Professional Documents
Culture Documents
I. PENGKAJIAN
Hari / tanggal : 10 Mei 2010
Oleh : Mahasiswa kelompok III
b. Kebiasaan minum
Semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan air putih dari air aqua isi ulang rata-rata 6-8 gelas
perhari (1 galon 3 hari).
d. Rekreasi
Keluarga melakukan rekreasi bila ada kesempatan dan biasanya saat ada kunjungan dari anak-
anak barulah pergi ke tempat wisata atau sekedar berkumpul-kumpul di kebun.
f. Hygiene perorangan
Anggota keluaraga rata-rata mandi 1 x/hari dengan menggunakan sabun dengan menggunakan
sikat gigi dan pasta gigi, mencuci rambut biasanya 1 x/hari dengan menggunakan shampo dan
berganti pakaian kalau kotor.
B. Luar rumah
1. Lingkungan sekitar tempat tinggal cukup baik dan jarak antar rumah cukup luas.
2. Depan dan samping rumah terdapat halaman dan dibagian depan langsung terhubung dengan
jalan umum.
3. Sampah ditampung ditempat yang ada dibelakang rumah. Sampah yang ada biasanya dibakar.
4. Sumber air minum aqua isi ulang dan mampunyai sumur bor milik sendiri dengan pompa listrik,
dengan kondisi air cukup bersih.
5. Saluran pembuangan air limbah langsung melalui SPAL, tinja melalui WC menggunakan jamban.
C. Denah Rumah
1. Gambar Rumah
1
2. Fasilitas
Fasilitas kesehatan yaitu puskesmas pembantu + 500 m sampe jarak rumah dan RS Bethesda harus
naik angkutan umum sekali dan jaraknya sekitar 2 km.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Saat ini Tn. W. R mengeluh sering merasa panas dibagian kepala, pusing dan sakit kepala.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan membeli obat diwarung.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Sebelumnya Tn. W. R hanya menderita diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu, dan sudah sering
berobat kedokter dan ke puskesmas, akan tetapi seringkali hanya pergi ke perawat yang ada di
desa.
e. Pola Tidur/Istirahat
Tidur malam : Jam 10.00 dan bangun Jam 06.00.
Tidur siang : Jam 13.00 dan bangun Jam 15.00.
f. Pola Kognitif Perceptual
Status Mental Tn. W. R : Sadar
Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : normal
Penglihatan Pasien : Berkurang
Vertigo : Normal
g. Pola Persepsi/Konsep Diri
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien tidak terganggu.
h. Pola Peran Hubungan
Peran dan hubungan Tn. W. R dengan orang-orang terdekat : baik.
Beberapa anak-anak dan cucu-cucu sering berkunjung.
i. Pola Seksual/Reproduksi
Pola seksual Tn. W.R : tidak ada gangguan.
j. Pola Koping Toleransi.
Masalah utama Tn. W. R selama ini adalah belum tahu cara diet hypertensi dan takut konsumsi
gula.
k. Pola Nilai Kepercayaan.
Tn. W. R menganut agama Kristen Protestan
Tn. W. R taat menjalankan ibadah, masih rajin pergi Gereja.
1. Data subjektif :
Saat ini Tn. W. R mengeluh sering merasa panas dibagian kepala, pusing dan sakit kepala.
Data Objektif :
BB : 76 kg, Tb : 153 cm
Tanda-tanda vital :
T : 200/100 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 24 x/mnt
GDS : 171
Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan pada Keluarga
Tn. W. R adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi : score 4.
2. Tidak menggunakan sarana pelayanan kesehatan : Score 3 2/3.
Batasan karakteristik :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Tes penampilan tidak akurat.
Perilaku berlebihan atau tidak sesuai (histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
b. NOC = Knowledge : Deficit
Definisi : Tidak ada atau kurangnya informasi pengetahuan tentang topic yang spesific.
Hasil yang disarankan :
Pengetahuan : Diet
Pengetahuan : Proses penyebaran penyakit
Pengetahuan : Tingkah laku/ perilaku kesehatan
Pengetahuan : Sumber kesehatan
Pengetahuan : Perawatan kesehatan
Pengetahuan : Pengobatan
Pengetahuan : Keselamatan perorangan
Pengetahuan : Penentuan aktifitas yang dianjurkan
Pengetahuan : Prosedur pengobatan
Kode Pengetahuan : Proses penyebaran penyakit Tidak ada Kurang Sedang Banyak Lusa
180301 Mengetahui tentang nama penyakit 1 2 3 4 5
180302 Gambaran dari proses penyebaran penyakit 1 2 3 4 5
180303 gambaran dari penyebab / faktor yang menambah penyebab penyakit. 1 2 3 4 5
180304 Gambaran dari faktor resiko 1 2 3 4 5
180305 Gambaran dari efek penyebaran penyakit 1 2 3 4 5
180306 Gambaran dari tanda dan gejala 1 2 3 4 5
180307 Gambaran dari perjalanan penyakit yang terjadi 1 2 3 4 5
180308 Gambaran dari tindakkan atau langkah untuk meminimalkan kemajuan dari penyebaran
penyakit. 1 2 3 4 5
180309 Gambaran dan komplikasi penyakit.
180310 Gambaran dari tanda dan gejala komplikasi. 1 2 3 4 5
180311 Gambaran dari tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi 1 2 3 4 5
180312 Lain-lain
(spesifik) 1 2 3 4 5
PENATALAKSANAAN :
1. Menghargai tingkat kemampuan pengetahuan pasien yang berhubungan dengan proses
timbulnya penyakit secaea khusus.
2. Menjelaskan patofisiologi tentang penyakitnya dan bagaimana anatomi dan fisiologisnya dengan
tepat
3. Menjelaskan secara umum tanda dan gejala tentang penyakitnya dengan tepat.
4. Menjelaskan proses timbulnya penyakit dengan tepat.
5. Indentifikasi penyebab yang mungkin terjadi dengan tepat.
6. Memberikan informasi kepada klien tentang kondisinya dengan tepat.
7. Menghindari kekosongan penentram hatinya .
8. Mempersiapkan keluarga dan anggota keluarga lainnya dengan memberikan informasi tentang
kemajuan pasien dengan tepat.
9. Memberikan informasi tentang diagnisis yang didapat dengan tepat.
10. Menentukan perubahan gaya hidup yang mungkin menuntut untuk menghindar komplikasi
yang akan datang/ muncul dan melakukan pengontrolan terhadap proses penyakitnya.
11. Menentukan pilihan terhadap pengobatan.
12. Menjelaskan secara rasional pada akhir pengaturan pengobatan atau perawatan yang
dianjurkan.
13. Menganjurkan pasien untuk mengetahui pilihan atau memperoleh pendapat yang mendukung
pengobatan dengan tepat.
14. Menjelaskan komlpikasi yang mungkin terjadi denga tepat
15. Minta pasien untuk dapat mengurangi efek samping penyakitnya dengan tepat.
16. Menyelidiki/ mengetahui sumber penghasilan yang mungkin dapat mendukung dengan tepat
17. Menunjukan kepada pasien tentang komunitas local atau dukungan kelompok dengan tepat
18. Minta pasien tentang bagaimana tanda dan gejala yang dilaporkan terhadap pemeliharaan
perawatan kesehatan dengan tepat
19. Menyediakan nomor telepon untuk meberitahukan jika ada terjado komplikasi
20. Memperkuat informasi yang disediakan kepada tim perawatan kesehatan lainnya dengan
tepat.
2. Resiko cidera berhubungan dengan kondisi fisik yang sudah menurun (Lansia)
Pengertian : Resiko cedera sebagai akibat dari interaksi kondisi lingkungan dengan adaptasi individu
dan sumber pertahanan.
a. NANDA : Resiko injuri
b. Nursing outcome ( NOC ) :
1. Knowledge : personal safety (1809)
Domain : Health knowledge and behavior(IV)
Class : Health knowledge(S)
Scale : None to extensive (i)
Indicators :
180901 : Menggambarkan tanda-tanda pencegahan terhadap kelemasan
180902 : Menggambarkan tanda-tanda pencegahan terhadap jatuh
18090 : Menggambarkan tanda-tanda terhadap resiko terjadinya kecelakaan dan cedera.
180904 : Menggambarkan keamanan Rumah
1809016 : Menggambarkan prosedur gawat darurat.
Indicators :
090901 : Fungi neurologis : kesadaran
090902 : Funsi neurologis :pusat control motorik
090903 : Fungsi saraf : fungsi motorik/sensorik spinal
090904 : Fungsi saraf kranial
090905 : Fungsi saraf : autonom
090906 : Tekanan intracranial dalam batas normal
090907 : Komunikasi
090908 : Ukuran pupil
090909 : Reaksi pupil
090910 : Pola gerakan mata
090911 : Pola napas
090912 : Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tujuan :
- Mengecek tekanan darah, nadi dan Respirasi klien.
- Memperkenalkan diri pada klien dan mengadakan kontrak waktu dengan klien. Kamis , 10 Juni
2010
Jam 11.30
S : keluarga mengatakan sangat senang jika ada yang datang mengontrol keadaan klien.
O :keluarga tampak senang dengan tawaran yang diberikan.
A : Tujuan tercapai
P : Perlu BHSP (bina hubungan saling percaya)
Diagnosa I
Tujuan :
Memberi penyuluhan menggunakan leaflet :
Arti hypertensi, tanda dan gejala, penyebab, komplikasi dan tindakan keluarga dalam mengatasi
masalah hypertensi.
S : keluarga mengatakan mengerti dan dapat menjelaskan kembali arti hypertensi, tanda dan gejala,
penyebab serta komplikasi dari hypertensi.
O: keluarga tampak mengerti penjelasan yang diberikan.
A : Tujuan tercapai
P : Perlu adanya pemantauan untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang hypertensi.
Diagnosa II
Memberikan penyuluhan tentang apa yang dimaksud dengan saranan pelayanan kesehatan dan
manfaat dari fasilitas kesehatan Sabtu , 12 Juni 2010.
Jam 15.45
S : keluarga mengerti dan dapat menjelaskan manfaatfasilitas pelayanan kesehatan serta mau
menggunakannya.
O : keluarga tampak mengerti dan bersedia menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
A : tujuan tercapai
P : perlu adanya pemantauan untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga.
Diagnosa II
Tujuan :
Menanyakan apaka keluarga telah menggunakan sarana pelayanan kesehatan, dan menanyakan
manfaat dari fasilitas kesehatan.
Minggu , 13 Juni 2010
jam 12.00
S : keluarga mengatakan bahwa mereka sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Bahkan
klien sudah melakukan check-up di RS.
O : Keluarga tampak puas dengan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Bahkaan
keluarga menunjukkan hasil pemeriksaan lab.
A : Tujuan tercapai.
P : perlu adanya pemantauan untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga.
Resiko terjadinya kecelakaan lansia berhubungan dengan Kondisi fisik yang sudah men
Keluarga mampu:
Menyebutkan masalah yang berkaitan dengan kecelakaan lansia.
Menyebutkan penyebab terjadinya kecelakaan pada lanjut usia.
Menyebabkan akibat yang bisa terjadi jika terjadi cibera pada penderita DM
Memutuskan tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada lanjut
usia.
Menata alat/ perabot rumah tangga dengan baik.agar dapat menghindari kecelakaan akibat alat
rumah tangga. Verbal:
Non Verbal
S:
Menyebutkan masalah yang berkaitan dengan kecelakaan lansia.
Mampu menyebutkan penyebab terjadinya kecelakaan pada lanjut usia.
Dapat menyebabkan akibat yang bisa terjadi jika terjadi cibera pada penderita DM
O:
Keluarga menata perabotan rumag tangga
Perabotan rumah tangga terlihat lebih rapi
A :Tujuan sebagian Tercapai
P :Perlu penegasan kembali untuk menjaga kebersihan lingkungan.
2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai ketrampilan
perawatan mandiri diabetes
Setelah di lakukan pera- watan/ kun- jungan 4x diharapkan keluarga mam pu merawat anggota
keluarga yang menderita diabetes Keluarga mampu:
Menyebutkan penyebab terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah
Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya peningkatan gula darah.
Menyebutkan akibat yang bisa terjadi bila kadar gula terlalu tinggi.
Menyebutkan makan an yang boleh dan tidak boleh untuk penderita diabetes.
Memeriksakan diri secara teratur.
Menyediakan makanan yang tidak mengandung gula. Verbal
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 : 1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus sebagai
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam
darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah
suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :
a. Diabetes tipe 1
Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau
diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1 sebagian
besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki
diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja
b. Diabetes Tipe 2
Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita. Sekitar 90 %
hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering
diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara
Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),
yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)
3. Etiologi
memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah
Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut
2) Autoimunitas
Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya
sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan
kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam
pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak, semakin besar
Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya
hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin
untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa
1) Faktor keturunan
Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes
Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat
memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang
menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab utama. Kurang olahraga
dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.
Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh
pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi
energi.
4) Obesitas
Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi
tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-
habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.
Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat, hormon atau
hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
4. Patofisiologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta
produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine
(glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis
osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan
kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan
syok.
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan
kurangnya sel untuk mettabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat
meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang membuat keton dan ureum
meningkat. Keadaan dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan
a. Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang ditunjukan meliputi:
1) Polidipsia (banyak minum)
Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang panas
dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM
Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak
dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula
darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan
sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat
berfungsi
Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang
banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada
kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang sering
dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.
a. Kesemutan
f. Mudah ngantuk
g. Mata kabur
i. Seksual menurun
j. Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan
6. Pemeriksaan Diagnostik
Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah
setelah puasa.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.
3) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl.
Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan orang
terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam.
2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
3) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl (Fauzi, 2014 : 77-78).
Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang
Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang tidak
Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa. Glukosa
Tabel 2.1
Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin
Warna Interpretasi: (1+) s/d ( 4+)
mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh Positif + (1+): sesuai dengan
0,51% glukosa
Kuning keruh Positif ++ (2+): sesuai dengan
11,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan
23,5 % glukosa
Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan
> 3,5 % glukosa
yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan A1C
memberikan gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan hasil ini
dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk
oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti kadar gula darah
tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-
rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula
darah tinggi dalam satu beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan
HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan
usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam
jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).
Tabel 2.2
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah
HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345
Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%.
Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1C ditargetkan kurang
dari 7 %. Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya
a. Komplikasi Akut
Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi
106).
1) Hipoglikemia
Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada
perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah
abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan bakar
utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu
dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu fungsi penting system pengatur
glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih
dari beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang
2) Ketoasidosis Diabetik
ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisensi
insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang
Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu
pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi insulin namun relative
defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari mengalami
menurunnya intake makanan salah satunya seperti infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi).
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan salah satu
komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2.
Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh control
glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi
hiperhomosisteinimia.
b) Penyakit serebrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM, namun
pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskuler. Pasien
emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan
terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan
iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.
Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat
perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien
dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut nadi perifer
dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif
arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren
2) Komplikasi mikrovaskuler
a) Retinopati diabetik
Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama terjadinya retinopati
diabetik.
b) Nefropati diabetik
Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan
albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu tiga
renal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sedangkan penderita DM tipe 2 dapat menderita
Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita DM tanpa
8. Penatalaksanaan
dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam pengelolaan diabetes
dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan (edukasi), perencanaan makanan, latihan jasmani
dan obat hipoglikemik. Tujuan pengelolaan diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek
a. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala diabetes sehingga pasien
b. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah
control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya kadar glukosa dan lemak
a. Penyuluhan (edukasi)
Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah
pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes
yang diberikan pada setiap pasien diabetes. Diasamping kepada pasien diabetes, edukasi juga
diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan pihak-pihak
Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak adalah
sebagai berikut :
5) Obat-obat hipoglikemik
6) Komplikasi diabetes
8) Pemeliharaan kaki.
b. Perencanaan makan DM
Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut (Waspadji
2) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya.
Untuk penentuan status gizi, secara praktis dipakai rumus Brocca yaitu :
5) Gemuk : >120 %
Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur IMT (Indeks
Masa Tubuh)
a) IMT yang dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan adalah 22-25
dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah
Tabel 2.3
Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori
Ringan Sedang Berat
Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobik
Memancing Bersepeda Bersepeda
Kerja Lab Bowling Memanjat
Kerja sekertaris Jalan cepat Menari
Mengajar Berkebun Lari
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien
diabetes :
1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman dengan
sejumlah kalori :
a. Berat badan idaman dalam kg X 30 KKal untuk laki-laki
Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat
table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang berat.
1) Pasien kurus
Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung pada tingkat kegemukannya.
3. Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada table itu
bahwa seseorang dengan beerat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30 KKal/kg
BB idaman. Yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 KKal/kg BB idaman. Dengan
Tabel 2.4
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Dewasa kerja santai Kerja sedang Kerja berat
Gemuk 20-25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 5-12)
Tabel 2.5
Cara Menentukan Kebutuhan Kalori
Nama :..
DATA
TB :..cm BB ideal = 90% (TB 100) kg =..kg ..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160 cm, BB ideal = TB 100 kg)
BB aktual = ..kg Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = .kalori (laki-laki : 30 kal/kg, wanita : 25 kal/kg (b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ..Thn
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b =x =..kalori (c)
Koreksi :
Umur . 40 thn -5% x c = -5% x = -...kalori
Aktivitas : ringan : + 20% x c= +20% x... = +..kalori
Sedang : +30% x c= +30% x . = + .kalori
Berat badan : gemuk -20% x c = -20% x .= .kalori
Kurus
+20% x c = +20% x=...kalori
Total kebutuhan =kalori
DIET : DM kalori
(Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 30)
Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang
berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang
Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih
baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah
Lemak
Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg / hr untuk membantu
mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan
proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada penderita diabetes
Protein
Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) dapat
Serat
Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara fisis dapat dijumpai
dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut.
Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylitol,s akarin,
siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah sukrosa dan fruktosa. Oleh karena
itu penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari. Yang lain tidak ada atau sangat
sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan
siklamat sekarang sangat terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah
terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam bumbu
c. Latihan jasmani
Menurut Waspadji dan sukardji (2004) , dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang
teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang
1) Memperbaiki metabolisme
3) Membantu menurunkan BB
1) Continuous
Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging tanpa istirahat
selama 30 menit.
2) Rytmical
Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis atau
3) Interval
Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.
4) Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan hingga sedang.
5) Endurence
d. Obat Hipoglikemik
Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur; namun
pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik
oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan pada DM dengan
1. Golongan sulfonilurea
Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan utama pada
pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko hipoglikemik yang
berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga sulfonilurea yang waktu
Diberikan pada DM gemuk, mempunyai efek utama menurunkan puncak glikemik sesudah
makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini disamping memperbaiki ambilan glukosa
perifer, juga menghambat secara kompetitif absorpsi glukosa di usus maka dianjurkan
Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi. Efektif untuk
4. Insulin
Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat badan
menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja utama insulin yaitu
menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian glukosa agar BB naik dan terjadi
penurunan kadar glukosa didalam darah (Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti
2013 : 51).
Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu
Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh dari
pengkajian
2) Data lingkungan
5) Perkembangan keluarga
1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual
Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas
a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal ini yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi
pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor yang mempengaruhi serta persepsi
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarga?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative) terhadap upaya
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk melakukan
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga merawat anggota
1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran,
3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga
4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu
psikososial).
5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan bantuan
kesehatan.
rumah.
3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan
4) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga
5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan yang dapat dijangkau
keluarga.
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas dan
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apakah
penyebabnya?
keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala
Melitus.
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat
Tabel 2.6
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya,
1978.
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Krisis 1
Kemungkinan
2 masalah dapat diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
2
Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk diubah
3
Tinggi 3
Cukup 2
1
Rendah 1
Menonjolnya masalah
4 Masalah berat harus ditangani 2
Masalah yang tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 1
0
Skoring
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus
yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu
pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada
Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes
a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada keluarga
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit
Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit DM, serta
Intervensi :
Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari Penyakit
Diabetes Melitus.
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam
Intervensi:
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita
Diabetes Melitus .
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan Diabetes
Melitus.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita
Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes
Melitus.
Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes
Intervensi:
2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya
penyakit DM.
Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses
Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes
Melitus .
Intervensi :
1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit Diabetes
Melitus misalnya :
a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.
c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan
atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan.
Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan untuk
Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan
membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Mellitus, yaitu :
Mellitus
2) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga
Mellitus, yaitu :
1) Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.
3) Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.
perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat
1) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat
keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai
(Mubarak, 2012).
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus
adalah:
b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita
Diabetes Mellitus.
pencegahan.
e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes Melitus
dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2, Salemba
Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta.