You are on page 1of 18

3.

Kemiskinan struktural ialah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh


kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat
sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. Kemiskinan struktural
muncul karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam
menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin
dapat bekerja. Struktur sosial tersebut tidak mampu menghubungkan
masyarakat dengan sumber-sumber yang tersedia, baik yang disediakan
oleh alam, pemerintah maupun masyarakat yang ada disekitarnya. Mereka
yang tergolong dalam kelompok ini adalah buruh tani, pemulung, penggali
pasir dan mereka yang tidak terpelajar dan tidak terlatih. Pihak yang
berperan besar dari terciptanya kemiskinan struktural adalah pemerintah.
Sebab, pemerintah yang memiliki kekuasaan dan kebijakan cenderung
membiarkan masyarakat dalam kondisi miskin, tidak mengeluarkan
kebijakan yang pro masyarakat miskin, Kalau pun ada lebih berorientasi
pada proyek, bukan pada pembangunan kesejahteraan, sehingga tidak ada
masyarakat miskin yang naik kelas. Artinya jika pada awalanya sebagai
buruh, nelayan, pemulung, maka selamanya menjadi buruh nelayan dan
pemulung.

Pada tahun 1970-an dan 1980-an para intelektual mengangkat isu


kemiskinan struktural ini. Kemiskinan ini timbul, karena ada hubungan
sosial ekonomi yang membuat kelompok orang tereksklusi dari posisi
ekonomi yang lebih baik. Penyebab eksklusi adalah ketergantungan
ekonomi pada negara industri maju, struktur perekonomian nasional jatuh
pada segelintir orang (kolusi penguasa dan pengusaha) serta politik dan
hubungan sosial yang tidak demokratis.
Kemiskinan struktural hadir dan muncul bukan karena takdir, bukan
karena kemalasan, atau bukan karena karena nasib. Kemiskinan jenis ini
muncul dari suatu usaha pemiskinan. Suatu usaha untuk menciptakan
jurang semakin lebar saja antara yang kaya dengan yang miskin.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang timbul dari adanya
korelasi struktur yang timpang, yang timbul dari tiadanya suatu hubungan
yang simetris dan sebangun yang menempatkan manusia sebagai obyek.
Kemiskinan struktural timbul karena adanya hegemoni dan justru karena
adanya kebijakan negara dan pemerintah atau orang-orang yang berkuasa,
sehingga justru orang yang termarjinalkan semakin termarjinalkan saja.

Namun dalam beberapa dasawarsa belakangan ini terjadi kecenderungan


fenomena yang berbalik. Beberapa negara berkembang yang penduduknya
mengalami kemiskinan struktural, ternyata mampu bangkit dan
berkembang untuk merebut pasar global (Rohman, 2010). Pertanyaanya,
apakah hal itu pertanda kemiskinan karena faktor struktural tidak ada lagi,
dan yang ada faktor kultural serta kurangnya akses pada kebutuhan dasar?
Hal ini secara empiris perlu mendapat telaah yang lebih mendalam .
(4) Kemiskinan kultural mengacu pada persoalan sikap seseorang atau
masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya. Sikap budaya itu, seperti
tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas,
pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk
membantunya. Sedangkan, kebudayaan kemiskinan, merupakan
kemiskinan yang muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan
yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada
nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya. Ciri dari kebudayaan
kemiskinan ini adalah masyarakat enggan mengintegrasikan dirinya dalam
lembaga-lembaga utama, sikap apatis, curiga, terdiskriminasi oleh
masyarakat luas. Dalam komunitas lokal ditemui ada rumah yang bobrok,
penuh sesak dan bergerombol. Ditingkat keluarga, masa kanak-kanak
cenderung singkat, cepat dewasa, cepat menikah. Pada individu mereka
ada perasaan tidak berharga, tidak berdaya dan rendah diri akut.

Pandangan lain tentang budaya miskin merupakan efek domino dari


belenggu kemiskinan struktural yang menghinggap masyarakat terlalu
lama. Keadaan seperti itu membuat masyarakat apatis, pasrah,
berpandangan jika sesuatu yang terjadi adalah takdir. Dalam konteks
keagamaan disebut dengan paham jabariah. Contoh kemiskinan ini ada
pada masyarakat pedesaan, komunitas kepercayaan atau agama, dan
kalangan marginal lainnya.

Keterkaitan Kemiskinan Struktural dan Kultural


Dalam konteks Indonesia, jika ditinjau dari masalah kemiskinan, secara
tidak langsung menunjukkan adanya keterkaitan antara kemiskinan
struktural dengan kemiskinan kultural. Terlebih status Indonesia selain
sebagai negara berkembang, juga mengalami proses sejarah penjajahan
yang amat panjang, kurang lebih 350 tahun. Dimulai dari pemerintah
kolonial belanda yang menanamkan komersialisasi pertanian dalam bentuk
perpajakan, pembukaan lahan baru dan membuka jalan raya, yang
berdampak pada kemerosotan kesejahteraan petani, memperkaya mereka
yang memiliki modal besar, yaitu elit-elit ekonomi desa. Pasca penjajahan
belanda, pemerintah orde lama memfokuskan pada pembangunan aspek
politik. Proses pengintegrasian wilayah jajahan belanda kedalam pangkuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus berlangsung secara
cepat. Pada fase ini kondisi perekonomian negara jauh dari stabil,
penanganan masalah kemiskinan belum menjadi prioritas sehingga
masyarakat tidak beranjak dari situasi kemiskinannya, karena secara
struktural tidak terprioritaskan.
Pada saat pemerintahan orde baru, kebijakan politik mulai terarahkan
pada usaha mengatasi kemiskinan. Melalui cara pinjaman dana kepada
lembaga donor di luar negeri, seperti IGGI dilakukan secara ekstensif.
Namun, dampak dari kebijakan ini bukan malah menghapus kemiskinan,
melainkan menciptakan kemiskinan babak baru, dimana tumbuhnya
industrialisasi di desa-desa dalam wujud eksploitasi seperti:
pertambangan, penebangan hutan, pembangunan pertanian tanaman
industri dan sebagainya. Kondisi itu pada akhirnya semakin menumbuhkan
disparitas sosial yang semakin akut, dan tidak merubah kehidupan
masyarakat miskin dan malah memperkaya mereka yang sudah kaya.

Oleh karena itu dilihat dari perjalanan kemiskinan diatas, kemiskinan


kultural merupakan buah dari kemiskinan struktural. Masyarakat menjadi
fatalis, semakin pasrah, menganggap miskin sebagai nasib dan garis hidup.
Hal itu sering diperkuat dengan pendekatan keagamaan yang meminta
agar orang tetap selalu bersabar dan bersyukur menerima takdir yang
dialaminya.

Jika dilihat dari argumentasi diatas, mayoritas kemiskinan yang terjadi


merupakan dominasi kemiskinan struktural. Tidak ada proses transformasi
kelas dimana buruh tani tetaplah menjadi buruh tani, begitu pula nelayan,
pemulung, dan lain-lain. Jikapun ada program penanggulangan
kemiskinan sifatnya residual, proyek, insidental, tidak berkelanjutan dan
tidak mengena pada substansi atau menyentuh akar dari kemiskinan.

Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan tidak disebabkan oleh faktor tunggal, dan juga tidak terjadi
secara linier. Sebaliknya, kemiskinan bersifat majemuk dan disebabkan
oleh multi faktor yang saling terkait satu dengan yang lain. Secara prinsip
ada tiga faktor penyebab kemiskinan, yaitu faktor struktural, faktor
kultural, dan sumberdaya alam yang terbatas (Mubiyarto, 1993;
Sumodiningrat 1998; Rocman, 2010; Handoyo, 2010).

Faktor struktural penyebab kemiskinan berupa:

(1) Struktur sosial masyarakat yang menyebabkan sekelompok orang


berada pada lapisan miskin. Keluarga miskin dengan kepemilikan lahan
yang sempit, atau bahkan tidak punya sama sekali. Anak-anak yang lahir
dari keluarga seperti ini, sejak awal sudah mewarisi kemiskinan tersebut.
Mereka sulit mendapatkan akses untuk meningkatkan pendidikan dan
keterampilan untuk memperbaiki kualitas diri dan hidupnya sehingga
jatuh dalam situasi kemiskinan yang tidak jauh berbeda dengan generasi
sebelumnya.

(2) Praktek ekonomi masih jauh dari nilai-nilai moral Pancasila yang
bertumpu pada kebersamaan, kekeluargaan, dan keadilan. Dalam praktek
kehidupan lebih mengarah pada praktek ekonomi pasar bebas yang
mengagungkan kompetisi dan individu dari pada kebersamaan,
kekeluargaan, dan masih jauh dari nilai keadilan.

(2) Pasal 33 UUD 1945 masih belum efektif untuk diterjemahkan dalam
peraturan organik yang lebih operasional untuk mengatur praktek kegiatan
ekonomi. Undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai turunan dari
pasal 33 tersebut masih dibutuhkan. Sejumlah Undang-Undang Organik
dan peraturan telah dibuat oleh lembaga tinggi negara yang berkompeten.
Namun, bukan berarti permasalahannya selesai dengan Undang-Undang
Organik tersebut. Kenyataanya masih muncul berbagai masalah yang
berdampak pada potensi peningkatan jumlah penduduk miskin.
Pengelolaan sumber daya air, tambang dan gas yang kurang baik dapat
menimbulkan jumlah penduduk miskin. Sebagai contoh sumber daya air
yang tidak terkelola dengan baik menyebabkan air sungai tercemar. Pada
hal selama ini sungai menjadi sumber air keluarga, terutama bagi rumah
tangga miskin. Tidak berfungsinya air sungai sebagai sumber air bersih
menyebabkan rumah tangga miskin membeli air bersih, setidahnya untuk
minum, atau terpaksa mengkonsumsi air yang tercemar tersebut. Sebagai
akibatnya mereka mengeluarkan biaya hidup untuk membeli air. Hal itu
akan menambah jumlah kemiskinan penduduk. Sumber daya alam yang
melimpah tidak otomatis dapat mensejahterakan penduduk sekitar. Kasus
tambang di Papua menggambarkan realitas itu. Tambang emas, tembaga
yang sangat besar itu belum dapat mengentaskan kemiskinan penduduk
sekitar dan membebaskan dari keterbelakangan. Hal itu dapat terjadi
karena: (1) nilai kontrak yang terlalu murah, (2) distribusi hasil yang belum
berpihak pada kaum miskin sekitar, (3) pengelolaan yang salah.

(3) Paradigma ekonomi masih bertumpu pada ekonomi neoliberal yang


kapitalistik. Dalam Peradaban global diakui bahwa pengaruh ekonomi
kapitalistik demikian besar. Bahkan peradapan kehidupan umat manusia
pada abad XXI ini telah dimenangkan oleh peradaban kapitalistik. Karena
itu, pemikiran-pemikiran neo liberalisme, di sadari atau tidak banyak
mempengaruhi kebijakakan ekonomi di Indonesia. Praktek ekonomi yang
bertumpu pada modal dan pasar bebas menjadi dasar dalam aktivitas
ekonomi. Sebagai contoh terbaru adalah kebijakan yang longgar terhadap
keberadaan pasar modern supermaket/minimarket. Pemerintah daerah
belum memiliki aturan yang jelas tentang masalah ini. Sementara
dilapangan telah bergulir pembangunan supermaket tersebut demikian
cepatnya. Sebagai akibatnya banyak toko-toko di pasar tradisional atau di
luarnya yang mengalami penurunan pembeli, karena tidak dapat bersaing.
Aturan yang telah ditetapkan jarak 500m dari pasar tradisional, ternyata
tidak dapat berjalan efektif.

(4) Konsistensi terhadap nilai-nilai moral Pancasila yang masih kurang.


Pancasila merupakan seperangkat nilai-nilai luhur dan mulia yang
menggambarkan hubungan mausia dengan Tuhan, Manusia dengan
sesama manusia, dan manusia dengan alam. Jabaran nilai-nilai luhur
tersebut tersurat dan tersirat dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila
mengajarkan praktek ekonomi yang demokratis, berkeadilan, efisien, dan
berkelanjutan, dan menempatkan posisi negara sebagai entitas yang
penting sebagai regulatator dan eksekutor. Namun, kenyataanya praktek
ekonomi lebih berpihak kepada ekonomi modal besar dari pada rakyat.
Nasib ekonomi kerakyatan menjadi kurang jelas, dan kurang berkelnjutan.

Faktor kultural penyebab kemiskinan berupa:

(1) Penyakit individu (patologis) yang melihat kemiskinan sebagai akibat


dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin.
(2) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga.

(3) penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan


dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar.
(4) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi
orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi.

Faktor sumberdaya alam yang terbatas berupa:

(1) Tanah yang semakin tandus dan terkontaminasi bahan kimia.

(2) Curah hujan yang rendah hingga kering.

(3) Wilayah tambang yang sudah tinggal sisa-sisa.

(4) Kepemilikan lahan yang semakin menyempit dan hanya bekerja sebagai
buruh tani.

Upaya Penanggulangan Kemiskinan


Kemiskinan sebagai masalah nasional, bukan hanya tanggung jawab
pemerintah. Jika ingin berhasil untuk mengatasinya, kemiskinan harus
menjadi tanggung jawab bersama bagi semua pelaku pembangunan,
termasuk masyarakat itu sendiri. Kunci pemecahan masalah kemiskinan
adalah memberi kesempatan kepada penduduk miskin untuk ikut serta
dalam proses produksi dan kepemilikan aset produksi. Dalam
penanggulangan kemiskinan terdapat prinsip-prinsip yang perlu dijadikan
acuan dasar peneyelesaian, antara lain:

(1) Menerapkan sistem ekonomi yang demokratis dengan peran


pemerintah sebagai regulator dan eksekutor yang efektif berpihak kepada
kaum miskin.

(2) Pemecahan kemiskinan harus menempatkan kaum miskin sebagai


subyek yang di berdayakan

(3) Komitmen pemecahan masalah kemiskinan harus secara


berkesinambungan dan terintegrsi

(4) Penerapan ekonomi mengacu pada Pasal 33 UU Dasar 1945

(5) Menerapkan pendekatan struktural

(6) Menerapkan pendekatan kultural

(7) Pemecahan secara terpadu, multi dimesional dan saling terkait

Pemecahan Masalah Kemiskinan Suatu Model Indonesia


Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan antara lain tingkat pendapatan, kesehatan,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi geografis, gender dan
kondisi lingkungan. Oleh karena itu model-model pemecahan masalah
kemiskinan perlu dikembangkan secara komprehensif. Berikut sebuah
model penanganan kemiskinan di Indonesia.

A. Permasalahan
Permasalahan kemiskinan dilihat dari aspek pemenuhan hak-hak dasar,
kependudukan, ketidakadilan dan kesetaraan gender.
(1) Kagagalan pemenuhan Hak Dasar. Terbatasnya kecukupan dan mutu
pangan, pemenuhan kebutuhan pangan yang layak dan memenuhi
persyaratan gizi yang masih menjadi persoalan bagi masyarakat miskin,
rendahnya kemampuan daya beli masyarakat merupakan persoalan
masyarakat miskin.

(2) Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kesehatan. Masalah


utama yang menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat miskin
adalah rendahnya akses terhadap layanan kesehatan dasar, rendahnya
mutu layanan kesehatan dasar, kurangnya pemahaman terhadap perilaku
hidup sehat, dan kurangnya layanan kesehatan reproduksi. Masalah lain
rendahnya mutu layanan kesehatan dasar disebabkan oleh terbatasnya
tenaga kesehatan, kurangnya peralatan, dan kurangnya sarana kesehatan.
Pada umumnya tingkat kesehatan masyarakat miskin masih rendah. Angka
Kematian Bayi (AKB) pada kelompok pendapatan rendah selalu di atas
AKB kelompok pendapatan tinggi.

(3) Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan.


Pembangunan pendidikan merupakan salah satu upaya penting dalam
penanggulangan miskin. Berbagai upaya pembangunan pendidikan yang
dilakukan secara signifikan telah memperbaiki tingkat pendidikan.
Pembangunan pendidikan ternyata belum sepenuhnya mampu
memberikan pelayanan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat
sampai saat masih terdapat kesenjangan antar kelompok masyarakat
terutama antara kaya dan miskin, antara perkotaan dan pedesaan. Sebagai
gambaran, rata-rata Angka Partisipasi Sekolah (APS) rasio penduduk
yang bersekolah untuk usia 13-15 tahun pada tahun 2003 mencapai 75,54
%.

(4) Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha. Masyarakat miskin


umumnya, menghadapi permasalahan terbatasnya kesempatan kerja,
terbatasnya peluang usaha, lemahnya perlindungan terhadap asset usaha,
perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama pekerja anak
dan pekerja perempuan seperti pembantu rumah tangga. Masyarakat
miskin terbatas modal dan kurang ketrampilan maupun pengetahuan.
Kondisi ketenagakerjaan pada tahun 2003 menunjukkan belum adanya
perbaikan. Bahkan, berdasarkan angka pengangguran terbuka selama 5
tahun terakhir menunjukkan jumlahnya terus meningkat. Pengangguran
terbuka yang berjumlah sekitar 1.756.639 orang atau 17,2% dari jumlah
angkatan kerja pada tahun 2000 meningkat menjadi sekitar 1.802.553
orang atau 18,3% dari jumlah angkatan kerja pada tahun 2001. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 56,02%. Partisipasi angkatan
kerja yang paling menonjol di daerah pedesaan (58,03%) dan sangat tinggi
untuk laki-laki (80,64%). Kondisi ini mengindikasikan bahwa pemecahan
persoalan tenaga kerja harus mengacu pada penyediaan lapangan kerja
untuk penduduk pedesaan dan laki-laki.

(5) Memburuknya kondisi lingkungan akibat bencana Tsunami. Meningkat


jumlah masyarakat miskin di Nanggroe Aceh Darussalam juga turut
disebabkan terjadinya bencana alam dan tsunami pada tanggal 26
Desember 2004. Masyarakat di daerah pedesaan, perkotaan dan kawasan
pesisir yang sangat terkena dampak sosial budaya dan ekonomi. Banyak
bangunan rumah tempat tinggal yang rusak dan hancur, hilangnya
lapangan kerja dan berusaha seperti kelompok masyarakat nelayan dan
petani.

B. Sasaran
Sasaran penanggulangan kemiskinan dalam lima tahun mendatang adalah
menurunnya jumlah penduduk miskin laki-laki dan perempuan dan
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap. Secara
rinci, sasaran tersebut :

(1) Menurunnya persentase penduduk yang berada dibawah garis


kemiskinan.

(2) Terpenuhinya kecukupan pangan yang bermutu dan terjangkau.

(3). Terpenuhinya pelayanan kesehatan secara kualitas dan kuantitas.

(4). Tersedianya kualitas pelayanan pendidikan dasar yang merata.

(5). Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha.

C. Program-program pembangunan
Penanggulangan kemiskinan merupakan masalah yang kompleks. Karena
itu langkah-langkah penanggulangan kemiskinan tidak dapat ditangani
sendiri oleh satu sektor tertentu, tetapi harus multi sektor dan lintas sektor
dengan melibatkan stakeholder terkait untuk meningkatkan efektivitas
pencapaian program yang dijalankan. Oleh sebab itu, strategi yang
ditempuh pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dijabarkan ke
dalam program sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan

a. Peningkatan distribusi pangan, melalui penguatan dan kapasitas


kelembagaan dan peningkatan infrastruktur pedesaan yang mendukung
sistem distribusi untuk menjamin terjangkau pangan.
b. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan melalui bantuan
pangan kepada keluarga miskin/rawan pangan.

c. Revitalisasi sistem lembaga ketahanan pangan masyarakat.

d. Pemberian subsidi dan kemudahan kepada petani dalam memperoleh


sarana produksi, bibit, pupuk dan obat-obatan pemberantasan hama.

e. Penelitian untuk meningkatkan varietas tanaman pangan unggul.

f. Pelatihan penerapan tehnologi tepat guna untuk meningkatkan


produktivitas dan produksi pertanian.

g. Pengembangan industri pengolahan pangan

h. Pelaksanaan pemantauan ketersediaan, harga bahan pangan di pasar


tradisionil.

2. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat

a. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya.

b. Pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas


dan jaringannya.

c. Pengadaan peralatan dan perbekalan termasuk obat generik.

d. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar mencakup kesehatan ibu dan


anak, keluarga berencana, pemberantasan penyakit menular dan
peningkatan gizi.

e. Pengadaan dan Peningkatan SDM tenaga kesehatan.

3. Program Pelayanan Pendidikan

a. Peningkatan Pendidikan Dasar

b. Peningkatan Pendidikan Menengah dan Tinggi

c. Peningkatan Pendidikan Luar Sekolah


d. Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan IPTEK

e. Peningkatan Apresiasi seni

f. Pelestarian dan Pengembangan Adat Aceh

4. Program Peningkatan Kesempatan Kerja Dan Berusaha

a. Peningkatan kemampuan calon tenaga kerja berkemampuan memasuki


lapangan kerja di dalam negeri dan luar negeri.

b. Peningkatan jaminan keselamatan, kesehatan dan keamanan kerja.

c. Peningkatan ketrampilan kerja bagi calon tenaga kerja.

SEPULUH LANGKAH MENAKLUKAN KEMISKINAN


Penanganan berbagai masalah di atas memerlukan strategi
penanggulangan kemiskinan yang jelas. Pemerintah Indonesia dan
berbagai pihak terkait lainnya memiliki sepuluh langkah yang cukup
komprehensif dalam penanggulangan kemiskinan. Langkah pertama yang
dapat dilakukan oleh pemerintahan adalah menyelesaikan dan
mengadaptasikan rancangan strategi penanggulangan kemiskinan yang
telah berjalan, dan langkah berikutnya adalah pelaksanaan yang konsisten.
Pada tahap kedua inilah pemerintahpemerintah daerah sering
mengalami kegagalan. Berikut ini dijabarkan sepuluh langkah yang dapat
diambil dalam mengimplemen-tasikan strategi pengentasan kemiskinan
tersebut.

1. Peningkatan fasilitas jalan dan listrik di pedesan. Berbagai


pengalaman di China, Vietnam dan juga di Indonesia sendiri menunjukkan
bahwa pembangunan jalan di area pedesaan merupakan cara yang efektif
dalam mengurangi kemiskinan. Jalan nasional dan jalan provinsi di
Indonesia relatif dalam keadaan yang baik. Tetapi, setengah dari
jalankabupaten berada dalam kondisi yang buruk.Walaupun berbagai
masalah di atas terlihat rumit dalam pelaksanaannya, solusinya dapat
terlihat dengan jelas:
(1) Menjalankan program skala besar untuk membangun jalan pedesaan
dan di tingkat kabupaten.

(2) Membiayai program di atas melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).

(3) Menjalankan program pekerjaan umum yang bersifat padat karya.


(4) Menjalankan strategi pembangunan fasilitas listrik pada desa-desa yang
belum menikmati tenaga listrik

2. Perbaikan tingkat kesehatan melalui fasilitas sanitasi yang


lebih baik.Untuk mengatasi hal tersebut ada dua hal yang dapat
dilakukan:
(1) Pada sisi permintaan. Pmerintah dapat menjalankan kampanye
publik secara nasional untuk meningkatkan kesadaran dalam penggunaan
fasilitas sanitasi yang lebih baik. Biaya yang diperlukan untuk kampanye
tersebut tidaklah terlalu tinggi, sementara menjanjikan hasil yang cukup
baik.
(2) Pada sisi penawaran, tentu saja penyediaan sanitasi harus
diperbaiki. Aspek terpenting adalah membiayai investasi di bidang sanitasi
yang akan terus meningkat. Dua pilihan yang dapat dilakukan adalah:
(a) mengadakan kesepakatan nasional untuk membahas masalah
pembiayaan fasilitas sanitasi dan

(b) mendorong pemerintah lokal untuk membangun fasilitas sanitasi pada


tingkat daerah dan kota; misalnya dengan menyediakan DAK untuk
pembiayaan sanitasi ataupun dengan menyusun standar pelayanan
minimum.

3. Penghapusan larangan impor beras. Larangan impor beras yang


diterapkan bukanlah merupakan kebijakan yang tepat dalam membantu
petani. Tetapi kebijakan yang merugikan orang miskin. Studi yang baru
saja dilakukan menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 juta orang masuk dalam
kategori miskin akibat dari kebijakan tersebut. Oleh karena beberapa
langkah di bawah ini patut mendapat perhatian:
(1) Penghapusan larangan impor beras.

(2) engganti larangan impor dengan bea masuk yang lebih rendah.

(3 Memperbolehkan siapapun untuk melakukan impor.

4. Pembatasan pajak dan retribusi daerah yang merugikan usaha


lokal dan orang. Salah satu sumber penghasilan terpenting bagi
penduduk miskin di daerah pedesaan adalah wiraswasta dan usaha
pendukung pertanian. Oleh karena itu pemerintah dapat berusaha
menurunkan beban yangditanggung oleh penduduk miskin dengan cara:
(1) Menggantikan sistem pajak daerah yang berlaku dengan mengeluarkan
daftar sumber penghasilan yang boleh dipungut oleh pemerintah daerah.
(2) Menghentikan pungutan pajak dan retribusi daerah yang tidak
diperlukan, dengan mengharuskan pemerintah daerah untuk mengadakan
pengkajian dampak suatu peraturan sebelum mengeluarkan pungutanbaru.
(3) Menciptakan dan memperbaiki sistem pelayanan satu atap dan
meningkatkan kemampuan serta pemberian insentif pada berbagai elemen
pemerintahan daerah. (4) Membentuk sebuah komisi dalam mengawasi
pungutan-pungutan liar dan pembayaran yang dilindungi.
5 Pemberian hak penggunaan tanah bagi penduduk miskin.
(1) mepercepat program sertifikasi tanah secara dramatis agar setidaknya
mencapai tingkatan yang sama dengan rata-rata negara Asia Timur
lainnya.

(2) Mengkaji ulang dan memperbaiki undang-undang pertanahan,


kehutanan dan juga pertanian.

(3) Mengkaji kemungkinan redistiribusi tanah milik perusahan negara


yangtidak digunakan kepada masyarakat miskin yang tidak memiliki tanah.

(4) Mengakomodasi kepemilikan komunal atas tanah sebagai salah satu


bentuk kepemilikan. Prinsip yang terpenting adalah kepastian dalam
penggunaan tanah, bukan hanya pada kepemilikan secara pribadi.

(5) Mendukung adanya penyelesaian masalah pertanahan secara


kekeluargaan, disamping membentuk peradilan khusus mengenai masalah
pertanahan.

(6) Mempersiapkan peraturan yang menjamin kepastian hukum bagi


masyarakat miskin yang tinggal di area perhutanan.

6. Membangun lembaga-lembaga pembiayaan mikro (LPM) yang


memberi manfaat pada penduduk miskin. Berbagai langkah penting
yang dapat diambil untuk meningkatkan akses penduduk miskin atas
kredit pembiayaan adalah:
(1) Menyelesaikan rancangan undang-undang mengenai LPM yang
memberikan dasar hukum dan kerangka kelembagaan bagi lembaga
pembiayaan mikro untuk menghimpun dan menyalurkan dana bagi
penduduk miskin.

(2) Membangun hubungan antara sektor perbankan dengan LPM, misalnya


dengan memberikan kesempatan bagi BKD untuk menjadi agen untuk
bank-bank komersial dalam menghimpun dan menyalurkan dana.
(3) Menghentikan penyaluran bantuan modal dan skema pinjaman yang
disubsidi. Dana sebanyak tiga trilliun rupiah yang selama ini disalurkan,
dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan lembaga
pembiayaan mikro, baik yang formal maupun yang berasal dari inisiatif
masyarakat setempat, untuk dapat mengjangkau kalangan yang lebih luas.

(4) Mengesahkan revisi Undang-Undang Koperasi guna memberikan


kerangka hukum yang lebih baik untuk pengembangan pembiayaan

7. Perbaikan atas kualitas pendidikan dan penyediaan


pendidikan transisi untuk sekolah menengah. Pemerintah dapat
memperbaiki kualitas pendidikan dan mencegah terputusnya pendidikan
masyarakat miskin dengan cara:
(1) Membantu pengembangan Manajemen dan pembiayaan pendidikan
yang bertumpu pada peran sekolah.

(2) Menyediakan dana bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin.

(3) Mengubah beasiswa Jaring Pengaman Sosial

8. Mengurangi tingkat kematian ibu pada saat persalinan.


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan
angka kematian tersebut, yaitu:

(1) Meluncurkan kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran atas


manfaat penanganan medis professional pada saat persalinan, serta
periode sebelum dan sesudahnya.

(2) Menyediakan bantuan persalinan gratis bagi penduduk miskin,

(3) Meningkatkan pelatihan bagi bidan desa,

9. Menyediakan lebih banyak dana untuk daerah-daerah


miskin. Pemberian dana yang terarah dengan baik dapat membantu
masalah ini. Untuk memecahkan masalah tersebut, pemerintah dapat
melakukan beberapa hal di bawah ini:
(1) Memperbaiki formulasi Dana Alokasi Umum (DAU) agar
memungkinkan pemerintah daerah dapat menyediakan pelayanan dasar
yang cukup baik. DAU dimaksudkan untuk membantu kesenjangan
keuangan antar daerah berdasarkan formula yang memperhitungkan
tingkat kemiskinan, luas wilayah, jumlah penduduk, biaya hidup dan
kapasitas fiskal.
(2) Meningkatkan pemberian DAK untuk menunjang target program
nasional pengentasan kemiskinan. Dana Alokasi Khusus dapat menjadi
insentif bagi pemerintah daerah untuk memenuhi target penurunan tingkat
kemiskinan.

10. Merancang perlindungan sosial yang lebih tepat


sasaran. Pemerintah dapat meningkatkan bantuan pada masyarakat
miskin disamping mengadakan penghematan dengan cara:
(1) Mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM).

(2) Menggunakan tabungan pemerintah yang ada untuk mengembangkan


program perlindungan sosial,

(3) Memperbaiki penetapan sasaran agar dapat menyentuh lebih banyak


penduduk miskin.

(4) Membentuk gugus tugas yang mengkaji sistem perlindungan sosial.

Kemiskinan Struktural.
Semua rasanya sepakat, kalo petani dan nelayan adalah orang-orang yang
sangat rajin. Setiap hari mereka membanting tulang pergi ke sawah,
menanam, menjaga tanaman dari hama, menyiraminya dan menuainya
pada saat panen. Mereka adalah orang-orang yang rajin dan pekerja keras.
Sifat itu adalah sifat orang kaya semestinya, tetapi kenapa mereka tetap
saja miskin?
Kemiskinan yang terjadi pada mereka adalah kemiskinan struktural. Petani
dan nelayan di Indonesia bukanlah pekerjaan yang membuat bangga,
kehidupan mereka selalu tertindas. Pada saat musim panen, harga hasil
pertanian mereka turun drastis, sedangkan pada musim paceklik, justru
mereka sendiri tidak dapat menikmati harga komoditi pertanian yang
tinggi.

Anehnya, lain di Indonesia, dinegara maju, petani dapat hidup mewah dan
juga dipandang sebagai pekerjaan yang dapat juga menghasilkan lebih.
Pertanian sudah menjadi suatu industri dengan peralatan pertanian yang
modern. Mulai dari membajak sawah, mereka memakai traktor besar,
bukan dengan sapi yang sudah ada sejak jaman Mesir kuno, kemudian
menyiram tanaman dengan sprinkler yang otomatis menyiram pada saat
tertentu. Belum lagi penanganan terhadap hama yang ditangani secara
ilmiah dan bersifat lebih prediktif. Dan pada waktu memanenpun, tenaga
manusia terasa sangat mahal hanya untuk sekedar memanen, karena
semuanya sudah digantikan dengan mesin.
Indonesia adalah negara maritim dengan garis pantai terpanjang di seluruh
dunia. Tetapi petani garam bukan mata pencaharian yang dapat
meningkatkan harkat dan derajat kehidupannya. Lucunya lagi, Indonesia
yang merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang cukup
malah meng-impor kebutuhan garam dari Australia yang notabene adalah
negara sub tropis dengan paparan cahaya sinar matahari yang lebih minim
dari Indonesia. Serajin apapun petani garam di Indonesia, secara struktural
ia termarjinalkan, dan tidak bisa mengangkat derajat hidup keluarganya
dari kemiskinan.
Itulah contoh dari kemiskinan struktural. Kemiskinan yang terjadi karena
strukturnya yang tidak memungkinkan ia untuk berkembang. Kemiskinan
yang terjadi karena faktor luar yang lebih luas. Meskipun ia mempunyai
sifat-sifat yang semestinya membuat ia kaya, tetapi karena strukturnya atau
faktor luar yang tidak mendukung, ia tetap akan terbelit dalam kemiskinan.

Untuk penanganan masalah kemiskinan struktural ini, pemerintah harus


lebih berperan aktif. Pemerintah harus berpikiran dan mempunyai sifat
seperti seorang kaya. Pemerintah harus mempunyai pemikiran jauh
kedepan, mempunyai planning dan mimpi akhir dari suatu perjalanan
bangsa ini, sehingga semua daya dan upaya diarahkan untuk mencapai
mimpi tersebut.
Beberapa contoh dibawah menunjukkan peranan pemerintah yang
seharusnya dilakukan.

Fadel Muhammad adalah seorang pengusaha yang pernah menjadi


Gubernur yang sukses di Gorontalo. Pada saat kepemimpinannya, ia
melihat bahwa Gorontalo mempunyai potensi pertanian jagung.
Permintaan jagung dunia sangat besar, terutama Jepang, dimana jagung
dijadikan bahan mentah untuk pembuatan minyak. Sejak beliau menjadi
Gubernur, ia menggalakkan gerakan menanam jagung. Ia berjanji kepada
masyarakat agar tidak memusingkan masalah pemasaran, karena ia
menjamin semuanya akan terserap dengan harga minimal yang telah
ditetapkan. Pemda-lah yang kemudian giat mencari pemasaran keluar
negeri. Sebuah sinergi yang sangat baik. Petani yang mempunyai sifat rajin
dan hanya tahu bertani saja tetapi tidak mengerti mengenai masalah
pemasaran. Sedangkan pemerintahnya bersifat proaktif, mempunyai
kemauan yang kuat, dan tidak mementingkan dirinya sendiri. Semuanya
kemudian jadi terangkat derajat hidupnya, kemiskinan hanya tinggal
cerita. Pemerintah telah memutuskan penghalang seseorang untuk menjadi
kaya, kemiskinan struktural berkurang drastis, dan apabila tetap masih ada
aja orang yang miskin, hanyalah kemiskinan kultural yang ada.

Pada jaman penjajahan Belanda dengan VOC-nya dulu, ada istilah tanam
paksa. Rakyat Indonesia dipaksa menanam jenis tanaman tertentu oleh
pemerintah Belanda, semuanya kemudian dikuras untuk diperjualbelikan
di pasaran dunia. Rakyat tidak memusingkan lagi jenis tanaman apa yang
harus ditanam, karena VOC telah mengatur semuanya. VOC mempunyai
kemampuan forecasting jenis tanaman apa yang laku dipasaran, dan juga
ditunjang dengan penelitian ilmiah, kira-kira jenis tanaman apa yang cocok
ditanam pada suatu daerah. Pada waktu tersebut, Indonesia terkenal
sebagai penghasil karet, gula, kopra, cengkeh, coklat dan tanaman lainnya
di seluruh dunia. Rakyat Indonesia tahunya hanya menanam dan untuk
pemasaran, Belanda yang mengatur semuanya. Belanda sangat kaya
karenanya, banyak gedung-gedung yang dibangun di Belanda karena
pengolahan kekayaan bangsa Indonesia itu.
Sayangnya adalah, karena pada waktu itu kita adalah bangsa terjajah, upah
dan hasil tanaman dibeli dengan harga yang sangat tidak layak. Artinya,
secara struktural karena kita adalah bangsa yang terjajah, yang dipaksa
untuk menerima harga yuang ditetapkan oleh si penjajah, maka
kemiskinan tetap ada. Seharusnya pemerintah sekarang meniru apa yang
telah dilakukan pada waktu penjajahan Belanda dulu, tetapi dengan
penetapan harga yang wajar.

Pemerintah dengan kebijakannya, harus merubuhkan semua benteng


penghalang yang membuat potensi untuk menjadi kaya dari rakyatnya
menjadi tersumbat. Semoga Indonesia yang alamnya telah kaya tetapi
belum mampu mengkayakan penduduknya akan segera keluar dari lingkar
kemiskinan.

Selain Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural, ada yang


mengatakan bahwa salah satu penyebab kemiskinan adalah Kemiskinan
Natural.
Dalam Kemiskinan Natural disebutkan bahwa yang menjadi penyebab dari
suatu kemiskinan adalah kondisi alam.

Saya tidak sependapat adanya Kemiskinan Natural. Mengatakan bahwa


kondisi alam menjadi salah satu penyebab kemiskinan sangat tidak tepat.
Kita mengetahui bahwa negara-negara yang berada dalam kondisi ekstrim
tidak berarti mengalami kemiskinan. Timur Tengah dengan kondisi alam
yang sangat tandus justru makmur dengan adanya potensi minyak dan gas.
Tetapi perlu diingat, negara Eropa, dengan kandungan migas yang
terbatas, justru menjadi leader didalam teknologi eksploitasi minyak dan
gas.
Negara Jepang adalah negara yang rawan gempa, tetapi menjadi salah satu
negara maju. Disisi lain, banyak daerah yang sebelumnya hijau dan sangat
potensial perekonomiannya, tetapi kemudian menjadi gundul dan tandus
serta tidak ekonomis lagi, karena salah perencanaan.

Mengatakan Kemiskinan natural sebagai bagian dari penyebab kemiskinan


merupakan pembenaran terhadap ketidakberdayaan atau kemalasan
manusia.

You might also like