Professional Documents
Culture Documents
KOMITE KEPERAWATAN 1
DAFTAR ISI
Hal.
1. PENDAHULUAN .. 2
2. Bab I Ketentuan Umum .. 2
3. Bab II Tujuan . 4
4. Bab III Staf Keperawatan
Bagian Kesatu : Hak dan Kewajiban Staf Keperawatan . 4
Bagian Kedua : Tugas dan Fungsi Staf Keperawatan .. 6
Bagian Ketiga : Pembinaan dan Pengawasan Staf Keperawatan 7
Bagian Keempat : Mitra Bestari .. 8
5. Bab IV Kewenangan Klinis 8
6. Bab V Delegasi dan Mandat Tindakan Medik 10
7. Bab VI Penugasan Klinis . 11
8. Bab VII Komite Keperawatan
Bagian Kesatu : Kedudukan Komite Keperawatan .. 12
Bagian Kedua : Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite
Keperawatan 12
Bagian Ketiga : Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Keperawatan 13
Bagian Keempat : Masa jabatan Komite Keperawatan 15
9. Bab VIII Subkomite Kredensial
Bagian Kesatu : Pengorganisasian Subkomite Kredensial 16
Bagian Kedua : Tugas dan wewenang 16
Bagian Ketiga : Kredensial dan Rekredensial .. 17
10. Bab IX Subkomite Mutu Profesi
Bagian Kesatu : Pengorganisasian Subkomite Mutu Profesi . 18
Bagian Kedua : Tugas dan Wewenang .. 18
Bagian Ketiga : Audit Keperawatan 19
Bagian Keempat : Pendidikan berkelanjutan 19
Bagian Kelima : Pendampingan (proctoring) 20
11. Bab X Subkomite Etika dan Disiplin Profesi
Bagian Kesatu : Pengorganisasian Subkomite Etika dan Disiplin Profesi 20
Bagian Kedua : Tugas dan Wewenang 20
Bagian Ketiga : Pendisiplinan Profesi 21
Bagian Keempat : Pembinaan Profesi 22
12. Bab XI Rapat-Rapat .. 22
13. Bab XII Tata Kelola Klinis .. 24
14. Bab XIII Review dan Perubahan . 25
15. Bab IVX Penutup 25
KOMITE KEPERAWATAN 2
PERATURAN INTERNAL STAF KEPERAWATAN
( NURSING STAFF BY LAWS )
RUMAH SAKIT SUMBER WARAS
PENDAHULUAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
KOMITE KEPERAWATAN 3
Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan untuk melakukan praktik
perawatan kebidanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
4. Staf Keperawatan Rumah Sakit adalah perawat yang telah tersertifikasi program
Pendidikan & Pelatihan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi dan/atau institusi
pendidikan & pelatihan yang diakui oleh pemerintah.
5. Komite keperawatan adalah wadah non-struktural rumah sakit yang mempunyai
fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme tenaga
perawat melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi.
6. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
7. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) tenaga perawat adalah uraian tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat berdasarkan area praktiknya.
8. Penugasan Klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan Direktur Utama kepada
tenaga perawat untuk melakukan asuhan keperawatan di Rumah Sakit tersebut
berdasarkan daftar Kewenangan Klinis.
9. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf keperawatan untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menjalankan
tindakan keperawatan dan tindakan delegasi atau mandat tertentu dalam
lingkungan Rumah Sakit untuk periode tertentu.
10. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang telah
memiliki Kewenangan Klinis untuk menentukan kelayakan pemberian Kewenangan
Klinis tersebut.
11. Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara professional terhadap mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan
rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi perawat/bidan.
12. Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok tenaga perawat atau tenaga bidan
dengan reputasi dan kompetensi yang baik untuk menelaah segala hal yang
terkait dengan kompetensi tenaga keperawatan.
13. Buku Putih (White Paper) adalah dokumen yang berisi syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh tenaga perawat/bidan yang digunakan untuk menentukan
Kewenangan Klinis.
KOMITE KEPERAWATAN 4
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Tujuan Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf Bylaws) adalah agar Komite
Keperawatan dapat menyelenggarakan tata kelola klinis yang baik (good clinical
governance) melalui mekanisme Kredensial, peningkatan mutu profesi, dan
penegakkan disiplin profesi. Selain itu Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staf
Bylaws) juga bertujuan untuk memberikan dasar hukum bagi Mitra Bestari (peer group)
dalam pengambilan keputusan profesi melalui Komite Keperawatan. Putusan itu
dilandasi semangat bahwa hanya staf keperawatan yang kompeten dan berperilaku
profesional sajalah yang boleh melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit.
BAB III
STAF KEPERAWATAN
Pasal 3
(1) Staf Keperawatan adalah seluruh tenaga Keperawatan Rumah Sakit Sumber Waras
termasuk bidan.
(2) Staf Keperawatan dalam melaksanakan keprofesiannya wajib mengikuti Tata
Kelola Klinis ( Clinical Governance ).
(3) Staf Keperawatan secara manajerial bertanggungjawab kepada Direktur Medik
dan Keperawatan melalui Kepala Bidang Pelayanan Keperawatan.
(4) Staf Keperawatan secara profesi bertanggungjawab kepada Komite
Keperawatan.
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban
Pasal 4
KOMITE KEPERAWATAN 5
d. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan informasi lengkap
dari pasien/klien atau keluarganya tentang keluhan kesehatan dan
ketidakpuasannya terhadap pelayanan yang diberikan.
e. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk meningkatkan ilmu
pengetahuannya berdasarkan perkembangan Ilmu Pengetahuan & Teknologi
dalam bidang keperawatan, kesehatan secara terus-menerus.
f. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk diperlakukan secara adil dan jujur
oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien/klien.
g. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak mendapatkan jaminan perlindungan
terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya fisik maupun stress
emosional.
h. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak diikutsertakan dalam penyusunan dan
penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
i. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak atas privasi dan berhak menuntut
apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien/klien dan/atau keluarganya
serta tenaga kesehatan lainnya.
j. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk menolak dipindahkan ke tempat
tugas lain, baik melalui anjuran atau pengumuman tertulis karena diperlukan,
untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau
kode etik keperawatan atau peraturan perundang-undangan lainnya.
k. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk mendapatkan penghargaan dan
imbalan yang layak dari jasa profesi yang diberikannya berdasarkan perjanjian
atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan.
l. Staf Keperawatan Rumah Sakit berhak untuk memperoleh kesempatan
mengembangkan karir sesuai dengan bidang profesinya.
KOMITE KEPERAWATAN 6
g. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau
tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan dan
keperawatan kepada pasien/klien.
h. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memberikan informasi yang akurat
tentang tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien dan atau
keluarganya sesuai dengan batas kemampuannya.
i. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib meningkatkan mutu pelayanan
keperawatannya sesuai dengan standar profesi keperawatan demi kepuasan
pasien/klien.
j. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib membuat dokumentasi asuhan
keperawatan secara akurat dan berkesinambungan.
k. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib mengikuti perkembangan Ilmu
Pengetahuan & Teknologi keperawatan atau kesehatan secara terus-menerus.
l. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib melakukan pelayanan darurat sebagai
tugas kemanusiaan sesuai dengan batas-batas kewenangannya.
m. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahuinya tentang pasien/klien, kecuali jika dimintai keterangan oleh pihak
yang berwenang.
n. Staf Keperawatan Rumah Sakit wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati
atau perjanjian yang telah dibuat sebelumnya terhadap institusi tempat
bekerja.
Bagian Kedua
Tugas dan Fungsi
Pasal 5
KOMITE KEPERAWATAN 7
Bagian Ketiga
Pasal 6
Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 7
Pasal 8
Tata cara pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap Staf
Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.
KOMITE KEPERAWATAN 8
Bagian Keempat
Mitra Bestari
Pasal 9
(1) Mitra Bestari (Peer Group) adalah sekelompok staf keperawatan dengan reputasi
dan kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
kompetensi tenaga keperawatan termasuk evaluasi & verifikasi dokumen
kewenangan klinis yang diajukan oleh tenaga perawat.
(2) Mitra Bestari (Peer Group) tidak terbatas dari staf keperawatan yang ada di Rumah
Sakit Sumber Waras, tetapi dapat juga berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan
perawat spesialis, kolegium perawat spesialis, dan/atau institusi pendidikan
keperawatan yang memiliki spesialisasi yang sama.
(3) Mitra Bestari (Peer Group) dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk membantu
Komite Keperawatan melakukan kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun
penegakkan disiplin dan etika profesi di rumah sakit.
(4) Penetapan Mitra Bestari (Peer Group) sebagai Panitia Adhoc sebagaimana ayat
(3) ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama atas usulan Komite Keperawatan.
BAB IV
KEWENANGAN KLINIS
Pasal 10
KOMITE KEPERAWATAN 9
Pasal 11
(1) Kewenangan Klinis yang diberikan kepada perawat dibagi menjadi 3(tiga) yaitu:
a. Kewenangan klinis umum
b. Kewenangan klinis khusus; dan
c. Kewenangan klinis istimewa
(2) Kewenangan klinis umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan
kepada setiap tenaga keperawatan berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan
sesuai jenjang keperawatan klinis yang dimiliki.
(3) Kewenanagn klinis khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan
kepada setiap tenaga keperawatan berdasarkan area kerja/penugasan yang
ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit.
(4) Kewenangan klinis istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
diberikan kepada tenaga keperawatan berdasarkan kompetensi tertentu yang
dimiliki oleh tenaga keperawatan dengan mempertimbangkan resiko pelayanan
dan teknologi yang digunakan.
(5) Setiap tenaga keperawatan dapat memiliki lebih dari 1 (satu) jenis kewenangan
klinis sesuai kompetensi dan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
Pasal 12
(1) Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf
keperawatan yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Komite
Keperawatan dengan menyebutkan alasan serta melampirkan bukti yang diakui
oleh organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat mendukung
permohonannya.
(2) Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) Komite
Keperawatan melakukan rekredensial melalui Subkomite Kredensial.
(3) Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi
Komite Keperawatan.
(4) Setiap permohonan perluasan kewenangan klinis yang dikabulkan dituangkan
pada penugasan klinis dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Utama dan
disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Keperawatan.
(5) Apabila permohonan perluasan kewenangan klinis ditolak dituangkan dalam Surat
Pemberitahuan Penolakan yang ditandatangani oleh Direktur Utama dan
disampaikan kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Keperawatan.
KOMITE KEPERAWATAN 10
Pasal 13
Dalam keadaan bencana alam, gawat darurat akibat bencana massal, kerusuhan
yang menimbulkan banyak korban maka semua Staf Keperawatan Rumah Sakit dapat
diberikan kewenangan klinis untuk dapat melakukan tindakan penyelamatan di luar
kewenangan klinis yang dimiliki, sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan
untuk melakukannya.
Pasal 14
Pasal 15
(1) Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat kompetensi setiap jenis pelayanan
keperawatan yang disebut buku putih (white paper) ditetapkan oleh Komite
Keperawatan dengan berpedoman pada norma keprofesian yang ditetapkan
oleh kolegium setiap spesialisasi.
(2) Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan klinis dan atau apabila suatu pelayanan
keperawatan dapat dilakukan oleh Staf Keperawatan dari jenis spesialisasi yang
berbeda maka untuk pelayanan keperawatan tertentu Komite Keperawatan
dapat meminta informasi atau pendapat dari Mitra Bestari.
BAB V
DELEGASI DAN MANDAT TINDAKAN MEDIK
Pasal 16
KOMITE KEPERAWATAN 11
BAB VI
PENUGASAN KLINIS
Pasal 17
(1) Penugasan klinis diterbitkan kepada seorang Staf Keperawatan setelah melalui
proses kredensial dan rekomendasi Komite Keperawatan.
(2) Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kewenangan klinis
yang diberikan kepada seorang staf keperawatan dan tempat yang bersangkutan
untuk dapat melaksanakan tugas.
(3) Penugasan klinis ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
Pasal 18
(1) Penugasan klinis seorang staf keperawatan hanya dapat ditetapkan bila :
a. mempunyai Surat Ijin Praktik Perawat dan Surat Tanda Registrasi (STR) sesuai
ketentuan perundang-undangan;
b. memenuhi syarat sebagai staf keperawatan berdasarkan peraturan
perundang-undangan kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Internal Rumah Sakit.
c. bersedia memenuhi segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar
sehubungan dengan pelayanan dan tindakan keperawatan dengan mengacu
pada standar prosedur operasional (SPO), dan standar administrasi yang
berlaku di rumah sakit.
d. bersedia mematuhi etika keperawatan yang berlaku di Indonesia, baik yang
berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap
pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
(2) Penugasan klinis berlaku selama 4 (empat) tahun.
(3) Penugasan klinis dapat berakhir sebelum jangka waktu berakhirnya dalam hal :
a. ijin praktik yang bersangkutan sudah tidak berlaku;
b. kondisi fisik atau mental staf keperawatan yang bersangkutan tidak mampu lagi
melakukan pelayanan keperawatan;
c. staf keperawatan tidak memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang ditetapkan
dalam kewenangan klinis yang dicantumkan dalam penugasan klinis;
d. staf keperawatan telah melakukan tindakan yang tidak professional atau
perilaku menyimpang lainnya;
e. staf keperawatan diberhentikan oleh Direktur Utama karena melakukan
pelanggaran disiplin kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku.
f. staf keperawatan diberhentikan oleh Direktur Utama karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan
satu bulan sebelumnya.
KOMITE KEPERAWATAN 12
BAB VII
KOMITE KEPERAWATAN
Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Keperawatan
Pasal 19
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite Keperawatan
Pasal 20
Pasal 21
(1) Seseorang yang dapat diangkat menjadi anggota/Komite Keperawatan ialah Staf
keperawatan purnawaktu dan sudah bekerja di Rumah Sakit minimal 15 (lima
belas) tahun di Rumah Sakit yang bersangkutan.
KOMITE KEPERAWATAN 13
(2) Keanggotaan Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama dengan
mempertimbangkan :
a. sikap profesional;
b. reputasi;
c. perilaku; dan
d. memperhatikan usulan dari Staf Keperawatan
(3) Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur Utama.
(4) Ketua Subkomite, ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan Ketua Komite
Keperawatan.
(5) Pengangkatan dan pemberhentian anggota/personalia Komite Keperawatan
ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
Pasal 22
Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Keperawatan
Pasal 23
KOMITE KEPERAWATAN 14
Pasal 24
Pasal 25
KOMITE KEPERAWATAN 15
Pasal 26
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Komite Keperawatan dapat dibantu oleh
panitia adhoc dari Mitra Bestari yang ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Keempat
Masa jabatan
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
KOMITE KEPERAWATAN 16
BAB VIII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Kredensial
Pasal 30
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang Sub Komite Kredensial
Pasal 31
Pasal 32
Kewenangan Sub Komite Kredensial
KOMITE KEPERAWATAN 17
Bagian Ketiga
Kredensial dan Rekredensial
Pasal 33
(1) Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain adalah daftar rincian
kewenangan klinis setiap spesialisasi, buku putih (white paper) untuk setiap
pelayanan keperawatan dan daftar mitra bestari.
(2) Proses kredensial dan rekredensial meliputi pemeriksaan dan pengkajian elemen:
a. Kompetensi;
1) Berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang berlaku;
2) Kognitif;
3) Afektif;
4) Psikomotor.
b. Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
d. Perilaku etis (ethical standing).
(3) Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif,
sesuai dengan prosedur dan terdokumentasi.
(4) Dalam melakukan pengkajian dapat membentuk panel atau panitia adhoc atau
melibatkan Mitra Bestari.
(5) Hasil kredensial berupa rekomendasi Komite Keperawatan kepada Direktur Utama
tentang lingkup kewenangan klinis seorang staf keperawatan.
Pasal 34
KOMITE KEPERAWATAN 18
Pasal 35
BAB IX
SUB KOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Mutu Profesi
Pasal 36
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 37
Pasal 38
Kewenangan Sub Komite Mutu Profesi
KOMITE KEPERAWATAN 19
Bagian Ketiga
Audit Keperawatan
Pasal 39
(1) Audit Keperawatan dilakukan secara sistematik yang melibatkan Mitra Bestari (peer
group) yang terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance dan assessment
terhadap Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit.
(2) Pelaksanaan Audit Keperawatan menggunakan catatan asuhan keperawatan
yang dibuat oleh Staf Keperawatan.
(3) Hasil dari Audit keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi :
a. Sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-
masing staf keperawatan;
b. Sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai
kompetensi yang dimiliki;
c. Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
pencabutan atau penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege);
d. Sebagai dasar bagi Komite Keperawatan dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis seorang Staf Keperawatan.
Bagian Keempat
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 40
KOMITE KEPERAWATAN 20
Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)
Pasal 41
BAB X
SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian Sub Komite Etik dan Disiplin Profesi
Pasal 42
(1) Pengorganisasian Subkomite Etik dan Disiplin Profesi sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
(2) Ketua, Sekretaris dan Anggota Subkomite Etik dan Disiplin Profesi ditetapkan dan
bertanggungjawab kepada Komite Keperawatan.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 43
KOMITE KEPERAWATAN 21
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan
keperawatan.
Pasal 44
Kewenangan Subkomite Etik dan Disiplin Profesi
Bagian Ketiga
Pendisiplinan Profesi
Pasal 45
(1) Tolak ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku professional staf
keperawatan, antara lain :
a. Pedoman Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit;
b. Prosedur kerja pelayanan di Rumah Sakit;
c. Daftar kewenangan klinis di Rumah Sakit;
d. Pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan Pelayanan Keperawatan
(white paper) di Rumah Sakit;
e. Kode Etik Keperawatan Indonesia;
f. Pedoman perilaku profesional;
g. Pedoman pelanggaran disiplin keperawatan yang berlaku di Indonesia;
h. Standar prosedur operasional asuhan keperawatan.
(2) Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf keperawatan
berupa :
a. Peringatan tertulis;
b. Limitasi (reduksi) kewenangan klinis (clinical privilege);
c. Bekerja di bawah supervise dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk Pelayanan Keperawatan tersebut;
d. Pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya.
(3) Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional
ditetapkan oleh Komite Keperawatan.
KOMITE KEPERAWATAN 22
Pasal 46
(1) Penegakkan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh Ketua
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi.
(2) Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari 3 (tiga) orang staf
keperawatan dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut :
a. 1 (satu) orang dari Subkomite etik dan disiplin profesi;
b. 2 (dua) orang atau lebih staf keperawatan dengan kompetensi yang sama
dengan yang diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari luar
rumah sakit, baik atas permintaan Komite Keperawatan dengan persetujuan
Direktur Utama atau atas permintaan Direktur Utama rumah sakit terlapor.
(3) Panel tersebut dapat juga melibatkan Mitra Bestari yang berasal dari luar rumah
sakit.
(4) Pengikutsertaan Mitra Bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi Komite
Keperawatan.
Bagian Keempat
Pembinaan Profesi
Pasal 47
BAB XI
RAPAT-RAPAT
Pasal 48
(1) Rapat Komite Keperawatan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite
Keperawatan untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian
tenaga perawat sesuai tugas dan kewajibannya.
(2) Anggota Komite Keperawatan berkewajiban ikut menghadiri rapat/pertemuan
Komite Keperawatan.
(3) Keputusan rapat dianggap sah dan mengikat apabila dihadiri oleh lebih separuh
dari jumlah anggota.
KOMITE KEPERAWATAN 23
(4) Keputusan rapat/pertemuan anggota Komite Keperawatan diambil atas dasar
musyawarah dan mufakat
(5) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat, maka keputusan diambil berdasarkan
suara terbanyak.
(6) Rapat Komite Keperawatan terdiri dari rapat rutin, rapat dengan Direktur Medik
dan Keperawatan, dan rapat khusus.
(7) Peserta rapat Komite Keperawatan selain Anggota Komite Keperawatan, apabila
diperlukan dapat juga dihadiri oleh pihak lain yang terkait dengan agenda rapat,
baik internal maupun eksternal Rumah Sakit yang ditentukan oleh Komite
Keperawatan.
(8) Setiap rapat Komite Keperawatan dibuat risalah rapat.
(9) Mekanisme pelaksanaan rapat Komite Keperawatan diatur dalam pedoman rapat
Komite Keperawatan.
Pasal 49
KOMITE KEPERAWATAN 24
c. Undangan rapat khusus disampaikan oleh Tata Usaha Komite Keperawatan
kepada peserta rapat melalui telepon sebelum rapat diselenggarakan, dengan
memberitahukan agenda rapat.
(4) Pimpinan rapat Komite Keperawatan :
a. Setiap rapat Komite Keperawatan dipimpin oleh Ketua Komite Keperawatan,
apabila Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, bila kuorum telah
tercapai, maka Anggota Komite Keperawatan yang hadir dapat memilih
pimpinan rapat;
b. Pimpinan rapat sebagaimana dimaksud pada huruf a, berkewajiban
melaporkan hasil keputusan rapat kepada Ketua Komite Keperawatan.
(5) Kuorum :
a. Dalam hal untuk pengambilan keputusan, rapat Komite Keperawatan hanya
dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai;
b. Kuorum dianggap tercapai bila (setengah) ditambah 1 (satu) orang dari
jumlah seluruh anggota Komite Keperawatan hadir;
c. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam dari waktu yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilaksanakan pada tempat, hari
dan jam yang disepakati paling lambat dalam waktu 2x24 jam;
d. Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu satu jam dari waktu rapat
yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada huruf c, maka rapat
dapat dilaksanakan dan segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat
disahkan dalam rapat Komite Keperawatan berikutnya.
(6) Pengambilan putusan rapat :
a. Pengambilan putusan rapat Komite Keperawatan berdasarkan pendekatan
berbasis bukti (evidence-based);
b. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak;
c. Apabila belum mendapat kesepakatan maka pimpinan rapat menyampaikan
hasil rapat kepada Direktur Utama untuk diputuskan;
d. Keputusan rapat Komite Keperawatan merupakan sebuah rekomendasi yang
diberikan kepada Direktur Utama.
BAB XII
TATA KELOLA KLINIS
Pasal 50
Aturan Profesi
(1) Untuk melaksanakan tata kelola klinis (clinical govermence) diperlukan aturan-
aturan profesi bagi Staf Keperawatan (nursing staff rules regulations) secara
tersendiri diluar Nursing Staff By laws. Aturan profesi tersebut antara lain adalah :
KOMITE KEPERAWATAN 25
a. pemberian pelayanan keperawatan dengan standar profesi, standar
pelayanan dan standar prosedur operasional serta kebutuhan dasar pasien;
b. kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada tenaga
keperawatan lain yang dianggap lebih mampu.
(2) Peraturan dimaksud pada ayat (1) terpisah dari Peraturan Internal Staf
Keperawatan ini.
Pasal 51
Pendanaan
BAB XIII
REVIEW DAN PERUBAHAN
Pasal 52
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) secara berkala
sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun dievaluasi, ditinjau kembali, disesuaikan
dengan perkembangan profesi keperawatan dan kondisi rumah sakit.
(2) Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum)
dan/atau mengubah pasal yang telah ada (Amandemen) yang merupakan satu
kesatuan tidak terpisahkan dari Peraturan Internal ini.
(3) Mekanisme perubahan / penyempurnaan dilakukan melalui pemberitahuan dari
Direktur Utama dan dibahas bersama oleh Direksi dan Komite Medik.
BAB IVX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
(1) Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
(2) Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan peraturan
pelaksanaan lainnya harus disesuaikan dengan Peraturan Internal Staf
Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) ini.
KOMITE KEPERAWATAN 26
(3) Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan
Internal ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing Staff Bylaws) ini.
KOMITE KEPERAWATAN 27