Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
komunikasi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Selama
proses komunikasi berlangsung baik siswa maupun guru akan menggunakan
kemampuan mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Siswa harus dapat
menangkap dan memahami dengan benar informasi yang disampaikan oleh guru
atau siswa lainnya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengarkan yang
efektif akan salah memahami atau menafsirkan informasi tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Definisi Serumen
Serumen merupakan gabungan dari sekresi kelenjar sebaseous dan
kelenjar serumenous di liang telinga luar. Selain itu juga mengandung epitel
yang terlepas serta partikel-partikel debu (Maqbool, 2000). Serumen tersusun
dari lapisan corneocytes yang mengalami desquamasi (pengelupasan), yang
berasal dari bagian permukaan dan bagian dalam liang telinga luar, bercampur
dengan sekresi kelenjar (Guest, 2004). Ada dua jenis serumen yaitu basah dan
kering. Tipe kering umumnya di temukan pada orang-orang oriental dan
mongoloid, sedangkan serumen basah umumya ditemukan pada orang-orang
kaukasia, afrika dan hispanik.
3
tergantung komposisi yang terkandung di dalamnya. Apabila serumen tidak
pernah dibersihakan dapat menimbulkan sumbatan liang telinga.
Konsistensi serumen biasanya lunak, tetapi kadang-kadang padat,
terutama dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim dan usia. Sepertiga bagian
luar dari lubang telinga mengandung kelenjar yang berfungsi menghasilkan
serumen.
Pada sebagian orang dihasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian
orang lebih mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Oleh karena sengaja
dibentuk, tentunya serumen tidak dimaksudkan sebagai pengganggu, justru
sebaliknya serumen merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap telinga.
4
Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak
studi yang menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap
beberapa strain bakteri. Serumen ditemukan efektif menurunkan
kemampuan hidup bakteri antara lain haemophilus influenzae,
staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan jamur yang biasa
menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan oleh
serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam
lemak tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relatif rendah pada
serumen (biasanya 6 pada manusia normal). Dikatakan pula bahwa serumen
juga melindungi telinga tengah dari infeksi bakteri dan fungi. Beberapa
penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan dapat menjadi barier
untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun secara
klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.
Penelitian Chai dan Chai (dalam Roeser, 1997) menemukan bahwa
serumen efektif melawan beberapa jenis bakteri tertentu. Mereka
menujukkan bahwa serumen memiliki efek bakterisidal terhadap beberapa
strain bakteri yang mereka teliti. Viabilitas Haemophilus influenzae,
Escherisia coli K-12, dan Serratia marcescens berkurang lebih dari 99%.
Sedangkan untuk Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus
berkurang 30%-80%.
5
Gambar 1. Anatomi Telinga Gambar 2. Kulit Telinga Bagian Kartilaginosa
Serumen dapat dibagia menjadi 2 tipe yaitu menjadi tipe basah dan tipe kering.
Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras:
Serumen tipe basah dan tipe kering
Pada ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan
orang ras non-Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras Oriental,
memilki karakteristik kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas dan
berkeratin skuamosa yang disebut ricebrawn wax. Serumen pada ras non-
Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga dapat menjadi lunak ataupun
keras. Perkembangan serumen dipengaruhi oleh mekanisme herediter, alel
serumen kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah. Yang cukup
menjadi perhatian adalah bahwa rice-bran wax berhubungan dengan rendahnya
insidensi kanker payudara. Namun, ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan
karena kelenjar seruminosa dan kelenjar pada payudara sama-sama merupakan
kelenjar eksokrin
Serumen tipe lunak dan tipe keras
6
Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak
dan serumen tipe kering:
1. Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering
pada orang dewasa
2. Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan
bersisik.
3. Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe
keras.
4. Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering
kita temukan di tempat praktek.
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan
konsistensinya dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen
yang berwarna hitam biasanya tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila
dijumpai maka dapat menjadi tanda awal terjadinya aklaptonuria
7
Gambar 3. Serumen Obturans
8
perilymph fistula yaitu robekan atau lubang di jendela bulat atau oval koklea,
yang dapat menimbulkan nistagmus, penurunan pendengaran tipe sensorineural
serta tinitus. Selain itu, tinitus dapat terjadi apabila terjadi pembebasan serumen
prop yang menyumbat di dekat membran timpani secara tiba-tiba (Guest, 2004).
Serumen prop dapat dipicu oleh adanya kelainan bawaan pada liang telinga,
perubahan anatomis, tahanan fisik, pertambahan usia, keratosis, dan karotenoid.
Kelainan bawaan pada liang telinga seperti stenosis akan memperkecil liang
telinga sehingga memperbesar peluang terjadinya sumbatan pada liang telinga.
Seiring dengan pertambahan umur, liang telinga akan cenderung menjadi lebih
oval, hal ini juga akan mempermudah akumulasi serumen. Sebagaimana
deformitas anatomis dan jumlah rambut di liang telinga yang terlalu banyak,
serumen prop juga dapat dipicu oleh adanya tahan terhadap mekanisme
pengeluaran serumen secara alami oleh benda-benda seperti kapas telinga, alat
bantu dengar, serta alat pelindung pendengaran yang berupa sumbat telinga
(McCarter et al., 2007). Keratosis merupakan kelainan pada produksi keratin.
Produksi keratin yang berlebihan menyebabkan penebalan dinding liang telinga,
selain itu juga terjadi kegagalan pelepasan keratinosit yang secara normal akan
ikut terlepas sebagai bagian dari masa turn over kedua hal ini akan berujung
pada terjadinya serumen prop. Kerotenoid akan meningkatkan hiperplasia
epidermis dan aktifitas kelenjar cerumenous. Perubahan ini akan menimbulkan
peningkatan produksi serumen serta kecendrungan terjadinya serumen prop.
9
Alberti (dalam Roeser, 1997) tentang mekanisme seperti conveyer belt
ini yang menghitung kuantitas pertumbuhan, migrasi, dan desquamasi dari
kulit yang melapisi membran timpani dan bagian dalam liang telinga pada
62 subjek manusia. Setiap minggu perkiraan kecepatan dan pola migrasi di
buat dengan membubuhkan dye spots pada bagian atas gendang telinga
pada setiap subjek menggunakan sketsa buatan tangan dan foto serial.
Migrasinya terlihat sertrifugal dari umbo menyebar ke semua kuadran
membran timpani. Di dekat umbo, kecepatan migrasi nya setara dengan
kecepatan pertumbuhan kuku jari tangan manusia. Kecepatan migrasi
meningkat setelah marker bergerak menjauh dari umbo, dan daerah yang
migrasi nya paling cepat adalah dinding anterior liang telinga luar.
Pergerakan rahang membantu melepaskan debris dari lapisan epitel.
Selama berbicara dan mengunyah, rahang berotasi secara vertikal dan
horizontal dengan sendi temporomandibular sebagai pusat porosnya,
sehingga mempengaruhi bagian inferior liang telinga. Sehingga debris yang
melekat pada dinding liang telinga terkelupas (Edwards and Harris, dalam
Roeser 1997).
II.3.2 Penanganan dan Pembersihan Serumen
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal.
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang
lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengair atau kuret. Apabila
dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus
dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga sehingga
dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu
mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan (irigasi)
air hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
Indikasi untuk mengeluarkan selumen adalah sulit untuk melakukan
evaluasi membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian dari
10
terapi tuli konduktif. Kontraindikasi dilakukannya irigasi adalah adanya
perforasi membran timpani. Bila terdapat keluhan tinitus, cerumen yang
sangat keras dan pasien yang tidak kooperatif merupakan kontraindikasi
dari microsuction.
Mengeluakan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan
alat-alat. Irigasi merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis
akustikus eksternus tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani
intak. Perforasi membran timpani memungkinkan masuknya larutan yang
terkontaminasi ke telinga tengah sehingga menyebabkan otitis media.
Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air yang terlalu keras kearah
membran timpani. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga
keatas dan belakang dengan pandangan langsung arus air diarahkan
sepanjang dinding superior kanalis akustikus eksternus sehingga arus yang
kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang keluar ditampung
dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan asisten.
11
jangka waktu lama karena dapat menyebabkan iritasi kulit bahkan
dermatitis kontak
12
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Barat
5.
6.
b. Data geografis
Sebagaimana pada umumnya Kabupaten Gorontalo yang merupakan
daerah tropis yang terdapat 2 musim yaitu musim penghujan yang
berlangsung dari bulan desember sampai bulan maret dan musim kemarau
yang berlangsung dari bulan juni sampai bulan September, iklim ini
bergantian dalam keadaan normal setiap 6 bulan.
Suhu rata-rata 28o 32o celcius dengan curah hujan rata- rata 128,75
mm dan rata-rata hujan 187 hari hujan pertahun. Kelembapan rata-rata 70% -
90%. Demikian juga kondisi iklim di wilayah puskesmas Medical Centre
Limboto Barat.
13
c. Data demografis
Kebijakan kependudukan diarahkan kepada pembangunan sumber
daya manusia yang berciri mandiri dengan tetap memberikan dukungan
terhadap pengendalian jumlah, struktur, komposisi serta pertumbuhan dan
persebaran penduduk yang ideal, melalui upaya pengendalian kelahiran,
menekan angka kematian dan meningkatkan kualitas program keluarga
berencana. Berdasarkan hasil verifikasi pendataan KK miskin diperoleh
jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Limboto Barat pada tahun 2013
sebanyak 23717 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 6925 KK.
Mayoritas pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat
kecamatan limboto barat adalah agama islam. Potensi sumber daya terdiri dari
lahan pertanian, perkebunan, peternakan, pertambangan.
Tabel 4. Jumlah penduduk pada wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat, 2016
Sasaran
No Desa
Penduduk KK
14
d. Sarana prasarana kesehatan
Tabel 5. Rekapitulasi SDM Kesehatan
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Spesialis 0
2 Dokter Umum 2
3 Dokter Gigi PTT 1
4 Apoteker/Farmasi 1
5 SKM 5
6 Perawat 10
7 Bidan 11
8 Pekarya Kes 1
9 Perawat Gigi 1
10 Kesling 2
11 Gizi 2
12 SMA 1
13 Magang 5
14 Sopir 1
15 CS 2
16 Tenaga Abdi 12
Jumlah 57
15
puskesmas : 1 puskesmas Poskesdes : 3 posyandu : 20
pembantu : 7
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
a. Siswa SD kelas 1 yang tidak hadir pada saat pemeriksaan telinga
b. Siswa SD yang menolak menjadi koresponden dalam penelitian
18
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan selama kurang waktu 1 bulan, yaitu antara bulan
September 2017 sampai dengan bulan Oktober 2017 di seluruh SD di kecamatan
Limboto Barat, Gorontalo. Penelitian dilakukan hanya pada anak SD yang berada di
kelas 1 dan didapatkan jumlah 373 sampel.
19
SD Luar Biasa Limboto Barat 2 2 4
MIM Limboto Barat 5 8 13
MIM al-falah 6 7 13
Total 195 178 373
Dari hasil penelitian terhadap 373 sampel, didapatkan hasil yang disusun
dalam bentuk grafik, tabel dan teks sebagai berikut
Serumen Obturans
39,41%
Normal
60,59%
20
Tabel 4.2. Gambaran Serumen Obturans Berdasarkan Jenis kelamin di Sekolah
dasar kecamatan Limboto Barat
Serumen
Jenis Kelamin Total (%)
Normal Obsturan
Dari tabel diatas menunjukkan tidak ada perbedaan jauh antara laki-laki dan
perempuan pada kejadian serumen obturans. Kejadian serumen obturans pada laki-
laki lebih tinggi yaitu 20,38% dan pada perempuan 19,03%.
Serumen Persentase
Nama Sekolah Total
Normal Obsturan (%)
21
SDN 11 Limboto Barat 21 10 31 32.26%
Dari tabel diatas terlihat bahwa persentase kejadian serumen obturans teringgi
diatas 50% ditunjukkan pada SDN 2 Limboto Barat (64.71%), SDN 8 Limboto Barat
(62.50%) dan MIM Limboto Barat (61.54%). Kejadian serumen obturans terendah
pada SDN 6 Limboto Barat (17,65%) dan SDN 9 Limboto Barat (18,52%).
22
BAB V
PEMBAHASAN
23
didapatkan pada golongan ini, dimana stres mempengaruhi pembentukan serumen
obsturan melalui kontrol sistem adrenergik.
Peranan kemampuan mendengarkan yang efektif dalam pendidikan pun
sangat penting. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran apapun akan terjadi
komunikasi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Selama proses
komunikasi berlangsung baik siswa maupun guru akan menggunakan kemampuan
mendengarkan dengan sebaikbaiknya. Siswa harus dapat menangkap dan memahami
dengan benar informasi yang disampaikan oleh guru atau siswa lainnya. Siswa yang
tidak memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif akan salah memahami atau
menafsirkan informasi tersebut. Anak usia 5-12 tahun disebut juga periode
intelektual, karena merupakan tahap anak menggunakan sebagian waktunya untuk
mengembangkan kemampuan intelektualnya. Sekolah juga memegang peranan
penting dalam perkembangan anak selain keluarga, dengan alasan bahwa anak-anak
lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah.
24
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak SD kelas 1 di kecamatan
1. Siswa kelas 1 yang mengalami serumen obsturan sebesar 39,41%. Dan yang
2. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan tidak ada perbedaan jauh antara laki-
obturans pada laki-laki lebih tinggi yaitu 21,07% dan pada perempuan
19,66%.
6.2. Saran
1. Untuk mengetahui adanya serumen obsturan pada anak perlunya dilakukan
pemeriksaan telinga secara berkala terutama pada anak yang sedang berada
dalam tahap proses belajar mengajar.
2. Perlunya dilakukan sosialisasi tentang serumen obsturan dan kebersihan
telinga.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti secara lebih spesifik
terhadap pengaruh jenis kelamin, perilaku membersihkan telinga dengan lidi
kapas, riwayat sakit atau infeksi telinga, sosial ekonomi, lingkungan,
pengetahuan tentang kesehatan telinga, dan indeks massa tubuh terhadap
serumen obsturan.
4. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian terhadap
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi serumen obsturan seperti usia,
25
RAS, genetik, diameter liang telinga, bentuk dan deformitas anatomi,
makanan, penggunaan obat adrenergik dan penggunaan alat bantu dengar
5. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga melakukan penelitian yang
mengintegrasikan berbagai faktor resiko serumen obsturan dan melihat
hubungan faktor-faktor yang terintegrasi tersebut terhadap serumen obsturan.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
28
29