You are on page 1of 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT (PKRS)


ULKUS KORNEA DI RUANG MELATI
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:
Kelompok 15

Moh. Baharuddin Fatih 131713143028


Ragil Rizky Atviola 131713143088
Lisa Ardiavianti 131713143107
Mufidatun Nisa 131713143046
Siti Aisyah Zanta Pradana 131713143014
Lady Claudinie 131713143076
Alfina Maghfiroh Safitri 131713143116

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Stase : Keperawatan Medikal Bedah


Pokok bahasan : Ulkus Kornea
Sasaran : Keluarga pasien
Hari / Tanggal : Kamis, 02 November 2017
Waktu : 10.00 - 10.30 WIB
Ruangan : Ruang Melati RSUD Dr. Soetomo
A. Tujuan instruksional umum
Setelah mendapat penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan dapat
mengetahui dan memahami materi tentang Ulkus Kornea sehingga dapat
menjaga kesehatan dan lingkungan sekitar.
B. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan keluarga klien dapat
menjelaskan kembali mengenai:
1. Anatomi dan Fisiologi Ulkus Kornea
2. Pengertian Ulkus Kornea
3. Etiologi Ulkus Kornea
4. Tanda dan gejala Ulkus Kornea
5. Patofisiologi Ulkus Kornea
6. Pemeriksaan penunjangan Ulkus Kornea
7. Penatalaksanaan Ulkus Kornea
8. Pencegahan Ulkus Kornea
C. Materi penyuluhan
1 Anatomi dan Fisiologi Ulkus Kornea
2. Pengertian Ulkus Kornea
3. Etiologi Ulkus Kornea
4. Tanda dan gejala Ulkus Kornea
5. Patofisiologi Ulkus Kornea
6. Pemeriksaan penunjangan Ulkus Kornea
7. Penatalaksanaan Ulkus Kornea
8. Pencegahan Ulkus Kornea

D. Metode penyuluhan
Ceramah dan Tanya jawab
E. Media Penyuluhan
1. Flipchart
2. Leaflet
F. Pengorganisasian
Pembimbing akademik : Iqlima Dwi Kurnia S.Kep., Ns., M.Kep.
Pembimbing klinik : Hanggoro Budi, Amd.Kep
Penyuluh : Siti Nuraini
Moderator : Lukman Handoyo
Observer : Safira Ainun
Fasilitator : Nouma Aulia Ulfa
Notulen : Dluha Mafula
PJ : Meriana Fitri Anggraeni
G. Job Description
No. Nama Sie Job Description
1. Moderator 1. Membuka dan menutup acara
2. Mengatur jalannya acara dari awal hingga akhir
3. Memperkenalkan diri dan tim penyuluhan
4. Menjelaskan kontrak waktu penyuluhan
5. Memimpin jalannya acara
2. Penyuluh 1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan
disampaikan
3. Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh peserta
3. Fasilitator 1. Membantu dan mengondisikan peserta selama penyuluhan
berlangsung
2. Meminta tanda tangan peserta yang hadir (absensi)
3. Membantu mengajukan pertanyaan untuk evaluasi hasil
4. Memfasilitasi peserta untuk aktif bertanya
4. Notulen 1. Mencatat pertanyaan peserta dan jawaban penyaji sebagai
dokumentasi kegiatan
2. Mencatat proses kegiatan penyuluhan disesuaikan dengan
rencana kegiatan pada SAP
3. Menyusun laporan dan menilai hasil kegiatan penyuluhan
5. Observer 1. Mengawasi dan mengevaluasi selama penyuluhan berlangsung
2. Mencatat situasi pendukung dan penghambat proses kegiatan
penyuluhan
6. PJ 1. Mempertanggungjawabkan terselenggaranya acara penyuluhan
2. Mengkoordinasi tim penyuluhan

H. Rencana penyuluhan
(1) Rundown Acara
No. Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta
1. 3 menit Pembukaan :
1) Memberikan salam 1) Menjawab salam
2) Memperkenalkan diri 2) Mendengarkan
3) Menjelaskan tujuan
dan
pembelajaran
memperhatikan
4) Menyebutkan materi dan
3) Menjawab
kegiatan yang akan dilakukan
pertanyaan
5) Menggali pengetahuan peserta
tentang peraturan ruangan
2. 15 menit Pemberian materi :
1) Anatomi dan Fisiologi Ulkus 1) Menyimak dan
Kornea memperhatikan
2) Pengertian Ulkus Kornea
3) Etiologi Ulkus Kornea
4) Tanda dan gejala Ulkus Kornea
5) Patofisiologi Ulkus Kornea
6) Pemeriksaan penunjang Ulkus
Kornea
7) Penatalaksanaan Ulkus Kornea
8) Pencegahan Ulkus Kornea
4. 5 menit Diskusi: Tanya jawab 1) Peserta
menanyakan hal-
hal yang belum
jelas pada
pemateri
2) Pemateri
memberikan
jawaban
4. 5 menit Evaluasi :
1) Memberikan pertanyaan 1) Menjawab
kepada peserta seputar materi pertanyaan dari
yang disampaikan pemateri
2) Memberikan reward atau
pujian bagi peserta yang
mampu menjawab
Penutup :
1) Menjawab salam
Mengucapkan salam dan terima
kasih

I. Setting Tempat Penyuluhan

7 Keterangan:
5 1. Moderator
1
2 2. Pemateri
3 3 4 3 3. Peserta
4
4. Fasilitator
3 3 3
5. Tamu undangan
6 6. Observer
J. Metode Evaluasi 7. Notulen
(1) Metode evaluasi : Tanya jawab
(2) Jenis evaluasi : Lisan
K. Evaluasi Struktur
(1) Persiapan Media
Media yang digunakan dalam ceramah semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu:
a. Flipchart
b. Leaflet
(2) Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk flipchart dan leaflet dengan ringkas,
menarik, lengkap mudah dimengerti oleh peserta.
L. Evaluasi proses
(1) Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
mampu memahami materi yang disampaikan melalui ceramah dan leaflet
yang diberikan.
(2) Peserta memperhatikan saat ceramah berlangsung.
(3) Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
(4) Peserta antusias bertanya hal yang belum dimengerti tentang
materi.
M. Evaluasi Hasil
(1) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Anatomi dan Fisiologi
Ulkus Kornea.
(2) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Pengertian Ulkus Kornea
(3) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Etiologi Ulkus Kornea
(4) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami tanda dan gejala Ulkus
Kornea.
(5) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Patofisiologi Ulkus
Kornea
(6) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami Pemeriksaan penunjang
Ulkus Kornea
(7) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami penatalaksanaan Ulkus
Kornea.
(8) Keluarga mampu menjelaskan dan memahami pencegahan Ulkus kornea
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Dan Fisiologi Kornea

2.1.1 Anatomi Kornea

Gambar 1.1 Anatomi Kornea

Gambar 2.1 Kornea

Kornea merupakan jaringan yang transparan dan avaskuler yang membentuk


permukaan anterior bola mata dengan ukuran diameter horizontal 11-12 mm dan
diameter vertikal 10-11 mm. Bagian sentral kornea memiliki ketebalan 0,5 mm,
sedangkan bagian perifer memiliki ketebalan 1 mm. Sifat kornea yang avaskuler
membuat kornea mendapatkan nutrisinya dari jaringan di sekitarnya yaitu humor
akuos melalui proses difusi, lapisan air mata, dan pembuluh darah limbus. Sumber
nutrisi utama kornea adalah glukosa dan oksigen. Kornea juga merupakan
jaringan yang memiliki serabut saraf sensorik terbanyak (300-400 serabut saraf),
yang berasal dari nervus trigeminus (American Academy of Ophthalmology,
2011).

Secara histologi, struktur kornea terdiri dari lima lapisan yaitu epitel,
membrana bowman, stroma, membrana descemet dan endotel. Epitel kornea
memiliki ketebalan 50-60 m atau 5% dari total ketebalan kornea, dan terdiri dari
tiga lapisan yang berbeda yaitu lapisan sel superfisial, lapisan sel sayap, dan
lapisan sel basal. Membran Bowman merupakan lapisanaseluler yang dibentuk
oleh serat kolagen dan merupakan modifikasi dari bagian anterior stroma dengan
ketebalan 8-14 m. Lapisan ini tidak dapat mengalami regenerasi danakan
digantikan oleh jaringan parut bila terjadi trauma.Stroma kornea menyusun 90%
dari seluruh ketebalan kornea. Stroma kornea tersusun atas fibril kolagen dengan
8 ukuran yang seragam, meluas di seluruh permukaan kornea dan membentuk
kelompok yang disebut lamella; serta tersusun atas sel-sel kornea (keratosit) dan
matriks ekstraseluler yang terdiri dari glikoprotein dan glikosaminoglikan.

Membran Descemet merupakan lamina basalis sel-sel endotel kornea. Membran


ini terutama tersusun dari kolagen tipe IV dan memiliki ketebalan 10-12 m.
Endotel kornea merupakan lapisan paling dalam dari kornea. Lapisan ini terdiri
atas satu lapis sel berbentuk heksagonal yang sel-selnya tidak dapat membelah.
Endotel kornea mempunyai pengaruh yang besar dalam mempertahankan
transparansi kornea (American Academy of Ophthalmology, 2011).

Gambar 2.2 Lapisan Kornea

2.1.2 Fisiologi Kornea

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui


berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya
yang uniform, avaskuler dan deturgesensi.Deturgesensi atau keadaan dehidrasi
relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh pompabikarbonat aktif pada endotel
dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel
jauh lebih penting daripada epitel. Kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel
berdampak jauh lebih parahdaripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya,
kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang
akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi.Penguapan air dari lapisan air
mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan pada lapisan air mata
tersebut. Hal ini mungkin merupakan faktor lain dalammenarik air dari stroma
kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.Penetrasi
kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel
utuh dan substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Agar dapat melalui
kornea, obat harus larut-lemak dan larut-air sekaligus.Epitel adalah sawar yang
efisien terhadap masuknya mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea
ini cedera, stroma yang avaskular dan membran Bowman mudah terkena infeksi
oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus, amuba, dan jamur
(Biswell, 2010).

Adapun faktor-faktor yang sering menyebabkan kelainan pada kornea


adalah :

1.Dry eye

Kelainan ini muncul ketika lapisan air mata mengalami defisiensi sehingga
tidak dapat memenuhi batas-batas kecukupan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif, yang kemudian diikuti dengan keluhan subjektif.Kekurangan cairan
lubrikasi fisiologis merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
mikroba pada mata (Bangun, 2009).

2.Defisiensi vitamin A

Kelainan kornea oleh karena defisiensi vitamin A dapat menyebabkan


kekeringan yang menggambarkan bercak Bitot yang warnanya seperti mutiara
yang berbentuk segitiga dengan pangkal di daerah limbus. Bercak Bitot seperti
ada busa di atasnya. Bercak ini tidak dibasahi oleh air mata dan akan terbentuk
kembali bila dilakukan debridement. Terdapat dugaan bahwa bentuk busa ini
merupakan akibat kuman Corynebacterium xerosis. Hipovitamin A ini juga dapat

menyebabkan keratomalasia dan tukak kornea dimana akan terlihat kornea


nekrosis dengan vaskularisasi ke dalamnya (Ilyas, 2009).

3.Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea

Abnormalitas ukuran dan bentuk kornea yang terjadi adalah mikrokornea


dan megalokornea. Mikrokornea adalah suatu kondisi yang tidak diketahui
penyebabnya, bisa berhubungan dengan gangguan pertumbuhan kornea fetal pada
bulan ke-5. Selain itu bisa juga berhubungan dengan pertumbuhan yang
berlebihan dari puncak anterior optic cup yang meninggalkan sedikit ruang bagi
kornea untuk berkembang. Mikrokornea bisa berhubungan dengan autosomal
dominanatau resesif dengan prediksi seks yang sama, walaupun transmisi
dominan lebih sering ditemukan.Megalokornea adalah suatu pembesaran segmen
anterior bola mata. Penyebabnya bisa berhubungan dengan kegagalan optic cup
untuk tumbuh dan anterior tip menutupyang meninggalkan ruangan besar bagi
kornea untuk untuk diisi (Bangun, 2010).

4.Distrofi kornea

Deposit abnormal yang disertai oleh perubahan arsitektur kornea, bilateral


simetrik dan herediter, tanpa sebab yang diketahui. Proses dimulai pada usia bayi
1-2 tahun dapat menetap atau berkembang lambat dan bermanisfestasi pada usia
10-20 tahun. Pada kelainan ini tajam penglihatan biasanya terganggu dan dapat
disertai dengan erosi kornea (Ilyas, et al,2002).

5.Trauma kornea

Trauma kornea bisa disebabkan oleh trauma tumpul, luka penetrasi atau
perforasi benda asing. Kemungkinan kontaminasi jamur atau bakteri harus diingat
dengan kultur untuk bakteri dan jamur diambil pada saat pemeriksaan pertama
jika memungkinkan.Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan aberasi, edema,
robeknya membran Descemet dan laserasi korneoskleral di limbus
(Bangun,2010).
Trauma penetrasi merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata karena
pada keadaan ini kuman akan mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat
mengakibatkan kerusakan susunan anatomik dan fungsional jaringan intraokular
(Ilyas, 2009).Perforasi benda asing yang terdapat pada kornea dapat menimbulkan
gejala berupa rasa pedas dan sakit pada mata. Keluhan ini mungkin terjadi akibat
sudah terdapatnya keratitis atau tukak pada mata tersebut (Ilyas, 2010).

2.2 Definisi

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian


jaringan kornea. (Arif mansjoer, DKK,). Ulkus Kornea adalah keadaan patologik
kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea
bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian
jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan
cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti
desmetokel, perforasi, endoftalmitis.

2.3 Etiologi
1. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang
keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P
aeruginosa.

1) Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,


Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
2) Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel
yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada
bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus
lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
3) Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air
yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal
pada pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan
garam buatan sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan
pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.

2. Noninfeksi
1) Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat
superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih
yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan
terjadi penghancuran kolagen kornea.

2) Radiasi atau suhu


Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.

3) Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan
palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik
kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.

4) Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan
vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
5) Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.

6) Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.


7) Pajanan (exposure)
8) Neurotropik

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan lokasi, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:

1. Ulkus kornea sentral


1) Ulkus kornea bakterialis
1. Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu- abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.

2. Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuning- an
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.

3. Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang
dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang- kadang bentuk ulkus
ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat
hipopion yang banyak. Secara histopatologi, khas pada ulkus
ini ditemukan sel neutrofil yang dominan.

4. Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.
Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan
sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut
ulkus serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh
dan berwarna kekuning-kuningan. Penyebaran ulkus sangat
cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah
ini terdapat banyak kuman.

5. Ulkus Neisseria gonorrhoeae


Ulkus kornea yang terjadi karena Neisseria
gonorrhoeae dan merupakan salah satu dari penyakit
menular seksual. Gonore bisa menyebabkan perforasi
kornea dan kerusakan yang sangat berarti pada struktur
mata yang lebih dalam.

2) Ulkus kornea fungi


Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-
abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery
edge dan terlihat penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang baik.
Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral
sehingga terdapat satelit-satelit disekitar- nya. Pada infeksi kandida
bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik dan dapat terjadi
neovaskularisasi akibat rangsangan radang.

3) Ulkus kornea virus


1. Ulkus kornea Herpes Zoster
Ulkus kornea Herpes Zoster Biasanya diawali rasa sakit pada
kulit dengan perasaan lesu timbul 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit
dan edem palpebra, konjung- tiva hiperemis, kornea keruh
akibat terdapatnya infiltrat sub epitel dan stroma. Dendrit
herpes zoster berwarna abu- abu kotor.

2. Ulkus kornea Herpes Simplex


Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat
disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulseratif, jelas diwarnai
dengan fluoresein.

4) Ulkus kornea Acanthamoeba


Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea
indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar 2.2 Ulkus Kornea Acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer

1) Ulkus marginal
Merupakan peradangan kornea bagian perifer dapat berbentuk bulat
atau segiempat, dapat satu atau banyak dan terdapat daerah kornea
yang sehat dengan limbus.

2) Ulkus mooren
Merupakan ulkus kronik yang biasanya mulai dari bagian
perifer kornea berjalan progresif ke arah sentral tanpa adanya
kecenderungan untuk perforasi ditandai tepi tukak bergaung dengan
bagian sentral tanpa adanya kelainan dalam waktu yang agak lama.

2.5 Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan.

Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi
dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi
infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN)
yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

2.6 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala Ulkus Kornea yang mungkin timbul:

1. Bintik bulat berwarna putih atau abu-abu pada kornea


2. Mata berair (epifora)
3. Mata yang gatal
4. Nyeri mata
5. Pembengkakan kelopak mata
6. Pembuluh darah yang bengkak atau melebar pada bagian putih mata,
yang menyebabkan mata terlihat merah (mata merah)
7. Penglihatan kabur
8. Sensitif terhadap cahaya
Gejala klinis pada pasien dengan ulkus kornea sangat bervariasi, tergantung
dari penyebab dari ulkus itu sendiri. Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri yang
ekstrirn oleh karena paparan terhadap nervus, oleh karena kornea memiliki banyak
serabut nyeri, kebanyakan lesi kornea menimbulkan rasa sakit dan fotopobia. Rasa
sakit mi diperhebat oleh gesekan palpebra (terutama palpebra superior) pada
kornea dan menetap sampai sembuh. Karena kornea berfungsi sebagai jendela
bagi mata dan membiaskan berkas cahaya, lesi kornea umumnya agak
mengaburkan penglihatan terutama jika letaknya di pusat. Fotopobia pada
penyakit kornea adalah akibat kontraksi iris beradang yang sakit. Dilatasi
pembuluh darah Ms adalah fenomena refleks yang disebabkan iritasi pada ujung
saraf kornea. Fotopobia yang berat pada kebanyakan penyakit kornea, minimal
pada keratitis herpes karena hipestesi terjadi pada penyakit ini, yang juga
merupakan tanda diagnostik berharga. Meskipun berairmata dan fotopobia
umunnya menyertai penyakit kornea, umumnya tidak ada tahi mata kecuali pada
ulkus bakteri purulen.

Tanda penting ulkus kornea yaitu penipisan kornea dengan defek pada epitel
yang nampak pada pewarnaan fluoresen. Biasanya juga terdapat tanda-tanda
uveitis anterior seperti miosis, aqueus flare (protein pada humor aqueus) dan
kemerahan pada mata. Refleks axon berperan terhadap pembentukan uveitis,
stimulasi reseptor nyeri pada kornea menyebabkan pelepasan mediator inflamasi
seperti prostaglandin, histamine dan asetilkolin. Pemeriksaan terhadap bola mata
biasanya eritema, dan tanda-tanda inflamasi pada kelopak mata dan konjungtiva,
injeksi siliaris biasanya juga ada. Eksudat purulen dapat terlihat pada sakus
konjungtiva dan pada permukaan ulkus, dan infiltrasi stroma dapat menunjukkan
opasitas kornea berwarna krem. Ulkus biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan
batas yang tegas. Pemeriksaan dengan slit lamp dapat ditemukan tanda-tanda iritis
dan hipopion.

2.7 Penatalaksanaan

Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh
spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.

1. Penatalaksanaan non-medikamentosa:

1) Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya


2) Jangan memegang atau meng- gosok-gosok mata yang meradang
3) Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering
mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih;
4) Menghindari asap rokok, karenandengan asap rokok dapat
memperpanjang proses penyem- buhan luka.
2. Penatalaksanaan medikamentosa: Penatalaksanaan ulkus kornea harus
dilakukan dengan pemberian terapi yang tepat dan cepat sesuai dengan
kultur serta hasil uji sensitivitas mikroorganisme penyebab.
Adapun obat-obatan antimikrobial yang dapat diberikan berupa:
1) Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang
berspektrum luas diberikan dapat berupa salep, tetes atau injeksi
subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus sebaiknya tidak diberikan
salep mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan dapat
menimbulkan erosi kornea kembali. Berikut ini contoh antibiotik:
Sulfonamide 10-30%, Basitrasin 500 unit, Tetrasiklin 10 mg,
Gentamisin 3 mg, Neomisin 3,5-5 mg, Tobramisin 3 mg,
Eritromisin 0,5%, Kloramfenikol 10 mg, Ciprofloksasin 3 mg,
Ofloksasin 3 mg, Polimisin B 10.000 unit.

2) Anti jamur
Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya
preparat komersial yang tersedia. Berdasarkan jenis keratomitosis yang
dihadapi bisa dibagi:

1. Jamur berfilamen: topical amphotericin B, Thiomerosal,


Natamicin, Imidazol
2. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin
0,1% tetes mata
3. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai
jenis antibiotik.
3) Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid
lokal untuk mengurangi gejala, sikloplegik, antibiotik spektrum luas
untuk infeksi sekunder, analgetik bila terdapat indikasi serta antiviral
topika berupa salep asiklovir 3% tiap 4 jam.
4) Anti Acanthamoeba
Dapat diberikan poliheksametilen biguanid + propamidin isetionat
atau salep klorheksidin glukonat 0,02%. Obat-obatan lainnya
yang dapat diberikan yaitu:

1. Sulfas atropin sebagai salep atau larutan.


Kebanyakan dipakai sulfas atropin karena bekerja lama 1-2
minggu. Efek kerja sulfas atropin:

1) Sedatif, menghilangkan rasa sakit.


2) Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
3) Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor
pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya
akomodsi sehingga mata dalam keadaan istirahat. Dengan
lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga
sinekia posterior yang ada dapat terle- pas dan dapat mencegah
pembentukan sinekia posterior yang baru.

2. Skopolamin sebagai midriatika


3. Analgetik
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain,
atau tetrakain tetapi jangan sering-sering.

Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa pemberian nerve


growth factor (NGF) secara topikal menginisiasi aksi
penyembuhan luka pada ulkus kornea yang disebabkan oleh
trauma kimia, fisik dan iatrogenik serta kelainan autoimun
tanpa efek samping.

3. Penatalaksanaan bedah
1) Flap Konjungtiva
Tatalaksana kelainan kornea dengan flap konjungtiva
sudah dilakukan sejak tahun 1800-an. Indikasinya adalah situasi
dimana terapi medis atau bedah mungkin gagal, kerusakan epitel
berulang dan stroma ulserasi. Dalam situasi tertentu, flap
konjungtiva adalah pengobatan yang efektif dan definitif
untuk penyakit permukaan mata persisten.

Tujuan dari flap konjungtiva adalah mengembalikan integritas


permukaan kornea yang terganggu dan memberikan metabolisme
serta dukungan mekanik untuk penyembuhan kornea. Flap
konjungtiva bertindak sebagai patch biologis, memberikan pasokan
nutrisi dan imunologi oleh jaringan ikat vaskularnya.

Indikasi yang paling umum penggunaan flap konjungtiva adalah


dalam pengelolaan ulkus kornea persisten steril. Hal ini mungkin
akibat dari denervasi sensorik kornea (keratitis neurotropik yaitu,
kelumpuhan saraf kranial 7 mengarah ke keratitis paparan, anestesi
kornea setelah herpes zoster oftalmikus, atau ulserasi metaherpetik
berikut HSK kronis) atau kekurangan sel induk limbal. Penipisan
kornea dekat limbus dapat dikelola dengan flap konjungtiva
selama kornea tidak terlalu menipis.

2) Keratoplasti
Merupakan jalan terakhir jika penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti:

1. Dengan pengobatan tidak sembuh


2. Terjadinya jaringan parut yang menganggu penglihatan
3. Kedalaman ulkus telah mengancam terjadinya perforasi

Gambar 2.3 Keratoplasti


Ada dua jenis keratoplasti yaitu:

1. Keratoplasti penetrans, berarti penggantian kornea seutuh- nya.


Karena sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya diambil
segera setelah donor meninggal dan segera dibekukan. Mata donor
harus dimanfaatkan <48 jam. Tudung korneo sklera yang disimpan
dalam media nutrien boleh dipakai sampai 6 hari setelah donor
meninggal dan pengawetan dalam media biakan jaringan dapat
tahan sampai 6 minggu. Telah dilakukan penelitian ten- tang
pendonoran jaringan kornea manusia dari sisik ikan (Biocornea).
Penelitian dilaku- kan pada kelinci dan menunjukkan hasil
bahwa Biocornea sebagai pengganti yang baik memiliki biokompa-
tibilitas tinggi dan fungsi pendukungan setelah evaluasi jangka
panjang.
2. Keratoplasti lamelar, berarti penggantian sebagian dari kornea.
Untuk keratoplasti lamelar, kornea dapat dibekukan, didehidrasi,
atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu. Selama
dekade terakhir, tatalaksana bedah untuk penyakit endotel telah
berkembang dengan cepat ke arah keratoplasti endotel, atau
transplantasi jaringan selektif. Keratoplasti endotel menawar- kan
keuntungan yang berbeda dalam hal hasil visual dan sayatan
lebih kecil.
Sebuah penelitian terkini menyatakan bahwa pemberian terapi
tambahan berupa fototerapi laser argon sangat berguna dalam
pengobatan ulkus kornea.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan oftalmologis dengan menggunakan lampu celah serta pemeriksaan
laboratorium. Anamnesis pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat
diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit
kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek
yang sering kambuh. Hendaknya ditanyakan pula riwayat pemakaian obat topikal
oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit
bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek.

Pada pemeriksaan oftakmologis didapatkan gejala berupa adanya injeksi


siliar, kornea edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea disertai adanya
jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang disertai dengan
hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti
ketajaman penglihatan, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan
kornea dengan zat fluoresensi, dan scrapping untuk analisa atau kultur (pulasan
gram, giemsa atau KOH). Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk
membuat diagnosis etiologik secara spesifik, diperlukan pemeriksaan
mikrobiologik, sebelum diberikan pengobatan empirik dengan antibiotika.
Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan
jaringan nekrotik terlebih dahulu; dilakukan secara aseptik menggunakan spatula
Kimura, lidi kapas steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian
media penyubur BHI (Brain Heart Infusion Broth) akan memberikan hasil positif
yang lebih baik daripada penanaman langsung pada medium isolasi. Medium
yang digunakan adalah medium pelat agar darah, media coklat, medium Sabaraud
untuk jamur dan Thioglycolat. Selain itu dibuat preparat untuk pengecatan gram.
Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi morfologik tentang kuman
penyebab yaitu termasuk kuman gram (+) atau Gram (-) dan dapat digunakan
sebagai dasar pemilihan antibiotika awal sebagai pengobatan empirik.

Pemeriksaan Diagnostik Penunjang


1. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan )
2. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
3. Pemeriksaan oftalmoskopi
4. Pemeriksaan Darah lengkap, LED
5. Pemeriksaan EKG
6. Tes toleransi glukosa
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:

1. Kebutaan parsial atau komplit karena endoftalmitis


2. Prolaps iris
3. Sikatrik kornea
4. Katarak
5. Glaukoma sekunder
2.10 Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang
sangat buruk bagi mata.

1. Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
2. Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
3. Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Biswell R (2010). Corneal Ulcer in Cornea.Vaughan D, Asbury T, Eva PR(Ed).


General Ophtalmology 17th ed. USA Appleton Lange, pp:126-149
Farida, Yusi. 2015 Corneal Ulcer Treatment. J MAJORITY Volume 4 Nomor 1
Januari 2015 Universitas Lampung.
Ilyas S, Maylangkay BHH (2002). Ulkus Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Sagung
Seto, pp:131-134
Ilyas S (2010). Anatomi dan Fisiologi Mata Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, pp:l-13.
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
SURABAYA, 02 NOVEMBER 2017

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil


a) Kontrak waktu dan Pembukaan: a) Peserta antusias
tempat diberikan 1 a) Mengucapkan salam terhadap materi
hari sebelum dan memperkenalkan penyuluhan
penyuluhan diri
dilaksanakan b) Peserta
b) Menyampaikan tujuan, mendengarkan
b) Pembuatan susunan maksud dan manfaat dan
rangkaian acara dari penyuluhan memperhatikan
penyuluhan, leaflet penyuluhan
c) Menjelaskan kontrak dengan seksama
c) Peserta di tempat waktu dan susunan dari
yang telah ditentukan rangkaian acara c) Peserta yang
dan disediakan oleh penyuluhan datang minimal
panitia 10 orang
d) Menjelaskan topik dari
d) Pengorganisasian materi penyuluhan yang d) Acara dimulai
penyelenggaraan akan diberikan tepat waktu
penyuluhan
dilakukan sebelum e) Membuat kontrak e) Peserta mengikuti
dan saat penyuluhan waktu dengan peserta acara sesuai
dilaksanakan dengan aturan
Pelaksanaan: yang telah diatur
a) Menggali pengetahuan dan disepakati
dan pengalaman berupa
pemberian pertanyaan f) Peserta mampu
tentang Ulkus kornea memahami materi
1) Memberikan dan menjawab
jawaban yang benar pertanyaan
dari pertanyaan dengan benar dari
penyuluh
2) Tim penyuluh minimal 75%
membagikan leaflet
kepada peserta
penyuluhan

b) Menjelaskan materi
penyuluhan meliputi:
1) Anatomi dan
fisiologi retina
2) Pengertian Ulkus
kornea
3) Etiologi Ulkus
Kornea
4) Tanda dan gejala
Ulkus Kornea
5) Pemeriksaan
penunjang Ulkus
Kornea
6) Penatalaksanaan
Ulkus kornea
7) Pencegahan
Ulkus kornea

c) Sesi tanya jawab


DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PKRS
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
SURABAYA, 02 NOVEMBER 2017

NO NAMA ALAMAT TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25

DAFTAR PERTANYAAN PELAKSANAAN PKRS


PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS (P3N)
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
SURABAYA, 02 NOVEMBER 2017

NO NAMA PERTANYAAN JAWABAN

You might also like