You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan penglihatan dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk berespon
terhadap stimulus, belajar, dan dapat mempengaruhi kemampuan anak melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri. Deteksi dini dan rujukan dini dapat meminimalkan
efek-efek gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan dapat memberitahu praktisi
kesehatan terhadap kelainan yang didapat dan kelainan congenital yang mendasari
(Engel, 2009).

Retinoblastoma adalah keganasan primer intraokular yang paling sering terjadi


pada anak dan mewakili sekitar 3% dari keseluruhan kasus keganasan pada anak (Kanski,
2007). Menurut American Academy of Ophthalmology (2007), frekuensi Retinoblastoma
1 : 14.000 sampai 1 : 20.000 kelahiran hidup, bergantung pada masing-masing negara.

Retinoblastoma merupakan tumor masa kanak-kanak yang jarang namun bisa


berakibat fatal. Dua pertiga kasus muncul sebelum akhir tahun ketiga. Meskipun jarang,
berdasarkan kasus yang dilaporkan, retinoblastoma timbul hampir di segala usia (Shetlar,
2010). Pada 90% kasus, diagnosis ditegakkan sebelum akhir tahun ketiga (Fredrick,
2010).

Manifestasi klinik retinoblastoma bervariasi tergantung pada stadium waktu tumor


terdeteksi. Tanda permulaan pada kebanyakan penderita adalah reflek pupil putih
(leukokoria). Leukokoria terjadi karena reflek cahaya oleh tumor yang putih. Tanda
kedua yang paling sering adalah strabismus. Tanda yang kurang sering meliputi
pseudohipopion (sel tumor yang terletak inferior di depan iris), disebabkan oleh benih
tumor di kamera inferior mata, hifema (darah yang terdapat di depan iris) akibat
neovaskularisasi iris, perdarahan vitreus, atau tanda selulitis orbita. Pemeriksaan tumor
akan tampak sebagai massa putih, kadang-kadang kecil dan relative datar, kadang-kadang
besar dan menonjol. Ia mungkin tampak nodular. Kekeruhan vitreus dan benih tumor
mungkin nyata (Nelson, 2000). Secara umum, semakin dini penemuan tumor maka,
semakin besar pula kemungkinan untuk menyelamatkan organ penglihatan dan
mengurangi resiko metastase yang lebih luas.
Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil ukuran tumor besar sebelum
dilakukan terapi jenis lain dan terkadang sebagai terapi tunggal (Shetlar, 2010).
Kemoterapi digunakan untuk meminimalkan efek yang terjadi akibat modalitas terapi
lain, seperti enukleasi yang dapat menyebabkan kehilangan bola mata, atau External-
beam Radiation Therapy yang dapat mengakibatkan kerusakan lensa atau saraf optik
akibat dari proses pengobatan yang berkaitan dengan radiasi (Kim dkk, 2003).

Penatalaksanaan medis selain kemoterapi terdapat juga radioterapi plaque atau


external beam, krioterapi, atau fotokoagulasi laser atau sampai melakukan enukelusi pada
tumor yang sudah besar. Penanganan pada kasus ini berlangsung lama dan dilakukan
selama di rumah sakit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus
retinoblastoma pada An. MBH (3 tahun) yang ditemukan pada RSUP Dr. Kariadi
Semarang.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak yang
mengalami retinoblastoma.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan asuhan keperawatan ini adalah
mahasiswa:
- Mampu mengidentifikasi masalah fisik yang muncul pada anak
dengan retinoblastoma.
- Mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
retinoblastoma.
BAB IV
PEMBAHASAN
An. MBH (3 tahun) masuk RSUP Dr. Kariadi pada 27 Maret 2017 pukul 09.00 WIB dan
masuk ruangangan anak lantai 1 kemudian dilakukan pengkajian pada pukul 13.00 WIB.
An. MBH masuk dengan diagnosa Retinoblastoma yang membesar sejak bulan februari
dan mengalami penonjolan keluar. Klien dirujuk ke RSUP Dr. Kariadi untuk melakukan
kemoterapi dan pemantauan. Keluaraga atau Tn. Bz mengatakan anak memiliki riwayat
jatuh sejak kecil dan penglihatan serta nyeri mata sejak kecil. Tn. Bz mengatakan tidak
terdapat masalah pada saat anak didalam kandungan samapai dengan melahirkan.
Riwayat tumbuh kembang anak pun berlangsung baik.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil : RR = 24 x/menit, S= 37 0C,


HR = 110 x/menit, serta klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan. Status gizi klien
baik. Pada pemeriksaan fisik mata terdapat pembesaran pada mata bagian kanan dengan
data yang didapat adalah : leukolasia, funduskopi dan pupil melebar, gukoma, warna iris
tidak normal dan terdapat nyeri tekan. Saat dikaji skala nyeri pada klien adalah 3 yaitu
tahap menganggu aktifitas.

Diagnosa dan tindakan keperawatan yang sudah didapat adalah sebagaiberikut :

1. Ansietas berhubungan dengan perubahan penurunan status kesehatan (00146).

Didapat dari data subjektif Tn. Bz mengatakan klien mengatakan klien memang
sering menangis jika ada tim medis yang mendekatinya. Tn Bz mengatakan anak
mengeluh pusing dan tidak nyaman. Data objektif yang didapat adalah anak tampak
menangis dan hanya ingin digendong, RR = 24 x/mnt, HR = 110 x/menit, keluarga dan
klien tampak gelisah.

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah Aniety Reduction (5820) yaitu mebuat
keluarga atau klien merasa tenang dengan menkaji ansietas klien, melakukan pendekatan
bhsp dengan klien, mendampingi klien dan meningkatkan keselamatan klien serta
membantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi situasi yang menentukan ansietas.
Management Koping (5230) yaitu : menganjurkan untuk selalu berbagai cerita dan
keluarga untuk selalu melaporkan / berkonsultai dengan tim kesehatan mengenai kondisi
klien saat ini.

Masalah ini teratasi pada hari ketiga dengan data Tn. Bz mengatakan akan mengasuh
klien dengan membuat anak tidak menangis lagi, anak tampak tenang dengan keberadaan
orang tuanya. Tn. Bz juga mengetahui tentang keadaan Anak. Serta mengajurkan untuk
selalu mendampingi klien dan mengajurkan untuk selalu melaporkan / berkonsultai
dengan tim kesehatan mengenai kondisi klien saat ini.

2. Nyeri Kronis berhubungan dengan kompresi otot intraokular mata (0013)

Data subjektif Tn. Bz mengatakan anak sering mengeluh nyeri pada mata kanan,
Nyeri mata kanan sudah muncul sejak 1 tahun lalu. Data Objektif Pengakajian nyeri
dengan FPS didapat nilai 3 yaittu nyeri menganggu aktivitas. HR= 110x/menit, RR= 24
x/,menit, S= 37 0 c, mata kanan bengkak dan terlihat menonjol keluar.

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah paint management (1400) yaitu :


melakukan pengkajian nyeri dengan FPRS atau Face Paint Rating Scale sesuai umur
klien, mengedukasi keluarga klien dalam melakukan penatalaksanaan nyeri secara
farmakologi ataupun non farmakologi. Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan terapi
farmakologis dan non farmakologis. Strategi penanganan nyeri secara farmakologis yang
digunakan saat ini berpedoman pada pedoman yang dikeluarkan oleh WHO, sebagai
berikut :

- By the clock. Terapi harus diberikan dengan jadwal tertentu untuk mencegah awitan
nyeri.

- By the appropriate route. Terapi harus diberikan dengan cara yang mudah dan dapat
diterima oleh pasien.

- By the child. Pemberian dosis terapi harus disesuaikan dengan kondisi pasien.

Intervensi non farmakologis yang sesuai umur dapat digunakan untuk mengurangi rasa
nyeri. Tindakan ini tidak dapat mengganti peran analgesik, melainkan meningkatkan
efektivitas terapi farmakologis. Distraksi atau mengalihkan perhatian dapat dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri yang disebabkan tindakan medis, seperti pemasangan infus
atau pemberian sitostatik. Teknik lain yang dapat menenangkan anak adalah dengan
memegang, memijat, mengelus, dan mengayun.

Masalah keperawatan ini teratasi pada hari kedua, dengan hasil Nyeri yang seelumnya
dialami anak jarang muncul dan anak tampak tenang. HR= 116 x/mnt, RR= 26 x/menit,
Suhu = 36,8 0 C. Menganjurkan untuk selalu memantau muncul tanda-tanda nyeri dengan
respon verbal ataupun nonverbal.

3. Resiko cidera berhubungan dengan hambatan fisik retinoblatoma (00035)

Data Subjektif Tn. Bz mengatakan An. Mengeluh penglihatannya kabur dan anak
mempunyai riwayat jatuh berulangkali sejak kecil. Data Objektif skor Humpty Dumpty
menunjukkan skor 16 yaitu resiko jatuh, serta pada mata kanan terlihat tumor.

Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah manajemen lingkungan (6486) dengan :


mengidentifikasi kebutuhan klien, menggunakan peralatan pelindung untuk melindungi
klien. Dan pencegahan jatuh ( 6490) dengan mengidentifikasi kekurangan baik kognitif
atau fisik klien, dan berkolaborasi dengan keluarga untuk pendampingan klien untuk
mengurangi resiko jatuh. Serta perawatan waktu istirahat yaitu : kolaborasi antar keluarga
untuk merawat klien dan memberlakukan waktu istirahat seperti dengan membuat jadwal
dalam mendampingi klien.

Masalah keperawatan ini teratasi pada tanggal 28 Maret 2017 dengan hasil : Ny. R beserta
keluarga mengatakan sudah meningkatkan keamanan saat anak tidur. Anak tampak
tenang dan keluarga selalu menjaga serta mendampingi klien selama di rumah sakit.
Menganjurkan untuk meningkatkan keamanan klien di rumah sakit , dirumah atau dimana
pun klien berada untuk menemani dan meminimalisir resiko jatuh atau cidera,
BAB V
KESIMPULAN SARAN
A. Kesimpulan
Retinoblastoma adalah keganasan primer intraokular yang paling sering terjadi pada
anak dan mewakili sekitar 3% dari keseluruhan kasus keganasan pada anak (Kanski,
2007) . Kasus pada An. MBH (3 tahun) yang mengalami retinoblastoma dan di rawat
RSUP Dr. Kariadi di Ruang Anak Lt 1, yang sudah dilakukan asuhan keperawatan selama
3 hari dan diperoleh hasil :

1. Ansietas berhubungan dengan perubahan penurunan status kesehatan (00146). indakan


keperawatan yang dilakukan adalah Aniety Reduction (5820) dan Management Koping
(5230)

2. Nyeri Kronis berhubungan dengan kompresi otot intraokular mata (0013). paint
management (1400) yaitu : melakukan pengkajian nyeri dengan FPRS atau Face Paint
Rating Scale sesuai umur klien, mengedukasi keluarga klien dalam melakukan
penatalaksanaan nyeri secara farmakologi ataupun non farmakologi.

3. Resiko cidera berhubungan dengan hambatan fisik retinoblatoma (00035) Tindakan


keperawatan yang dilakukan adalah manajemen lingkungan (6486) dan pencegahan jatuh
( 6490)

Dalam 3 hari peawatan di rumah sakit, maslaah keperawatan An. MBH teratasi dan
dilanjutkan dengan tindakan kolaborasi dengan keluarga untuk monitoring kondisi
kesehatan klien selama di rumah.

B. Saran

a. Bagi Mahasiswa.
Mempelajari secara komperhensif tentang pengakajian fisik yang khas ditemui,
analisa data yang muncul, perencanaan tindakan keperawatan, pelaksanaan tindakan
keperawatan menganalisa respon yang muncul dan mengevaluasi seluruh tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan anak
dengan kasus Retinoblastoma.
b. Pelayanan Kesehatan.
Saran untuk pelayanan di rumah sakit agar asuhan keperawatan yang diberikan
tidak hanya sebatas masalah fisik saja, namun juga dapat diberikan asuhan
keperawatan psikososial pada pasien di ruang rawat sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit. Sedangkan saran untuk perawat ruangan agar dapat terus
memotivasi dan melibatkan anak dan keluarga dalam setiap pemberian asuhan
keperawatan serta lebih memperhatikan tumbuh kembang pada anak dan memotivasi
dan mengembangkan penanganan nyeri yang komprehensif terhadap anak.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria. M, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, dan Cheryl M.


Wagner. 2016 . Nursing Intervention Classification (NIC) Edisi ke enam. CV
Mocomedia . Elsevier Inc.
Herman T. Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi / Nanda International Inc. Nursing diagnose : Definition &
Classification 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC
Morhead, Sue, Marion Jhonson, Meridean L. Maas dan Elizabeth Swanson. 2016 .
Nursing Outcomes Clasification (NOC) / Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi
kelima . CV Mocomedia . Elsevier Inc.
Wright KW. Retinoblastoma and other malignant intraocular tumors. In: Handbook of
Pediatric Retinal Disease. New York: Springer;2006. p. 246-83

Engel, Joyce. 2009. Pengkajian Pediatrik. Jakarta: EGC

Damayani dan endang.2005. Penanganan Nyeri pada Keganasan. Sari Pediatri, Vol. 7,
No. 3, Desember 2005: 153 - 159

You might also like