 1 sampai 2 tetes pada mata kanan dan
kiri saya, nah kalau ini (piroksikam 10 mg) untuk mengatasi nyeri punggung saya
diminum sehari 2 kali sesudah makan dan untuk obat tetes matanya sebaiknnya
tidak di gunakan lagi setelah 1 bulan dibuka.
Apoteker : baik pak saya rasa bapak sudah cukup mengerti tentang apa yang saya
sampaikan tadi, apabila nanti keluhan yang bapak alami tidak segera mereda saya
sarankan bapak untuk memeriksakan keadaan bapak ke dokter agar dapat segera
mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Pasien : baik bu,
Apoteker : terimakasih pak atas kunjungannya, semoga lekas sembuh
Pasien : sama-sama mbak, saya juga terimakasih buat informasinya.
Apoteker : iya bapak
18

Daftar Pustaka

A Ala, R.H. 2016. Tudi Penggunaan Artificial Tears Pada Pasien Dry Eye Syndrome(Penelitian
dilakukan di Klinik Mata Surabaya). Skripsi. Sarjana Farmasi. Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga. Departemen Farmasi Klinis. Surabaya. Indonesia.

Asyari, Fatma. 2007. Dry Eye Syndrome. Jurnal Dexa Media No.4, Volume 20 , Oktober -
Desember 2007, 162-166 .

Ilyas, Sidharta . 2014. Ilmu penyakit mata edisi 5. Jakarta: Balai penerbit FK UI.

Vaughan D.G. 2010. Sindrom Mata Kering (Keratokonjungtivitis Sika). Oftalmologi Umum
Edisi 17. Jakarta: EGC.pp 92-96.

You might also like