You are on page 1of 27

Peraturan Internal Staf Keperawatan

( Nursing Staff By Laws )


Rumah Sakit Sumber Waras

Rumah Sakit Sumber Waras


Tahun 2015

KOMITE KEPERAWATAN 1
DAFTAR ISI
Hal.

1. PENDAHULUAN .. 2
2. Bab I Ketentuan Umum .. 2
3. Bab II Tujuan . 4
4. Bab III Staf Keperawatan
Bagian Kesatu : Hak dan Kewajiban Staf Keperawatan . 4
Bagian Kedua : Tugas dan Fungsi Staf Keperawatan .. 6
Bagian Ketiga : Pembinaan dan Pengawasan Staf Keperawatan 7
Bagian Keempat : Mitra Bestari .. 8
5. Bab IV Kewenangan Klinis 8
6. Bab V Delegasi dan Mandat Tindakan Medik 10
7. Bab VI Penugasan Klinis . 11
8. Bab VII Komite Keperawatan
Bagian Kesatu : Kedudukan Komite Keperawatan .. 12
Bagian Kedua : Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite
Keperawatan 12
Bagian Ketiga : Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Keperawatan 13
Bagian Keempat : Masa jabatan Komite Keperawatan 15
9. Bab VIII Subkomite Kredensial
Bagian Kesatu : Pengorganisasian Subkomite Kredensial 16
Bagian Kedua : Tugas dan wewenang 16
Bagian Ketiga : Kredensial dan Rekredensial .. 17
10. Bab IX Subkomite Mutu Profesi
Bagian Kesatu : Pengorganisasian Subkomite Mutu Profesi . 18
Bagian Kedua : Tugas dan Wewenang .. 18
Bagian Ketiga : Audit Keperawatan 19
Bagian Keempat : Pendidikan berkelanjutan 19
Bagian Kelima : Pendampingan (proctoring) 20
11. Bab X Subkomite Etika dan Disiplin Profesi
Bagian Kesatu : Pengorganisasian Subkomite Etika dan Disiplin Profesi 20
Bagian Kedua : Tugas dan Wewenang 20
Bagian Ketiga : Pendisiplinan Profesi 21
Bagian Keempat : Pembinaan Profesi 22
12. Bab XI Rapat-Rapat .. 22
13. Bab XII Tata Kelola Klinis .. 24
14. Bab XIII Review dan Perubahan . 25
15. Bab IVX Penutup 25

KOMITE KEPERAWATAN 2
PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
( NURSING STAFF BY LAWS )
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS

PENDAHULUAN

Peraturan internal staf keperawatan merupakan peraturan penyelenggaraan profesi


staf keperawatan dan mekanisme tata kerja Komite Keperawatan. Yang dimaksud
dengan staf keperawatan meliputi perawat dan bidan. Peraturan ini dirasakan penting
karena staf keperawatan merupakan jumlah terbesar dari tenaga kesehatan lain di
Rumah Sakit, memiliki kualifikasi berjenjang dan sebagai profesi yang berhubungan
langsung dengan pasien dan keluarganya.
Rumah Sakit wajib menyusun peraturan internal staf keperawatan dengan mengacu
pada peraturan internal korporasi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan internal staf keperawatan disusun oleh Komite Keperawatan dan disahkan
oleh Direktur Rumah Sakit.
Peraturan internal staf keperawatan sebagai acuan serta dasar hukum yang sah bagi
Komite Keperawatan dan Direktur Rumah Sakit dalam hal pengambilan keputusan
tentang staf keperawatan. Termasuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban
Komite Keperawatan kepada Direktur Rumah Sakit tentang profesionalisme staf
keperawatan rumah sakit.
Peraturan internal staf keperawatan berbeda untuk setiap Rumah Sakit dan tidak
mengatur pengelolaan rumah sakit. Pengaturan utamanya tentang Penugasan Klinis
staf keperawatan, mekanisme mempertahankan dan pendisiplinan profesi
keperawatan.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Internal Staf Keperawatan ini yang dimaksud dengan :


1. Peraturan Internal Staf Keperawatan ( Nursing Staff Bylaws ) adalah aturan yang
mengatur penyelenggaraan profesi staf keperawatan, mekanisme tata kerja &
tata kelola klinis untuk menjaga profesionalisme tenaga perawat di Rumah Sakit,
yang disusun oleh Komite Keperawatan.
2. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk melakukan praktik
keperawatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah

KOMITE KEPERAWATAN 3
Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk melakukan praktik
perawatan kebidanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Staf Keperawatan Rumah Sakit adalah perawat yang telah tersertifikasi program
Pendidikan & Pelatihan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi dan/atau institusi
pendidikan & pelatihan yang diakui oleh pemerintah.
5. Komite keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
perawat melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
6. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
7. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) tenaga perawat adalah uraian tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat berdasarkan area praktiknya.
8. Penugasan Klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan Direktur Utama kepada
tenaga perawat untuk melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit tersebut
berdasarkan daftar Kewenangan Klinis.
9. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf keperawatan untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menjalankan
tindakan keperawatan dan tindakan delegasi atau mandat tertentu dalam
lingkungan Rumah Sakit untuk periode tertentu.
10. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang telah
memiliki Kewenangan Klinis untuk menentukan kelayakan pemberian Kewenangan
Klinis tersebut.
11. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi perawat/bidan.
12. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga perawat atau tenaga bidan
dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal yang
terkait dengan kompetensi tenaga keperawatan.
13. Buku Putih (White Paper) adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh tenaga perawat/bidan yang digunakan untuk menentukan
Kewenangan Klinis.

KOMITE KEPERAWATAN 4
BAB II
TUJUAN
Pasal 2

Tujuan Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf Bylaws) adalah agar Komite
Keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance) melalui mekanisme Kredensial, peningkatan mutu profesi, dan
penegakkan disiplin profesi. Selain itu Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf
Bylaws) juga bertujuan untuk memberikan dasar hukum bagi Mitra Bestari (peer group)
dalam pengambilan keputusan profesi melalui Komite Keperawatan. Putusan itu
dilandasi semangat bahwa hanya staf keperawatan yang kompeten dan berperilaku
profesional sajalah yang boleh melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit.

BAB III
STAF KEPERAWATAN
Pasal 3

(1) Staf Keperawatan adalah seluruh tenaga Keperawatan Rumah Sakit Sumber Waras
termasuk bidan.
(2) Staf Keperawatan dalam melaksanakan keprofesiannya wajib mengikuti Tata
Kelola Klinis ( Clinical Governance ).
(3) Staf Keperawatan secara manajerial bertanggungjawab kepada Direktur Medik
dan Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan.
(4) Staf Keperawatan secara profesi bertanggungjawab kepada Komite
Keperawatan.

Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban
Pasal 4

(1) Hak Staf Keperawatan Rumah Sakit


a. Staf keperawatan berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesi yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Staf keperawatan berhak untuk mengembangkan diri melalui kemampuan
spesialisasi sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
c. Staf keperawatan berhak untuk menolak keinginan pasien/klien yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, serta standar dan
kode etik profesi.

KOMITE KEPERAWATAN 5
d. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan informasi lengkap
dari pasien/klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan
ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan.
e. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk meningkatkan ilmu
pengetahuannya berdasarkan perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi
dalam bidang keperawatan, kesehatan secara terus-menerus.
f. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur
oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien/klien.
g. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak mendapatkan jaminan perlindungan
terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress
emosional.
h. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan
penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
i. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak atas privasi dan berhak menuntut
apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien/klien dan/atau keluarganya
serta tenaga kesehatan lainnya.
j. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk menolak dipindahkan ke tempat
tugas lain, baik melalui anjuran atau pengumuman tertulis karena diperlukan,
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau
kode etik keperawatan atau peraturan perundang-undangan lainnya.
k. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan penghargaan dan
imbalan yang layak dari jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian
atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan.
l. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk memperoleh kesempatan
mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.

(2) Kewajiban Staf Keperawatan Rumah Sakit


a. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib mematuhi semua peraturan institusi yang
bersangkutan.
b. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan sesuai dengan standar profesi dan batas-batas kegunaannya.
c. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib menghormati hak-hak pasien.
d. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib merujuk pasien/klien kepada perawat
atau tenaga kesehatan lain yang lebih baik, bila yang bersangkutan tidak
dapat mengatasinya sendiri.
e. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memberikan kesempatan kepada
pasien/klien untuk berhubungan dengan keluarganya, sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan atau standar profesi yang ada.
f. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memberikan kesempatan kepada
pasien/klien untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama atau
kepercayaan masing-masing sepanjang tidak mengganggu pasien yang lain.

KOMITE KEPERAWATAN 6
g. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau
tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada pasien/klien.
h. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memberikan informasi yang akurat
tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.
i. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib meningkatkan mutu pelayanan
keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan
pasien/klien.
j. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib membuat dokumentasi asuhan
keperawatan secara akurat dan berkesinambungan.
k. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib mengikuti perkembangan Ilmu
Pengetahuan & Teknologi keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus.
l. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib melakukan pelayanan darurat sebagai
tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya.
m. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien/klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak
yang berwenang.
n. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati
atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat
bekerja.

Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 5

(1) Tugas Staf Keperawatan Rumah Sakit :


a. Melaksanakan kegiatan profesi yang terkait dengan asuhan keperawatan ;
b. Meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan / pelatihan
berkelanjutan baik formal maupun non formal ;
c. Menjaga kualitas asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan keperawatan, standar kompetensi keperawatan serta standar etika
dan disiplin yang ditetapkan ;
d. Menyusun, mengumpulkan, menganalisis dan membuat laporan pemantauan
indikator mutu.

(2) Fungsi Staf Keperawatan Rumah Sakit


Dalam melaksanakan tugasnya staf keperawatan secara perorangan berfungsi
sebagai pelaksana pelayanan asuhan keperawatan, pelaksana manajemen
pelayanan keperawatan, sebagai pendidik & sebagai peneliti sesuai dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi dalam bidang keperawatan.

KOMITE KEPERAWATAN 7
Bagian Ketiga
Pasal 6
Pembinaan dan Pengawasan

(1) Pembinaan dan pengawasan merupakan tindakan korektif terhadap Staf


Keperawatan yang dilakukan oleh Direktur Utama berdasarkan rekomendasi
Direktur Medik dan Keperawatan dan atau Komite Keperawatan.
(2) Pembinaan dan pengawasan terhadap Staf Keperawatan meliputi pembinaan
dan pengawasan kewenangan klinis, kendali mutu profesi, disiplin profesi, etika
profesi, disiplin pegawai dan motivasi kerja.
(3) Pembinaan dan pengawasan kewenangan klinis, mutu profesi, disiplin profesi, etika
profesi dilakukan oleh Komite Keperawatan.
(4) Pembinaan dan pengawasan mutu pelayanan, disiplin pegawai dan motivasi kerja
dilakukan oleh Direktur Medik dan Keperawatan berdasarkan rekomendasi Bidang
Pelayanan Keperawatan.

Pasal 7

(1) Pembinaan dan pengawasan terkait kewenangan klinis dilakukan dengan


Klarifikasi.
(2) Rekomendasi hasil klarifikasi sebagaimana ayat (1) berupa :
a. Penjatuhan sanksi berupa teguran tertulis atau/dan pembatasan kewenangan
klinis, paling lama 3 (tiga) bulan untuk pelanggaran ringan;
b. Pembatasan kewenangan klinis, paling lama 6 (enam) bulan untuk
pelanggaran sedang;
c. Pembatasan kewenangan klinis, paling lama 1 (satu) tahun untuk pelanggaran
berat.
(3) Pembinaan dan pengawasan terkait mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi
dilakukan dengan audit keperawatan, yang berfungsi untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan oleh staf
keperawatan;
b. Meningkatkan etika dan disiplin profesi oleh staf keperawatan;
c. Melindungi masyarakat atau pasien atas tindakan yang dilakukan oleh staf
keperawatan.

Pasal 8

Tata cara pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap Staf
Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.

KOMITE KEPERAWATAN 8
Bagian Keempat
Mitra Bestari
Pasal 9

(1) Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok staf keperawatan dengan reputasi
dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
kompetensi tenaga keperawatan termasuk evaluasi & verifikasi dokumen
kewenangan klinis yang diajukan oleh tenaga perawat.
(2) Mitra Bestari (Peer Group) tidak terbatas dari staf keperawatan yang ada di Rumah
Sakit Sumber Waras, tetapi dapat juga berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan
perawat spesialis, kolegium perawat spesialis, dan/atau institusi pendidikan
keperawatan yang memiliki spesialisasi yang sama.
(3) Mitra Bestari (Peer Group) dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk membantu
Komite Keperawatan melakukan kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun
penegakkan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
(4) Penetapan Mitra Bestari (Peer Group) sebagai Panitia Adhoc sebagaimana ayat
(3) ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama atas usulan Komite Keperawatan.

BAB IV
KEWENANGAN KLINIS
Pasal 10

(1) Kewenangan Klinis merupakan kewenangan untuk melaksanakan pelayanan


asuhan keperawatan sesuai dengan kompetensi profesi dan keahliannya.
(2) Kewenangan Klinis sebagai syarat mutlak staf keperawatan dalam melakukan
asuhan keperawatan.
(3) Kewenangan Klinis diberikan oleh Komite Keperawatan.
(4) Kewenangan Klinis setiap staf keperawatan dapat saling berbeda walaupun
memiliki spesialisasi yang sama.
(5) Kewenangan Klinis diberikan kepada staf keperawatan berdasarkan
pertimbangan antara lain :
a. Clinical appraisal (tinjauan atau telaah hasil proses kredensial) berupa surat
rekomendasi;
b. Standar profesi dari organisasi profesi;
c. Standar pendidikan;
d. Standar kompetensi dari kolegium; dan
e. Area pelayanan.
(6) Kewenangan Klinis perawat baru diberikan setelah menyelesaikan program
Preceptorship I dan II serta telah lulus uji kompetensi keperawatan dasar.

KOMITE KEPERAWATAN 9
Pasal 11

(1) Kewenangan Klinis yang diberikan kepada perawat dibagi menjadi 3(tiga) yaitu:
a. Kewenangan klinis umum
b. Kewenangan klinis khusus; dan
c. Kewenangan klinis istimewa
(2) Kewenangan klinis umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan
kepada setiap tenaga keperawatan berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan
sesuai jenjang keperawatan klinis yang dimiliki.
(3) Kewenanagn klinis khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan
kepada setiap tenaga keperawatan berdasarkan area kerja/penugasan yang
ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit.
(4) Kewenangan klinis istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diberikan kepada tenaga keperawatan berdasarkan kompetensi tertentu yang
dimiliki oleh tenaga keperawatan dengan mempertimbangkan resiko pelayanan
dan teknologi yang digunakan.
(5) Setiap tenaga keperawatan dapat memiliki lebih dari 1 (satu) jenis kewenangan
klinis sesuai kompetensi dan kebutuhan pelayanan rumah sakit.

Pasal 12

(1) Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf
keperawatan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Komite
Keperawatan dengan menyebutkan alasan serta melampirkan bukti yang diakui
oleh organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat mendukung
permohonannya.
(2) Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) Komite
Keperawatan melakukan rekredensial melalui Subkomite Kredensial.
(3) Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi
Komite Keperawatan.
(4) Setiap permohonan perluasan kewenangan klinis yang dikabulkan dituangkan
pada penugasan klinis dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Utama dan
disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Keperawatan.
(5) Apabila permohonan perluasan kewenangan klinis ditolak dituangkan dalam Surat
Pemberitahuan Penolakan yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan
disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Keperawatan.

KOMITE KEPERAWATAN 10
Pasal 13

Dalam keadaan bencana alam, gawat darurat akibat bencana massal, kerusuhan
yang menimbulkan banyak korban maka semua Staf Keperawatan Rumah Sakit dapat
diberikan kewenangan klinis untuk dapat melakukan tindakan penyelamatan di luar
kewenangan klinis yang dimiliki, sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan
untuk melakukannya.

Pasal 14

Kewenangan klinis diberikan oleh Komite Keperawatan melalui Subkomite Kredensial


dan akan dievaluasi secara berkala untuk ditentukan apakah kewenangan tersebut
dapat dipertahankan, diperluas, dipersempit atau bahkan dicabut oleh Direktur Utama.

Pasal 15

(1) Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat kompetensi setiap jenis pelayanan
keperawatan yang disebut buku putih (white paper) ditetapkan oleh Komite
Keperawatan dengan berpedoman pada norma keprofesian yang ditetapkan
oleh kolegium setiap spesialisasi.
(2) Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan klinis dan atau apabila suatu pelayanan
keperawatan dapat dilakukan oleh Staf Keperawatan dari jenis spesialisasi yang
berbeda maka untuk pelayanan keperawatan tertentu Komite Keperawatan
dapat meminta informasi atau pendapat dari Mitra Bestari.

BAB V
DELEGASI DAN MANDAT TINDAKAN MEDIK
Pasal 16

(1) Kewenangan tenaga keperawatan untuk melakukan tindakan medik yang


merupakan delegasi dan mandat dari tenaga medis hanya dapat dilakukan oleh
perawat yang memiliki kewenangan klinis tertentu berdasarkan hasil Kredensial
Subkomite Kredensial.
(2) Tindakan medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menjadi tanggung jawab
tenaga keperawatan.
(3) Tindakan medik melalui pemberian mandat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
tetap menjadi tanggungjawab pemberi mandat.

KOMITE KEPERAWATAN 11
BAB VI
PENUGASAN KLINIS
Pasal 17

(1) Penugasan klinis diterbitkan kepada seorang Staf Keperawatan setelah melalui
proses kredensial dan rekomendasi Komite Keperawatan.
(2) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kewenangan klinis
yang diberikan kepada seorang staf keperawatan dan tempat yang bersangkutan
untuk dapat melaksanakan tugas.
(3) Penugasan klinis ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.

Pasal 18

(1) Penugasan klinis seorang staf keperawatan hanya dapat ditetapkan bila :
a. mempunyai Surat Ijin Praktik Perawat dan Surat Tanda Registrasi (STR) sesuai
ketentuan perundang-undangan;
b. memenuhi syarat sebagai staf keperawatan berdasarkan peraturan
perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Internal Rumah Sakit.
c. bersedia memenuhi segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar
sehubungan dengan pelayanan dan tindakan keperawatan dengan mengacu
pada standar prosedur operasional (SPO), dan standar administrasi yang
berlaku di rumah sakit.
d. bersedia mematuhi etika keperawatan yang berlaku di Indonesia, baik yang
berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap
pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
(2) Penugasan klinis berlaku selama 4 (empat) tahun.
(3) Penugasan klinis dapat berakhir sebelum jangka waktu berakhirnya dalam hal :
a. ijin praktik yang bersangkutan sudah tidak berlaku;
b. kondisi fisik atau mental staf keperawatan yang bersangkutan tidak mampu lagi
melakukan pelayanan keperawatan;
c. staf keperawatan tidak memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam kewenangan klinis yang dicantumkan dalam penugasan klinis;
d. staf keperawatan telah melakukan tindakan yang tidak professional atau
perilaku menyimpang lainnya;
e. staf keperawatan diberhentikan oleh Direktur Utama karena melakukan
pelanggaran disiplin kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku.
f. staf keperawatan diberhentikan oleh Direktur Utama karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan
satu bulan sebelumnya.

KOMITE KEPERAWATAN 12
BAB VII
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 19

(1) Komite Keperawatan dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata


kelola klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan asuhan
keperawatan dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
(2) Komite Keperawatan merupakan organisasi non structural yang dibentuk oleh
Direktur Utama Rumah Sakit.
(3) Komite Keperawatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama Rumah Sakit.
(4) Kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas,
fungsi dan wewenang Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama
Rumah Sakit.
(5) Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan
wadah perwakilan dari staf keperawatan.

Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite Keperawatan
Pasal 20

(1) Susunan organisasi Komite Keperawatan sekurang-kurangnya sebagai berikut :


a. Ketua
b. Sekretaris
c. 3 (tiga) Sub Komite Keperawatan merangkap anggota.
(2) Subkomite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari :
a. Subkomite kredensial yang bertugas menapis profesionalisme staf keperawatan
b. Subkomite mutu profesi, yang bertugas mempertahankan kompetensi dan
profesionalisme staf keperawatan
c. Subkomite etika dan disiplin profesi yang bertugas menjaga disiplin etika dan
perilaku profesi staf keperawatan
(3) Personalia Komite Keperawatan Rumah Sakit berjumlah 5 (lima) orang.

Pasal 21

(1) Seseorang yang dapat diangkat menjadi anggota/Komite Keperawatan ialah Staf
keperawatan purnawaktu dan sudah bekerja di Rumah Sakit minimal 15 (lima
belas) tahun di Rumah Sakit yang bersangkutan.

KOMITE KEPERAWATAN 13
(2) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama dengan
mempertimbangkan :
a. sikap profesional;
b. reputasi;
c. perilaku; dan
d. memperhatikan usulan dari Staf Keperawatan
(3) Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.
(4) Ketua Subkomite, ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan Ketua Komite
Keperawatan.
(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota/personalia Komite Keperawatan
ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.

Pasal 22

Persyaratan Ketua Komite Keperawatan :


a. Pendidikan formal minimal Ners;
b. Mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;
c. Menguasai segi ilmu profesinya dalam jangkaun, ruang lingkup, sasaran dan
dampak yang luas;
d. Peka terhadap perkembangan perumahsakitan;
e. Bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
f. Mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di lingkungan
profesinya; dan
g. Mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi.
h. Tidak pernah dipidana atau memiliki catatan pelanggaran Etika Profesi.

Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Keperawatan
Pasal 23

(1) Komite Keperawatan mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme Staf


Keperawatan yang bekerja di rumah sakit dengan cara :
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf keperawatan yang akan melakukan
pelayanan keperawatan di rumah sakit;
b. Memelihara mutu profesi tenaga perawat; dan menjaga disiplin, etika dan
perilaku profesi perawat.
(2) Pedoman pelaksanaan tugas Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur
Utama.

KOMITE KEPERAWATAN 14
Pasal 24

(1) Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Keperawatan memiliki fungsi


sebagai berikut :
a. Penyusunan daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis pelayanan
keperawatan;
b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik
dan mental perilaku, dan etika profesi;
c. Pengevaluasian data pendidikan professional keperawatan berkelanjutan;
d. Penilaian dan pemberian rekomendasi kewenangan klinis yang adekuat.
(2) Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi Staf Keperawatan, Komite
Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Berperan menjaga mutu profesi keperawatan dengan memastikan kualitas
asuhan keperawatan yang diberikan oleh staf keperawatan melalui upaya
pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going
professional practice evaluation), maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus
(focused professional practice evaluation);
b. Pendidikan dan pengembangan profesi berkelanjutan dengan memberikan
rekomendasi pendidikan, pertemuan ilmiah internal dan kegiatan eksternal;
dan
c. Pendampingan (proctoring) terhadap Staf Keperawatan.
(3) Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf
keperawatan, Komite Keperawatan memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Pembinaan etika dan disiplin profesi keperawatan;
b. Pemeriksaan staf keperawatan yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. Rekomendasi pendisiplinan perilaku staf keperawatan;
d. Pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis.

Pasal 25

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan memiliki wewenang:


a. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical
privilege);
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
c. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu;
d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis
(delineation of clinical privilege);
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan;
f. Memberikan rekomendasi pendidikan keperawatan berkelanjutan;
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan indisipliner.

KOMITE KEPERAWATAN 15
Pasal 26

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat dibantu oleh
panitia adhoc dari Mitra Bestari yang ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Keempat
Masa jabatan
Pasal 27

(1) Masa bakti kepengurusan Komite Keperawatan adalah 5 (lima) tahun.


(2) Pengurus Komite Keperawatan dapat diberhentikan oleh Direktur Utama Rumah
Sakit sebelum masa jabatan berakhir atas dasar pertimbangan tertentu dari
Direktur Utama atau bila hak klinisnya dicabut.
(3) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagai berikut:
a. Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
b. Tidak melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit;
d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana; dan
e. Adanya kebijakan dari pemilik rumah sakit.

Pasal 28

(1) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan dan diberhentikan oleh Direktur


Utama dengan mempertimbangkan sikap professional, reputasi dan perilaku
(2) Jumlah keanggotaan Komite Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota, 1 (satu) orang Sekretaris, 3 (tiga)
orang Subkomite merangkap anggota.

Pasal 29

(1) Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama dengan


memperhatikan masukan dari Staf Keperawatan yang bekerja di Rumah Sakit.
(2) Sekretaris Komite Keperawatan dan Ketua serta anggota Subkomite ditetapkan
oleh Direktur Utama berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Keperawatan
dengan memperhatikan masukan dari staf keperawatan yang bekerja di Rumah
Sakit.

KOMITE KEPERAWATAN 16
BAB VIII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Kredensial
Pasal 30

(1) Pengorganisasian Subkomite Kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari :


a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
(2) Ketua, Sekretaris dan Anggota Subkomite mutu profesi ditetapkan dan
bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang Sub Komite Kredensial
Pasal 31

(1) Tugas Sub Komite Kredensial :


a. Menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;
b. Menyusun buku putih (white paper) yang merupakan dokumen persyaratan
terkait kompetensi yang dibutuhkan melakukan setiap jenis pelayanan
keperawatan sesuai dengan standar kompetensinya. Buku putih disusun oleh
Komite Keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari (peer group) dari
berbagai unsur organisasi profesi keperawatan dan kolegium keperawatan,
unsur pendidikan tinggi keperawatan;
c. Menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian Sumber Daya
Manusia Rumah Sakit.
d. Merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis bagi setiap tenaga perawat;
e. Melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
f. Membuat laporan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite
Keperawatan untuk diteruskan ke Direktur Utama Rumah Sakit.

Pasal 32
Kewenangan Sub Komite Kredensial

Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Komite Kredensial memiliki kewenangan


memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat
Penugasan Klinis (clinical appointment) bagi seluruh staf keperawatan yang bekerja di
rumah sakit.

KOMITE KEPERAWATAN 17
Bagian Ketiga
Kredensial dan Rekredensial
Pasal 33

(1) Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain adalah daftar rincian
kewenangan klinis setiap spesialisasi, buku putih (white paper) untuk setiap
pelayanan keperawatan dan daftar mitra bestari.
(2) Proses kredensial dan rekredensial meliputi pemeriksaan dan pengkajian elemen:
a. Kompetensi;
1) Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang berlaku;
2) Kognitif;
3) Afektif;
4) Psikomotor.
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
d. Perilaku etis (ethical standing).
(3) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif,
sesuai dengan prosedur dan terdokumentasi.
(4) Dalam melakukan pengkajian dapat membentuk panel atau panitia adhoc atau
melibatkan Mitra Bestari.
(5) Hasil kredensial berupa rekomendasi Komite Keperawatan kepada Direktur Utama
tentang lingkup kewenangan klinis seorang staf keperawatan.

Pasal 34

(1) Rekredensial terhadap staf keperawatan dilakukan dalam hal :


a. Penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki oleh staf keperawatan
telah habis masa berlakunya;
b. Staf keperawatan yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait tugas
dan kewenangannya;
c. Staf keperawatan yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik
fisik maupun mental.
(2) Rekomendasi hasil rekredensial berupa :
a. Kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
b. Kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
c. Kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
d. Kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
e. Kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi; atau
f. Kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.

KOMITE KEPERAWATAN 18
Pasal 35

(1) Anggota Subkomite kredensial terdiri sekurang-kurangnya 2 (dua) orang staf


keperawatan
(2) Anggota Subkomite kredensial memiliki surat penugasan klinis.

BAB IX
SUB KOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Mutu Profesi
Pasal 36

(1) Pengorganisasian Subkomite Mutu Profesi sekurang-kurangnya terdiri dari :


a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
(2) Ketua, Sekretaris dan Anggota Subkomite Mutu Profesi ditetapkan dan
bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 37

Tugas Subkomite Mutu Profesi :


a. Menyusun data dasar profil tenaga perawat sesuai area praktik;
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan
tenaga perawat;
c. Melakukan audit asuhan keperawatan;
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

Pasal 38
Kewenangan Sub Komite Mutu Profesi

Dalam melaksanakan tugasnya, Subkomite Mutu Profesi mempunyai kewenangan


memberikan rekomendasi tindak lanjut audit keperawatan, pendidikan keperawatan
berkelanjutan serta pendampingan.

KOMITE KEPERAWATAN 19
Bagian Ketiga
Audit Keperawatan
Pasal 39

(1) Audit Keperawatan dilakukan secara sistematik yang melibatkan Mitra Bestari (peer
group) yang terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance dan assessment
terhadap Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
(2) Pelaksanaan Audit Keperawatan menggunakan catatan asuhan keperawatan
yang dibuat oleh Staf Keperawatan.
(3) Hasil dari Audit keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi :
a. Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-
masing staf keperawatan;
b. Sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai
kompetensi yang dimiliki;
c. Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege);
d. Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis seorang Staf Keperawatan.

Bagian Keempat
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 40

(1) Memberikan rekomendasi atau persetujuan pendidikan berkelanjutan baik yang


merupakan program rumah sakit maupun atas permintaan Staf Keperawatan
sebagai usulan kepada Direksi;
(2) Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan :
a. Menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang harus dilaksanakan;
b. Mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus antara lain, kasus
keselamatan pasien, kasus sulit, maupun kasus langka;
c. Menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh masing-masing
Staf Keperawatan setiap tahun dan tidak mengurangi hari cuti tahunannya;
d. Bersama-sama dengan Bidang Pelayanan Keperawatan menentukan
kegiatan-kegiatan ilmiah yang melibatkan Staf Keperawatan sebagai
narasumber dan peserta aktif;
e. Bersama dengan Sub Bagian Pendidikan & Pelatihan memfasilitasi kegiatan
ilmiah dan mengusahakan satuan angka kredit dari ikatan profesi.
(3) Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus disertai notulensi, kesimpulan dan
daftar hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin
profesi.

KOMITE KEPERAWATAN 20
Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)
Pasal 41

(1) Pelaksanaan pendampingan (proctoring) dilakukan dalam upaya pembinaan


profesi bagi staf keperawatan yang dijatuhi sanksi disiplin atau pengurangan
kewenangan klinis.
(2) Staf Keperawatan yang akan memberikan pendampingan (proctoring) ditetapkan
dengan keputusan Direktur Utama.
(3) Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring)
difasilitasi dan dikoordinasikan bersama Direktur terkait.
(4) Hasil pendampingan (proctoring) berupa rekomendasi Komite Keperawatan
kepada Direktur Utama tentang lingkup kewenangan klinis dan penugasan klinis
seorang Staf Keperawatan.

BAB X
SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi
Pasal 42

(1) Pengorganisasian Subkomite Etik dan Disiplin Profesi sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
(2) Ketua, Sekretaris dan Anggota Subkomite Etik dan Disiplin Profesi ditetapkan dan
bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 43

Tugas Subkomite Etik dan Disiplin Profesi :


a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga perawat;
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga perawat;
c. Melakukan penegakkan disiplin profesi keperawatan;
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan;
e. Merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis dan/atau surat Penugasan
Klinis (clinical appointment) terkait masalah etik dan disiplin profesi.

KOMITE KEPERAWATAN 21
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.

Pasal 44
Kewenangan Subkomite Etik dan Disiplin Profesi

Dalam melaksanakan tugasnya, Subkomite Etik dan Disiplin Profesi mempunyai


kewenangan memberikan usul rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (clinical
privilege) tertentu, memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian
Kewenangan Klinis (delineation of clinical privilege), serta memberikan rekomendasi
pemberian tindakan disiplin.

Bagian Ketiga
Pendisiplinan Profesi
Pasal 45

(1) Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku professional staf
keperawatan, antara lain :
a. Pedoman Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit;
b. Prosedur kerja pelayanan di Rumah Sakit;
c. Daftar kewenangan klinis di Rumah Sakit;
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan Pelayanan Keperawatan
(white paper) di Rumah Sakit;
e. Kode Etik Keperawatan Indonesia;
f. Pedoman perilaku profesional;
g. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia;
h. Standar prosedur operasional asuhan keperawatan.
(2) Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf keperawatan
berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege);
c. Bekerja di bawah supervise dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk Pelayanan Keperawatan tersebut;
d. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya.
(3) Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional
ditetapkan oleh Komite Keperawatan.

KOMITE KEPERAWATAN 22
Pasal 46

(1) Penegakkan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh Ketua
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi.
(2) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) orang staf
keperawatan dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang dari Subkomite etik dan disiplin profesi;
b. 2 (dua) orang atau lebih staf keperawatan dengan kompetensi yang sama
dengan yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari luar
rumah sakit, baik atas permintaan Komite Keperawatan dengan persetujuan
Direktur Utama atau atas permintaan Direktur Utama rumah sakit terlapor.
(3) Panel tersebut dapat juga melibatkan Mitra Bestari yang berasal dari luar rumah
sakit.
(4) Pengikutsertaan Mitra Bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi Komite
Keperawatan.

Bagian Keempat
Pembinaan Profesi
Pasal 47

(1) Pembinaan profesionalisme Staf Keperawatan dapat diselenggarakan dalam


bentuk ceramah, diskusi, symposium atau lokakarya.
(2) Staf Keperawatan dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis
pada suatu kasus asuhan keperawatan di Rumah Sakit kepada Komite
Keperawatan melalui Kepala Unit.
(3) Subkomite Etik dan Disiplin Profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus
dengan mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memberikan
pertimbangan pengambilan keputusan etis.

BAB XI
RAPAT-RAPAT
Pasal 48

(1) Rapat Komite Keperawatan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite
Keperawatan untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian
tenaga perawat sesuai tugas dan kewajibannya.
(2) Anggota Komite Keperawatan berkewajiban ikut menghadiri rapat/pertemuan
Komite Keperawatan.
(3) Keputusan rapat dianggap sah dan mengikat apabila dihadiri oleh lebih separuh
dari jumlah anggota.

KOMITE KEPERAWATAN 23
(4) Keputusan rapat/pertemuan anggota Komite Keperawatan diambil atas dasar
musyawarah dan mufakat
(5) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
(6) Rapat Komite Keperawatan terdiri dari rapat rutin, rapat dengan Direktur Medik
dan Keperawatan, dan rapat khusus.
(7) Peserta rapat Komite Keperawatan selain Anggota Komite Keperawatan, apabila
diperlukan dapat juga dihadiri oleh pihak lain yang terkait dengan agenda rapat,
baik internal maupun eksternal Rumah Sakit yang ditentukan oleh Komite
Keperawatan.
(8) Setiap rapat Komite Keperawatan dibuat risalah rapat.
(9) Mekanisme pelaksanaan rapat Komite Keperawatan diatur dalam pedoman rapat
Komite Keperawatan.

Pasal 49

(1) Rapat rutin Komite Keperawatan :


a. Rapat rutin diselenggarakan terjadual paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
bulan dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan
oleh Komite Keperawatan;
b. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, melakukan
klarifikasi, mencari alternative solusi berbagai masalah pelayanan keperawatan
dan membuat usulan tentang kebijakan pelayanan keperawatan;
c. Risalah rapat rutin disampaikan pada setiap penyelenggaraan rapat rutin
berikutnya.
(2) Rapat Komite Keperawatan dengan Direktur Medik dan Keperawatan :
a. Rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan diselenggarakan terjadual
paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dengan interval yang tetap pada
waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Komite Keperawatan dan Direktur
Medik dan Keperawatan;
b. Rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, melakukan
klarifikasi, mencari alternative solusi berbagai masalah pelayanan keperawatan
dan membuat usulan tentang kebijakan pelayanan keperawatan;
c. Risalah rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan disampaikan pada
setiap penyelenggaraan rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan
berikutnya.
(3) Rapat khusus Komite Keperawatan :
a. Rapat khusus diselenggarakan atas permintaan yang ditandatangani oleh
paling sedikit 3 (tiga) orang anggota Komite Keperawatan;
b. Rapat khusus bertujuan untuk membahas masalah mendesak/penting yang
segera memerlukan penetapan/keputusan Direktur Utama;

KOMITE KEPERAWATAN 24
c. Undangan rapat khusus disampaikan oleh Tata Usaha Komite Keperawatan
kepada peserta rapat melalui telepon sebelum rapat diselenggarakan, dengan
memberitahukan agenda rapat.
(4) Pimpinan rapat Komite Keperawatan :
a. Setiap rapat Komite Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan,
apabila Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, bila kuorum telah
tercapai, maka Anggota Komite Keperawatan yang hadir dapat memilih
pimpinan rapat;
b. Pimpinan rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a, berkewajiban
melaporkan hasil keputusan rapat kepada Ketua Komite Keperawatan.
(5) Kuorum :
a. Dalam hal untuk pengambilan keputusan, rapat Komite Keperawatan hanya
dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai;
b. Kuorum dianggap tercapai bila (setengah) ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah seluruh anggota Komite Keperawatan hadir;
c. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam dari waktu yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilaksanakan pada tempat, hari
dan jam yang disepakati paling lambat dalam waktu 2x24 jam;
d. Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu satu jam dari waktu rapat
yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada huruf c, maka rapat
dapat dilaksanakan dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat
disahkan dalam rapat Komite Keperawatan berikutnya.
(6) Pengambilan putusan rapat :
a. Pengambilan putusan rapat Komite Keperawatan berdasarkan pendekatan
berbasis bukti (evidence-based);
b. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak;
c. Apabila belum mendapat kesepakatan maka pimpinan rapat menyampaikan
hasil rapat kepada Direktur Utama untuk diputuskan;
d. Keputusan rapat Komite Keperawatan merupakan sebuah rekomendasi yang
diberikan kepada Direktur Utama.

BAB XII
TATA KELOLA KLINIS
Pasal 50
Aturan Profesi

(1) Untuk melaksanakan tata kelola klinis (clinical govermence) diperlukan aturan-
aturan profesi bagi Staf Keperawatan (nursing staff rules regulations) secara
tersendiri diluar Nursing Staff By laws. Aturan profesi tersebut antara lain adalah :

KOMITE KEPERAWATAN 25
a. pemberian pelayanan keperawatan dengan standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional serta kebutuhan dasar pasien;
b. kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada tenaga
keperawatan lain yang dianggap lebih mampu.
(2) Peraturan dimaksud pada ayat (1) terpisah dari Peraturan Internal Staf
Keperawatan ini.

Pasal 51
Pendanaan

(1) Anggota Komite Keperawatan berhak memperoleh insentif sesuai dengan


kemampuan keuangan Rumah Sakit.
(2) Besaran insentif perbulan seperti dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Utama.
(3) Pelaksanaan kegiatan Komite Keperawatan didanai dengan anggaran Rumah
Sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB XIII
REVIEW DAN PERUBAHAN
Pasal 52

(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) secara berkala
sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun dievaluasi, ditinjau kembali, disesuaikan
dengan perkembangan profesi keperawatan dan kondisi rumah sakit.
(2) Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum)
dan/atau mengubah pasal yang telah ada (Amandemen) yang merupakan satu
kesatuan tidak terpisahkan dari Peraturan Internal ini.
(3) Mekanisme perubahan / penyempurnaan dilakukan melalui pemberitahuan dari
Direktur Utama dan dibahas bersama oleh Direksi dan Komite Medik.

BAB IVX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53

(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
(2) Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan peraturan
pelaksanaan lainnya harus disesuaikan dengan Peraturan Internal Staf
Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) ini.

KOMITE KEPERAWATAN 26
(3) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan
Internal ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) ini.

Rumah Sakit Sumber Waras


Komite Keperawatan

Ida Farida Yahya, SKM.M.Kep


Ketua

KOMITE KEPERAWATAN 27

You might also like