Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
KAJIAN TEORITIS
Pinna atau daun telinga merupakan corong terbentuk dari tulang rawan
yang simetris bilateral yang membantu memfokuskan suara serta menentukan
arah datangnnya suara. Pinna terdiri atas mangkuk konka, tragus di bagian
anterior, antiheliks di bagian superior dan posterior, serta antitragus di bagian
inferior. Heliks memanjang dibagian superior dan posterior membentuk helical
crus pada lobulus, mengelilingi antiheliks, konka, dan antitragus. Diantara heliks
dan anti heliks terdapat scaphoid fossa. Fossa triangular terletak diantara crura
superior dan inferior dari antiheliks. Pinna tertambat pada tulang kranial oleh
5
Liang telinga memiliki panjang sekitar 2,5 cm dan diameter sekitar 0,6 cm.
Liang telinga sedikit berbentuk huruf S (Moller, 2006). Sepertiga lateral liang
telinga merupakan tulang rawan sedangkan duapertiga medialnya merupakan
tulang keras (Maqbool, 2000). Bagian tulang rawan dari liang telinga ini
berbentuk relatif bulat pada individu yang masih muda dan sejalan dengan
pertambahan usia akan berubah menjadi lebih oval (Moller, 2006). Bagian tulang
rawan ini memiliki celah-celah kecil yang disebut fissura santorini yang dapat
berperan sebagai jalan penyebaran infeksi dari liang telinga ke kelenjar parotis
dan mastoid. (Shrivastav, 2014). Struktur tulang keras liang telinga dibentuk oleh
bagian timpanik dan squamous dari tulang temporal.
6
Liang telinga di selimuti oleh kulit yang menghasilkan serumen (ear wax)
dan memiliki rambut di permukaannya. Tidak ada kelenjar keringat di liang
telinga. Karena letaknya yang terlindung, kulit liang telinga tidak bersentuhan
atau bergesekan secara alami sebagaimana kulit yang ada di permukaan tubuh.
Sehingga untuk membersihkannya di butuhkan mekanisme pembersihan sendiri
untuk menyingkirkan sel-sel mati dan serumen. Ada dua jenis sel yang berperan
dalam sekresi serumen, yaitu sel sebacea yang letaknya berdekatan dengan follikel
rambut dan sel seruminous penghasil serumen (Moller, 2006).
Membran timpani adalah sebuah membran tipis yang sedikit oval yang
mengakhiri liang telinga. Berbentuk kerucut dengan tinggi 2 mm serta apeks
yang mengarah kedalam. Terlihat dari liang telinga luar, membran ini sedikit
cekung dan digantung oleh cincin tulang. Secara normal membran ini berada pada
tegangan tertentu. Luas permukaan nya kira-kira 85 mm2. Bagian utama dari
membran timpani adalah pars tensa dengan area kira-kira seluas 55 mm2, yang
tersusun atas serat-serat sirkuler yang saling tumpang tindih. Serat-serat ini
tersusun atas kolagen dan membentuk membran kaku yang ringan sehingga ideal
untuk mengubah gelombang suara menjadi getaran pada tulang malleus. Bagian
lebih kecil dari membran timpani adalah pars flaccida, terletak diatas manubrium
malleus, lebih tebal dari pada pars tensa dan serat-seratnya tidak tersusun baik
seperti serat-serat kolagen pada pars tensa. Membran timpani di lapisi oleh selapis
sel epidermis, yang merupakan lanjutan dari liang telinga. Bagian luar membran
timpani ini bermigrasi dari tengah ke bagian luar dan memindahkan luka kecil dan
parut serta mentransport benda asing kecil keluar ke liang telinga. Lubang kecil
pada membran timpani biasanya akan sembuh spontan (Moller, 2006).
a. Pembuluh Darah
b. Aliran Limfe
Cairan limfe dari dinding anterior dan superior liang telinga luar dan
tragus akan di alirkan oleh nodus limfatik preaurikular. Nodus limfatik infra-
aurikular akan mengalirkan cairan limfe dari heliks dan bagian inferior dari liang
telinga luar, sementara konka dan antiheliks didrainase oleh nodus mastoid
(Lalwani, 2007).
2.1.4 Embriologi
Arkus pertama akan berkembang menjadi pinna anterior dan liang telinga
luar, tympanic ring, serta porsi superior dari malleus dan incus. Arkus kedua akan
berkembang menjadi pinna posterior, porsi inferior dari malleus dan incus, serta
stapes. Pinna terbentuk dari perubahan bentuk dan penyatuan bertahap komponen-
komponen auricular hillocks, yang berkembang dari arkus pertama dan kedua
(Lalwani, 2007).
2.2 Serumen
Ada dua jenis serumen yaitu basah dan kering. Tipe kering umumnya di
temukan pada orang-orang oriental dan mongoloid, sedangkan serumen basah
10
(dalam Roeser 1997) mengemukakan bahwa suspensi serumen pada media yang
telah dibuffer dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu (Staph. aureus,
Staph. epidermidis, Strep. pyogenes, Streptococcus sp L22, E. coli, Streptococcus
mascescens, Propionibacterium acnes, Corynebacterium spp JOM 125 dan 138).
Selanjutnya berdasarkan penelitian Osborne dan Baty (dalam Roeser 1997) dapat
disimpulkan bahwa serumen dapat memberikan proteksi bakterisidal terhadap
strain bakteri tertentu. Keberadaan serumen di liang telinga bertindak sebagai
barier berminyak yang mencegah masuknya mikroorganisme kedalam kulit dan
memiliki substansi antimikroba yang meliputi lysozyme, IgA, dan asam lemak.
Ada dua mekanisme pembersihan alami dari serumen di liang telinga luar
yaitu: (1) mekanisme pembersihan sendiri yang melibatkan migrasi epitel lateral
di liang telinga luar, dan (2) pergerakan rahang (Shrivastav, 2014).
Lapisan luar dari kulit (epidermis) di liang telinga, bersama dengan lapisan
epidermis membran timpani akan bermigrasi keluar. Migrasi ini membantu
penyemuhan cedera kecil serta memindahkan bekas luka keluar bersamaan
dengan serumen meninggalkan liang telinga. Kegagalan dalam proses migrasi ini
akan menimbulkan beberapa efek pathologis seperti cholesteatoma dan juga
dapat berperan dalam timbulnya inflamasi di liang telinga (Moller, 2006).
12
Mekasisme pembersihan ini terjadi sebagai hasil dari migrasi sel epitel
serta pergerakan rahang saat mengunyah dan berbicara. Serumen dibentuk di liang
telinga dan ketika serumen bermigrasi menuju ke pintu keluar liang telinga,
benda-benda asing seperti kotoran, debu, atau pertikel-partikel berukuran kecil
yang melekat padanya akan ikut terbawa keluar meninggalkan liang telinga.
Dalam hasil studi yang di kemukakan oleh Alberti (dalam Roeser, 1997) tentang
mekanisme seperti conveyer belt ini yang menghitung kuantitas pertumbuhan,
migrasi, dan desquamasi dari kulit yang melapisi membran timpani dan bagian
dalam liang telinga pada 62 subjek manusia. Setiap minggu perkiraan kecepatan
dan pola migrasi di buat dengan membubuhkan dye spots pada bagian atas
gendang telinga pada setiap subjek menggunakan sketsa buatan tangan dan foto
serial. Migrasinya terlihat sertrifugal dari umbo menyebar ke semua kuadran
membran timpani. Di dekat umbo, kecepatan migrasi nya setara dengan kecepatan
pertumbuhan kuku jari tangan manusia. Kecepatan migrasi meningkat setelah
marker bergerak menjauh dari umbo, dan daerah yang migrasi nya paling cepat
adalah dinding anterior liang telinga luar.
dan liang telinga harus diperiksa secara intermitten untuk melihat proses
pembesihan serumen. Irigasi sebaiknya tidak dilakukan jika ada perforasi
membran timpani atau terdapat myringotomy tube yang terpasang. Selain itu,
pada pasien dengan riwayat penyakit telinga tengah, operasi telinga, terapi
radiasi, otisis eksterna, benda asing yang tajam di liang telinga, atau vertigo
sebaiknya tidak dilakukan irigasi (McCarter et al., 2007).
2.4 Morbiditas
Gambar 2.5 Serumen terdorong lebih dalam akibat penggunaan cotton bud.
membran timpani pada gilirannya akan memicu terjadinya perilymph fistula yaitu
robekan atau lubang di jendela bulat atau oval koklea, yang dapat menimbulkan
nistagmus, penurunan pendengaran tipe sensorineural serta tinitus. Selain itu,
tinitus dapat terjadi apabila terjadi pembebasan serumen prop yang menyumbat di
dekat membran timpani secara tiba-tiba (Guest, 2004).
Serumen prop dapat dipicu oleh adanya kelainan bawaan pada liang
telinga, perubahan anatomis, tahanan fisik, pertambahan usia, keratosis, dan
karotenoid. Kelainan bawaan pada liang telinga seperti stenosis akan memperkecil
liang telinga sehingga memperbesar peluang terjadinya sumbatan pada liang
telinga. Seiring dengan pertambahan umur, liang telinga akan cenderung menjadi
lebih oval, hal ini juga akan mempermudah akumulasi serumen. Sebagaimana
deformitas anatomis dan jumlah rambut di liang telinga yang terlalu banyak,
serumen prop juga dapat dipicu oleh adanya tahan terhadap mekanisme
pengeluaran serumen secara alami oleh benda-benda seperti kapas telinga, alat
bantu dengar, serta alat pelindung pendengaran yang berupa sumbat telinga
(McCarter et al., 2007).
Benda asing yang masuk ke liang telinga dapat berupa makhluk hidup,
atau pun benda mati. Tanda dan gejala di tentukan oleh tipe dan lokasi, durasi,
serta percobaaan sebelumnya untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Cara atau
alasan masuknya benda asing berbeda pada anak dan orang dewasa. Pada anak
mungkin secara sengaja memasukkan benda asing, sesuai dengan perkembangan
kognitifnya yaitu picher grasp (memegang benda dengan jari telunjuk dan ibu
jari) yang berkembang penuh pada anak usia 9 bulan yang membuat anak
menjadi ingin tahu dan dengan antusias mengeksplorasi lingkungan dan bagian
tubuhnya terutama bagian kepala dan leher. Pada anak biasa memasukkan benda
asing saat bermain. Pada dewasa, benda asing mungkin dimasukkan selama
pembersihan telinga dengan batang korek api, kapas telinga, atau benda-benda
lainnya yang dimasukkan kedalam liang telinga. Pada orang dengan ganggua
jiwa, mereka memasukkan benda ke telinga sebagai bentuk self-mutilation (Shafi,
Yousufani, dan Hussain, 2007).
Trauma adalah penyebab kedua tersering dari perforasi membran timpani (Nadol
dan Mckenna, 2005). Ruptur membran timpani dapat disebabkan oleh perubahan
pada tekanan udara (pukulan pada telinga, ledakan, kelainan tuba eustachius,
anastesi nitrogen okisda, dan hyperbaric oxygen treatment), karena cairan
(syringing, caloric tests, dan menyelam), atau karena objek padat (percobaan
mengeluarkan benda asing, batang korek api, penjepit rambut, dan percikan logam
panas)(Al-Juboori, 2014). Ruptur membran timpani adalah bentuk umum cedera
primer ledakan. Hal ini terjadi karena telinga merupakan bagian tubuh yang
sangat sensitif pada perubahan tekanan, dan merupakan organ yang paling di
pengaruhi oleh perubahan tekanan udara (Ritenour, 2008).
2.5 Pengetahuan
2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo (2007), dibagi
menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu :
a. Tahu ( know )
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang
paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
ke kondisi sebenarnya.
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
atau kondisi yang sebenarnya.
22
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
c. Ekonomi
Usaha memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan
keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara
continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial
juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima
pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari
lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering
mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat
memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut
informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang
menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo,
2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan secara langsung atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau
angket. Indikator pengetahuan adalah tingginya pengetahuan responden tentang
kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden (Notoatmodjo, 2010).
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi baik dengan nilai benar antara 80%-
100%, dikategorikan cukup dengan nilai benar antara 56%-79% dan kategori
kurang dengan nilai benar < 56%.
24