You are on page 1of 48

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. W. R


SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA
DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELLITUS
DI KELURAHAN WAILAN LINGKUNGAN III
KECAMATAN TOMOHON TENGAH

I. PENGKAJIAN
Hari / tanggal : 10 Mei 2010
Oleh : Mahasiswa kelompok III

A. Struktur dan sifat keluarga :


1. Identitas Kepala Keluarga.
Nama : Tn. W. R
Umur : 68 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kel. Wailan Lingk. III Kec. Tomohon Tengah
2. Daftar anggota keluarga
NO NAMA UMUR SEX HUB KK PNDDKN PKRJN AGAMA KES
1.
2.
3. Tn W. R
Ny R. M
Nn.B G
68
63
19 L
P
P Suami
Istri
Anak
SD
SD
SMA
Swasta
IRT
-
Kr. Prot
Kr. Prot
Kr. Prot
Lemah
Sehat
Sehat

3. Anggota keluarga yang meninggal


Tidak ada anggota keluarga yang meninggal dalam 6 bulan terakhir.
4. Tipe keluarga
Keluarga ini adalah keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak-
anak.
5. Genogram

6. Hobi masing masing anggota keluarga


Masing-masing anggota keluarga tidak mempunyai hobi khusus, Tn. W. R mengatakan bahwa
suaminya sibuk menjaga warung,anaknya sibuk dengan bekerja nanti pulang siang, sedangkan Tn.
W. R sendiri hanya suka membersihkan rumah dan kadang-kadang suka menyalurkan hobi
memasak. Akan tetapi pada malam hari mereka menonton TV bersama.

7. Hubungan antar anggota keluarga


Keluarga Tn. W. R tergolong keluarga yang harmonis dan bahagia, hubungan dengan anak baik.

8. Anggota yang berpengaruh dalam mengambil keputusan


Tn. W. R sebagai anggota kepala keluarga sangat dominan dalam mengambil keputusan dan ini
sering dimusyawarahkan dengan istrinya. Akan tetapi pada saat ini sang anakpun turut berperan
dalam pengambilan keputusan mengingat kedua orang tua sudah lanjut usia.
9. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afeksi
Menurut keterangan keluarga Tn. W. R , dalam kehidupan sehari-harinya mereka selalu damai dan
saling menjaga kepentingan bersama. Walaupun ada perselisihan-perselisihan kecil tapi pada saat ini
masih dapat teratasi.
b. Fungsi sosial
Keluarga Tn. W. R selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Contohnya
kalau ada kegiatan kemasyarakatan, keluarga selalu ikut didalamnya. Tapi untuk saat ini karena
keterbatasan fisik pertemuan pada malam hari sudah mulai dibatasi.
c. Fungsi perawatan kesehatan.
Dalam hal kesehatan keluarga Tn. W. R masih kurang tahu tentang cara merawat kesehatan
anggota keluarganya yang hypertensi.
d. Fungsi ekonomi
Pendapatan utama keluarga saat ini adalah dari hasil penjualan di warung. Menurut Tn. W. R
mendapatkan uang tambahan dari anak-anak yang sudah berkeluarga setiap bulannya.
10. Kebiasaan anggota keluarga sehari-hari.
a. Nutrisi
1) Jenis makanan
Keluarga Tn. W. R makan 3 kali sehari, dengan komposisi : nasi, lauk pauk, sayuran dan buah-
buahan, susu kadang-kadang. Porsi makan rata-rata satu sampai dua piring dan tergantung selera,
waktu makan tidak selalu bersama-sama tergantung dari waktu masing-masing anggota kelurga.
Tn. W. R mengatakan : bahwa saat ini telah mengurangi penggunaan garam dan mengurangi
konsumsi gula bahkan saat ini gula yang dipakai yaitu tropokana slim. Selain itu konsumsi daging
mulai dikurangi.
2) Cara pengolahan makanan.
Tn. W. R mengolah makanan sebelum dimasak bahan dicuci baru dipotong-potong.
3) Cara mengolah makanan
Makanan disajikan secara langsung setelah selesai dimasak dalam keadaan hangat. Makanan
dimasak untuk dimakan dalam sehari. Bila tersisa ditutup, dihangatkan kembali bila disajikan
dimakan bersama-sama, dan biasanya keluarga makan bersama dimeja makan.

b. Kebiasaan minum
Semua anggota keluarga mempunyai kebiasaan air putih dari air aqua isi ulang rata-rata 6-8 gelas
perhari (1 galon 3 hari).

c. Aktivitas dan istirahat


Kebiasaan istirahat masing-masing anggota keluarga tidak sama, rata-rata 6-7 jam yaitu Pkl. 22.00
s/d 05.00 wita.

d. Rekreasi
Keluarga melakukan rekreasi bila ada kesempatan dan biasanya saat ada kunjungan dari anak-
anak barulah pergi ke tempat wisata atau sekedar berkumpul-kumpul di kebun.

e. Pemanfaatan waktu senggang.


Waktu senggang dalam keluarga digunakan untuk santai contohnya keluarga nonton Tv bersama.

f. Hygiene perorangan
Anggota keluaraga rata-rata mandi 1 x/hari dengan menggunakan sabun dengan menggunakan
sikat gigi dan pasta gigi, mencuci rambut biasanya 1 x/hari dengan menggunakan shampo dan
berganti pakaian kalau kotor.

B. Luar rumah
1. Lingkungan sekitar tempat tinggal cukup baik dan jarak antar rumah cukup luas.
2. Depan dan samping rumah terdapat halaman dan dibagian depan langsung terhubung dengan
jalan umum.
3. Sampah ditampung ditempat yang ada dibelakang rumah. Sampah yang ada biasanya dibakar.
4. Sumber air minum aqua isi ulang dan mampunyai sumur bor milik sendiri dengan pompa listrik,
dengan kondisi air cukup bersih.
5. Saluran pembuangan air limbah langsung melalui SPAL, tinja melalui WC menggunakan jamban.

C. Denah Rumah
1. Gambar Rumah
1

2. Fasilitas
Fasilitas kesehatan yaitu puskesmas pembantu + 500 m sampe jarak rumah dan RS Bethesda harus
naik angkutan umum sekali dan jaraknya sekitar 2 km.
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat kesehatan sekarang :
Saat ini Tn. W. R mengeluh sering merasa panas dibagian kepala, pusing dan sakit kepala.
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan membeli obat diwarung.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Sebelumnya Tn. W. R hanya menderita diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu, dan sudah sering
berobat kedokter dan ke puskesmas, akan tetapi seringkali hanya pergi ke perawat yang ada di
desa.

II. KEADAAN FISIK Tn. W. R


1. Ku : lemah , BB : 76 kg, Tb : 153 cm
2. Tanda-tanda vital :
T : 200/100 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 24 x/mnt
3. Kepala : bentuk kepala bulat, rambut mulai beruban.
4. Mata : konjungtiva agak kemerahan, penglihatan kadang berkunang-kunang sehingga
mengeluarkan air mata dan pada saat ini sudah menggunakan kacamata untuk membantu
penglihatan.
5. Leher : kelenjar tiroid tidak membesar, tidak ada luka bekas operasi
6. Dada : simetris
7. Abdomen : kadang kala merasa sakit di bagian px.
8. Ekstremitas : tidak ada edema, tidak terdapat varises tungkai
9. Genetalia : Tidak ada keluhan.

III. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI (GORDON)


a. Pola Persepsi Management Kesehatan :
Tn. W. R belum tahu diet penderita hipertensi, karena masih sering makan makanan yang
bergaram.
Tn. W. R takut mengkonsumsi makanan yang ada kandungan gula karena ibu tersebut penderita
DM.
b. Pola Nutrisi Metabolic
1. Makanan
Jika makan tidak merasa mual/muntah
Porsi makan Tn. W. R mulai berkurang
Terjadi gangguan menalan karena ada sariawan.
2. Minuman
Jumlah air yang diminum : + 1200 cc (6 gelas)
Jenis air yang diminum : Air putih
c. Pola Eliminasi
1. Buang Air Kecil
Rasa Nyeri : tidak
Frekuensi : >3 x/hari
Warna urine : Kuning
Bau urine : Amoniak
2. Buang Air Besar
Rasa nyeri : tidak
Frekuensi : 1 x/hari
Warna faeces : Kekuningan
Konsistensi : Lembek
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Mobilisasi
Aktivitas Tn. W. R : Bisa sendiri.
Menggunakan alat Bantu : Tidak
Gangguan lain yang dirasakan Tn. W. R saat beraktivitas adalah kelelahan.
2. Respirasi
Tn. W. R tidak merasa sesak nafas R : 24 x/mnt
Tn. W. R merasa batuk.

e. Pola Tidur/Istirahat
Tidur malam : Jam 10.00 dan bangun Jam 06.00.
Tidur siang : Jam 13.00 dan bangun Jam 15.00.
f. Pola Kognitif Perceptual
Status Mental Tn. W. R : Sadar
Kemampuan berbicara, membaca dan interaksi : normal
Penglihatan Pasien : Berkurang
Vertigo : Normal
g. Pola Persepsi/Konsep Diri
Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri serta ideal diri pasien tidak terganggu.
h. Pola Peran Hubungan
Peran dan hubungan Tn. W. R dengan orang-orang terdekat : baik.
Beberapa anak-anak dan cucu-cucu sering berkunjung.
i. Pola Seksual/Reproduksi
Pola seksual Tn. W.R : tidak ada gangguan.
j. Pola Koping Toleransi.
Masalah utama Tn. W. R selama ini adalah belum tahu cara diet hypertensi dan takut konsumsi
gula.
k. Pola Nilai Kepercayaan.
Tn. W. R menganut agama Kristen Protestan
Tn. W. R taat menjalankan ibadah, masih rajin pergi Gereja.

IV. ANALISA DATA


NO DATA PENYEBAB (E)
MASALAH (P)

1. Data subjektif :
Saat ini Tn. W. R mengeluh sering merasa panas dibagian kepala, pusing dan sakit kepala.
Data Objektif :
BB : 76 kg, Tb : 153 cm
Tanda-tanda vital :
T : 200/100 mmHg
N : 88 x/mnt
R : 24 x/mnt
GDS : 171

Kurang Pengatahuan tentang penyakit hypertensi dan DM.

1. Ketidakmampuan keluarga melakukan upaya untuk merawat.


2. Data subjektif :
Tn. W. R pernah berobat ke dokter praktek dan dianjurkan untuk kontrol kembali dan meminum
obat secara teratur. Akan tetapi pada saat ini Tn. W. R mulai malas pergi ke dokter untuk kunjungan
berikutnya.

Kurang Pengatahuan tentang prosedur pekayanan kesehatan.

2. Tidak menggunakan sarana kesehatan

V. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakmampuan keluarga mengenal gejala hypertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang hipertensi dan DM.
2. Ketidakmampuan keluarga kesarana pelayanan kesehatan untuk mengontrol tekanan darah
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat serta prosedur pelayanan
kesehatan.

VI. PRIORITAS MASALAH


1. Hypertensi
NO KRITERIA HITUNGAN SKORING KETERANGAN
1. Sifat masalah :
Kurang sehat 3/3 x 1 1 Merupakan masalah kurang sehat dan memerlukan tindakan segera.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah 2/2 x 2 2 Fasilitas untuk mengatasi masalah
tersedia, dapat dijangkau keluarga.
3. Potensial masalah dapat dicegah : tinggi 3/3 x 1 1 Dengan menditeksi secara dini dapat
dicegah kemungkinan komplikasi lanjut.
4. Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani. 0/2 x 1 0 Keluarga tidak menyadari
adanya masalah.
Total score 4

2. Tidak menggunakan sarana pelayanan kesehatan


NO KRITERIA HITUNGAN SKORING KETERANGAN
1. Sifat masalah :
Ancaman kesehatan 2/3 x 1 2/3 Lanjut usia dengan hipertensi bila tidak dibawah kepelayanan
kesehatan untuk mengontrol dapat menyebakan ancaman kesehatan.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah: mudah 2/2 x 2 2 Terjangkaunya fasilitas pelayanan
kesehatan serta tanggapan terhadap petugas baik.
3. Potensial masalah dapat dicegah: tinggi 3/3 x 1 1 Dapat dijangkaunya fasilitas pelayanan
baik dengan jalan kaki atau menggunakan kendaraan.
4. Menonjolnya masalah : masalah harus segera ditangani. 6/2 x 1 0 Keluarga tidak menyadari
adanya masalah hipertensi kalau sudah berat baru kepelayanan kesehatan.
Jumlah 3 2/3

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan pada Keluarga
Tn. W. R adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi : score 4.
2. Tidak menggunakan sarana pelayanan kesehatan : Score 3 2/3.

VII. KRITERIA MENURUT NANDA, NOC DAN NIC.


1. Kurang Pengetahuan
a. NANDA ( Knowledge deficit-1980)
Domain : 5 persepsi/kognisi
Kelas : 4 kognisi
Diagnosa : Kurang pengetahuan (spesifik)
Pengertian : Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topik yang spesifik.

Batasan karakteristik :
Mengungkapkan adanya masalah
Mengikuti instruksi tidak akurat
Tes penampilan tidak akurat.
Perilaku berlebihan atau tidak sesuai (histeris, bermusuhan, agitasi, apatis)
b. NOC = Knowledge : Deficit
Definisi : Tidak ada atau kurangnya informasi pengetahuan tentang topic yang spesific.
Hasil yang disarankan :
Pengetahuan : Diet
Pengetahuan : Proses penyebaran penyakit
Pengetahuan : Tingkah laku/ perilaku kesehatan
Pengetahuan : Sumber kesehatan
Pengetahuan : Perawatan kesehatan
Pengetahuan : Pengobatan
Pengetahuan : Keselamatan perorangan
Pengetahuan : Penentuan aktifitas yang dianjurkan
Pengetahuan : Prosedur pengobatan

Hasil yang ditambahkan :


Kemampuan kognitif
Komunikasi : Kemampuan menerima
Konsentrasi
Ingatan
Proses informasi

Tujuan/ criteria hasil :


Menunjukkan pengetahuan : dibuktika dengan indikator berikut (sebutkan nilainya 1-5 : tidak ada,
terbatas, cukup, atau lusa)

Pengetahuan : Proses Penyebaran Penyakit (1803)


Domain : Pemgetahuan kesehatan dan tingkah laku (IV)
Kelas : Pengetahuan kesehatan (S)
Sakala : Tidak ada pengetahuan sampai dengan luasnya pengetahuan (i)

Kode Pengetahuan : Proses penyebaran penyakit Tidak ada Kurang Sedang Banyak Lusa
180301 Mengetahui tentang nama penyakit 1 2 3 4 5
180302 Gambaran dari proses penyebaran penyakit 1 2 3 4 5
180303 gambaran dari penyebab / faktor yang menambah penyebab penyakit. 1 2 3 4 5
180304 Gambaran dari faktor resiko 1 2 3 4 5
180305 Gambaran dari efek penyebaran penyakit 1 2 3 4 5
180306 Gambaran dari tanda dan gejala 1 2 3 4 5
180307 Gambaran dari perjalanan penyakit yang terjadi 1 2 3 4 5
180308 Gambaran dari tindakkan atau langkah untuk meminimalkan kemajuan dari penyebaran
penyakit. 1 2 3 4 5
180309 Gambaran dan komplikasi penyakit.
180310 Gambaran dari tanda dan gejala komplikasi. 1 2 3 4 5
180311 Gambaran dari tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi 1 2 3 4 5
180312 Lain-lain
(spesifik) 1 2 3 4 5

c. NIC = Knowledge : Deficit


Definisi : Tidak ada atau kurangnya informasi pengetahuan tentang topic yang spesifik.
Interfensi yang disarankan :

PENGAJARAN PROSES PENYAKIT


Pengertian : Membantu pasien dalam memahami informasi yang berhubungan dengan proses
timbulnya penyakit secara khusus.

PENATALAKSANAAN :
1. Menghargai tingkat kemampuan pengetahuan pasien yang berhubungan dengan proses
timbulnya penyakit secaea khusus.
2. Menjelaskan patofisiologi tentang penyakitnya dan bagaimana anatomi dan fisiologisnya dengan
tepat
3. Menjelaskan secara umum tanda dan gejala tentang penyakitnya dengan tepat.
4. Menjelaskan proses timbulnya penyakit dengan tepat.
5. Indentifikasi penyebab yang mungkin terjadi dengan tepat.
6. Memberikan informasi kepada klien tentang kondisinya dengan tepat.
7. Menghindari kekosongan penentram hatinya .
8. Mempersiapkan keluarga dan anggota keluarga lainnya dengan memberikan informasi tentang
kemajuan pasien dengan tepat.
9. Memberikan informasi tentang diagnisis yang didapat dengan tepat.
10. Menentukan perubahan gaya hidup yang mungkin menuntut untuk menghindar komplikasi
yang akan datang/ muncul dan melakukan pengontrolan terhadap proses penyakitnya.
11. Menentukan pilihan terhadap pengobatan.
12. Menjelaskan secara rasional pada akhir pengaturan pengobatan atau perawatan yang
dianjurkan.
13. Menganjurkan pasien untuk mengetahui pilihan atau memperoleh pendapat yang mendukung
pengobatan dengan tepat.
14. Menjelaskan komlpikasi yang mungkin terjadi denga tepat
15. Minta pasien untuk dapat mengurangi efek samping penyakitnya dengan tepat.
16. Menyelidiki/ mengetahui sumber penghasilan yang mungkin dapat mendukung dengan tepat
17. Menunjukan kepada pasien tentang komunitas local atau dukungan kelompok dengan tepat
18. Minta pasien tentang bagaimana tanda dan gejala yang dilaporkan terhadap pemeliharaan
perawatan kesehatan dengan tepat
19. Menyediakan nomor telepon untuk meberitahukan jika ada terjado komplikasi
20. Memperkuat informasi yang disediakan kepada tim perawatan kesehatan lainnya dengan
tepat.

2. Resiko cidera berhubungan dengan kondisi fisik yang sudah menurun (Lansia)
Pengertian : Resiko cedera sebagai akibat dari interaksi kondisi lingkungan dengan adaptasi individu
dan sumber pertahanan.
a. NANDA : Resiko injuri
b. Nursing outcome ( NOC ) :
1. Knowledge : personal safety (1809)
Domain : Health knowledge and behavior(IV)
Class : Health knowledge(S)
Scale : None to extensive (i)
Indicators :
180901 : Menggambarkan tanda-tanda pencegahan terhadap kelemasan
180902 : Menggambarkan tanda-tanda pencegahan terhadap jatuh
18090 : Menggambarkan tanda-tanda terhadap resiko terjadinya kecelakaan dan cedera.
180904 : Menggambarkan keamanan Rumah
1809016 : Menggambarkan prosedur gawat darurat.

2. Neurological status (0909)


Domain: Physiologic health (II)
Class : Neurocognitive (J)
Scale : Extremely compromised to not compromised (a)

Indicators :
090901 : Fungi neurologis : kesadaran
090902 : Funsi neurologis :pusat control motorik
090903 : Fungsi saraf : fungsi motorik/sensorik spinal
090904 : Fungsi saraf kranial
090905 : Fungsi saraf : autonom
090906 : Tekanan intracranial dalam batas normal
090907 : Komunikasi
090908 : Ukuran pupil
090909 : Reaksi pupil
090910 : Pola gerakan mata
090911 : Pola napas
090912 : Tanda-tanda vital dalam batas normal

c. Nursing intervention (NIC)


1. FALL PREVENTION (6490)
- Mengidentifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat berpotensial meningkatkan resiko jatuh
- Memantau gaya berjalan,keseimbangan dan tingkat ke,lemahan dengan pergerakan
- Membantu ketidakmampuan individu dalam pergerakannya
- Memberikan bantuan alat untuk kemantapan berjalan
- Mengajarkan kepada pasien cara jatuh untuk meminimalisasikan terjadinya cedera
- Menggunakan pengendalian fisik untuk membatasi potensial pergerakan yang tidak aman.
VIII. DIAGNOSIS DAN INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN JANGKA PANJANG TUJUAN JANGKA PENDEK INTERVENSI
1 Ketidakmampuan keluarga mengenal gejala hypertensi dan DM berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang hypertensi dan DM
Setelah 5 kali kunjungan rumah keluarga dapat mengenal gejala hipertensi dan DM. 1. Setelah
2 kali kunjungan rumah keluarga dapat/ mampu menjelaskan arti hypertensi dan DM.
2. Keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala hypertensi dan DM.
3. Keluarga mampu menjelaskan penyebab hypertensi dan DM.
4. Keluarga mampu menjelaskan komplikasi dari hypertensi dan DM.
5. Keluarga mampu menjelaskan tindakan dalam mengatasi masalah Hypertensi dan DM. Berikan
penyuluhan tentang :

- Tanda dan gejala, penyebab, serta komplikasi dari Hypertensi dan DM


- Diet pasien hypertensi dan DM.
- Masalah yang timbul saat hypertensi dan DM
- Diskusikan dengan keluarga tentang keadaan yang dialami
2 Ketidak mampuan keluarga merawat kesarana pelayanan kesehatan untuk mengontrol tekanan
darah dan gula darah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat serta
prosedur pelayanan kesehatan.
Setelah 5 kali kunjungan rumah, keluarga dapat merawat lanjut ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat dan dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan, untuk memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi. Setelah 2 kali kunjungan rumah, keluarga dapat kriteria :
1. Keluarga dapat mengerti tentang dsarana pelayanan kesehatan
2. Keluarga dapat mengetahui manfaat pelayanan kesehatan dan dapat menggunakannya.
Berikan penyuluhan tentang :
1. Apa yang dimaksud dengan sarana pelayanan kesehatan
2. Manfaat pelayanan kesehatan dan menggunakannya.

IX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI .


NO IMPLEMENTASI
EVALUASI

1. kamis , 10 Juni 2010


Jam 11.00

Tujuan :
- Mengecek tekanan darah, nadi dan Respirasi klien.
- Memperkenalkan diri pada klien dan mengadakan kontrak waktu dengan klien. Kamis , 10 Juni
2010
Jam 11.30

S : keluarga mengatakan sangat senang jika ada yang datang mengontrol keadaan klien.
O :keluarga tampak senang dengan tawaran yang diberikan.
A : Tujuan tercapai
P : Perlu BHSP (bina hubungan saling percaya)

2. Jumat , 11 Juni 2010


Jam 14.00

Diagnosa I

Tujuan :
Memberi penyuluhan menggunakan leaflet :
Arti hypertensi, tanda dan gejala, penyebab, komplikasi dan tindakan keluarga dalam mengatasi
masalah hypertensi.

Jumat , 11 Juni 2010


Jam 15.00

S : keluarga mengatakan mengerti dan dapat menjelaskan kembali arti hypertensi, tanda dan gejala,
penyebab serta komplikasi dari hypertensi.
O: keluarga tampak mengerti penjelasan yang diberikan.
A : Tujuan tercapai
P : Perlu adanya pemantauan untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang hypertensi.

3 Sabtu , 12 Juni 2010.


Jam 15.00

Diagnosa II
Memberikan penyuluhan tentang apa yang dimaksud dengan saranan pelayanan kesehatan dan
manfaat dari fasilitas kesehatan Sabtu , 12 Juni 2010.
Jam 15.45

S : keluarga mengerti dan dapat menjelaskan manfaatfasilitas pelayanan kesehatan serta mau
menggunakannya.
O : keluarga tampak mengerti dan bersedia menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
A : tujuan tercapai
P : perlu adanya pemantauan untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga.

4 Minggu , 13 Juni 2010


jam 11.00

Diagnosa II
Tujuan :
Menanyakan apaka keluarga telah menggunakan sarana pelayanan kesehatan, dan menanyakan
manfaat dari fasilitas kesehatan.
Minggu , 13 Juni 2010
jam 12.00

S : keluarga mengatakan bahwa mereka sudah menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Bahkan
klien sudah melakukan check-up di RS.
O : Keluarga tampak puas dengan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut. Bahkaan
keluarga menunjukkan hasil pemeriksaan lab.
A : Tujuan tercapai.
P : perlu adanya pemantauan untuk mengetahui tingkat pemahaman keluarga.

No Diagnosa keperawatan Tujuan Kriteria Intervesi Implementasi Evaluasi


Umum Khusus

Resiko terjadinya kecelakaan lansia berhubungan dengan Kondisi fisik yang sudah men

Setelah dilakukan kunjungan ke 4 kecelakaan pada lansia tidak terjad

Keluarga mampu:
Menyebutkan masalah yang berkaitan dengan kecelakaan lansia.
Menyebutkan penyebab terjadinya kecelakaan pada lanjut usia.
Menyebabkan akibat yang bisa terjadi jika terjadi cibera pada penderita DM
Memutuskan tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada lanjut
usia.
Menata alat/ perabot rumah tangga dengan baik.agar dapat menghindari kecelakaan akibat alat
rumah tangga. Verbal:

Non Verbal

Berikan penyuluhan tentang :


Masalah yang berkaitan dengan kecelakaan lansia
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan pada lansia
Akibat yang bisa terjadi jika terjadi cidera pada penderita Dm
Hal-hal yang sebaiknya di lakukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada lansia
Prabot rumah tangga dapat menyebabkan terjadinya terjadinya kecelakaan pada lansia
Memberi penyuluhan menggunakan leaflet tentang:
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Permasalahan kesehatan lanjut usia

S:
Menyebutkan masalah yang berkaitan dengan kecelakaan lansia.
Mampu menyebutkan penyebab terjadinya kecelakaan pada lanjut usia.
Dapat menyebabkan akibat yang bisa terjadi jika terjadi cibera pada penderita DM
O:
Keluarga menata perabotan rumag tangga
Perabotan rumah tangga terlihat lebih rapi
A :Tujuan sebagian Tercapai
P :Perlu penegasan kembali untuk menjaga kebersihan lingkungan.
2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai ketrampilan
perawatan mandiri diabetes
Setelah di lakukan pera- watan/ kun- jungan 4x diharapkan keluarga mam pu merawat anggota
keluarga yang menderita diabetes Keluarga mampu:
Menyebutkan penyebab terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah
Menyebutkan tanda dan gejala terjadinya peningkatan gula darah.
Menyebutkan akibat yang bisa terjadi bila kadar gula terlalu tinggi.
Menyebutkan makan an yang boleh dan tidak boleh untuk penderita diabetes.
Memeriksakan diri secara teratur.
Menyediakan makanan yang tidak mengandung gula. Verbal

Non verbal Berikan penyuluhan tentang


Kemungkinan penyebab terjadinya peningkatan tekanan kadar gula
Menyebutkan tanda-tanda peningkatan kadar gula.
Menyebutkan akibat yang mungkin terjadi dari peningkatan kadar gula.
Menyebutkan jenis makanan yang boleh di konsumsi dan yang tidak boleh di konsumsi.
Memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.
Masakan yang dikonsumsi sudah tidak manis lagi.
Menyediakan makanan yang yang tidak mengandung gula Memberi penyuluhan menggunakan
leaflet mengenai :
Pengertian diet
Tujuan diet
Makanan yang boleh atau tidak boleh di konsumsi penderita Dm
Pengatytan diet
Tips sehat S:
Keluarga Dapat menyebutkan penyebab terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah
Dapat menyebutkan tanda dan gejala terjadinya peningkatan gula darah
Menyebutkan akibat yang bisa terjadi bila kadar gula terlalu tinggi.
Menyebutkan makan an yang boleh dan tidak boleh untuk penderita diabetes.
O:
Tn A pergi ke puskesmas untuk memeriksakan diri dan mendapatkan obat.
Makanan yang Di sajikan tidak mengandung gula

Askep Keluarga pada klien dengan Diabetes Mellitus

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolute

maupun relative (Waspadji dan sukardji, 2004 : 2).

Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer dan Bare, 2008 : 1220).
American Diabetes Association (ADA) 2010, mendefinisikan Diabetes Melitus sebagai

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Ernawati, 2013 :10)

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) didalam

darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

cukup (Fauzi, 2014 : 70)

Berdasarkan keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus adalah

suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam

darah (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya.

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

Ada 3 jenis diabetes yang umum terjadi dan diderita banyak orang, yaitu :

a. Diabetes tipe 1

Diabets tipe 1 ini sering disebut Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau

diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. Penderita penyakit diabetes tipe 1 sebagian

besar terjadi pada orang dibawah usia 30 tahun. Oleh karena itu, penyakit ini sering dijuluki

diabetes anak-anak karena penderitanya lebih banyak terjadi pada anak-anak dan remaja

(Fauzi, 2014 : 73).

b. Diabetes Tipe 2

Penyakit diabetes tipe 2 sering juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

(NIDDM) atau diabetes mellitus tanpa bergantung pada insulin. Penyakit diabetes tipe 2 ini

sering disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula.

Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang sebagian besaar diderita. Sekitar 90 %

hingga 95 % penderita diabetes menderita diabetes tipe 2. Jenis diabetes ini paling sering
diderita oleh orang dewasa berusia lebih dari 30 tahun dan cenderung semakin parah secara

bertahap (Fauzi, 2014 : 75).

c. Diabetes jenis lain

Diabetes terkait Malnutrisi (DMTM) dan diabetes pada kehamilan (gestasional diabetes),

yang timbul hanya pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4)

3. Etiologi

a. Pada Diabetes Tipe 1 (IDDM)

Berkaitan dengan ketidaksanggupan, kerusakan, atau gangguan fungsi pankreas untuk

memproduksi insulin sehingga tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Beberapa penyebab

pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1 ini adalah

sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 73-74) :

1) Keturunan atau genetik

Jika salah satu atau kedua orangtua dari seorang anak menderita diabetes, maka anak tersebut

akan beresiko terkena diabetes.

2) Autoimunitas

Autoimunitas adalah tubuh mengalami alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis selnya

sendiri. Dalam kasus ini alergi yang ada dalam pankreas. Oleh sebab itu, tubuh kehilangan

kemampuan untuk membentuk insulin karena sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel

yang memproduksi insulin.

3) Virus atau zat kimia

Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel atau kelompok sel dalam

pankreas tempat insulin dibuat. Semakin banyak peulau sel yang rusak, semakin besar

kemungkinan seseorang menderita diabetes.

b. Pada Diabetes Tipe 2 (NIDDM)


Diabetes tipe 2 disebabkan karena pankreas tidak bisa memproduksi insulin yang cukup.

Kebanyakan dari insulin yang diproduksi pankreas dihisap oleh sel-sel lemak akibat gaya

hidup dan pola makan yang tidak baik. Karena pankreas tidak dapat membuat cukup insulin

untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik. Beberapa

penyebab utama diabetes tipe 2 sebagai berikut (Fauzi, 2014 : 75-76).

1) Faktor keturunan

Apabila orangtua atau saudara sekandung yang mengalami penyakit ini, maka resiko diabetes

tipe 2 lebih tinggi.

2) Pola makan dan gaya hidup

Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi pemicu utama pankreas tidak dapat

memproduksi insulinsecara maksimal. Mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang

menyajikan makanan berlemak dan tidak sehat merupkan penyebab utama. Kurang olahraga

dan istirahat yang tidak mencukupi juga berpengaruh terhadap munculnya penyakit ini.

3) Kadar kolesterol tinggi

Kadar kolesterol dalam darah yang tinggi akan menyerap insulin yang diproduksi oleh

pankreas. Pada akhirnya, tubuh tidak dapat menyerap insulin ini untuk merubahnya menjadi

energi.

4) Obesitas

Obesitas atau kelebihan berat badan disebabkan oleh timbunan lemak yang tidak positif bagi

tubuh. Seperti kolesterol, lemakjuga akan menyerap produksi insulin pankreas secara habis-

habisan sehingga tubuh tidak kebagian insulin untuk diproduksi sebagai energi.

c. Pada diabetes jenis lain

Misalnya disebabkan oleh karena kerusakan pankreas akibat kurang gizi, obat, hormon atau

hanya timbul pada saat hamil (Waspadji dan sukardji, 2004 : 4).
4. Patofisiologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat kemampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta

pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat

produksi glukosa ysng tidak terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapt disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan

menimbulkan hiperglikemia prospandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa yang tersaring. Akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urine

(glukosauria). Ketika glukosa yang berlebihan dieskresikan kedalam urine, ekskresi ini akan

disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dieresis

osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia), keadaan itu menyebabkan

kehilangan elektrolit dalam sel dan pasien mengalami dehidrasi sehingga dapat menyebabkan

syok.

Defisiensi insulin juga dapat menyebabkan kehilangan kalori, menganggu metabolism

protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami

peningkatan selera makan (poifagia) akibatnya terjadi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Selain itu dengan

kurangnya sel untuk mettabolisme dapat menyebabkan katabolisme lemak yang membuat

meningkatnya asam lemak, serta pemecahan protein yang membuat keton dan ureum

meningkat. Keadaan dimana asam lemak dan keton meningkat dapat mengakibatkan

ketoasidosis. (Nurarif, 2013)

5. Tanda dan gejala

a. Menurut Fauzi ( 2014) pada permulaan gejala Diabetes Melitus yang ditunjukan meliputi:
1) Polidipsia (banyak minum)

Rasa haus dan ingin minum terus. Kadang hal ini sering ditafsirkan karena udara yang panas

dan banyak kerja berat, padahal tanda-tanda ini muncul sebagai awal gejala penyakit DM

2) Polifagia (banyak makan)

Penderita sering makan (banyak makan) ini terjadi akibat kadar gula yang tinggi namun tidak

dapat masuk kedalam seluntuk digunakan dalam proses metabolisme. Ketika kadar gula

darah tidak dapat masuk kedalam sel, tubuh berpikir belum mendapatkan asupan makanan

sehingga mengirim sinyal lapar untuk mendapatkan glukosa lebih banyak agar sel-sel dapat

berfungsi

3) Poliuria (banyak kencing)

Gejala yang sering dirasakan penderita adalah sering kencing dengan volume urine yang

banyak kencing yang sering pada malam hari terkadang sangat mengganggu penderita. Pada

kondisi ini ginjal bekerja sangat aktif untuk menyingkirkan kelebihan glukosa didalam darah.

4) Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah

Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat, merupakan gejala awal yang sering

dijumpai, selain itu rasa lemah dan cepat capek kerap di rasakan.

b. Gejala kronik yang sering timbul adalah :

a. Kesemutan

b. Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum, gatal dan kering

c. Rasa tebal di kulit


d. Kram

e. Mudah lelah dan marah

f. Mudah ngantuk

g. Mata kabur

h. Gatal di sekitar kemaluan (keputihan)

i. Seksual menurun

j. Pada ibu hamil mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan

bayi BB lahir lebih dari 4 kg.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Tes kadar gula darah

Ukuran kadar gula didalam darah harus disesuaikan. Berikut ini kadar gula dalam darah

setelah puasa.

1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 100 mg/dl.

2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 100 sampai 126 mg/dl.

3) Kadar gula darah orang yang menderita diabetes adalah lebih dari 126 mg/dl.

Kadar glukosa darah 2 jam setelah makan (postpranndial) juga dapat mengindikasikan orang

terkena diabetes atau tidak. Berikut ini ukuran kadar gula dalam darah setelah makan 2 jam.

1) Kadar gula darah normal adalah kurang dari 140 mg/dl.

2) Kadar gula darah pradiabetes adalah antara 140 sampai 200 mg/dl
3) Kadar gula darah bagi penderita diabetes adalah lebih dari 200 mg/dl (Fauzi, 2014 : 77-78).

b. Tes toleransi glukosa (TTG)

Menunjang (lebih besar dari 200mg/21), biasanya tes ini dianjurkan utuk pasien yang

menunjang kadar glukosa darah meningkat dibawah kondisi stress.

c. Tes Glukosa Urine

Adanya glukosa dalam urine dapat diperiksa dengan cara benedict (reduksi), yang tidak

khas untuk glukosa, karena dapat positif pada diabetes,

Persiapan Pasien: Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa. Glukosa

Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru.

Tabel 2.1
Hasil pemeriksaan Warna Tes Glukosa Urin
Warna Interpretasi: (1+) s/d ( 4+)
mungkin/diduga DM
Hijau kekuningan dan keruh Positif + (1+): sesuai dengan
0,51% glukosa
Kuning keruh Positif ++ (2+): sesuai dengan
11,5 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan
23,5 % glukosa
Merah keruh Positif ++++(4+): sesuai dengan
> 3,5 % glukosa

d. Tes HbA1C atau tes A1C

Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C) merupakan salah satu pemeriksaan darah

yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. Hasil pemeriksaan A1C

memberikan gambaran rata-rata gula darah selama priode waktu 6-12 minggu dan hasil ini

dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri sebagai dasar untuk

melakuakan penyesuaian terhadap pengobatan diabetes yang dijalani.


Hemoglobin adalah salah satu substansi sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut

oksigen ke seluruh tubuh. Ketika gula darah tidak terkontrol (yang berarti kadar gula darah

tinggi) maka gula darah akan berkaitan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu, rata-

rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula

darah tinggi dalam satu beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan

HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan

usia sel darah merah). Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam

jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).

Tabel 2.2
Kolerasi antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah
HbA1C (%) Rata-rata Gula Darah (mg/dl)
6 135
7 170
8 205
9 240
10 275
11 310
12 345

Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang diabetes antara 4% sampai dengan 6%.

Beberapa studi menunjukan bahwa diabetes yang tidak terkontrol akan mengakibatkan

timbulnya komplikasi, untuk itu pada penyandang diabetes kadar HbA1C ditargetkan kurang

dari 7 %. Semakin tinggi kadar HBa1C maka akan semakin tinggi pula resiko timbulnya

komplikasi, demikian pula sebaliknya (Ernawati 2013 : 85-86).


7. Komplikasi

a. Komplikasi Akut

Gangguan keseimbangan kadar gula darah dalam jangka waktu pendek meliputi

hipoglikemia, ketoasidosis diabetic dan syndrome HHNK (Koma Hiperglikemik

Hiperosmolar Nonketokik) atau Hiperosmolar Nonketokik (HONK). (Ernawati, 2013 : 87-

106).

1) Hipoglikemia

Komplikasi hipoglikemia merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadi pada

perjalanan penyakit DM. Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah

abnormal yang rendah yaitu dibawah 50 hingga 60 mg/d. lGlukosa merupakan bahan bakar

utama untuk melakukan metabolisme di otak. Sehingga kadar glukosa darah harus selalu

dipertahankan diatas kadar kritis, yang merpakan salah satu fungsi penting system pengatur

glukosa darah. Bila glukosa darah turun terlalu rendah dalam batas 20-50 mg/100ml lebih

dari beberapa menit, timbul gejala syok hipopolemik, ditandai oleh iritabilitas progresif yang

menyebabkan pingsan, kejang dan koma.

2) Ketoasidosis Diabetik

Ketoasidosi Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yang

ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisensi

insulin absolute atau relative. Keadaan komplikasi akut ini memerlukan penanganan yang

tepat karena merupakan ancaman kematian bagi diabetes.


3) Synrome Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketokik (HHNK)

Perjalanan keadaan HHNK berlangsung dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu

pada pasien DM tipe 2 yang tidak mengalami absolute defisiensi insulin namun relative

defisiensi insulin. HHNK sering terjadi pada pasien lansia yang tidak menyadari mengalami

DM atau mengalami DM dan disertai dengan penyakit penyerta yang mengakibatkan

menurunnya intake makanan salah satunya seperti infeksi (pneumonia, sepsis, infeksi gigi).

b. Komplikasi Kronis

1) Komplikasi makrovaskuler

a) Penyakit Arteri Koroner

Penyakit arteri koroner yang menyebabkan penyakit jantung koroner merupakan salah satu

komplikas makrovaskuler yang sering terjadi pada penderita DM tipe 1 maupun DM tipe 2.

Proses terjadinya penyakit jantung koroner pada penderita DM disebabkan oleh control

glukosa darah yang buruk dalam waktu yang lama yang disertai dengan hipertensi, resistensi

insulin, hiperinsulinemia, hiperamilinemia, disliedemia, gangguan system koagulasi dan

hiperhomosisteinimia.

b) Penyakit serebrovaskuler

Penyakit serebrovaskuler pasin DM memiliki kesamaan dengan pasien non DM, namun

pasien DM memilki kemungkinan dua kali lipat mengalami penyakit kardiovaskuler. Pasien

yang mengalami perubahan aterosklerotik dalam pembuluh serebral atau pembentukan

emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah sering terbawa aliran darah dan
terkadang terjepit dalam pembuluh darah serebral. Keadaan diatas dapat mengakibatkaan

iskemi sesaat. Gejalanya pusing, vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.

c) Penyakit vaskuler perifer

Pasien DM beresiko mengalami penyakit oklusif arteri perifer dua hingga tiga kali lipat

dibandingkan pasien non-DM. Hal ini disebabkan pasien DM cenderung mengalami

perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah. Pasien

dengan gangguan pada vaskuler perifer akan mengalami berkurangnya denyut nadi perifer

dan kaludikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan). Penyakit oklusif

arteri yang parah pada ekstermitas bawah merupakan penyebab utama terjadinya ganggren

yang berakibat amputasi pada pasien DM.

2) Komplikasi mikrovaskuler

a) Retinopati diabetik

Hiperglikemia yang berlangsung lama merupakan factor resiko utama terjadinya retinopati

diabetik.

b) Nefropati diabetik

Nefropati diabetik merupakan sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan

albuminuria menetap (<33 mg/24 jam) pada minimal 2 kali pemeriksaan dalam waktu tiga

hingga enam bulan. Penyandang DM tipe 1 sering memperlihatkan tanda-tanda penyakit

renal setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sedangkan penderita DM tipe 2 dapat menderita

penyakit renal setelah menderita 10 tahun kemudian.


c) Neuropati Diabetik

Menunjukan adanya gangguan klinis maupun subklinis yang terjadi pada penderita DM tanpa

penyebab neuropati perifer yang lain. (Ernawati, 2013 :106-120)

8. Penatalaksanaan

Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala, mengusahakan keadaan gizi

dimana berat badan ideal dan mencegah terjadinya komplikasi. Dalam pengelolaan diabetes

dikenal 4 pilar utama, yaitu : Penyuluhan (edukasi), perencanaan makanan, latihan jasmani

dan obat hipoglikemik. Tujuan pengelolaan diabetes dapat dibagi atas tujuan jangka pendek

dan tujuan jangka panjang. (Waspadji dan sukardji, 2004 : 5)

a. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya berbaga keluhan/ gejala diabetes sehingga pasien

dapat menikmati kehidupan yang sehat dan nyaman.

b. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai komplikasi baik pada pembuluh darah

(mikroangiopatidan makroangiopati) maupun pada susunan saraf (neurofati) sehingga dapat

menekan angka morbiditas dan mortilitas.

Tujuan pengelolaan diabetes tersebut dapat dicapai dengan senantiasa mempertahankan

control metabolic yang bai seperti dicerminkan oleh normalnya kadar glukosa dan lemak

darah. Secara praktis, criteria pengendalian diabetes adalah sebagai berikut :

1) Kadar glukosa darah puasa : 80-110 mg/dl

Kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan : 110-160 mg/dl


dan HbA1c : 4 -6,5.

2) Kadar kolesterol total dibawah 200 mg/dl

Kolesterol HDL diatas 45 mg/dl

dan trigliserida dibawah 200 mg/dl.

a. Penyuluhan (edukasi)

Edukasi merupakan bagian integral asuhan keperawatan diabetes. Edukasi diabetes adalah

pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan diabetes

yang diberikan pada setiap pasien diabetes. Diasamping kepada pasien diabetes, edukasi juga

diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyrakat beresiko tinggi dan pihak-pihak

perencana kebijakan kesehatan.

Diantara materi edukasi, yang perludiberikan pada pasien diabetes paling tidak adalah

sebagai berikut :

1) Apakah diabetes itu?

2) Factor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diabetes dan upaya-upaya menekannya.

3) Pengelolaan diabetes secara umum.

4) Perencanaan makan dan latihan jasmani

5) Obat-obat hipoglikemik

6) Komplikasi diabetes

7) Pencegahan dan pengenalan komplikasi akut/kronik

8) Pemeliharaan kaki.
b. Perencanaan makan DM

Tujuan perencanaan makan dalam pengelolaan diabetes adalah sebagai berikut (Waspadji

dan sukardji, 2004 : 6) :

1) Mempertahankan kadar glukosa darah dan lipid dalam batas-batas normal.

2) Menjamin nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan anak dan remaja, ibu hamil dan janinnya.

3) Mencapai dan mempertahankan berat badan idaman.

Untuk penentuan status gizi, secara praktis dipakai rumus Brocca yaitu :

1) Berat badan idaman : (tinggi badan - 100) - 10%

2) Berat badan kurang : < 90 %BB idaman

3) Berat badan normal : 90 110 % BB idaman

4) Berat badan lebih : 110- 120 % BB idaman

5) Gemuk : >120 %

Cara menghitung pengukuran keseimbangan energi dengan cara mengukur IMT (Indeks

Masa Tubuh)

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m)

a) IMT yang dihubungkan dengan resiko paling rendah terhadap kesehatan adalah 22-25

b) Berat badan lebih bila IMT antara 25-30

c) Obesitas bila IMT lebih dari 30

1) Menghitung Kebutuhan Kalori


Sebelum menghitung kebutuhan kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih

dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah

dengan rumus Brocca :

Berat badanidaman = 90% X (tinggi badan dalam cm


100 ) X 1 kg

(Waspadji dan sukardji, 2004 : 7).

Catatan : pada laki-laki dengan tinggi badan <160 cm atau

Perempuan < 150 cm, Berlaku rumus :

Berat badanidaman : (tinggi badan dalam cm 100 ) X 1 kg

Tabel 2.3
Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori
Ringan Sedang Berat
Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobik
Memancing Bersepeda Bersepeda
Kerja Lab Bowling Memanjat
Kerja sekertaris Jalan cepat Menari
Mengajar Berkebun Lari

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien

diabetes :

1. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman dengan

sejumlah kalori :
a. Berat badan idaman dalam kg X 30 KKal untuk laki-laki

b. Berat badan idaman dalam kg X 25 KKal untuk perempuan

Kemudian ditambah dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari (lihat

table 2.3). tampak pada table itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang berat.

1) Kerja ringan : tambah 10% dari kalori basal

2) Kerja sedang : tambah 20 % dari kalori basal

3) Kerja berat : tambah 40-100 dari kalori basal

2. Tambahkan kalori sekitar 20-30 % pada keadaan sebagai berikut :

1) Pasien kurus

2) Pasien masih tumbuh kembang

3) Ada stress misalnya infeksi, hamil atau menyusui

Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30% tergantung pada tingkat kegemukannya.

3. Cara lain seperti tertera pada table 2.3 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada table itu

bahwa seseorang dengan beerat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30 KKal/kg

BB idaman. Yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 KKal/kg BB idaman. Dengan

cara ini perlu ditambah-tambahkan lagi.

- Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb:

Pasien kurus : 2300-2500 Kkal

Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal

Pasien gemuk : 1300-1500 Kkal

Tabel 2.4
Kebutuhan Kalori pada Pasien Diabetes
Dewasa kerja santai Kerja sedang Kerja berat
Gemuk 20-25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
(Waspadji dan sukardji, 2004 : 5-12)

Tabel 2.5
Cara Menentukan Kebutuhan Kalori
Nama :..
DATA
TB :..cm BB ideal = 90% (TB 100) kg =..kg ..(a)
(Wanita <150 cm, Pria <160 cm, BB ideal = TB 100 kg)
BB aktual = ..kg Gemuk/Kurus
Jenis kelamin = laki-laki/wanita
Kalori basal = .kalori (laki-laki : 30 kal/kg, wanita : 25 kal/kg (b)
Aktivitas : ringan/ sedang
Umur : ..Thn
PERHITUNGAN KALORI
Kalori basal :a x b =x =..kalori (c)
Koreksi :
Umur . 40 thn -5% x c = -5% x = -...kalori
Aktivitas : ringan : + 20% x c= +20% x... = +..kalori
Sedang : +30% x c= +30% x . = + .kalori
Berat badan : gemuk -20% x c = -20% x .= .kalori
Kurus
+20% x c = +20% x=...kalori
Total kebutuhan =kalori
DIET : DM kalori
(Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 30)

2) Komponen gizi pada diabetes

Menurut Waspadji dan sukardji, 2004, diantaranya

Karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang

berserat tinggi) seperti roti, gandum utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan pasta / mie yang

berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul.

Karbohidrat sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih

baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada dikonsumsi secara terpisah

Lemak

Pembatasan asupan total kolesterol dari makanan hingga < 300 mg / hr untuk membantu

mengurangi faktor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan

proses terjadinya penyakit koroner yang menyebabkan kematian pada penderita diabetes

Protein

Makanan sumber protein nabati (misal : kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) dapat

membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.

Serat

Terdapat pda tumbuh-tumbuhan, biji-bijian dan buah-buahan dan secara fisis dapat dijumpai

dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak larut.

3) Pemanis pada diabetes

Selama ini zat yang ada dipasaran adalh sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylitol,s akarin,

siklamat dan aspartam. Yang mengandung kalori hanyalah sukrosa dan fruktosa. Oleh karena

itu penggunaannya harus dibatasi atau malah dihindari. Yang lain tidak ada atau sangat

sedikit kalorinya. Karena ada petunjuk karsinogenik pada binatang, penggunaan sakarin dan
siklamat sekarang sangat terbatas. Sebenarnya gula masih dapat digunakan dalam jumlah

terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori, misalnya gula dapat digunakan dalam bumbu

masakan (Waspadji dan sukardji, 2004 : 13-14).

c. Latihan jasmani

Menurut Waspadji dan sukardji (2004) , dalam pengelolaan diabetes, latihan jasmani yang

teratur memegang peran penting terutama pada DM tipe 2. Manfaat latihan jasmani yang

teratur pada diabetes antara lain adalah

1) Memperbaiki metabolisme

2) Meningkatkan kerja insulin

3) Membantu menurunkan BB

4) Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri

5) Mengurangi penyakit kardioaskule.

Prinsip latihan jasmani bagi penderita diabetes meliputi :

1) Continuous

Misalnya jogging selama 30 menit, maka penderita DM melakukan jogging tanpa istirahat

selama 30 menit.

2) Rytmical

Misalnya jalan kaki, jogging, berlari, berenang, bersepeda, mendayung, main golf, tenis atau

badminton tidak memenuhi syarat karena boleh berhenti.

3) Interval
Misalnya jalan cepat diselingi jalan lambat, jogging diselingi jalan.

4) Progressive

Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan hingga sedang.

5) Endurence

Seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Ernawati, 2013 :52)

d. Obat Hipoglikemik

Jika pasien telah melaksanakan program makan dan latihan jasmani teratur; namun

pengendalian kadar glukosa darah belum tercapai, perlu ditambahkan obat hipoglikemik baik

oral maupun insulin. Obat hipoglikemk oral (OHO) tidak dianjurkan pada DM dengan

gangguan hati dan ginjal, dapat dijumpai dalam bentuk golongan :

1. Golongan sulfonilurea

Diberikan pada DM tipe 2 yang tidak gemuk, mempunyai efek utama meningkatkan sekresi

insulin oleh sel beta pankreas. Oleh sebab itu sulfonilurea merupakan pilihan utama pada

pasien dengan BB normal atau kurang. Untuk mengurangi resiko hipoglikemik yang

berkepanjangan, pada pasien diabetes usia lanjut, obat golonga sulfonilurea yang waktu

kerjanya panjang (klorpropamid, glibenklamid) sebaiknya dihindari.

2. Golongan biguanid (Metformin)

Diberikan pada DM gemuk, mempunyai efek utama menurunkan puncak glikemik sesudah

makan. Oleh karena itu prinsip kerja obat ini disamping memperbaiki ambilan glukosa
perifer, juga menghambat secara kompetitif absorpsi glukosa di usus maka dianjurkan

pemberiannya pada setiap mulai makan.

3. Inhibitor glukosidase alfa (acarbose)

Pada diabetes dengan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan yang tinggi. Efektif untuk

menurunkan absorpsi glukosa.

4. Insulin

Dberikan pada DM tipe 21, ketoasidosis/ koma hiperosmolar, stress berat berat badan

menurun cepat, DM hami, gagal/ kontraindikasi dengan OHO. Cara kerja utama insulin yaitu

menurunkan produk glukosa hati dan menaikan pemakaian glukosa agar BB naik dan terjadi

penurunan kadar glukosa didalam darah (Waspadji dan sukardji, Jakarta 2004 : 7-8)

B. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Melitus

Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek

keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas

dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam

lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Mc Closkey & Grace, dalam Gusti

2013 : 51).

Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik

keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah

kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu

sebagai berikut (Suprajitno, 2004):


1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah wal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data

pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh dari

pengkajian

a. Berkaitan dengan keluarga

1) Data demografi dan sosiokultural

2) Data lingkungan

3) Struktur dan fungsi keluarga

4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga

5) Perkembangan keluarga

b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga

1) Fisik

2) Mental

3) Emosi

4) Sosio

5) Spiritual

Adapun tujuan pengkajian menurut Suprjitno (2004) yang berkaitan dengan tugas

keluarga dibidang kesehatan, yaitu :

a. Mengetahui Kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal ini yang perlu

dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi

pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan factor yang mempengaruhi serta persepsi

keluarga terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.

b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

yang tepat, perlu dikaji tentang :

1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah.


2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga?

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami?

4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang dialami anggota

keluarga?

5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative) terhadap upaya

kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga?

6) Apakah kelarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan?

7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga keshatan?

8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk melakukan

tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan?

c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga kemampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit, perlu dikaji tentang :

1) Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran,

komplikasi, kemungkinan setelahtindakan, dan cara perawatannya)

2) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakuakan anggota keluarga

3) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara, dan fasilitas untuk merawat anggota keluarga

yang mempunyai masalah kesehatan.

4) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga yang mampu

dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas fisik, dukungan

psikososial).

5) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau membutuhkan bantuan

kesehatan.

d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah sehat

yang seha, perlu dikaji tentang :


1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan

rumah.

2) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan.

3) Pengetahuan keluarga tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan

yang higenis sesuai syarat kesehatan

4) Pengetahuan keluarga tentang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga

5) Kebersamaan anggota keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan keluarga.

e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyaraka, perlu dikaji tentang:

1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan keshatan yang dapat dijangkau

keluarga.

2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.

3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas keshatan melayani.

4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas dan

petugas kesehatan yang melayani?

5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apakah

penyebabnya?

Dari pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga di atas maka diagnosa keperawatan

keluarga yang mungkin muncul pada kasus Diabetes Mellitus adalah (Mubarak, 2012) :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, tanda atau gejala

penyakit Diabetes Mellitus.


b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai

sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Melitus.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan

perawatan Diabetes Mellitus.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang

dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya

pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes

Melitus.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna

perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat

terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga

tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan

penyakit Diabetes Mellitus.

2. Menentukan Diagnosa Keperawatan

Sebelum menentukan diagnoasa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah

dengan menggunakan proses skoring seperti pada tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.6
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Balion dan Maglaya,
1978.
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Krisis 1

Kemungkinan
2 masalah dapat diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
2
Tidak dapat 0
Potensi masalah untuk diubah
3
Tinggi 3
Cukup 2
1
Rendah 1
Menonjolnya masalah
4 Masalah berat harus ditangani 2
Masalah yang tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 1
0

Skoring

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

3. Membuat Perencanaan

Menurut Suprajitno (2004) perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus

yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan criteria dan standar yang mengacu
pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada

criteria dan standar.

Perencanaan yang dapat dilakukan pada Asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes

Melitus ini adalah sebagai berikut (Mubarak, 2012):

a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Melitus yang terjadi pada keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes Melitus.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit

Diabetes Melitus.

Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Melitus

Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit DM, serta

pencegahan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus secara lisan.

Intervensi :

1) Jelaskan arti penyakit Diabetse Melitus.

2) Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Melitus.

3) Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit

Diabetes Melitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan

luasnya masalah Diabetes Melitus.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari Penyakit

Diabetes Melitus.

Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes

Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam

merawat anggota keluarga yang sakit.


Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat DM dan dapat mengambil

keputusan yang tepat.

Intervensi:

1) Diskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Melitus.

2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita

Diabetes Melitus .

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Melitus berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan perawatan Diabetes

Melitus.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita

penyakit Diabetes Melitus.

Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita

Diabetes Melitus setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit Diabetes

Melitus.

Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes

Melitus secara tepat.

Intervensi:

1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Melitus.

2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya

untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat

mempengaruhi penyakit Diabetes Melitus berhubungan dengan kurangnya pemahaman

keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes Melitus .


Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap

penyakit DM.

Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan

pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses

penyakit Diabetes Melitus.

Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit Diabetes

Melitus .

Intervensi :

1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit Diabetes

Melitus misalnya :

a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.

b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

c) Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.

2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan

pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat terhadap pelayanan

atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya segera

datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan penyakit Diabetes Melitus.

Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan

sesuai kebutuhan.

Tujuan : Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi

penyakit Diabetes Melitus setelah dua kali kunjungan rumah.

Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan untuk

perawatan dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus.


Standar : Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.

Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan

pengobatan Diabetes Melitus.

4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan / Implementasi

Menurut Mubarak (2012), tahapan dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk

membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.

Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes

Mellitus, yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada keluarga

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Diabetes

Mellitus

1) Menjelaskan arti penyakit Diabetes Mellitus.

2) Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit Diabetes Mellitus.

3) Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi

penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan keluarga tidak memahami mengenai

sifat, berat dan luasnya masalah Diabetes Mellitus, yaitu :

1) Mendiskusikan tentang akibat penyakit Diabetes Mellitus.

2) Menanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang

menderita Diabetes Mellitus.


c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Mellitus

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan dan

perawatan Diabetes Mellitus, yaitu :

1) Menjelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit Diabetes Mellitus.

2) Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga

khususnya untuk anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang

dapat mempengaruhi penyakit Diabetes Mellitus berhubungan dengan kurangnya

pemahaman keluarga tentang pengaruh lingkungan terhadap faktor pencetus Diabetes

Mellitus, yaitu :

1) Menjaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam.

2) Menggunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.

3) Menggunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya iritasi.

4) Memotivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna

perawatan dan pengobatan DM berhubungan dengan sikap keluarga yang kurang tepat

terhadap pelayanan atau petugas kesehatan atau kurangnya pengetahuan keluarga

tentang pentingnya segera datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk pengobatan

penyakit Diabetes Mellitus.

1) Menjelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan

dan pengobatan Diabetes Mellitus.


5. Melaksanakan Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk melihat

keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil maka perlu disusun rencana baru yang sesuai

(Mubarak, 2012).

Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan Diabetes Mellitus

adalah:

a. Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit Diabetes Mellitus.

b. Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan Diabetes

Mellitus.

c. Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita

Diabetes Mellitus.

d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan

pencegahan.

e. Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi

penyakit Diabetes Melitus

DAFTAR PUSTAKA
Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra Wacana Media,
Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes Melitus
dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.
Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1, Salemba
Medika, Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2, Salemba
Medika, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.
Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta.

Diposkan oleh Daisy Chie di 04.30

You might also like