Professional Documents
Culture Documents
Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan tidak disebabkan oleh faktor tunggal, dan juga tidak terjadi
secara linier. Sebaliknya, kemiskinan bersifat majemuk dan disebabkan
oleh multi faktor yang saling terkait satu dengan yang lain. Secara prinsip
ada tiga faktor penyebab kemiskinan, yaitu faktor struktural, faktor
kultural, dan sumberdaya alam yang terbatas (Mubiyarto, 1993;
Sumodiningrat 1998; Rocman, 2010; Handoyo, 2010).
(2) Praktek ekonomi masih jauh dari nilai-nilai moral Pancasila yang
bertumpu pada kebersamaan, kekeluargaan, dan keadilan. Dalam praktek
kehidupan lebih mengarah pada praktek ekonomi pasar bebas yang
mengagungkan kompetisi dan individu dari pada kebersamaan,
kekeluargaan, dan masih jauh dari nilai keadilan.
(2) Pasal 33 UUD 1945 masih belum efektif untuk diterjemahkan dalam
peraturan organik yang lebih operasional untuk mengatur praktek kegiatan
ekonomi. Undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai turunan dari
pasal 33 tersebut masih dibutuhkan. Sejumlah Undang-Undang Organik
dan peraturan telah dibuat oleh lembaga tinggi negara yang berkompeten.
Namun, bukan berarti permasalahannya selesai dengan Undang-Undang
Organik tersebut. Kenyataanya masih muncul berbagai masalah yang
berdampak pada potensi peningkatan jumlah penduduk miskin.
Pengelolaan sumber daya air, tambang dan gas yang kurang baik dapat
menimbulkan jumlah penduduk miskin. Sebagai contoh sumber daya air
yang tidak terkelola dengan baik menyebabkan air sungai tercemar. Pada
hal selama ini sungai menjadi sumber air keluarga, terutama bagi rumah
tangga miskin. Tidak berfungsinya air sungai sebagai sumber air bersih
menyebabkan rumah tangga miskin membeli air bersih, setidahnya untuk
minum, atau terpaksa mengkonsumsi air yang tercemar tersebut. Sebagai
akibatnya mereka mengeluarkan biaya hidup untuk membeli air. Hal itu
akan menambah jumlah kemiskinan penduduk. Sumber daya alam yang
melimpah tidak otomatis dapat mensejahterakan penduduk sekitar. Kasus
tambang di Papua menggambarkan realitas itu. Tambang emas, tembaga
yang sangat besar itu belum dapat mengentaskan kemiskinan penduduk
sekitar dan membebaskan dari keterbelakangan. Hal itu dapat terjadi
karena: (1) nilai kontrak yang terlalu murah, (2) distribusi hasil yang belum
berpihak pada kaum miskin sekitar, (3) pengelolaan yang salah.
(4) Kepemilikan lahan yang semakin menyempit dan hanya bekerja sebagai
buruh tani.
A. Permasalahan
Permasalahan kemiskinan dilihat dari aspek pemenuhan hak-hak dasar,
kependudukan, ketidakadilan dan kesetaraan gender.
(1) Kagagalan pemenuhan Hak Dasar. Terbatasnya kecukupan dan mutu
pangan, pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi
persyaratan gizi yang masih menjadi persoalan bagi masyarakat miskin,
rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan persoalan
masyarakat miskin.
B. Sasaran
Sasaran penanggulangan kemiskinan dalam lima tahun mendatang adalah
menurunnya jumlah penduduk miskin laki-laki dan perempuan dan
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap. Secara
rinci, sasaran tersebut :
C. Program-program pembangunan
Penanggulangan kemiskinan merupakan masalah yang kompleks. Karena
itu langkah-langkah penanggulangan kemiskinan tidak dapat ditangani
sendiri oleh satu sektor tertentu, tetapi harus multi sektor dan lintas sektor
dengan melibatkan stakeholder terkait untuk meningkatkan efektivitas
pencapaian program yang dijalankan. Oleh sebab itu, strategi yang
ditempuh pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dijabarkan ke
dalam program sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
(2) engganti larangan impor dengan bea masuk yang lebih rendah.
Kemiskinan Struktural.
Semua rasanya sepakat, kalo petani dan nelayan adalah orang-orang yang
sangat rajin. Setiap hari mereka membanting tulang pergi ke sawah,
menanam, menjaga tanaman dari hama, menyiraminya dan menuainya
pada saat panen. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan pekerja keras.
Sifat itu adalah sifat orang kaya semestinya, tetapi kenapa mereka tetap
saja miskin?
Kemiskinan yang terjadi pada mereka adalah kemiskinan struktural. Petani
dan nelayan di Indonesia bukanlah pekerjaan yang membuat bangga,
kehidupan mereka selalu tertindas. Pada saat musim panen, harga hasil
pertanian mereka turun drastis, sedangkan pada musim paceklik, justru
mereka sendiri tidak dapat menikmati harga komoditi pertanian yang
tinggi.
Anehnya, lain di Indonesia, dinegara maju, petani dapat hidup mewah dan
juga dipandang sebagai pekerjaan yang dapat juga menghasilkan lebih.
Pertanian sudah menjadi suatu industri dengan peralatan pertanian yang
modern. Mulai dari membajak sawah, mereka memakai traktor besar,
bukan dengan sapi yang sudah ada sejak jaman Mesir kuno, kemudian
menyiram tanaman dengan sprinkler yang otomatis menyiram pada saat
tertentu. Belum lagi penanganan terhadap hama yang ditangani secara
ilmiah dan bersifat lebih prediktif. Dan pada waktu memanenpun, tenaga
manusia terasa sangat mahal hanya untuk sekedar memanen, karena
semuanya sudah digantikan dengan mesin.
Indonesia adalah negara maritim dengan garis pantai terpanjang di seluruh
dunia. Tetapi petani garam bukan mata pencaharian yang dapat
meningkatkan harkat dan derajat kehidupannya. Lucunya lagi, Indonesia
yang merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang cukup
malah meng-impor kebutuhan garam dari Australia yang notabene adalah
negara sub tropis dengan paparan cahaya sinar matahari yang lebih minim
dari Indonesia. Serajin apapun petani garam di Indonesia, secara struktural
ia termarjinalkan, dan tidak bisa mengangkat derajat hidup keluarganya
dari kemiskinan.
Itulah contoh dari kemiskinan struktural. Kemiskinan yang terjadi karena
strukturnya yang tidak memungkinkan ia untuk berkembang. Kemiskinan
yang terjadi karena faktor luar yang lebih luas. Meskipun ia mempunyai
sifat-sifat yang semestinya membuat ia kaya, tetapi karena strukturnya atau
faktor luar yang tidak mendukung, ia tetap akan terbelit dalam kemiskinan.
Pada jaman penjajahan Belanda dengan VOC-nya dulu, ada istilah tanam
paksa. Rakyat Indonesia dipaksa menanam jenis tanaman tertentu oleh
pemerintah Belanda, semuanya kemudian dikuras untuk diperjualbelikan
di pasaran dunia. Rakyat tidak memusingkan lagi jenis tanaman apa yang
harus ditanam, karena VOC telah mengatur semuanya. VOC mempunyai
kemampuan forecasting jenis tanaman apa yang laku dipasaran, dan juga
ditunjang dengan penelitian ilmiah, kira-kira jenis tanaman apa yang cocok
ditanam pada suatu daerah. Pada waktu tersebut, Indonesia terkenal
sebagai penghasil karet, gula, kopra, cengkeh, coklat dan tanaman lainnya
di seluruh dunia. Rakyat Indonesia tahunya hanya menanam dan untuk
pemasaran, Belanda yang mengatur semuanya. Belanda sangat kaya
karenanya, banyak gedung-gedung yang dibangun di Belanda karena
pengolahan kekayaan bangsa Indonesia itu.
Sayangnya adalah, karena pada waktu itu kita adalah bangsa terjajah, upah
dan hasil tanaman dibeli dengan harga yang sangat tidak layak. Artinya,
secara struktural karena kita adalah bangsa yang terjajah, yang dipaksa
untuk menerima harga yuang ditetapkan oleh si penjajah, maka
kemiskinan tetap ada. Seharusnya pemerintah sekarang meniru apa yang
telah dilakukan pada waktu penjajahan Belanda dulu, tetapi dengan
penetapan harga yang wajar.