Professional Documents
Culture Documents
TIM HIV-AIDS
Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya untuk melindungi karyawan, keluarga dan masyarakat
serta adanya kebutuhan untuk memaksimalkan cakupan dan kualitas
program dan layanan HIV-AIDS yang komprehensif maka program
Penanggulangan HIV-AIDS menjadi perhatian utama jajaran pimpinan
Rumah Sakit;
2. Bahwa deteksi dini infeksi HIV sangat penting menentukan prognosis
perjalanan infeksi HIV dan mengurangi risiko penularan;
3. Bahwa untuk maksud sebagaimana angka 1 dan 2 diatas, maka perlu disusun
Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS yang memudahkan petugas
kesehatan menjalankan tugas organisasi.
Menetapkan:
Tembusan Yth:
1. Tim HIV-AIDS
2. Manajer Pelayanan Medis
3. Manajer Penunjang Medis
4. Manajer Pelayanan Umum
5. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Kepala Instalasi di RSU Wiradadi Husada
7. Arsip
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada Sokaraja
Nomor :./SK/DIR/RSWH/08/2017
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di karuniakan kepada kita sehingga kita
dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS di RSU Wiradadi Husada. Buku ini
merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi Tim HIV-AIDS. Buku pedoman ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan di Klinik VCT.
Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman
Pengorganisasian Tim HIV-AIDS. Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan dalam buku ini.
Kekurangan ini secara berkesinambungan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan
RSU Wiradadi Husada.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Sejak kasus HIV-AIDS dilaporkan pertama kali pada tahun 1981, HIV/AIDS semakin menjadi
ancaman global di berbagai negara. Diperkirakan pada tahun 2007, berkisar antara 30 hingga 36
juta orang di dunia menderita HIV. Kasus pertama AIDS di Indonesia dilaporkan pada tahun 1987,
hingga sekarang kasus HIV-AIDS terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan, jumlah kasus kumulatif hingga tahun 2009 dilaporkan sebanyak 6668 kasus infeksi
HIV, 16.964 kasus AIDS, dan 3492 orang di antaranya meninggal. Diperkirakan terdapat 7 hingga
8 orang tiap 100.000 penduduk Indonesia menderita AIDS.
Status epidemi HIV dan AIDS di Indonesia sudah dinyatakan pada tingkat concentrated
epidemic level oleh karena angka prevalensi kasus HIV dan AIDS di kalangan subpopulasi tertentu
di atas 5%. Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) tahun 2009 menunjukan angka
estimasi orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di kalangan wanita penjaja seks (WPS) langsung 6%,
WPS tidak langsung 2%, waria 6%, pelanggan WPS 22%, pasangan pelanggan 7%, lelaki seks
lelaki (LSL) 10%, warga binaan 5%, pengguna napza suntik 37%, dan pasangan seks penasun 5%.
Saat ini perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. Indonesia
berada pada level epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated epidemic) kecuali Papua yang
termasuk epidemi HIV yang meluas. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan terjadi pada
beberapa sub-populasi berisiko tinggi yaitu pengguna napza suntik, hetero dan homoseksual
(WPS, waria). Sejak tahun 2000, prevalensi HIV mulai konstan di atas 5% pada beberapa sub-
populasi berisiko tinggi tertentu. Di Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat), prevalensi HIV
menunjukkan tingkat epidemi yang meluas (generalized epidemic) yaitu lebih besar dari 1% pada
masyarakat umum. Hasil estimasi jumlah ODHA di Indonesia tahun 2009 berkisar 142.187
ODHA (97.652187.029). Penggunaan jarum suntik merupakan cara transmisi HIV yang
terbanyak (53%) diikuti dengan transmisi heteroseksual (42%). Di Indonesia menurut data
Kementerian Kesehatan RI hingga Desember 2014, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang
dilaporkan berjumlah 65.390.
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko, oleh
karena itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap sebagian besar oleh kelompok perilaku
resiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarginalkan, maka program-program pencegahan
dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dan
norma-norma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Perlu adanya
program-program pencegahan HIV dan AIDS yang efektif dan memiliki jangkauan layanan yang
semakin luas dan program-program pengobatan, perawatan dan dukungan yang komprehensif bagi
ODHA maupun OHIDA untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan adanya Pedoman Pengorganisasian Pelayanan
HIV/AIDS Rumah Sakit, sehingga dapat diimplementasikan, berkontribusi meningkatkan kinerja
pelayanan kasus HIV/AIDS yang akhirnya dapat menjamin pasien dan masyarakat menerima
pelayanan berkualitas dan aman.
1
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
2
centre. Profit centre dibagi menjadi lima instalasi, yaitu:
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Terapi Intensif dan Recovery Room
5. Instalasi Maternal dan Perinatal
6. Instalasi Bedah Sentral.
7. Instalasi Laboratorium.
8. Instalasi Radiologi.
9. Instalasi Farmasi.
Sedangkan cost centre terdiri dari:
1. Departemen Pendukung
a. Instalasi Kesling, CSSD, dan Laundry
b. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
c. Instalasi Gizi
d. Bagian Kerohanian
e. Instalasi Rekam Medik
2. Departemen Administrasi dan Umum
a. Bagian Administrasi
b. Bagian Keuangan dan Akuntansi
c. Bagian Humas dan Marketing
d. Bagian PSDI dan Diklat
e. Bagian Rumah Tangga
3
Dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat
di Sokaraja pada khususnya dan Kabupaten Banyumas pada umumnya dalam rangka ikut
membantu program pemerintah di bidang kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut, RSU
Wiradadi Husada ikut berpartisipasi untuk mewujudkan tujuan berbagai Program Kesehatan
Nasional melalui upaya kesehatan seperti penyelenggaraan kerjasama dengan Jaminan
Kesehatan Nasional (BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, Jasa Raharja) dan asuransi
kesehatan lain, penurunan AKI-AKB melalui Program EMAS, Program Tuberculosis Directly
Observe Treatment Shortcourse (TB-DOTS) dan Klinik Voluntary Counseling Test (VCT),
Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), Program Pap Smear dan upaya-upaya
kesehatan lain.
Sampai pedoman pengorganisasian ini dibuat, Selama lebih dari 7 tahun kiprahnya Rumah
Sakit Umum Wiradadi Husada selalu mengembangkan dan meningkatkan kualitas maupun
kuantitas pelayanan kesehatan melalui pengembangan Sumber Daya Manusia, Sarana dan Pra
Sarana rumah Sakit. Saat ini RSU Wiradadi Husada memiliki lebih dari 250 karyawan, dengan
berbagai latar belakang pendidikan profesi, seperti Dokter Spesialis, Dokter Umum, Perawat,
Bidan, Fisioterapi, Radiografer, Analis Kesehatan, Ahli Gizi, Apoteker, dan profesi-profesi
lainnya yang mendukung Pelayanan RSU Wiradadi Husada.
4
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT
5
pengguna.
b. Ikut serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah Kabupaten
Banyumas, Jawa Tengah bagian Selatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai rumah sakit yang mempunyai
keunikan pelayanan dalam arti pembeda yang bermakna dan dapat melayani Pangsa
pasar yang ditetapkan.
b. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai rumah sakit unggulan di dalam bidang
bidang medik tersier tertentu yang belum/ tidak dimiliki rumah Sakit lain dan menjadi
alamat rujukan bagi yang memerlukan.
c. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai komplemen Pemerintah dalam bidang
medik tertentu dan berpartisipasi dalam bidang pendidikan
d. Mengembangkan RSU Wiradadi Husada sebagai Wealth Creating Institutions yang
mampu menjamin kesejahteraan karyawannya.
6
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
7
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
SEKRETARIS
KONSELOR
INSTALASI
LABORATORIUM
INSTALASI
FARMASI
8
BAB VI
URAIAN JABATAN
Uraian tugas Tim HIV-AIDS Rumah Sakit Umum Wiradadi Husada adalah sebagai berikut:
a. Ketua
Tugas:
1. Menyusun perencanaan kebutuhan operasional (sarana dan prasarana klinik)
2. Melakukan koordinasi secara internal maupun eksternal rumah sakit terkait dengan
operasional klinik
3. Membuat program kerja Klinik VCT
4. Membuat prosedur kerja serta uraian tugas Tim HIV-AIDS
5. Mengawasi pelaksanaan kegiatan Pelayanan
6. Melakukan evaluasi kegiatan pelayanan
7. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan secara keseluruhan berkualitas
sesuai Pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
8. Mengkoordinir pertemuan berkala dengan seluruh staf konseling dan testing minimal tiap
bulan sekali
9. Melakukan jejaring kerja dengan rumah sakit, lembaga-lembaga yang bergerak dalam
bidang VCT untuk memfasilitasi pengobatan, perawatan dan dukungan
10. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
11. Melakukan monitoring internal dan penilaian berkala kinerja seluruh petugas Tim HIV-
AIDS
12. Memantapkan system atau mekanisme monitoring dan evaluasi layanan yang tepat
13. Menyusun dan melaporkan laporan bulanan dan laporan tahunan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas
14. Memastikan logistik terkait KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan bahan lain yang
dibutuhkan untuk pelayanan konseling dan testing.
15. Memantapkan pengembangan diri melalui pelatihan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan HIV-AIDS.
b. Sekretaris
Tugas:
1. Bertanggung jawab terhadap Ketua Tim HIV-AIDS
2. Bertanggung jawab terhadap pengurusan perijinan Klinik VCT dan registrasi konselor VCT
3. Melakukan surat menyurat dan administrasi terkait
4. Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, melakukan pengumpulan, pengolahan dan
analisa data
5. Membuat pencatatan dan pelaporan.
c. Dokter/ Dokter Spesialis
Tugas:
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan pelayanan medis
9
2. Melakukan pemeriksaan medis, pengobatan, perawatan maupun tindak lanjut terhadap
klien
3. Melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang, laboratorium, dokter ahli dan konseling
lanjutan)
4. Melaksanakan konsultasi kepada dokter ahli
5. Membuat laporan kasus
d. Konselor
Tugas:
1. Membangun hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan kepada klien
2. Berfikir positif / pemahaman positif terhadap tata nilai klien
3. Menyiapkan psikologis klien melalui pretest dan pasca test
4. Memfasilitasi klien untuk mengikuti test HIV-AIDS
5. Membuka dan menyampaikan hasil test bersama klien secara tepat, singkat dan benar
6. Menjaga kerahasiaan klien
7. Mendata semua kegiatan konsultasi
8. Membuat lapotran kegiatan konsultasi kepada Tim untuk dilaporkan lebih lanjut
9. Berkonsultasi dengan dokter spesialis atas klien yang ditangani jika dibutuhkan
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Klinik
11. Sebagai konselor bagi pasien, keluarga dan komunitas dalam menghadapi perubahan
kesehatan, ketidakmampuan dan kematian
12. Sebagai komunikator dan pendengar yang baik dalam memberikan dukungan dan motivasi
13. Membantu pasien sebagai individu agar kemampuan mereka meningkat sehingga tercipta
kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup
14. Bekerja sama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk kerjasama
yang sinergis.
e. Petugas Instalasi Laboratorium
Tugas:
1. Mengambil sampel darah klien sesuai dengan SPO
2. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur dan standar laboratorium yang telah
ditetapkan.
3. Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
4. Melakukan pencegahan pasca pajanan okupasional
5. Mengikuti perkembangan kemajuan dan teknologi pemeriksaan laboratorium
6. Mencatat hasil testing HIV dan sesuaikan dengan nomor identifikasl klien
7. Menjaga kerahasiaan hasil testing HIV
8. Melakukan pencatatan, menjaga kerahasiaan dan merujuk ke laboratorium rujukan.
f. Petugas Instalasi Farmasi
Tugas:
1. Mengelola obat infeksi oportunistik (IO)
2. Menyediakan dan memberikan obat IO yang berasal dari resep dokter spesialis
3. Mencatat pemasukan dan pengeluaran obat IO secara teratur
10
4. Mempersiapkan obat IO bagi ODHA
5. Menjaga kondisi IO supaya tetap baik
6. Menjaga kerahasiaan ODHA
7. Bekerjasama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk kerjasama
yang sinergis
g. Administrasi
Tugas:
1. Melakukan pendaftaran klien
2. Menyiapkan CM dan formulir Rekam Medis Pasien VCT
3. Menghubungi petugas laboratorium pada saat ada pelayanan darah
4. Mengatur jadwal tugas konselor
5. Mengusulkan kebutuhan administrasi klinik VCT
6. Membuat laporan bulanan klinik VCT
7. Turut menjaga kerahasiaan klien yang berkunjung ke klinik VCT
8. Bekerjasama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk kerjasama
yang sinergis
9. Bertanggungjawab dalam system pencatatan dan pelaporan klinik VCT secara penuh.
h. Humas
Tugas:
a. Menyelenggarakan promosi komunikaasi perubahan dan membangun dukungan
masyarakat bagi kolaborasi kegiatan penanggulangan HIV-AIDS.
b. Melakukan kerjasama jejaring kerja dengan rumah sakit, lembaga-lembaga yang bergerak
dalam bidang VCT untuk memfasilitasi pengobatan, perawatan dan dukungan
c. Menyediakan logistik terkait KIE dan bahan lain yang dibutuhkan untuk pelayanan
konseling dan testing
d. Bekerjasama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk kerjasama
yang sinergis
e. Mengusulkan kebutuhan terkait pelayanan HIV-AIDS
f. Membuat laporan bulanan
g. Turut menjaga kerahasiaan klien yang berkunjung ke Klinik VCT
11
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
12
c. Tim HIV-AIDS bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya dan
memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
d. Tim HIV-AIDS wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada
atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
DIREKTUR RSU
KOMITE MEDIS WIRADADI HUSADA
KOMITE
KEPERAWATAN PENUNJANG
MEDIS
KOMITE PPIRS
TIM HIV-AIDS
KOMITE PMKP
PELAYANAN
KOMITE K3RS UMUM
KOMITE
KESEHATAN
LAIN
13
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
Pola ketanagaan dan kualifikasi personil Tim HIV-AIDS dideskripsikan sebagai berikut:
14
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
Untuk karyawan baru mengikuti orientasi umum dan orientasi khusus, sedangkan karyawan
lama hanya mengikuti orientasi khusus:
15
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT
1. Pertemuan rutin bulanan yang diselenggarakan satu bulan sekali, guna membahas evaluasi
kerja bulan berjalan, pembahasan masalah atau kendala-kendala, serta sosialisasi kebijakan
terbaru di RSU Wiradadi Husada
2. Rapat Koordinasi yang diselenggarakan dengan mengundang unit terkait yang berhubungan
dengan kegiatan pelayanan Klinik HIV-AIDS
3. Pertemuan insidentil dilaksanakan sewaktu waktu jika diperlukan sifatnya mendesak dan tidak
terjadwal
16
BAB XI
PELAPORAN
1. Pelaporan Harian
Menerima dan membaca laporan kegiatan dari masing-masing anggota selama seminggu
berjalan
2. Pelaporan Bulanan
Menganalisa laporan hasil kerja bulanan yang disampaikan oleh koordinator
3. Pelaporan Tahunan
a. Menyusun laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas di Klinik VCT
b. Menyusun rencana tahunan untuk Klinik VCT
17