You are on page 1of 6

DISKUSI

Pasien seorang laki-laki berusia 25 tahun dirawat di bangsal THT-KL RSUP dr


Mdjamil Padang ditegakkan diagnosis kerja dengan otitis media supuratif kronik suspek tipe
bahaya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keluhan utama pasien yaitu keluar
cairan dari telinga kanan 6 bulan ini terutama bila pasien demam, batuk & pilek. Cairan
kekuningan kadang berbau dan bercampur darah. Riwayat keluar cairan dari telinga kanan
sudah dirasakan sejak 15 tahun yang lalu hilang timbul.
Otorea kronis dapat terjadi pada penyakit otitis eksterna difus, otomikosis, otitis
eksterna maligna, miringitis granulomatosa kronis, dan otitis media supuratif kronis. Pada
otitis eksterna difus, sekret yang berbau namun tidak mengandung musin/lender seperti sekret
yang ke luar dari kavum timpani pada otitis media, serta terdapat nyeri tekan tagus dan
pembesaran kelenjar getah bening regional pada pemeriksaan fisik. Pada otomikosis, otorea
kronis akan diikuti dengan rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga, tetapi sering juga tanpa
keluhan. Pada otitis eksterna maligna, biasanya terjadi pada orang tua dengan diabetes
mellitus dengan gejala klinis diikuti oleh rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti
oleh nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kelainan patologik yang
penting pada otitis eksterna maligna ialah terdapat osteomielitis yang progresif. Pada
mitringitis granulomatosa kronis, keluhan biasanya disertai dengan otalgia ringan dan sering
berhubungan dengan otitis eksterna berulang.10
Pada pasien juga terdapat keluhan penurunan pendengaran sejak 6 bulan ini pada
telinga kanan, tidak terdapat telinga berdenging, nyeri pada telinga, demam dan batuk pilek
Pada OMSK, otorea yang terjadi berupa sekret purulen (kental, putih) atau mukoid
(seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh
aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Gangguan pendengaran pada OMSi
tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli
konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan
sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat
menghantar bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna biasanya
didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga
kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat
harus diinterpretasikan secara hati-hati.11
Pada anamnesis, pasien juga menyatakan terdapat riwayat batuk pilek sejak kecil serta
terdapat riwayat nyeri telinga hebat pada telinga kanan disertai keluarnya cairan dari telinga
15 tahun yang lalu. Keluhan pasien 15 tahun yang lalu mengarah pada otitis media akut.
Otitis media akut dapat menjadi otitis media supuratif kronis disebabkan oleh terdapat
beberapa faktor, seperti terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi
kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang
buruk.10
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari OMSK
dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang disebabkan oleh
multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan
fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan
penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba
pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang
sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi
telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).13
Pada pemeriksaan fisik status lokalis telinga didapatkan membran timpani telah
mengalami perforasi total. Apabila terdapat otorea kronis dengan membran timpani perforasi
maka diganosa mengarah ke otitis media supuratif kronis. Penegakkan diagnosa OMSK
diikuti dengan penentuan tipe OMSK yaitu tipe benigna atau tipe maligna.
Perbedaan utama antara tipe benigna dan tipe maligna ialah kolesteatoma.
Kolesteatoma merupakan patognomonik pada OMSK tipe maligna . Kolesteatom adalah
suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel
bertatah yang telah mengalami nekrotik. Pada pemeriksaan fisik tidak didaptkan adanya
kolesteatoma namun perforasi yang terjadi merupakan perforasi total, maka kecurigaan
terhadap tipe maligna.
Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan adanya gangguan pendengaran konduktif.
Oleh karena itu diagnosa kerja pada pasien ini ialah otitis media supuratif kronik auris dekstra
suspek tipe bahaya dan tuli konduksi auris dekstra.
Pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosa ialah dengan CT scan
mastoid. Dari CT scan dapat dilihat ada tidaknya kolesteatom yang tersembunyi (tidak
terlihat melalui otoskop). Pemeriksaan audiometri nada murni juga dianjurkan untuk
mengetahui gangguan pendengaran secara kuantitatif.
Tatalaksana OMSK pada tipe maligna yang utama ialah pembedahan. Pasien
diberikan obat cuci telinga untuk membersihkan dan mengeringkan sekret yang keluar. Pasien
juga diharapkan istirahat cukup, menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek
telinga dengan benda tajam dan menjaga agar telinga tidak kemasukan air selama menunggu
prosedur pembedahan dilakukan. Prosedur pembedahan yang dipilih akan tergantung dari
hasil pemeriksaan anjuran yang didapatkan serta ada tidaknya komplikasi.
Komplikasi yang mungkin terjadi berupa komplikasi otologik dan komplikasi
intrakranial. Komplikasi otologik berupa mastoiditis koalesen, petrositis, paresis fasialis, dan
labirinitis. Komplikasi intrakranial berupa abses ekstradural, trombosis sinus lateralis, abses
subdural, meningitis, abses otak, dan hidrosefalus otitis. Pada pasien ini tidak ditemukan
keluhan atau pun kelainan yang mengarahkan ke komplikasi.
Kesimpulan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah
radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga
(membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2
bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.
Tipe OMSK terbagi menjadi tipe benigna dan tipe maligna. Penentuan tipe OMSK penting
untuk menentukan penatalaksanaan pada pasien. Diagnosa dini dan penatalaksanaan yang
tepat dapat menurunkan komplikasi yang dapat terjadi dan meningkatkan prognosis
kesembuhan.

ANALISIS KASUS
Definisi otitis media supuratif kronik (OMSK) menurut WHO adalah adanya otorea
yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan perforasi membran timpani.
Berdasarkan ICD-10, diagnosis OMSK ditegakkan jika terdapat perforasi membran timpani
disertai pengeluaran sekret terjadi selama minimal dalam 6 minggu dimana sekret yang
keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul.
Menurut Buku THT FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah
infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar
dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2 bulan.
Jadi, karena pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga mengeluarkan cairan
sejak 2 minggu lalu serta ditemukannya perforasi membran timpani pada telinga kanan, maka
pasien dapat didiagnosis menderita Otitis Media Supuratif Kronik.
Pasien mengeluh keluar cairan lengket berwarna putih dari telinga tengahnya sejak 2
minggu yang lalu, dan setiap hari. Pada kasus ini, Otitis media akuta yang diderita pasien
tidak mencapai stadium resolusi karena perforasi yang menetap dengan sekret yang keluar
secara intermiten. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti imunitas atau daya
tahan tubuh pasien rendah, pengobatan yang dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas
misalnya pemberian obat tidak teratur, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya infeksi
fokal di hidung dan faring, dan lain-lain.
Faktor risiko timbulnya OMSK adalah gangguan fungsi tuba eustachius akibat infeksi
hidung dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering berulang, obstruksi tuba,
pembentukan jaringan ikat, penebalan mukosa, polip, adanya jaringan granulasi,
timpanosklerosis, OMSK juga lebih mudah terjadi pada orang yang pernah terkena penyakit
telinga pada masa kanak-kanak, perforasi membran timpani persisten, terjadinya metaplasia
pada telinga tengah, otitis media yang virulen, memiliki alergi, keadaan imunitas yang
menurun.
Pasien menderita OMSK tipe benigna karena telinga mengeluarkan sekret secara
intermiten dan ditemukannya membran timpani yang mengalami perforasi sentral tanpa
terbentuknya kolesteatoma, jaringan granulasi, destruksi ke tulang ataupun adanya
komplikasi lain.
Dalam otitis media pendengaran biasanya berkurang akibat tuli konduktif yang
berkisar antara 20-50 dB. Pemeriksaan fungsi pendengaran biasanya dilakukan untuk
mengetahui jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk mengevaluasi kondisi
pasien apakah sudah mengalami perbaikan atau belum. Timpanometri biasanya dilakukan
bersama dengan audiometri. Dalam otitis media juga dapat dilakukan pneumotoskopi untuk
mengetahui pergerakan membran timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran
timpani sudah mengalami perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran
timpani tidak akan membuatnya bergerak.
Anjuran pemeriksaan fungsi pendengaran dalam kasus ini adalah pemeriksaan Rinne,
Weber, dan Swabach, audiometri, Pada pemeriksaan Rinne diharapkan negatif agar sesuai
dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan Weber jika terdapat lateralisasi ke satu
telinga berarti ada perbedaan derajat ketulian antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan
Swabach diharapkan hasilnya memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli
konduktif pada pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah yang
menyebabkan gangguan pergerakan tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)
sehingga konduksi suara menjadi terhambat. Selain itu, sekret nasofaringeal dapat refluks ke
telinga tengah sehingga clearance cavum timpani menurun. Namun pada beberapa kasus
OMSK dapat menimbulkan tuli sensorineural dan tuli campur.
Untuk menentukan jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi pada pasien
dibutuhkan pemeriksaan kultur spesimen. Lagipula kultur juga berguna untuk memilih jenis
antibiotik yang spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan
medikamentosa. Bila sekret keluar secara terus menerus larutan H202 3% diberikan untuk 3-
5 hari. Nanti setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga yang mengandung antibiotik dan
kortikosteroid. Karena obat tetes telinga banyak yang memiliki efek samping ototoksik, maka
tetes telinga dianjurkan hanya dipakai 1 atau 2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang.
Secara oral dapat diberikan antibiotika Ampicilin atau Eritromisin bila pasien alergi terhadap
Penicillin. Jika dicurigai resisten maka diberikan ampicilin asam klavulanat. Namun cara
pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji
resistensi. Bila sekret telah kering namun perforasi menetap setelah observasi selama 2 bulan
maka sebaiknya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti dengan tujuan menghentikan
infeksi dan memperbaiki membran timpani yang ruptur sehingga fungsi pendengaran
membaik dan komplikasi tidak terjadi.

BAB IIIPEMBAHASAN
Pada kasus ini diperoleh informasi yang dapat mendukung diagnosis baik
darianamnesa maupun pemeriksaan fisik yang dilakukan. Dari hasil anamnesa
didapatkan:Pasien datang ke Poli THT diantar orang tuanya dikeluhkan keluar cairan
melalui telingakanan. Cairan keluar sejak 1 minggu yang lalu, cairan tersebut bersifat bau,
warna kuningkehijauan, agak kental dan keluarnya hilang timbul.Menurut orang tua os cairan
tersebutdikeluhkan keluar jika menderita pilek atau batuk. Menurut pengakuan orang tua os
rasanyeri (-), demam (-), rewel (-), riwayat berenang di kali (+) 1 minggu yang lalu.
Keluhan pendengaran menurun tidak ada, gejala di hidung dan di tenggorok disangkal. Orang
tuaos mengaku pernah menderita keluhan serupa pada ke dua telinga os lebih kurang 1
tahunyang lalu. Orang tua pasien membawa os ke dokter 4 hari yang lalu
dan diberikan obat(pasien lupa dengan nama obatnya).Dari hasil pemeriksaan klinis
pada telinga didapatkan adanya otore pada
telingak a n a n , o t o r e t e r s e b u t b e r s i f a t m u k o p u r u l e n d a n d a r i p e m e r i k s a a n o
toskop terlihatm e m b r a n t i m p a n i p e r f o r a s i s e n t r a l , u k u r a n k e c i l
, d a n t e r l e t a k p a d a k u a d r a n p o s t e r o s u p e r i o r. S e d a n g k a n p a d a t e
linga kiri hasil pemeriksaan dengan otoskopdidapatkan serumen,
m e m b r a n t i m p a n i i n t a k , c o n e o f l i g h t y a n g m i n i m a l . P a d a pemeriks
aan hidung dengan menggunakan spekulum tidak ditemukan adanya
kelainans e p e r t i p e r a d a n g a n d a n k e l a i n a n y a n g l a i n y a . B e g i t u p u l a d
e n g a n p e m e r i k s a a n tenggorokan tidak tampak adanya peradangan pada
mukosa dinding faring serta tonsil dalam batas normal.Berdasarkan
data pasien diatas dapat mengarahkan diagnosis yaitu Otitis mediasupuratif kronik
AD aktif tipe aman. Diagnosis kronis dapat dilihat dari hasil anamnesisdimana orang tua
os mengaku pernah menderita keluhan serupa pada ke dua telinga oslebih kurang
1 tahun yang lalu sehingga untuk diagnosis banting otitis media
akut dapatdisingkirkan. Dikatakan aktif karena terlihat adanya otore dari telinga kanan dan
tampak adanya perforsai sentral pada membran timpani dengan ukuran sedang
pada
kuadran p o s t e r o s u p e r i o r. P a s i e n d i d i a g n o s i s d e n g a n O M S K t i p e a m a n k a r
e n a p e r f o r a s i n y a letaknya sentral, hal ini berdasarkan teori mengatakan bahwa
pada OMSK tipe aman19

terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang, perforasi letaknya
disentral.
1
Dari data pasien diatas dapat ditemukan
bahwa faktor predisposisi terjadinyaOMSK pada pasien ini adalah pasien sebelumnya
pernah mengalami keluhan serupa. Halini berdasarkan teori mengatakan otitis media
kronis merupakan kelanjutan dari otitismedia akut dan / atau otitis media dengan
efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang
lainnya berkembang menjadi keadaan kronis.
3
Selain itu riwayat os berenang di kali merupakan salah satu fakto
r h i g i e n e y a n g berpengaruh.Oleh karena itu dapat diberikan KIE pada orang tua pasien
untuk menjaga kondisikesehatan anaknya agar infeksi saluran napas atas yang
merupakan faktor
predisposisiO M S K d a p a t d i h i n d a r i s e r t a m e l a r a n g a n a k n y a u n t u k t i d a k m a
n d i k e k a l i s e h i n g g a keadaan membran timpani selalu kering.Untuk terapi
medikamentosa pada pasien ini dapat diberikan obat cuci
telinga( H 2 O 2 3 % ) p a d a
telinga yang otore aktif. Dan dapat diberikan antibiotik golonganampisili
n a t a u e r i t r o m i s i n ( b i l a a l e rg i t e r h a d a p p e n i s i l i n ) s e b e l u m a d a h a s i l k u l t
u r. idealnya adalah memberikan antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya, ileh kerena
itudiperlukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi antibiotika dari sekret telinga.
1
20

Daftar Pustaka
1.
Djaafar ZA.
Kelainan telinga tengah
. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77.
2.
Christanto, A. et al.
Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies Bakteri Otitis Media
Supuratif Kronik Benigna Aktif
. Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007
3.
Nursiah, S.
P o l a K u m a n A e r o b P e n y e b a b O M S K d a n K e p e k a a n Te r h a d a p Beber
apa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan
.Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003
4.
Soetirto, I. et al.
Gangguan Pendengaran (Tuli)
. Dalam: Soepardi, E, et al,
Ed.B u k u A j a r I l m u P e n y a k i t Te l i n g a H i d u n g Te n g g o r o k a n . E d i s i V
I . B a l a i Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22
5.
Ballenger JJ.
Penyakit Telinga Kronis
. Dalam Buku Peny
akit
Telinga, Hidung,Tenggorok, Kepala dan Leher
.
Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994: p. 392-412.
6.
Aboet, A.
R a d a n g Te l i n g a Te n g a h M e n a h u n
. U n i v e r s i t a s S u m a t e r a U t a r a : Medan.2007
7.
Boesoirie, TS dan Lasminingrum.
Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan OtitisM e d i a S u p u r a t i f
. B a g i a n I l m u K e s e h a t a n T H T- K L . F a k u l t a s
KedokteranU N P A D / R S U P d r . H a s a n S a d i k i n B a n d u n g
. 2 0 0 9 . D i a k s e s d a r i http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?
to=article&id=13pada 20 september 2010.

You might also like