Professional Documents
Culture Documents
ALF ( 9 bulan)
DENGAN ALAT UKUR TUMBUH KEMBANG KPSP
DI PUSKESMAS SRONDOL
Disusun untuk memenuhi tugas praktek klinik profesi Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ns. Zubaidah,S.Kep,M.Kep,Sp.Kep.An
Clinical Instructor : Sugiyanto,S.KM,S.Kp
Disusun oleh :
LUH JUITA AMARE PUTRI
22020116210
I. IDENTITAS KLIEN
An. ALF usia 9 bulan aktif dan pintar. Anak dapat berinteraksi
dan mudah akrab dengan orang yang baru dikenalnya, anak dapat
mengikuti semua instruksi yang diberikan oleh ibu dan keluarga
dekat seperti salim, atau meperlihatkan senyumnya. Anak ALF tipe
anak yang cepat menangkap.
An. ALF mampu berekspresi sesuai dengan suasana hati yang
dirasakan.
Dari hasil wawancara didapatkan data dari orangtua An. ALF
yaitu :
a. Ayah
Nama : Tn.R
Usia : 37 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kayawan
Jam kerja : 07.00-16.00
b. Ibu
Nama : Ny.R
Usia : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
II . RIWAYAT KLIEN
Keterangan gambar :
: laki-laki : klien
: perempuan
: tinggal dalam satu rumah
8) Riwayat tumbuh kembang sebelumnya
a) Motorik halus
Ibu klien mengatakan usia 4-6 bulan sudah mulai mampu
menggenggam, mengpalkan tangan dan menarik rambut.
Hasil pengkajian dengan KPSP klien mampu
memperhatikan keadaan sekitar seperti kain yang tiba-tiba
dijatuhkan di hadapannya (KPSP usia 9 bulan).
b) Motorik kasar
Duduk : 5 bulan
Merangkak : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
c) Bahasa
Ibu klien mengatakan ketika usia 6 bulan sudah mulai
bergumam tetapi tidak jelas, ketika usia 8 bulan sudah
mulai bisa dimengerti. Kata-kata yang pertama kali
diucapkan klien adalah mama. Berdasarkan pengkajian
dengan KPSP klien masih memerlukan orang tua.
d) Personal sosial
Ibu klien mengatakan sejak kecil klien anak yang periang
dan ramah dengan semua orang. Berdasarkan pengkajian
dengan KPSP terbukti dari gerakan aktif bayi dalam
mencari mainan yang dijauhkan dari jangkauannya.
e) Reflek primitif (Neonatus)
Ibu klien mengatakan klien masih menyusu dengan kuat
sampai saat ini.
9) Hasil Pemeriksaan Antopometri
1. Berat badan : 8 kg
2. Tinggi badan : 70,9 cm
3. Lingkar kepala : 46 cm
4. Lingkar Lengan : 16 cm
III. ANALISA TUMBUH KEMBANG
IV. HASIL
1. Motorik kasar
- Anak mampu memindahkan biskuit dari tangan kanan ke kiri.
- Anak sudah mampu duduk sekitar 45 detik.
- Anak sudah mamunggut benda kecil seperti bungkus permen.
2. Motorik halus
- Anak mampu menahan atau mempertahankan lehernya
kebelakang saat ditarik dalam posisi tidur.
- Anak mampu menaruh perhatian pada benda yang ada
disekitarnya.
- Anak mampu bertumpuan pada kedua kakinya.
3. Bahasa
- Anak hanya baru mampu menyebutkan mama dan bahasa belum
jelas.
4. Personal sosial
- Anak mampu memunjukkan sesuatu yang diinginkan dengan
menunjuk dan menangis.
V. KESIMPULAN
Klien mampu melakukan gerakan- gerakan yang melibatkan beberapa
koordinasi otot seperti, menahan kepala, duduk, mengambil/ memungut
benda / bungkus permen, menaruh perhatian pada benda-benda sekitar.
Kemampuan bicara dan bahasa klien belum jelas hanya jelas saat
mengucapkan mama.
VI. Pembahasan
Secara umum tidak ada permasalahan tumbuh kembang pada An.
ALF hasil interpretasi alat ukur KPSP menunjukan bahwa
perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pada
askep motorik halus yaitu gerakan yang melibatkan bagian tubuh
tertentu dan melibatkan otot- otot kecil (Soetjiningsih,
2000).Perkembangan motorik halus anak usia 9 bulan berbeda-beda
untuk setiap anak. Perkembangan motorik merupakan perkembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat
syaraf, dan otot yang terorganisasi dan tugas-tugas perkembangan anak
usia 9 bulan diantaranya yaitu melempar barang disekitarnya,
mengambil barang dengan kedua tangannya dan mencari benda-benda
yang jatuh disekitarnya. (Hurlock 1999). An.ALF dapat mencapai
seluruh kemampuan motorik halus sesuai usia.
Peningkatan kemampuan motorik halus dapat dilakukan dengan
stimulasi yang dilakukan oleh orang tua. Stimulasi adalah upaya orang
tua atau keluarga untuk mengajak anak bermain dalam suasana penuh
gembira dan kasih sayang. Stimulasi dilakukan setiap ada kesempatan
berinteraksi dengan bayi/balita, setiap hari, terus-menerus, bervariasi,
disesuaikan dengan usia perkembangan kemampuannya, dilakukan oleh
keluarga. Stimulasi hendaknya dilaksanakan pada saat suasana yang
menyenangkan dan kegembiraan antara pengasuh dan bayi/balita.
Jangan memberikan stimulasi dengan terburu-buru, memaksakan
kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat balita, atau bayi sedang
mengantuk, bosan atau bermain yang lain (Silawati,2008).
Pada aspek sosialisasi dan kemandirian, secara umum sudah baik.
An.ALF dapat memberi perhatiannya untuk berinteraksi dengan orng
lain. Namun pada saat tes, permainan hanya dilakukan antara penguji
dan An. saja, sehingga kurang tampak proses sosialisasi antara An.ALF
dengan teman sebayanya. Sesuai hasil observasi yang dilakukan,
An.ALF tampak jarang bersosialisasi dengan teman sebayanya karna
belum bisa berkenalan dan hanya melakukan permainan sesusianya.
Pada aspek bicara dan bahasa, secara umum juga tidak ada
permasalahan. An.ALF dapat mencapai kompetensi bahasa dan bicara
sesuai usianya. An. ALF memanggil ibunya dengan mamama dan blm
jelas. Pada aspek motorik kasar yaitu pergerakan yang memerlukan
sikap tubuh dan melibatkan otot- otot besar (Soetjiningsih, 2000).
An.ALF juga dapat mencapai kompetensi motorik kasar sesuai usianya,
namun anak sepertinya masih mengalami kelemahan otot sehingga
karena anak hanya dapat duduk sendiri tanpa disangga dengan waktu
kira-kira 45 detik, anak harus sering ditaruh di lantai dan di posisikan
duduk. Hal ini dapat dilatih setiap hari hingga anak dapat terlatih dengan
mudah dengan dibeikan stimulasi.
Stimulasi adalah rangsangan yang diberikan untuk memicu tumbuh
kembang seorang anak. (Ronald, 2011). Orang tua harus menyadari
pentingnya memberikan stimulasi bagi perkembangan anak. (Nursalam,
2005). Kurangnya stimulasi pada anak dapat menimbulkan
penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik pada
anak.(Soetjiningsih,1995). Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh
2015 menyatakan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat
pengetahuan tentang perkembangan bayi usia 6-9 bulan yang kurang
yaitu sebanyak 50 (57,5%) orang khususnya pada tingkat pengetahuan
tentang pemberian stimulasi perkembangan yang kurang yaitu sebanyak
38 (43,7%) orang. Hal ini berarti masi kurangnya pengetahuan orang tua
tentang pentingnya menstimulasi pertumbuhan anak.