You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

WHO 1972, mendefinisikan kebutaan sebagai tajam penglihatan dibawah


3/60. kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi setiap
negara. Berdasarkan WHO (1979), prevalensi kebutaan lebih besar pada daerah
berkembang. Kebutaan ini sendiri akan berdampak secara sosial dan ekonomi bagi
orang yang menderitanya. Ironisnya, 75 % dari kebutaan yang terjadi dapat
dicegah atau diobati.
Indonesia sebagai negara berkembang tidak luput dari masalah kebutaan.
Indonesia dalam catatan WHO berada dalam urutan ketiga dengan terdapat urutan
angka kebutaan sebesar 1,47%.
Untuk survei pada tahun 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan
mencapai 1,5% denga 0,87% diantaranya disebabkan oleh katarak.
Katarak adalah perubahan pada lensa mata yang semula jernih dan tembus
cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya
penglihatan menjadi kabur.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. CH
Umur : 60 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Rt.11 simpang Pitko kecamatan pauh sarolangun

2. Anamnesis
Keluhan utama
Mata sebelah kiri terasa kabur sejak 3 bulan yang lalu.
Anamnesis khusus
1 tahun yang lalu, pasien merasa penglihatannya sedikit berkurang pada
mata kiri. Namun karena keluhan pasien tidak terlalu mengganggu, pasien
tidak berobat, dan hanya menggunakan kaca mata biasa.
4 bulan yang lalu pasien datang ke Poliklinik penyakit mata dengan
keluhan penglihatan dekat maupun jauh semakin terasa kabur, mata kiri lebih
kabur dari pada mata kanan, terasa pusing kalau membaca dan apabila melihat
siang hari terasa silau, pandangan terasa seperti berasap atau berkabut, riwayat
trauma disangkal, gatal tidak ada, pedih tidak ada.
3 bulan lalu mata kiri pasien terasa semakin kabur dan berkabut.
Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca hingga mata dirasa lelah
setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari,
saat melihat dekat maupun jauh. Pasien juga mengeluh pandangannya terasa
silau jika melihat cahaya, penglihatan ganda (-), sakit pada mata (-), mata
merah (-), gatal (-), berair (-), kotoran (-).

2
2.4 Riwayat Penyakit dahulu
- Riwayat trauma pada mata (-)
- Riwayat operasi mata sebelumnya (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat menggunakan kaca mata (+)
- Riwayat penyakit mata lain sebelumnya (-)
- Riwayat penyakit sistemik : Hipertensi (-), DM (-)

2.5 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan atau penyakit seperti pasien.

2.6 Riwayat Gizi : Baik

2.7 Sosial Ekonomi :


Pekerjaan pasien sehari-hari adalah ibu rumah tangga. Memiliki 3 orang
anak dan semuanya sudah menikah.

2.8 Pemeriksaan Umum


Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TB/BB : 165 cm / 68 kg
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 72x /menit
Respirasi : 20x /menit
Suhu : afebris

2.9 Penyakit sistemik


- Traktus respiratori : tidak ada keluhan
- Traktus digestivus : tidak ada keluhan

3
- Cardiovascular : tidak ada keluhan
- Endokrin : tidak ada keluhan
- Kulit : tidak ada keluhan
- THT : tidak ada keluhan
- Gigi dan mulut : tidak ada keluhan
- Lain-lain : tidak ada keluhan

2.10 Status Oftalmologikus

OD OS

Pemeriksaan Visus Visus 6/6 Visus 6/60


dan Refraksi

Kedudukan bola
mata
ortoforia ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik Duksi : baik

Versi : baik Versi : baik

Pemeriksaan
Eksternal

Lensa Jernih Lensa keruh sebagian

Iris shadow test(+)

4
Palbebra Superior Hiperemi (-) Edema (-) Hiperemi (-) Edema (-)
Massa (-) Massa (-)
Palbebra Inferior

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Ap. Lacrimalis Sumbatan (-) Sumbatan (-)

Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-)
superior

Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
inferior

Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-), Injeksi (-), hiperemis (-),
jar. fibrovaskuler (-) jar. fibrovaskuler (-)

Kornea Jernih Jernih

COA Sedang, darah(-), pus(-) sedang ,darah(-), pus(-)

Iris Kripta iris normal, warna Kripta iris normal, warna


coklat coklat

Pupil Bulat, Isokor, Refleks Bulat, Isokor, Refleks


cahaya (+) cahaya (+)

Diameter 3 mm 3mm

Lensa Jernih Keruh sebagian, iris


shadow test (+)

Tonometri Digital Normal Normal

Tonometri Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

5
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Pemeriksaan Slit Lamp

Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)


Conjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-). Papil (-), folikel (-)
Conjungtiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Sklera Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bilik mata depan Sedang Sedang
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Lensa Jernih Keruh sebagian , iris
shadow test (+)

2.11 Diagnosa
Katarak Senilis Imatur OS
2.12 Anjuran Pemeriksaan
Darah rutin dan GDS, Rontgen Thorak, EKG, USG mata
2.13 Pengobatan
Anjuran operasi katarak dengan memakai lensa
2.14 Prognosa
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Lensa


Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan
hampir transparan sempurna.Tebalnya sekitar 4 mmdan diameternya 9
mm.Ketebalan lensa bervariasi tergantung pada proses akomodasi. Berat
lensa bervariasi dari 135 mg (0-9 tahun) sampai 255 mg (usia 40-60
tahun).Lensa memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior dan
permukaan posterior. Permukaan lensa bagian posterior lebih melengkung
dibandingkan anterior.Kedua pemukaan ini bertemu pada tepi lensa yang
disebut ekuator.Posisi lensa tepat di sebelah posterior iris dan disangga oleh
serat-serat zonula yang berasal dari korpus siliaris. Di sebelah anterior lensa
terdapat akuous humor, di sebelah posteriornya terdapat vitreus.1-5

7
Struktur lensa terdiri dari:

1. Kapsul
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel (sedikit lebih
permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperbolehkan
air dan elektrolit masuk.Kapsul ini merupakan suatu membran
basal transparan dan elastis yang terutama terdiri atas kolagen tipe
IV dan glikoprotein.Kapsul anterior berasal dari epitel, sedangkan
kapsul posterior berasal dari perpanjangan serat sel lensa. Kapsul
pada ekuator lebih tebal dibandingkan sentral dan lebih tebal pada
anterior (814 m, meningkat dengan bertambahnya usia)
dibandingkan posterior (2-3 m).1,3,5,6

2. Epitel subkapsuler
Di bawah kapsul anterior lensa terdapat selapis sel epitel.Tidak
terdapat epitel lensa di bagian posterior.Epitel subkapsular terdiri
atas selapis sel kuboid dan menjadi kolumnar di daerah
ekuator.Lensa akan terus bertambah besar dan tumbuh seumur
hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel epitel yang
terdapat di daerah ekuator lensa.Perubahan morfologi terjadi ketika
sel epitel memanjang untuk membentuk serat lensa. Perubahan ini
berhubungan dengan peningkatan massa protein seluler pada
membran setiap serat sel. Pada saat yang sama, sel akan kehilangan
organela, termasuk inti sel, mitokondria dan ribosom.3,4,6,7

3. Nukleus dan korteks


Epitel subkapsuler lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus.Pembentukkan serat lensa yang terus-menerus
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa.Dibagian luar nukleus ini
terdapat serat lensa yang lebih muda yang disebut sebagai korteks
lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut

8
sebagai korteks anterior, sedang di belakangnya korteks posterior.
Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedangkan
korteks makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa
mempunyai konsistensi nukleus.Serat lensa dihasilkan seumur
hidup, namun kecepatan produksinya makin lama makin
berkurang.6,7

Lensa ditahan ditempatnya oleh ligamentum suspensorium yang


dikenal sebagai zonula (zonula zinnii), yang tersusun atas banyak fibril;
fibril-fibril ini berasal dari permukaan korpus siliaris dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.8

3.2 Fisiologi lensa


Selama hidup, sel epitel lensa pada ekuator akan terus membelah dan
berkembang menjadi serat lensa, menghasilkan pertumbuhan lanjut dari
lensa. Area lensa dengan tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitelium.
Oksigen dan protein yang akan digunakan untuk sintesis protein serta
transpor aktif elektrolit, karbohidrat, dan asam amino disediakan oleh
epitelium lensa. Energi kimia ini dibutuhkan untuk memelihara pertumbuhan
sel dan transparansi lensa.Karena lensa bersifat avaskular, akuous humor
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan mengeluarkan produksisa metabolik.
Namun, hanya bagian anterior lensa saja yang dibasahi oleh akuous humor.8
Lensa memiliki pH 6,9, suhu relatif rendah dan relatif
hipoksia.Korteks lensa lebihterhidrasi daripada nukleus lensa. Kadar natrium
di dalam lensa sekitar 20 mM, dan kadar kalium sekitar 120 mM. Kadar
natrium dan kalium di sekitar akuoushumor dan vitreous humor sedikit
berbeda: natrium lebih tinggi, sekitar 150 mM, sedangkan kalium sekitar 5
mM.8
Faktor-faktor yang berperan penting dalam menjaga kejernihan dan
tranparasi lensa adalah avaskularisasi, susunan protein lensa, karakter

9
semipermeabel kapsul lensa dan mekanisme pompa membran serat lensa
yang mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada lensa.4
Walaupun terjadi fosfolirasi oksidatif di epiltel lensa, kebanyakan
produksi energi dengan proses anaerob (melalui glikolisis, jalur pentose-
fosfat dan HMP (hexose monophosphate) shunt. Glukosa dikonversi menjadi
glukosa-6-fosfat dan sedikit sorbitol.1
Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein
(kandungan proteinnya lebih tinggi di antara jaringan-jaringan tubuh)dan
jumlah ini sedikit berubah dengan bertambahnya usia.Selain itu, terdapat
sedikit mineral seperti yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan
kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam
askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.
Karena lensa bersifat avaskular dan tidak mempunyai persarafan, nutrisi lensa
didapat melalui difusi dari akuous humor. Metabolisme lensa terutama
bersifat anaerob akibat rendahnya kadar oksigen teralut di dalam akuous
humor.2,8

3.3 Definisi katarak


Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract,
dan latincataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
keruh.Katarak adalah setiap kekeruhan atau berkurangnya tranparasi pada
lensa. Normalnya lensa akan mengkonvergensikan cahaya yang masuk.
Kekeruhan pada lensa akan menyebarkan ataupun menghambat cahaya. Jika
kekeruhan sedikit dan letaknya di perifer, ini hanya sedikit ataupun tidak
akan mempengaruhi penglihatan.2-4,6

10
3.4 Patogenesis Katarak9
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian,
pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein
yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya.
Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa
menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel
diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel
epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga berperan dalam
terbentuknya katarak antara lain kerusakan oksidatif ( dari proses radikal
bebas, sinar UV dan malnutrisi. Hingga kini belum ditemukan pengobatan
yang memperlambat atau membalikkan perubahan kimiawi yang
mendasari pembentukan katarak.

3.5 Faktor resiko katarak


a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Merokok
e. Penyakit diabetes mellitus
f. Trauma mata
g. Obat-obatan
h. Kortikosteroid

11
3.6 Klasifikasi katarak
Berdasarkan etiologinya katarak dapat diklasifikasikan menjadi:4

I. Katarak kongenital dan developmental


II. Katarak didapat
1. Katarak senilis
2. Katarak traumatik
3. Katarak komplikata
4. Katarak metabolik
5. Katarak elektrik
6. Katarak akibat radiasi
7. Katarak toksik, misalnya
i. Katarak yang diinduksi kortikosteroid
ii. Katarak yang diinduksi obat-obat miotik
8. Katarak yang berhubungan dengan penyakit kulit
(dermatogenik katarak)
9. Katarak yang berhubungan dengan penyakit tulang
10. Katarak dengan sindrom lainnya
i. Dystrophica myotonica
ii. Downs syndrome
iii. Lowes syndrome
iv. Treacher Collins syndrome

Berdasarkan Nana Wijaya katarak diklasifikasikan menjadi:5


1. Katarak developmental/katarak kongenital
2. Katarak degeneratif

1. Katarak kongenital
Katarak developmental adalah kekeruhan pada lensayang timbul saat
lensa dibentuk. Ini terjadi karena beberapa gangguan dalam pertumbuhan
normal lensa.ini merupakan kelainan kongenital. Pada katarak kongenital

12
terjadi kekeruhan hanya terbatas pada nukleus fetal atau
embrionik.Katarak developmental terjadi dari bayi sampai renaja. Oleh
karenaitu kekeruhan dapat terjadi pada nukleus infantil sampai dewasa.4,8

Bentuk katarak kongenital yang dapat terlihat memberikan kesan


kepada kita perkembangan embriogenik lensa disertai saat terjadinya
gangguan perkembangan lensa. Katarak kongenital tersebut dapat dalam
bentuk katarak lamelar atau zonular, katarak polaris posterior, katarak
polaris anterior, katarak nuklear dan katarak sutural.9

Tindakan pengobatan katarak kongenital adalah operasi.Bila


kekeruhan lensa sudah demikian berat sehingga fundus bayi sudah tidak
dapat dilihat pada funduskopi maka untuk mencegah ambliopia dilakukan
pembedahan secepatnya. Katarak kongenital sudah dapat dilakukan
pembedahan pada usia 2 bulan pada satu mata.6,9

2. Katarak Degeneratif3
Katarak degeneratif dibedakan menjadi katarak primer dan katarak
komplikata
1. Katarak Primer
a. Katarak juvenile : katarak yang terjadi kurang dari 20 tahun
Katarak Juvenil merupakan katarak yang terjadi pada anak- anak
sesudah lahir yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih
perkembangan serat-serat lensa sehingga biasanya konsistensinya
lembek seperti bubur dan disebut sebagai soft katarak.
Katarak juvenille biasanya merupakan lanjutan dari katarak
kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit dari penyakit
sistemik atau penyakit metabolik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik : diabetik, galaktosemik, defisiensi gizi,
penyakit Wilson.
2. Penyakit otot : distrofi miotonik.
3. Katarak traumatik

13
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, katarak traumatik
terjadi akibat adanya konstusi terhadap bola mata atau paparan
radiasi infra merah yang berulang dalam waktu yang lama.
Katarak ini sering terjadi berhubungan dengan pekerjaan dan
bagian dari kecelakaan olahraga. Insidennya lebih sering terjadi
pada pria dibanding wanita.
4. Katarak komplikata : kongenital dan herediter, degeneratif,
toksik, radiasi.
Katarak juvenille yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi
karena:
Lanjutan katarak kongenital yang makin nyata
Penyulit penyakit lain, katarak komplikata yang terjadi akibat :
- Penyakit lokal pada satu mata, seperti uveitis anterior, glaukoma,
ablatio retrina, miopia tinggi, ptosis bulbi yang mengenai satu mata.
Biasanya katarak juvenille ini merupakan katarak yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tindakan bedah pada katarak juvenille
dilakukan pada :

1. Monokular katarak, yaitu bila memerlukan pekerjaan dengan


binokular, katarak telah total dan kosmetik sangat terganggu.
2. Binokular katarak yaitu bila mengganggu pekerjaan sehari-hari

b. Katarak presenilis : katarak yang terjadi sampai umur 50 tahun


c. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada umur 50 tahun
Katarak senilis dikenal dalam 3 bentuk katarak senilis, yaitu:
a. Katarak nuklear
b. Katarak kortikal
c. Katarak subkapular posterior (kupoliform)
Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur dan hipermatur5,6,9

14
1. Katarak insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk
gerigi dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Pada
stadium ini dapat menimbulkan keluhan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan uji
bayangan iris akan positif.

2. Katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai
seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.

3. Katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa
lensa.Kekeruhan ini akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa
akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan
terjadi kekeruhan lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa. Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.

4. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengkerut dan berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan
mencairnya korteks, nukleus lensa tenggelam ke arah bawah (katarak
Morgagni).Akibat masa lensa yang keluar melalui kapsul lensa dapat
menimbulkan penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma
fakolitik.

15
Tabel 3.1 Perbedaan stadium katarak senilis

Insipient Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif

Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air


(air masuk) + masa lensa
keluar)

Tremulans
Terdorong
Iris Normal Normal Dalam
Dangkal
Bilik mata depan Normal Normal Terbuka
Sempit
Sudut bilik mata Normal Normal Pseudopos
Positif
Shadow test Negatif Negatif Uveitis +
Glaucoma glaucoma
Penyulit - -

3.7 Manifestasi Klinis10


Anamnesis
Anamnesis yang cermat penting dalam menentukan progresi dan
fungsional penglihatan akibat katarak dan juga dalam mengidentifikasi
penyebab lain kekeruhan pada lensa.
Penurunan tajam penglihatan
Penurunan tajam penglihatan merupakan keluhan yang paling umum
pada pasien dengan katarak. Keluhan penglihatan berasap dan tajam
penglihatan yang menurun secara progresif. Bila kekeruhan lensa tipis,
kemunduran visus sedikit atau sebaliknya. Jika kekeruhan terletak di
equator, penderita tidak akan mengalami keluhan penglihatan.
Glare
Keluhan ini berupa menurunnya sensitifitas kontras pada cahaya yang
terang atau silau pada siang hari atau pada arah datangnya sinar pada

16
malam hari. Gangguan ini muncul utamanya pada pasien dengan
katarak subcapsular posterior dan pada pasien dengan katarak kortikal.
Myopic shift
Progresi katarak seringkali meningkatkan kekuatan dipotrik lensa
menyebabkan terjadinya myopic atau myopic shift derajat ringan
maupun sedang. Akibatnya, ada pasien presbiobic melaporkan
peningkatan jarak dekat dan tidak membutuhkan kacamata baca saat
mereka mengalami hal yang disebut second sight. Namun munculnya
sementara saat kualitas lensa mengalami gangguan makan second sight
tersebut akan hilang.
Myopic shift dan second sight tidak terjadi pada katarak kortikal dan
katarak subkapsular posterior.
Monocular diplopia
Penderita melihat dua bayangan yang disebabkan refraksi dari lensa
sehingga benda benda yang dilihat penderita akan dilihat silau

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata lengkap dimulai dari pemeriksaan tajam


penglihatan. Pemeriksaan dengan slit lamp juga penting selain untuk
memeriksa kekeruhan lensa juga untuk pemeriksaan mata lainnya (
konjungtiva, kornea, iris, kamera anterior). Selain itu pemeriksaan
oftalmoskop direk dan indirek penting untuk mengevaluasi posterior
mata sehingga dapat diketahui prognosis setelah ekstraksi lensa.

3.8 Penatalaksanaan11

1. Pengobatan Preoperatif
- Antibiotik topical
- Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
- Informed consent
- Menurunkan tekanan bola mata (TIO)

17
- Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
2. Teknik anestesi yang digunakan:
1. Lokal
Pada Operasi katarak teknik anestesi yang umumnya digunakan adalah
anestesi `lokal. Adapun anestesi lokal dilakukan dengan teknik:
a. Topikal anestesi
b. Sub konjungtiva ( sering digunakan ) obat anestesi yang dipakai Lidokain
+ Markain (1:1)
c. Retrobulbaer
d. Parabulbaer
2. Umum
Anestesi umum digunakan pada pasien yang tidak kooperatif, bayi dan
anak. Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Lebih dari bertahun- tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang
dari metode yang kuno hingga tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir
bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan, yang bervariasi dengan lokasi,
material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas kapsul lensa
posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE)
dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan
secara umum tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering
digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan phacoemulsifikasi.

Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.
Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan
depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang lebar. Oleh karena
itu, zonule atau ligamen hialoidea yang telah berdegenasi dan lemah adalah
salah satu dari indikasi dari metode ini. Sekarang metode ini hanya dilakukan
hanya pada keadaan lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan
terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat
lama populer. Dapat dilakukan di tempat dengan fasilitas bedah mikroskopis

18
yang terbatas, pada kasus-kasus yang tidak stabil seperti intumescent,
hipermatur, dan katarak luksasi, jika zonular tidak berhasil dimanipulasi untuk
mengeluarkan nukleus dan korteks lensa melalui prosedur ECCE.

Pembedahan Katarak dengan Metode ICCE

Kontra indikasi:
Kontraindikasi absolut pada katarak anak dan dewasa muda dan kasus ruptur
kapsula traumatic. Sedangkan kontraindikasi relatif pada high myopia, marfan
syndrome, katarak morgagni, dan adanya vitreous di bilik mata depan.
Komplikasi:
Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma,
uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan meninggalkan kapsul
posterior yang masih intak. ECCE melalui ekspesi nukleus prosedur utama
pada operasi katarak. Pelaksanaan prosedur ini tergantung dari ketersediaan
alat, kemamppuan ahli bedah dan densitas nukleus. Pada saat ini hampir semua
kasus untuk katarak dilakukan pembedahan dengan teknik ini kecuali jika ada
kontraindikasi.9 Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

19
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra
ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk
terjadinya prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan
kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul
pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder. Kontraindikasi
yaitu adanya subluksasi dan dislokasi dari lensa. Prosedur ECCE memerlukan
keutuhan dari zonular untuk pengeluaran nukleus dan materi kortikal lainnya.
Oleh karena itu, ketika zonular tidak utuh pelaksanaan prosedur yang aman
melalui ekstrakapsular harus dipikirkan lagi.

Metode dengan ECCE


Keuntungan ECCE dibandingkan dengan ICCE:
1. ECCE dapat dilakukan pada penderita di semua usia kecuali jika zonule
tidak intak, sedangkan pada ICCE tidak dapat dilakukan pada penderita
usia di bawah 40 tahun.
2. Pada ECCE dapat dilakukan implantasi IOL sedangkan pada ICCE tidak
dapat dilakukan
3. Komplikasi postoperative yang berhubungan dengan vitreous (herniasi
pada bilik mata depan, papillary blok, vitreous touch syndrome) hanya

20
dapat terjadi pada ICCE, sedangkan pada ECCE komplikasi tersebut tidak
dapat terjadi.
4. Insidens untuk komplikasi seperti endoftalmitis, cystoid macular edema,
dan ablasi retina lebih kecil pada ECCE dibandingkan dengan teknik ICCE
5. Kemungkinan astigmatisme postoperative lebih kecil pada ECCE
dibandingkan dengan ICCE karena insisi yang dilakukan lebih kecil
Keuntungan ICCE dibandingkan dengan ECCE:
1. Teknik ICCE lebih simple, mudah dilakukan, lebih murah dan tidak
memerlukan alat yang canggih.
2. Komplikasi kekeruhan lensa posterior pasca operasi sangat mungkin terjadi
pada proses ECCE, tidak dengan teknik ICCE
3. ICCE membutuhkan waktu yang relatif singkat, cocok untuk operasi massal

Ada 3 macam tipe dari ECCE:


Phakoemulsifikasi
Prosedur ekstrakapsular dengan mengemulsifikasi nukleus lensa
menggunakan gelombang ultrasonic (40.000 MHz) kemudian diaspirasi. Pada
tehnik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea.
Getaran ultrasonic akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya
mesin PHACO akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan
tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan pulih
dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari.10 Tehnik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang
efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan incisi limbus yang kecil
agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler, meskipun sekarang
lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat dimasukkan
melalui incisi kecil seperti itu.

21
Metode dengan Phakoemulsifikasi

SICS
Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) yang merupakan
teknik pembedahan kecil. Di negara yang berkembang, teknik ini lebih dipilih
karena biaya yang lebih murah, teknik yang lebih mudah dipelajari, lebih
aman untuk dilakukan dan mempunyai aplikasi yang lebih luas. Sesudah
ekstraksi katarak mata tak mempunyai lensa lagi yang disebut afakia. Tanda-
tandanya adalah bilik mata depan dalam, iris tremulans dan pupil hitam. Pada
(pseudofakia)
Menggunakan lensa kontak
Menggunakan kacamata afakia, kacamata ini tebal, berat, dan tidak
nyaman. Kacamata untuk penglihatan jauh dan dekat sebaiknya diberikan
dalam dua kacamata untuk menghindarkan aberasi sferis dan aberasi
khromatis.
- Kelebihan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Teknik yang lebih simple yang dapat dipelajari dalam waktu yang relatif lebih
singkat
- Kekurangan Conventional ECCE dibandingkan SICS:
Insisi yang panjang (10-12mm)
Jahitan yang dibutuhkan banyak
Membutuhkan tindakan lepas jahitan yang rentan terhadap infeksi

22
Iritasi dan abses pada suture postoperasi
Insiden yang cukup tinggi untuk astigmatisme pasca operasi
Prolaps iris, bilik mata depan menjadi dangkal, kebocoran jahitan dapat
terjadi
Prolaps vitreous, operative hard eye, dan expulsive choroidal hemorrage
dapat
terjadi
- Keuntungan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Dapat dilakukan pada semua jenis katarak, termasuk hard cataract grade
IV dan V
Prosedur yang lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan teknik
phacoemulsifikasi
Keuntungan yang paling signifikan dari SICS adalah tidak bergantung
pada mesin dan dapat dilakukan di mana saja
Komplikasi postoperasi lebih jarang
Waktu operasi yang dibutuhkan relatif lebih singkat
Biaya yang dibutuhkan lebih murah
- Kekurangan SICS dibandingkan dengan phacoemulsifikasi
Injeksi konjungtiva selama 5-7 hari pada tempat dilakukannya
pembedahan
Nyeri tekan yang ringan karena adanya insisi pada sclera
Terkadang postoperative hyphema dapat terjadi
Astigmatisma post operasi lebih mungkin terjadi karena insisi SICS (6mm)
lebih besar dibandingkan dengan phakoemulsifikasi.

Pemasangan Lensa Tanam (IOL)


Merupakan pilihan utama untuk kasus aphakia. Bahan dasar IOL yang
dipakai sampai saat ini yaitu polymethylmethacrylate (PMMA). Ada beberapa
tipe dari IOL berdasarkan metode fiksasinya di mata:

23
1. Anterior Chamber IOL

Lensa jenis ini berada di depan iris dan disuport oleh anterior chamber. ACIOL ini
dapat ditanam setelah proses ICCE dan ECCE. Jenis ini jarang dipakai karena
mempunyai resiko tinggi terjadinya bullous Keratopathy.

2. Iris-Supported lenses
Lensa difiksasi di iris dengan bantuan jahitan. Lensa jenis ini juga telah jarang
dipakai karena mempunya insidens yang tinggi terjadinya komplikasi post
operatif

3. Posterior chamber lenses


PCIOL ini terletak di bagian belakang iris yang disuport oleh sulkus siliar atau
oleh capsular bag. Ada 3 jenis dari PCIOL yang sering dipakai:
o Rigid IOL
Terbuat secara keseluruhan dari PMMA

24
o Foldable IOL
Dipakai untuk penanaman melalui insisi yang kecil(3,2mm) setelah tindakan
phacoemulsifikasi dan terbuat dari silikom, akrilik, hydrogel dan collaner
o Rollable IOL
IOL yang paling tipis dan biasa dipakai setelah mikro insisi pada phakonit
teknik, terbuat dari hydrogel.

Indikasi pemasangan IOL:


Sebaliknya pemasangan IOL dilakukan pada setiap operasi katarak, kecuali ada
kontraindikasinya.

Pseudophakia
Adalah keadaan aphakia ketika sudah dipasang lensa tanam (IOL). Keadaan
setelah pemasangan lensa tanam:
Emmetropia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam tepat. Pasien yang demikian
hanya membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekat saja
Consecutive Myopia
Keadaan di mana kekuatan lensa yang ditanam overkoreksi. Pasien yang
demikian membutuhkan kacamata untuk menangani myopia dan juga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan dekatnya
Consecutive Hypermetropia
Keadaan dimana kekuatan lensa yang ditanam underkoreksi sehingga
membutuhkan kacamata plus untuk penglihatan jauhnya dan tambahan +2D
dan +3D untuk penglihatan dekatnya.

25
Tanda-tanda pseudophakia:
o Surgical scar, biasanya dapat dilihat di dekat limbus
o Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata
normal
o Iridodonesis ringan
o Purkinje image test menunjukkan empat gambaran.
o Pupil bewarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter ke arah pupil
maka akan terlihat pantulan reflex. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi
dengan mendilatasi pupil.
o Status visus dan refraksi dapat bermacam-macam, sesuai dengan IOL yang
ditanam.

Perawatan Pasca Bedah


Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan
untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat
benda beratselama sekitar satu bulan, olahraga berat jangan dilakukan selama 2
bulan. Matanyadapat dibalut selama beberapa hari pertama pasca operasi atau jika
nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan matanya
dilindungi pakaikacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat
melihat dengan baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen ( Biasanya 6-8 minggu setelah operasi ) Selain itu juga akan diberikan
obat untuk :
Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat
maka diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul
benerapa jam setelah hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan
Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan
perlu diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan
yang tidak sempurna.

26
Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk
mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah.
Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

3.9 Komplikasi
Komplikasi tindakan pembedahan
Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau
efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus,
injuri pada iris/ iridodialisis, jatuhnya nucleus ke dalam rongga vitreous.
Komplikasi dini pasca operatif
Hyphema, COA dangkal, ruptur kapsul posterior,prolaps vitreus,prolaps
iris, pendarahan
Komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan IOL
Cystoid Macular Edema, kerusakan pada epitel kornea, uveitis, dan
glaucoma sekunder
Malposisi dari IOL
Sun set syndrome (Subluksasi inferior dari IOL)

Sun rise syndrome (Subluksasi superior dari IOL)


Lost lens syndrome yaitu dislokasi IOL ke vitreous

3.10 Prognosis12
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak pada anak-anak yang
memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk katarak senilis.
Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau reina
membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini.
Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi buruk
pada katarak kongenital in komplit yang progresif lambat.

27
BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang Perempuan umur 60 tahun datang dengan keluhan mata sebelah


kiri terasa kabur sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya 1 tahun yang lalu, OS
merasa penglihatan nya sedikit berkurang pada mata kiri, namun karena keluhan
pasien tidak terlalu mengganggu, pasien tidak berobat, dan hanya menggunakan
kaca mata biasa.
4 bulan yang lalu pasien datang ke Poliklinik penyakit mata dengan
keluhan penglihatan dekat maupun jauh semakin terasa kabur, mata kanan lebih
kabur dari pada mata kiri, terasa pusing kalau membaca dan apabila melihat siang
hari terasa silau, pandangan terasa seperti berasap atau berkabut,
3 bulan yang lalu mata kiri pasien terasa semakin kabur dan berkabut.
Penglihatan kabur dimulai dari kesulitan membaca hingga mata dirasa lelah
setelah membaca. Penglihatan kabur dirasakan terus menerus sepanjang hari, saat
melihat dekat maupun jauh. Pasien juga mengeluh pandangannya terasa silau jika
melihat cahaya, penglihatan ganda (-), sakit pada mata (-), mata merah (-), gatal (-
), berair (-), kotoran (-). Dari anamnesis maka pasien dapat digolongkan kedalam
mata tenang visus menurun. Diagosis yang terpikirkan adalah katarak, glaukoma.
Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan fisik.
Dari pemeriksaan visus didapatkan pada mata kanan tajam penglihatannya
6/6, sedangkan mata kirinya 6/60, dari pemeriksaan visus mata kanan pasien
sudah bagus dan mata kiri pasien terjadi penurunan tajam penglihatan dimana
hanya bisa melihat samapai 6/60, pada pemeriksaan bola mata versi dan duksi
baik. Pemeriksaan eksternal mata, didapatkan lensa mata kiri keruh sebagian.
Pemeriksaan dengan slit lamp didapatkan lensa mata kanan jernih, lensa mata kiri
keruh sebagian dan iris shadow (+) hal ini menunjukkan katarak stadium imatur.
Untuk menyingkirkan diagnosis bandingnya dilakukan pemeriksaan tonometri,
dimana pada pemeriksaan tonometri digital didapatkan hasilnya normal,
sedangkan untuk tonometri schiotz tidak dilakukan. Pada anamnesis didapatkan
keluhan penglihatan mata kiri semakin terasa kabur sejak 3 bulan yang lalu dan

28
apabila melihat cahaya penderita merasa silau, pandangan seperti berasap atau
berkabut, berdasarkan Anamnesis yang didapatkan dan usia pasien yang lebih dari
50 tahun, maka pasien ini menderita katarak senilis.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas, penderita ini


didiagnosis Katarak Senilis Imatur OS.

Pada penatalaksanaan dilakukan operasi katarak : yaitu : ECCE, ICCE,


Phacoemulsification, SICS, (Small Incision Cataract Surgery) +IOL karena untuk
memperkesil risiko komplikasi post operasi katarak dan penambahan IOL untuk
mengurangi penggunaan kacamata dengan speris terlalu tinggi.

Prognosis pasien katarak umumnya baik karena katarak tidak mengancam


kehidupan, sehingga quo ad vitam bonam. Fungsi mata penderita dapat kembali
normal tergantung pembedahan dan penatalaksanaan yang tepat, sehingga pada
penderita ini prognosis quo ad functionam dubia ad bonam.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. James, T. Oxford American Handbook of Ophthalmology. New York: Oxford


University Press; 2011. p 228 230, 625
2. Gerhard, K.. Ophthalmology A Text Book Atlas. New York: Thieme
Stuttgart; 2006. p 169-174
3. Crick RP, Khaw PT. A Textbook Of Clinical Ophthalmology. 3rdEdision.
Singapore. World Scientific; 2003. p 35,94
4. Khurana K.Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age
International; 2007. p 167-170
5. Riordan Paul, Eva. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam: Vaughan &
Asbury Oftalmologi Umum.Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2010. hal 11-12
6. Ilyas Sidarta, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2010. hal. 6-7, 143-150
7. American Academy of Ophthalmology. Anatomy in Lens and Cataract.
Section 11. Basic and Clinical Science Course; 2009. p 5-6, 33, 50-54, 60-61
8. Sidarta, I. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. hal. 8-9, 200-208
9. Wva Riodan Paul, Eitcher P. Jhon. Ofthalmologi Umum. Edisi 17. Penerbit
EGC. 2012
10. Sidarta I, Mailangkay H HB Hilman. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum
dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta. 2002. CV Sagung Seto. 2002.Hal: 491-6
11. Akura, J Kaneda, dkk. Manual Sutureles Cataract Surgery Using a Claw
Vectis. J. Cataract Refract Surgery, Vol 26. April 2002.
12. Vaughan. Katarak dalam Ofthalmologi Umum. Jakarta. 2007. Hal: 169-171

30

You might also like