Professional Documents
Culture Documents
Oleh
NIM : 110402067
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2016
ABSTRAK
terjadi terutama didaerah yang padat penduduk, seperti benang layangan yang
berbagai kondisi maka dapat diketahui bahaya yang dapat disebabkan oleh benang
layangan terhadap jaringan distribusi dan mengetahui jenis isolator distribusi yang
paling bagus ketahanan nya jika dipengaruhi benang layangan. Hasil penelitian
flashover isolator distribusi terutama pada saat basah diterpa oleh hujan.
flashover paling tinggi yaitu terpolusi ringan 15,21 kV (benang nilon), 12,55 kV
(benang katun), dan 15,78 kV (benang gelasan), saat terpolusi sedang 14,65 kV
(benang nilon), 11,46 kV (benang katun), dan 14,27 kV (benang gelasan), serta
saat terpolusi berat 10,89 kV (benang nilon), 10,69 kV (benang katun), dan 12,33
kV (benang gelasan). Sedangkan saat kondisi terpolusi asap isolator post juga
Flashover AC
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat dan berkat-Nya Tugas Akhir ini dapat disusun dan
diselesaikan.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
TERPOLUSI”
yaitu Ayahanda (Drs. Husin Bangun) beserta Ibunda (Dra. Mastasari Surbakti)
dan adik tersayang (Edward Hosea Bangun) yang selalu memberikan semangat
dan mendoakan penulis selama masa studi hingga menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Selama masa kuliah hingga penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis juga
banyak mendapatkan dukungan maupun bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
ii
2. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane M.T. dan ibu Syiska Yana S.T., M.T.,
3. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah mendidik serta memberikan
penulis.
Bu Ester, Bang Martin , Pak Ponijan, dan Bang Divo yang telah
Akhir ini.
Hidyart, Josiah Suatan dan Sandro Levi Panggabean dan juga teman
iii
Faisal Idris, Faisal Hasibuan, Angga, Dedy, Canboy, Frans, Erik
Cucen, Risjen, Yosef, dan kepada seluruh rekan angkatan 2011 Balak
1 Elektro USU yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu
perkuliahan.
9. Seluruh abang dan kakak senior serta adik-adik junior yang telah
11. Serta semua pihak yang telah mendukung penyelesaian Tugas Akhir
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih belum
sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi isi maupun
harapkan. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat
berguna bagi kita semua dan hanya kepada Tuhan yang Maha Esa penulis
menyerahkan diri.
Penulis,
Yoshua Baptist Bangun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN
v
3.5 Prosedur Penelitian ............................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
Tabel A. 4 Kondisi Isolator Kering Terpolusi Berat ........................................... 85
Tabel B.1 Data Pengukuran Konduktivitas dan Suhu Larutan........................... 86
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
Gambar 4.1 Grafik Tegangan Flashover Isolator Terpolusi Ringan vs Jenis
Benang ........................................................................................ 43
Gambar 4.2 Grafik Tegangan Flashover Isolator Terpolusi Sedang vs Jenis
Benang ........................................................................................ 45
Gambar 4.3 Grafik Tegangan Flashover Isolator Terpolusi Berat vs Jenis
Benang ........................................................................................ 47
Gambar 4.4 Grafik Tegangan flashover isolator pin vs Suhu Asap (Dipengaruhi
Benang Nilon) ............................................................................. 50
Gambar 4.5 Grafik Tegangan flashover isolator pin vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Nilon) ....................................................... 51
Gambar 4.6 Grafik Tegangan flashover isolator post vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Nilon) ....................................................... 51
Gambar 4.7 Grafik Tegangan flashover isolator post vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Nilon) ....................................................... 51
Gambar 4.8 Grafik Tegangan flashover isolator pin-post vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Nilon) ....................................................... 52
Gambar 4.9 Grafik Tegangan flashover isolator pin-post vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Nilon) ....................................................... 52
Gambar 4.10 Grafik Tegangan flashover isolator pin vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Katun) ....................................................... 55
Gambar 4.11 Grafik Tegangan flashover isolator pin vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Katun) ....................................................... 55
Gambar 4.12 Grafik Tegangan flashover isolator post vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Katun) ....................................................... 56
Gambar 4.13 Grafik Tegangan flashover isolator post vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Katun) ....................................................... 56
Gambar 4.14 Grafik Tegangan flashover isolator Pin-post vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Katun) ....................................................... 57
Gambar 4.15 Grafik Tegangan flashover isolator Pin-post vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Katun) ....................................................... 57
Gambar 4.16 Grafik Tegangan flashover isolator Pin vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Gelasan) .................................................... 60
x
Gambar 4.17 Grafik Tegangan flashover isolator Pin vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Gelasan) .................................................... 60
Gambar 4.18 Grafik Tegangan flashover isolator Post vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Gelasan) .................................................... 61
Gambar 4.19 Grafik Tegangan flashover isolator Post vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Gelasan) .................................................... 61
Gambar 4.20 Grafik Tegangan flashover isolator Pin-post vs Suhu Asap
(Dipengaruhi Benang Gelasan) .................................................... 61
Gambar 4.21 Grafik Tegangan flashover isolator Pin-post vs Kelembaban
(Dipengaruhi Benang Gelasan) .................................................... 62
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan menara atau tiang pendukung diisolir dengan bahan isolasi padat
akan dicemari polutan yang dibawa oleh angin yang berasal dari
1
terpolusi ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, tetapi yang diteliti hanya
ini, dapat diketahui jika air hujan membasahi isolator dan benang maka
semakin rendah. Hal ini akan membuat medan listrik naik pada permukaan
1.3 Tujuan
pada berbagai jenis isolator terpolusi ringan, sedang, dan berat pada
berbagai kondisi .
2
2. Mengetahui jenis isolator yang lebih tinggi tegangan flashover nya jika
sembarang.
1.5 Manfaat
distribusi listrik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Isolator
pendukung diisolir oleh bahan isolasi padat yang disebut isolator. Jadi,
udara, bahan dielektrik isolator, dan juga karakteristik elektrik dari isolator
tersebut.
4
Dilihat dari fungsinya isolator terdiri dari isolator pendukung dan
1. Isolator pin
ini dapat juga digunakan untuk tiang yang mengalami beban tekuk,
dalam hal ini isolator dipasang ganda pada palang ganda. Bentuk
2. Isolator post
5
Gambar 2.2 Isolator Post
3. Isolator pin-post
Bagian logam isolator pin-post terbuat dari besi tuang, besi tempa, atau
6
Tabel 2.1 Karakteristik isolator pin-post
Tegangan Tegangan Jarak rambat Beban gagal Tinggi total Diameter nominal Ulir lubang Diameter nominal
Penandaan isolator ketahanan ketahanan nominal tekuk nominal *) minimum fiting tengah fiting maksimum badan
pin-post impuls petir frekuensi kerja minimum minimum logam bawah logam bawah isolasi
basah
(kV) (kV) (mm) (kN) H (mm) d (mm) D (mm)
P 8 ET 125 N 125 50 480 8 280 80 M16 160
P 12,5 ET 125 N 155 50 480 12,5 280 80 M16 160
P 12,5 ET 150 L 150 65 534 12,5 336 80 M16 170
P 12,5 ET 170 L 170 70 700 12,5 381 80 M16 170
P 12,5 ET 200 L 200 80 900 12,5 432 80 M16 190
7
Isolator gantung dilihat dari bentuknya terdiri dari 2 jenis, yaitu
2.4b).
Pada umumnya sekarang ini ada tiga jenis bahan dielektrik yang
dielektrik tersebut.
1. Porselen
8
porselen untuk sampel uji yang tebalnya 1,5 mm adalah 22-28
adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/cm2 untuk beban
tekuk; dan 300 kg/cm2 untuk beban tarik. Pada Gambar 2.5
tinggi adalah 17,9 kVrms /mm dan gelas alkali rendah adalah 48
kVrms /mm, yakni dua kali lebih tinggi daripada kekuatan dielektrik
dari dua jenis, yaitu gelas yang dikuatkan (annealead glass) dan
9
isolator gelas yang dikuatkan. Berikut dapat dilihat isolator dari
3. Bahan Komposit
komposit, fitting yang terbuat dari bahan logam dan bahan antar-
10
Gambar 2.7 Isolator Komposit
tidak ada arus listrik yang mengalir dari konduktor tersebut ke tanah.
Ada dua hal yang dapat menyebabkan sistem isolasi ini gagal
11
denyar, dapat diperkirakan dari tiga karakteristik dasar isolator, yaitu
[2] :
2.1
Dimana :
P = Tekanan udara
T = Temperatur udara
12
Tegangan lewat denyar bolak-balik isolator juga dipengaruhi
2.2
kelembaban udara.
saat basah karena air hujan. Sifat air hujan yang membasahi suatu
tegantung pada kondisi udara. Jika lewat denyar terjadi pada suatu
13
basah dan celah udara. Oleh karena itu, kenaikan tegangan lewat
2.3
c) Karakteristik tegangan-waktu
14
mempengaruhi konduktivitas permukaan dari isolator tersebut sehingga dapat
Garam. Garam ini dapat berasal dari udara yang berhembus dari laut dan
Kotoran burung.
Angin dapat membawa garam dan pasir sampai ke permukaan isolator. Hujan
dari isolator pasangan luar , karena hujan dapat memperkecil resiko flashover
pada isolator terpolusi. Pengaruh sudut jatuhnya air hujan pada pembersihan
kelembaban yang tinggi, dan kabut akan membuat lapisan polutan menjadi
basah.
Pembersihan
15
secara otomatis dan manual seperti dengan menggunakan helikopter.
diperhatikan yaitu:
1. Air yang digunakan adalah air murni tanpa mineral dan memiliki
terkumpulnya polutan.
Pelapisan (greasing/coating)
sifat bahan yang membuat permukaannya tetap kering karena air sulit
yaitu minyak dan lilin. Keuntungan lainnya dari metode ini adalah
polutan ini basah akibat embun. Minyak yang digunakan terbuat dari
sirip isolator dengan menggunakan perekat dan tidak boleh ada celah
menyebabkan peluahan sebagian pada celah udara ini yang akan merusak
16
polimer dan isolator. Selain memperpanjang jarak rambat, perpanjangan
sirip ini memudahkan air yang membawa polutan akibat hujan atau
Tambahan polimer
Sirip porselen
tingkat, yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Ada banyak
tersebut.
17
Tabel 2.2 Tingkat polusi dilihat dari kondisi lingkungan [2]
- Kawasan pertanian
- Kawasan pegunungan
dari pantai).
18
3 Berat - Kawasan dengan kepadatan industri tinggi dan pinggiran
melarutkan polutan isolator, diambil air destilasi sebanyak 500 ml. Air pelarut
200C. Air diaduk agar temperaturnya merata. Ketika temperatur air mencapai
2.4
19
2.5
Dimana :
b = faktor koreksi pada suhu t yang dapat di lihat pada tabel 2.3
(°C) B
5 0.03156
10 0.02817
20 0.02277
30 0.01905
Catatan : Untuk suhu yang lain nilai b dapat
diperoleh melalui interpolasi
20
Kemudian hitung konsetrasi garam dalam suatu larutan pada temperatur
2.6
Dimana :
isolator diketahui, maka ESDD dihitung dengan Persamaan 2.7 di bawah [2]:
2.7
Dimana :
K = ESDD (mg/cm2)
permukaan sangat besar sehingga arus bocor sangat kecil. Tetapi apabila
dalam kondisi cuaca hujan ataupun keadaan udara yang lembab, tahanan
21
Salah satu yang menyebabkan kegagalan isolator dalam melaksanakan
Polutan dapat berupa debu, asap kendaraan, garam, kotoran burung, benang
layangan yang menempel pada permukaan isolator, dan lain lain. Unsur
polutan yang paling berpengaruh terhadap unjuk kerja isolator adalah garam
yang terbawa oleh angin. Lapisan garam ini bersifat konduktif terutama pada
keadaan cuaca lembab, berkabut atau pada saat hujan gerimis. Jika cuaca
seperti itu terjadi maka akan mengalir arus bocor dari kawat fasa jaringan ke
tiang penyangga.
22
Lapisan polutan konduktif tersebut dapat dianggap sebagai suatu
isolator. Jika jepitan (a) bertegangan dan jepitan (d) dibumikan, maka
arus bocor (Ib) akan mengalir melalui lapisan konduktif dari jepitan (a)
dengan kuadrat arus bocor dikali dengan tahanan permukaan dari (a) ke (d).
sudah kering adalah sepanjang a-b dan tahanannya adalah Rab. Akibatnya
beda tegangan pada lapisan polutan yang kering (Vab) semakin besar
dan menimbulkan kuat medan elektrik di sekitarnya naik. Jika kuat medan
akan terjadi peluahan dari titik (a) ke titik (b). Busur api akibat peluahan ini
akibatnya arus bocor semakin besar. Arus bocor ini akan memanaskan
lapisan polutan yang masih basah dan proses seperti di atas terulang lagi
sehingga terjadi peluahan dari titik (b) ke titik (c). Akibatnya panjang busur
api akibat peluahan semakin bertambah, yaitu dari (a) ke (c). Demikian
23
busur api telah menghubungkan kedua jepitan logam isolator (a-d), maka
temperatur udara. Selain itu jarak rambat isolator juga akan mempengaruhi
Lewat denyar atau flashover akan terjadi setelah busur api menjangakau
daripada keseluruhan jarak rambat isolator (L) pada Gambar 2.10 [8,9].
2.8
Dimana :
24
Dari Persamaan 2.8 dapat dilihat hubungan antara tegangan
yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat. Adakalanya suatu benang
isolator lebih kering. Hal ini dapat terjadi setelah isolator basah karena
25
c) Isolator basah dan benang layangan basah
Kedua keadaan di atas diteliti pada saat isolator terpolusi dengan bobot
26
BAB III
METODE PENELITIAN
27
2. 1 unit autotrafo seperti Gambar 3.2.
28
Gambar 3.4 Multimeter Digital
6. 2 unit barometer/humiditymeter/thermometer digital seperti Gambar
3.5.
29
8. 1 unit pompa air dan selang seperti Gambar 3.6.
30
19. 1 unit alat pengukur konduktivitas (conductivitymeter) sepert i
Gambar 3.7.
31
3.5 Prosedur Penelitian
pengambilan data pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
dibawah ini :
32
3.6 Prosedur Kerja
A. Tahap Persiapan
33
Gambar 3.9 Isolator Dicelupkan Larutan Polutan
4. Setelah larutan polutan membasahi permukaan isolator secara
B. Tahap Pengujian
berikut :
Gambar 3.10 .
34
Gambar 3.10 Rangkaian Pengujian Kondisi Hujan
35
3. Ukur suhu dan tekanan udara didalam ruang penghujanan.
keluarannya nol.
OFF.
adalah [11] :
1. Isolator yang akan diuji dibersihkan dahulu dengan air ledeng dan
36
2. Ikat benang pada konduktor tembaga hingga terurai kebawah
37
Gambar 3.13 Proses Pembakaran Ranting Kayu
5. Tunggu sampai proses pembakaran menghasilkan banyak asap dan
38
Gambar 3.15 Asap Ditahan dalam Ruang Kaca
8. Ukur suhu dan tekanan udara di dalam ruang kaca pengasapan.
keluarannya nol.
12. Pada saat bersamaan catat tegangan yang terbaca pada V2. Lalu
pengasapan 10 menit.
14. Pada menit ke 20 buka pintu kaca sehingga asap keluar dari ruang
17. Percobaan selesai dan pastikan seluruh peralatan dalam posisi OFF.
39
3.6.3 Pengukuran ESDD
dan conductivitymeter.
40
Gambar 3.16 Larutan Polutan
6. Ukur suhu dan konduktivitas larutan polutan dengan menggunakan
41
BAB IV
benang layangan pada saat diterpa hujan dapat dilihat dalam Tabel 4.1
berikut ini:
42
18
16
Tegangan Flashover keadaan standar (kV)
14
12
10
pin
8 post
6 pin-post
0
Benang Nilon Benang Katun Benang Gelasan
Jenis Benang
semakin besar.
Dari grafik pada Gambar 4.1 dapat juga dilihat apabila berbeda
43
katun paling konduktif daripada benang lainnya pada saat isolator
terpolusi ringan diterpa hujan karena daya serapnya terhadap air lebih
basah.
benang layangan pada saat diterpa hujan dapat dilihat dalam Tabel 4.2
berikut ini:
berikut ini.
44
16
14
Tegangan Flashover keadaan standar (kV)
12
10
8 pin
post
6
pin-post
0
Benang Nilon Benang Katun Benang Gelasan
Jenis Benang
semakin besar.
Dari grafik pada Gambar 4.2 dapat juga dilihat jika berbeda jenis
45
katun paling konduktif daripada benang lainnya pada saat isolator
nya yang paling rendah karena daya serapnya terhadap air lebih tinggi
benang layangan pada saat diterpa hujan dapat dilihat dalam Tabel 4.3
berikut ini:
berikut ini.
46
14
10
8
pin
6 post
pin-post
4
0
Benang Nilon Benang Katun Benang Gelasan
Jenis Benang
diterpa oleh hujan, karena konstruksi isolator post yang memiliki jarak
Dari grafik pada Gambar 4.3 dapat juga dilihat jika berbeda jenis
47
terpolusi berat diterpa hujan sehingga nilai tegangan flashovernya yang
paling rendah karena daya serapnya terhadap air lebih tinggi sehingga
garam yang menempel juga akan semakin tinggi, yang dapat nyatakan
dengan nilai ESDD seperti Tabel 2.2. Lapisan garam yang menempel
denyar).
Kondisi Berasap
48
Tabel 4.4 Data Tegangan Flashover Isolator Pin yang Dipengaruhi
Benang Nilon Pada Kondisi Berasap
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
49
Berdasarkan Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6 diatas dapat
isolator jenis post paling tinggi dari ketiga jenis isolator. Hal ini
pin dan pin-post pada saat kondisi berasap. Dari ketiga tabel diatas
45
34,79; 42,3
40
38,79; 37,3
35
30 42,96; 28,7
Suhu Asap (°C)
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
50
86,5
34,79; 86,2
86
Kelembaban (% RH) 85,5
38,79; 85,3
85
50
45 41,77; 43,5
40
35
Suhu Asap (°C)
45,68; 33,6
30
51,01; 28,2
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
86,2
41,77; 86,1
86
85,8
Kelembaban (% RH)
85,6
85,4
45,68; 85,3
85,2
85
84,8
84,6
84,4
51,01; 84,3
84,2
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
51
50
45 37,09; 45,7
40
Suhu Asap (°C) 35 40,45; 33,9
30
44,68; 30,1
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
86,5
37,09; 86,3
86 40,45; 86
Kelembaban (% RH)
85,5
85
84,5
84 44,68; 84,1
83,5
0 10 20 30 40 50
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
Pada Gambar 4.4, 4.6, dan 4.8 yaitu grafik tegangan flashover
isolator vs Suhu Asap dapat dilihat semakin naik suhu asap pembakaran
52
yang berbanding terbalik. Begitu juga jika kelembaban semakin tinggi
kandungan uap air didalam ruang kaca akan semakin tinggi sehingga
pada Gambar 4.5, 4.7, dan 4.9 yang membuktikan hubungan antara
Tabel 4.7 Data Tegangan Flashover Isolator Pin yang Dipengaruhi Benang
Katun Pada Kondisi Berasap
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
53
Tabel 4.8 Data Tegangan Flashover Isolator Post yang Dipengaruhi
Benang Katun Pada Kondisi Berasap
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
Berdasarkan Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9 diatas dapat
isolator jenis post paling tinggi dari ketiga jenis isolator. Hal ini
pin dan pin-post pada saat kondisi berasap. Dari ketiga tabel diatas
54
dapat juga diperoleh grafik hubungan antara tegangan flashover isolator
50
45 33,37; 43,5
40
35,83; 33,1
35
Suhu Asap (°C)
30 39,58; 29,1
25
20
15
10
5
0
33 34 35 36 37 38 39 40
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
87
33,37; 86,4
86,5
35,83; 86
Kelembaban (% RH)
86
85,5
85
84,5
39,58; 84,3
84
33 34 35 36 37 38 39 40
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
55
50
45 39,6; 44,7
40
35
42,71; 33,8
Suhu Asap (°C)
30
47,78; 28,4
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
86,5
39,6; 86,2
86
Kelembaban (% RH)
85,5
42,71; 85,4
85
84,5
84 47,78; 84,1
83,5
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
56
50
40
33,77; 45,4
10
0
33 34 35 36 37 38 39 40 41
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
87,5
87
Kelembaban (% RH)
Pada Gambar 4.10, 4.12, dan 4.14 yaitu grafik tegangan flashover
isolator vs Suhu Asap dapat dilihat semakin naik suhu asap pembakaran
57
kandungan uap air didalam ruang kaca akan semakin tinggi sehingga
pada Gambar 4.11, 4.13, dan 4.15 yang membuktikan hubungan antara
Tabel 4.10 Data Tegangan Flashover Isolator Pin yang Dipengaruhi Benang
Gelasan Pada Kondisi Berasap
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
58
Tabel 4.11 Data Tegangan Flashover Isolator Post yang Dipengaruhi Benang
Gelasan Pada Kondisi Berasap
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
Durasi Vfo Vs T P
Kondisi
(menit) (kV) (kV) (°C) (mmHg) %RH
Berdasarkan Tabel 4.10, Tabel 4.11, dan Tabel 4.12 diatas dapat
isolator jenis post paling tinggi dari ketiga jenis isolator. Hal ini
59
isolator pin dan pin-post pada saat kondisi berasap. Dari ketiga tabel
45
35,75; 42,8
40
35 39,87; 34,6
Suhu Asap (°C)
30
44,09; 28,2
25
20
15
10
5
0
0 10 20 30 40 50
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
86,5
35,75; 86,1
Kelembaban (% RH)
86
39,87; 85,9
85,5
85
84,5
44,09; 84,3
84
0 10 20 30 40 50
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
60
50
42,82; 43,7
40
48,87; 33,1
Suhu Asap (°C) 30
52,16; 27,9
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
87
42,82; 86,4
86,5
Kelembaban (% RH)
48,87; 86,2
86
85,5
85
84,5
52,16; 84,3
84
0 10 20 30 40 50 60
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
50
40
38,69; 44,7
Suhu Asap (°C)
30
41,97; 33,2
20
45,49; 28,5
10
0
38 39 40 41 42 43 44 45 46
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
61
87
86,5
Kelembaban (% RH)
86
38,69; 86,3 41,97; 86,2
85,5
85
84,5
45,49; 84,4
84
38 39 40 41 42 43 44 45 46
Tegangan Flashover keadaan udara standar (kV)
Pada Gambar 4.16, 4.18, dan 4.20 yaitu grafik tegangan flashover
isolator vs Suhu Asap dapat dilihat semakin naik suhu asap pembakaran
semakin tinggi kandungan uap air didalam ruang kaca akan semakin
62
4.3 Hasil Perhitungan Tingkat Bobot Polusi Berdasarkan Metode ESDD
termometer. Setelah konduktivitas (Ѳ) dan suhu larutan diukur seperti pada
Maka , didapat:
63
Konsentrasi garam dalam larutan destilasi aquadest pada temperatur
20°C adalah :
Ringan
Isolator Pin
Maka , didapat:
64
Konsentrasi garam dalam larutan terpolusi ringan pada temperatur
20°C adalah :
Isolator Post
65
Maka , didapat:
20°C adalah :
66
Terbukti bahwa polutan yang menempel dipermukaan isolator post
Isolator Pin-post
Maka , didapat:
20°C adalah :
67
Sehingga dapat diperoleh nilai ESDD larutan yaitu :
Sedang
Isolator Pin
68
Maka , didapat:
20°C adalah :
Isolator Post
69
Konduktivitas larutan pada temperatur 20 °C :
Maka , didapat:
20°C adalah :
70
Terbukti bahwa polutan yang menempel dipermukaan isolator post
Isolator Pin-post
Maka , didapat:
20°C adalah :
71
Sehingga dapat diperoleh nilai ESDD larutan yaitu :
Berat
Isolator Pin
72
Maka , didapat:
adalah :
73
Isolator Post
Maka , didapat:
adalah :
74
Sehingga dapat diperoleh nilai ESDD larutan yaitu :
Isolator Pin-post
Maka , didapat:
75
Konsentrasi garam dalam larutan terpolusi berat pada temperatur 20°C
adalah :
Asap
Isolator Pin
76
Dengan melakukan interpolasi didapat:
Maka , didapat:
adalah :
77
Dari perhitungan diatas, polutan asap yang menempel dipermukaan
Isolator Post
Maka , didapat:
adalah :
78
Sehingga dapat diperoleh nilai ESDD larutan yaitu :
Isolator Pin-post
Maka , didapat:
79
Konsentrasi garam dalam larutan terpolusi asap pada temperatur 20°C
adalah :
80
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Pada saat kondisi diterpa hujan, semakin tinggi tingkat bobot polutan
dipengaruhi benang nilon saat suhu asap turun dari 42,3 0C menjadi
81
5. Pada kondisi terpolusi asap semakin tinggi kelembaban akan
6. Isolator post memiliki tegangan flashover paling tinggi dari ketiga jenis
5.2 Saran
82
DAFTAR PUSTAKA
[2] Tobing Bonggas L. 2012. Peralatan Tegangan Tinggi. Edisi kedua. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
[3] SPLN 10-4A:1994. Isolator Tonggak Pin (Pin Post) Untuk Saluran Udara
. China: IEEE.
voltage Outdoor Insulators. PROC. IEE, JEE REVIEWS, Vol. 118, No. 9R
[7] Sinaga Zico. 2014. Pengaruh Pembersihan Oleh Hujan Terhadap Arus Bocor
[8] Young, H.M. , A. Haddad, A.R. Rowlands, R.T. Waters. 1999. Effect Of
Kingdom: IEEE.
83
[9] Holtzhausen, J. P , D.A. Swift. 1999. The Pollution Flashover of AC and DC
Energised Cap and Pin Insulators : The Role Of Shortening of The Arc. South
Africa: IEEE.
[10] Jiang Xingliang, Zhijin Zhang, Jihe Yuan, Qin Hu, and Liyun Luo. 2009.
[11] Hutauruk Youki. 2015. Pengaruh Asap Hasil Bakar Kayu Terhadap
84
LAMPIRAN
85
B (PENGUKURAN KONDUKTIVITAS DAN SUHU LARUTAN)
86