You are on page 1of 7

PENERAPAN METODE SDLC MEMBERIKAN HASIL LEBIH BAIK

DALAM PENGEMBANGAN SISTEM BERSIFAT GENERIK

Oleh

Cici Apriani

BP : 1610536017

Pendahuluan

Perkembangan yang semakin pesat khususnya dalam bidang informasi, menuntut

setiap organisasi untuk mengenal lebih dalam, mengenai perkembangan informasi

khususnya dalam melakukan pengembangan sistem yang komplek dan menyeluruh.

Proses pengembangan sistem menuntut kemampuan untuk mengenali terlebih dahulu

mengenai perancangan suatu sistem, sehingga dari situ terlahirlah pengembangan

sistem yang memiliki inovasi untuk mengusulkan atau memperbaiki sistem yang telah

diterapkan menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya, dengan tujuan untuk

terwujudnya sistem informasi yang aman, nyaman, efisien dan juga dapat

memberikan nilai tambah dan daya guna bagi sistem itu sendiri dan juga bagi para

penggunanya. Pengembangan sistem dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya dengan menggunakan metode Traditional SDLC (System Development Life

Cycle) atau yang sering dengan Waterfall Method. Penerapan Metode SDLC lebih

baik digunakan dalam pengembangan sistem yang bersifat generik karena model

pengembangannya lebih handal dan paling lama digunakan, cocok untuk software

berskala besar, mudah diaplikasikan, dan tidak hanya itu pengembangan sistem juga

dilakukan dengan cara terstruktur, teratur dan, terjadwal sehingga sistem dapat dengan

baik dan mudah dikontrol dan menghasilkan sistem yang bermutu dibandingan

dengan menggunakan metode alternatif seperti prototyping. Oleh karena itu,


berdasarkan uraian di atas maka tulisan ini membahas mengenai Kelebihan dan

Kekurangan dari Penerapan Metode SDLC dibandingkan dengan Metode Alternatif

(Prototyping) dalam melakukan pengembangan sistem yang bersifat generik.

Metode Traditional SDLC

Metode SDLC (System Development Life Cycle) adalah pendekatan melalui

beberapa tahap untuk menganalisis dan merancang sistem yang dimana sistem

tersebut telah dikembangkan dengan sangat baik melalui penggunaan siklus kegiatan

penganalisis dan pemakai secara spesifik (Kendall & Kendall, 2010, h. 12). Metode

SDLC atau daur pengembangan sistem adalah daur dari suatu perkembangan system

informasi mulai dari konsepsi yang berwujud gagasan, proses pengembangannya,

hingga implementasi dan pengoperasiannya (Nugroho Widjajanto, 2001, h. 521).

Metode ini merupakan sistem pengembangan yang paling tua.

Metode SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem

perangkat lunak yang dimulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir dan begitu

seterusnya dan terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya : mengidentifikasi masalah,

peluang dan tujuan; menentukans syarat-syarat informasi; menganalisis kebutuhan

sistem; merancang sistem yang direkomendasikan; mengembangkan dan

mendokumentasikan perangkat lunak; menguji dan mempertahankan sistem;

mengimplementasikan dan mengevaluasi sistem (Kendall & Kendall, 2010, h 12).

Dari 7 tahapan yang telah dijabarkan tersebut harus dilaksanakan oleh analis

sistem, dikarenakan apabila salah satu dari siklus tersebut tidak terlaksana, maka

analisis tidak dapat melanjutkan ke tahap berikutnya atau tidak bisa

kembali/mengulang ke tahap sebelumnya.


Metode Prototyping

Metode Prototyping adalah suatu teknik yang sangat berguna untuk

mengumpulkan suatu informasi tertentu mengenai syarat-syarat informasi pengguna

secara cepat (Kendall & Kendall, 2010, h. 188). Menurut Mulyanto (2009),

Prototyping disebut juga desain aplikasi cepat (Rapid Application Design) karena

menyederhanakan dan mempercepat desain sistem, metode ini digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang timbul akibat user tidak mampu mendefenisikan secara

jelas kebutuhannya.

Metode Prototyping menggunakan beberapa tahapan dalam melakukan

pengembangan sistem diantaranya : mengidentifikasi tujuan dan syarat-syarat

informasi; bekerja dengan pengguna untuk merancang system; membangun system:

mengenalkan system baru (kendall & kendall, 2008, h. 204). Beberapa tahapan ini

yang akan menentukan keberhasilan dalam pengembangan sistem dalam metode

prototyping yang dapat diterima oleh penggunanya.

Kelebihan Metode SDLC

Dalam pengembangan system, tahap awal yang akan dilakukan oleh analis sistem

yaitu analisis system, dimana tahap analisis ini merupakan tahap yang sangat kritis

dan sangat penting, karena apabila terjadi kesalahan di tahap ini maka akan

mempengaruhi ke tahap selanjutnya (Jogiyanto, 2005, h. 129). Setelah itu, barulah

analisis akan melakukan pengembangan sistem. Seorang analis sistem dalam

melakukan pengembangan sistem yang berisfat generik, lebih baik menggunakan

metode SDLC dibandingankan menggunakan metode Prototyping berikut alasannya :

Pada tahap analisis sistem Metode SDLC membutuhkan data yang lengkap dan

menyeluruh yang diperoleh melalui wawancara, survey, ataupun diskusi dengan


tujuan untuk melakukan penganalisisan sistem di awal secara detail agar proses

pengembangan sistem dapat berjalan dengan baik untuk tahap selanjutnya sedangkan

apabila analis sistem menggunakan metode prototyping maka analis hanya

membutuhkan data sesuai dengan kebutuhan user ketika dilakukan testing, yang

menyebabkan nantinya apabila analis menggunakan metode pototyping, sistem yang

dihasilkan dalam pengembangan sistem tidak dapat digunakan dalam jangka panjang,

karena penggunaannya hanya sesuai dengan kebutuhan.

Pada tahap perancangan sistem pada penerapan metode SDLC, uji coba dapat

dilakukan ketika semua tahapan pada model sudah selesai, berupaya untuk agar tidak

terjadinya perubahan perancangan sistem yang telah dirancang sebelumnya sehingga

hasil dari pengembangan sistem sesuai dengan yang direncanakan, selain itu juga

memberikan perancangan sistem secara umum dan secara terinci sedangkan pada

metode prototyping uji coba dapat dilakukan ketika prototype telah dibangun dan

menyebabkan pada hasil uji coba rancangan sistem dapat diubah dan menjadi tidak

sesuai dengan yang telah ditetapkan di awal.

Pada tahap implementasi sistem, penerapan metode SDLC menerapkan proses

perancangan yang baik, yang dimulai dari penyiapan data yang kompleks dan

lengkap, dan design sistem yang dispesifikasin secara keseluruhan sesuai kebutuhan

agar nantinya memberikan gambaran yang seharusnya dikerjakan dan ditampilkan

dalam melakukan pengembangan sistem dan juga untuk meminimalisirkan kesalahan

yang mungkin terjadi, sedangkan apabila analis sistem menggunakan penerapan

metode prototyping maka pada saat tahap implementasi sistemnya tidak menerapkan

proses perancangan yang baik seperti metode SDLC selain itu keunggulan

penggunaan metode SDLC pada tahap ini yaitu melakukan evaluasi ketika sistem

telah dibangun, dan juga mengedepankan kebutuhan fungsional sistem. Sedangkan


pada metode SDLC evaluasi dilakukan ketika Prototype telah dibangun dan hanya

mengedepakan kenyaman user tanpa memperhatikan kebutuhan dari fungsional

sistem.

Pada tahap akhir yaitu tahap pemeliharaan sistem, penerapan pemeliharaan

metode SDLC dilakukan sesuai dengan kesepakatan, yang bertujuan agar software

yang sudah dijalankan dilakukan pemeliharaan. Pemeliharaannya berupa perbaikan

implementasi unit sistem, peningkatan jasa sistem sebagai kebutuhan baru, dan

memperbaiki kesalahan yang tidak ditemukan pada langkah sebelumnya yang

bertujuan agar memberikan hasil yang lebih baik dikemudian harinya.

Selain itu, model pengembangan sistem yang menerapkan metode SDLC

merupakan model pengembangan yang handal dan paling lama digunakan, cocok

untuk sistem atau perangkat lunak yang bersifat generik karena sistem dapat

diidentifikasi semua kebutuhannya dari awal dengan spesifikasi yang umum dan juga

pengerjaan project system akan terjadwal dengan baik dan dapat dengan mudah

dikontrol. Keuntungan lainnya juga dapat diperoleh dari sisi user yaitu dapat

merencanakan dan menyiapkan seluruh kebutuhan data dan proses yang diperlukan

dengan penggunaan sistem software yang berskala besar. Oleh dari itu, banyaknya

keuntungan yang dapat diperoleh oleh analis sistem apabila ia menggunakan metode

SDLC dalam pengembangan sistem khususnya untuk pengembangan sistem yang

bersifat generik.

Kekurangan Metode SDLC

Selain memiliki kelebihan, metode SDLC juga memiliki kekurangan salah satu

kekurangan yang paling mendasar yang dimiliki oleh metode ini yaitu

menyamakannya pengembangan perangkat keras dengan perangkat lunak dengan


meniadakan perubahan saat pengembangan. Selain itu dari segi biaya, pengembangan

sistem menggunakan metode ini harus mengeluarkan biaya yang besar dan waktu

yang lama untuk memperoleh pengembangan sistem. Sedangkan penerapan

menggunakan metode prototyping dapat menghemat waktu dan biaya atau biaya yang

dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan metode SDLC.

Kesimpulan

Berbagai macam metode dalam melakukan pengembangan sistem pasti memiliki

kelebihan dan kekurangan pada masing-masing metode. Pada pengembangan sistem

metode SDLC cocok untuk sistem atau perangkat lunak bersifat generik yang dapat

diidentifikasi semua kebutuhan dari awal dengan spesifikasi umum dan juga

memungkinkan perusahaan untuk memegang kendali penuh atas sistem perusahaan

itu sendiri sehingga sistem dapat dengan mudah diaplikasikan dan diterapkan dan

sistem yang dihasilkanpun jauh lebih baik dibandingkan dengan metode prototyping

dikarenakan proses pengembangannya membutuhkan waktu yang lama, rinci dan

kompleks. Namun, sistem ini membutuhkan biaya investasi yang mahal dan waktu

yang lama dalam pengembangannya.

Metode prototyping dapat dikatakan memiliki kualitas sistem yang standar

dikarenakan proses pengembangan yang hanya memerlukan waktu yang pendek,

penyiapan data yang tidak komplek atau hanya berasal dari kebutuhan user dan biaya

untuk memperoleh pengembangan sistem dapat dikatakan relatif lebih murah karena

tinggal membeli dari pengembang sistem yang menyebabkan sistem ini tidak sesuai

dengan aplikasi yang unik, perbaikan dan modifikasi sistemnya sulit dikerjakan

sendiri dan metode ini tidak cocok digunakan apabila sistem bersifat generik
melainkan lebih cocok bagi sistem yang bersifat customize atau software yang

diciptakan berdasarkan permintaan dan kebutuhan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Jogiyanto, HM. (2005). Sistem Informasi, Pendekatan Terstuktur Teori dan Praktik

Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Kendall, & Kendall. (2010). Analisis dan Perancangan Sistem. Jakarta: PT Indeks.

Mulyanto, Agus. (2009). Sistem informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Widjajanto, Nugroho. (2001). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Erlangga.

You might also like