You are on page 1of 70

RESUME KOMPILASI BLOK 6

SKENARIO 4
GANGGUAN EREKSI

PANACEA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
Skenario 4
Gangguan Ereksi

Petani tembakau di Jember terancam merugi. Harga jual tanaman ini


anjlok. Tentu saja hal ini membuat salah seorang petani tembakau yang bernama
pak Reymond stress berat. Ia bahkan sering mengonsumsi obat penenang yang
dibeli melalui temannya yang bekerja di apotek. Ia juga berfikir bahwa merokok
adalah cara lain untuk meringankan stresnya. Dalam sehari, ia merokok hingga
puluhan linting. Beban pikiran pak Reymond sedikit banyak berpengaruh terhadap
kehidupan seksualnya. Akhir-akhir ini ia seolah kesulitan untuk ereksi atau
kadang timbul ereksi tapi sulit untuk dipertahankan sehingga kehidupan seksual
bersama istrinya terganggu. Kendati sudah menikah hamper 10 tahun, pak
reymond yang berusia 37 tahun belum dikaruniai anak. Ia selalu menolak untuk
melakukan analisis sperma karena takut ditinggal sang istri bila hasilnya
didapatkan kelainan. Pak Reymond pesimis karena factor resiko kearah tersebut
besar.
PEMBAHASAN

A. Anatomi

1. Skrotum
Skrotum adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang
membungkus testis atau buah zakar. Skrotum terletak di
antara penis dan anus serta di depan perineum. Pada wanita, bagian ini
serupa dengan labia mayora. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum
kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi
oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot
dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat mengerut
dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-serat otot yang
berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot
kremaster. Pada skrotum manusia dan beberapa mamalia bisa
terdapat rambut pubis. Rambut pubis mulai tumbuh sejak masa pubertas.
Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis
suatu lingkungan yang memiliki suhu 1-8oC lebih dingin dibandingkan
temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya
pengaturan oleh sistem otot rangkap yang menarik testis mendekati
dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis menjauhi
dinding tubuh agar lebih dingin. Pada manusia, suhu testis sekitar 34C.
Pengaturan suhu dilakukan dengan mengeratkan atau melonggarkan
skrotum, sehingga testis dapat bergerak mendekat atau menjauhi tubuh.
Testis akan diangkat mendekati tubuh pada suhu dingin dan bergerak
menjauh pada suhu panas. Di daerah ini ada arteri testikularis yang
dikelilingi oleh plexus pampiniformis. Fungsi vena ini adalah menjaga
suhu pada testis supaya suhu hangat dari arteri tidak membahayakan testis.
Karena ketika arteri mengaliri testis,dia akan di dinginkan oleh plexus
vena yang mengelilinginya.
Scrotum berisi testis,epididimis dan ujung bawah funiculus
spermaticus.
Lapisan scrotum :
1. Cutis
2. fascia superfisialis,m.dartos (otot polos) menggantikan paniculuc
adiposus
3. fascia spermatica externa yang berasal dari m.obliqus externus
abdominis
4. fascia cremastericas yang berasal dari m.obliqus internus abdominis
5. fascia spermatica interna yang berasal dr fascia transversalis
6. tunica vaginalis.

2. Testis
Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval, agak gepeng,
dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Bersama
epididimis, testis berada di dalam skrotum yang merupakan sebuah
kantung ekstraabdomen tepat di bawah penis. Dinding pada rongga yang
memisahkan testis dan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika
vaginalis dibentuk dari pertoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam
skrotum primitif selama perkembangan genitalia pria. Setelah migrasi ke
dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan
tertutup.
Ada 2 buah sinistra dan dextra
Memiliki 4 Facies :
o Facies medialis
o Facies lateralis
o Margo libera
o Mesordhium (facies posterior)
Pembungkus testis :
o Lapisan Superficialis (Tunika albuginea) :
- Kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang
ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250
lobulus
- Kapsula fibrosa kuat melapisi testis
- Lapisan profundus dari lapisan ficeralis tunika vaginalis :
membentuk septa yang masuk ke dalam testis
o Lapisan Profundus (tunika Vaginalis)
- Berasal dari peritoneum : merupak lapisan ganda menjadi
tempat invaginasi testis
- Melapisi skrotum : Lapisan parietalis sedangkan
- yang melapisi testis : lapisan viseralis
Tunika Seminiferus :
Tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobulus
Epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus
seminiferus, yang mengandung :
1. Sel-sel batang (spermatogenia) yang kemudian menjadi
sperma
Terletak berdekatan dengan membran basalis tubulus
seminiferus
2. Sel-sel sertoli
Menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus, yang
menopang dan memberi nutrisi sperma yang sedang
berkembang. Fungsinya :
Secara mekanis menyokong dan memberi nutrisi
spermatozoa dalam proses pematangan
Mensekresi inhibitor duktus mullerian (sejenis
glikoprotein yang diproduksi selama perkembangan
embrionik pada saluran reproduksi laki-laki)
Mensekresi protein pengikat androgen untuk merespons
FSH ysng dilepas kelenjar hipofisis anterior
Mensekresi inhibin (suatu protein yang mengeluarkan
efek umpan balik negatif terhadap sekresi FSH oleh
kelenjar hipofisis anterior
Mensekresi antigen H-Y ( protein permukaan membran
sel yang penting untuk menginduksi proses diferensiasi
testis pada genetik laki-laki
3. Sel-sel interstisial
yang memiliki fungsi endokrin dan mensekresi
androgen
Menghilang dalam waktu enam bulan setelah lahir. Dan
muncul kembali saat awitan pubertas, karena pengaruh
hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis

3. Epididymis
Struktur ini menahan batas posterolateral dari testis. Epididimis
dibentuk oleh saluran yang berkelok-kelok secara tidak teratur,
mempunyai tebal 5-10 mm dan panjang sekitar 6 meter. Duktus-duktus
epididimis dari setiap testis akan menyatu dan nantinya akan membentuk
vas deferens. Epididimis berbentuk bulan sabit terletak dibagian dorsal
testis, menempel di testis.
Duktus epididimis mempunyai tiga bagian:
Caput: terbentuk oleh duktus eferen. Menerima spermatozoa
melalui saluran eferen dari mediastinum testis. Disini konsentrasi
sperma masih encer. Myoepithelium tipis.
Corpus
Caudal: myoepithelium lebih tebal, berperan menyerap cairan
sehingga sperma lebih pekat. Disini sperma mengalami
pendewasaan dan gerakan spermatozoa mulai tampak.

4. Vas Deferens
Merupakan lanjutan dari ductus epididymis. Merupakan tuba lurus yang
terletak dalam Korda Spermatik yang juga mengandung pembuluh
darah(a.v. pleksus pampiniformis) dan pembuluh limfatik, saraf
testis(SSO), muskulus kremaster, dan jaringan ikat
Fungsinya membawa spermatozoa dari epididymis ke ductus ejaculatorius
Dimulai dari cauda epididymis, mula-mula berkelok-kelok, kemudian
makin lurus pada sisi medial epididymis dekat facies posterior testis.
Kemudian ia dikelilingi oleh plexus venosus pampiniformis, ia berjalan ke
cranial dari bagian superior testis sampai ke annulus inguinalis
subcutanea. Setelah melalui canalis inguinalis, ductus deferens
meninggalkan struktur-struktur lain dalam funiculus spermaticus,
kemudian masuk ke dalam cavum pelvis
Topografinya terhadap ureter : Mula-mula ia menyilang ureter dari
sebelah ventral, kemudian setelah sampai pada fundus vesica urinaria ia
berada medial dari ureter dan vesicula seminalis, di sini ia melebar
menjadi : ampulla ductus deferens, kemudian mengecil lagi, setelah dekat
dengan glandula prostat, kemudian bersama-sama dengan ductus
excretorius vesicula seminalis membentuk ductus ejaculatorius, yang
akhirnya bermuara ke dalam colliculus seminalis pada dinding posterior
lumen urethra..
Masing-masing duktus deferens meninggalkan skrotum, menanjak menuju
dinding abdominal kanal inguinal. Duktus ini mengalir di balik kandung
kemih bagian bawah untuk bergabung dengan duktus ejaculator.

5. Penis
Mempunyai radix penis yg terfiksasi dan corpus yg tergantung bebas.
Radix penis : dibentuk 3 massa jaringan erektil : bulbus penis, dan crus
penis dextra dan sinistra. Bulbus penis di tengah melekat dibawah
diaphragma urogenital ditembus uretra dan permukaan dilapisi
m.bulbospongiosus. Crus penis melekat dipinggir arcus pubicus bagian
luar dilapisi m.ischiocavernosus. Bulbus kedepan mnjadi corpus penis
mmbentuk corpus spongiosum penis. Di anterior keduanya slg mndekati
& bagian dorsal corpus penis menjadi corpus cavernosum penis. Corpus
penis terdiri 3 jaringan erektil diliputi fascia Buck. Jaringan erektil
dibentuk 2 corpora cavernosum penis di dorsal dan 1 corpus spongiosum
penis yang terletak dipermukaan ventralnya. bagian distal corpus
spongiosum melebar disebut glans penis yang meliputi ujung distal
corpora cavernosum penis. Ujung glans penis ada muara uretra disebut
ostium urethra externum.
Vaskularisasi : arteri corpus cavernosa penis diperdarahi a.profunda penis,
corpus spongiosum penis diperdarahi a.bulbi penis dan tambahan
a.dorsalis penis, ketiga arteri tersebut percabangan a.pudenda interna.
Vena bermuara ke vena pudenda interna. Aliran limfe kulit penis ke arah
nodi superiomedialis dari nodi inguinalis superficialis. Struktur profunda
ke nodi iliaci interni. Persarafan n.pudendus dan plexus pelvicus.

Pada keaadan flaccid, penis biasanya memiliki panjang sekitar 10 cm dan


terbagi menjadi korpus penis, glans penis, dan radix penis. Penis terdiri
dari pasangan corpora cavernosa yang dilapisi oleh lapisan fibrosa padat
(tunica albuginea) dan dipisah kan oleh septum penis. Komponen lain
dalam penis adalah corpus spongiosum yang mengelilingi uretra.Bagian
proksimal dan distal dari corpus spongiosum berdilatasi untuk membentuk
bulbus penis dan glans penis. Semua corpus cavernosum bersama-sama
dilapisi oleh fascia penis.
Vaskularisasi
Penis mendapatkan vaskularisasi dari 3 arteri dan 3 vena.
A.dorsalis penis,mendarahi kulit penis dan penis
A.profunda penis,mengatur pengisian corpus cavernosum
ketika ereksi
A.bulbi penis,mendarahi glandula bulbouretralis dan menuju
bagian anterior membentuk a.uretralis
V.dorsalis superficialis
V.dorsalis profunda
V.bulbi penis
Innervasi
N.dorsalis penis
N.cavernosi penis
Penis terdiri atas jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui oleh uretra. Permukaan
posterior pada penis yang lunak adalah yang paling dekat dengan uretra, dan sisi
lainnya, adalah permukaan dorsal yang lebih luas. Sebagian besar jaringan erektil
penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum
dan dan sebuah korpus spongiosum di bagian tengah. Di dalam korpus
spongiosum sendiri terdapat uretra sedangkan didalam korpus kavernosum ada
pembuluh darah yang nantinya berfungsi saat ereksi. Ujung dari penis diebut
glans. Glans penis juga mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus
spongiosum. Glans dilapisi oleh lapisan kulit tipis berlipat yang dapat ditarik ke
proksimall, yang disebut prepusium atau kulit luar; prepusium ini dibuang saat
melakukan pembedahan sirkumsisi.
6. Bulbouretra
Sepasang kelenjar bulbouretra adalah kelenjar campuran tubuloasinar.
Kapsul fibroelastik yang membungkus kelenjar inii mengandung jaringan
ikat, serat otot polos , dan serat otot rangka di septum jaringan ikat
interlobularis. Septum jaringan ikat dari kapsul membagi kelenjar menjadi
beberapa lobulus.

Unit sekretorik memiliki struktur dan ukuran yang bervariasi dan


menyerupai kelenjar mukosa. Kelenjar memperlihatkan unit sekretorik
asinar atau unit sekretorik tubular . Sel sekretorik adalah kuboid ,
kolumnar rendah atau gepeng , dan berwarna lebih muda. Tinggi sel epitel
bergantung pada status fungsional kelenjar. Produk sekretorik kelenjar
bulbouretra terutama adalah mukus.

Duktus sekretorius yang lebih kecil mungkin dilapisi oleh sel sekretorik ,
sedangkan duktus ekskretorius yang lebih besar menunjukkan epitel
bertingkat semu atau epitel berlapis silindris.21

Kelenjar bulbouretralis terdiri dari 2 buah kelenjar, terletak di dalam m.


sphincter urethrae eksternum pada diafragma urogenitalis, dorsal dari
urethrae pars membranaceae.
Ductusnya menembus fascia diafragma urogenitalis inferior masuk ke
dalam bulbus penis, setelah berjalan 2-4 cm maka ductusnya berakhir di
pars spongia urethrae.

7. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis atau kantung semen adalah kelenjar berlekuk-lekuk yang
terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan
makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Cairan vesika seminalis
bersifat basa (alkalis) dan menyumbangkan 60% dari komposisi total cairan
semen. Kandungan cairan vesika seminalis mengandung mukus, fruktosa (yang
menyediakan sebagian besar energi yg digunakan oleh sperma), enzim
pengkoagulasi, asam askorbat, dan protas Sepasang vesikula seminalis adalah
kelenjar memeanjang yang terletak di sisi posterior kandung kemih. Ductus
ekskretoris dari masing-masing vesikula seminalis menyatu dengan ampulla
masing-masing duktus deferens untuk membentuk duktus ejakulatoris, yang
kemudian berjalan menembus kelenjar prostat untuk bermuara ke dalam uretra
pars prostatika.

Lumen vesikula seminalis sangat berkelok dan tidak teratur . Ada lipatan-lipatan
besar disebut plica mucosa primaria. Lipatan-lipatan ini bercabang menjadi
banyak plica mucosa secundaria, yang sering beranastomosis dan membentukk
rongga, ruang yang tidak teratur yang disebulebih t crypta mucosa. Lamina
propria menonjol ke dalam dan membentuk bagian tengah plica mucosa primaria
yang lebih besar dan plica mukosa secundaria yang lebih kecil. Lipatan-lipatan ini
terjulur jauh ke dalam lumen vesika seminalis.

Epitel kelenjar vesikula seminalis tampak bervariasi , namun biasanya bertingkat


semu rendah dan kolumnar rendah atau kuboid.

Muskularis terdiri atas lapisan otot sirkular dalam dan lapisan otot longitudinal
luar . Bagian yang mengelilingi muskularis dan menyatu dengan jaringa ikat.

8. Prostat
Prostat beukuran 3cm x 4cm x 2cm yang merupakan kelenjar asesoris
terbesar pada alat reproduksi pria. Dua per tiga prostat meruapakan
kelenjar sedangkan sisanya adalah jaringan fibromuscular.
Prostat merupakan orangan dengan sebagian strukturnya
merupakan kelenjar dan sebagian lain berupa otot. Organ ini mengelilingi
uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat sedikit di
belakang simfisis pubis. Organ ini berukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm.
Lobus media prostas secara histologis merupakan zona transisional
berbentuk baji, secara langsung mengelilingi uretra dan memisahkannya
dengan duktus ejakulatoris. Saat terjadi hipertrofi, lobus media dapat
menyumbat aliran urin. Hipertrofi lobus media banyak terjadi pada pria
usia lanjut.
Prostat bagian anterior sebagian besar terdiri dari jaringan
fibromuskular. Jaringan kelenjar prostat berada pada sisi uretra dan
posterior terhadapnya. Jaringan kelenjar dibagi menjadi zona sentral dan
perifer berdasarkan embriologi dan histologi. Zona perifer jauh lebih besar
dibanding zona sentra; dan terdiri atas 50 lobulus yang tidak berbatas
tegas. Masing-masing lobulus mengandung duktus-duktus kecil yang
mengalir ke uretra sedikit di atas duktus ejakulatoris.
Pasokan darah ke kelenjar prostat bervariasi, namun sebagan besar
berasal dari arteri pudenda interna dan glutea inferior dari arteri
hipogastrika. Vena yang mengalirkan darah dari prostat berukuran besar
dan berdinding tipis. Membentuk pleksus yang berhubungan dengan
pleksus yang mengalairkan darah dari kandung kemih. Keduanya
mengalirkan darah ke vena iliakan interna. Pleksus prostatika juga
berhubungan dengan pleksus-pleksus vena vertebralis; sehingga tumor
pada prostat dapat menimbulkan penyebaran tumor pada kolumna
vertebralis. Aliran limfatik pada prostat mengikuti aliran pada vesikula
smeinalis dan leher kandung kemih yaitu ke rantai nodus iliaka.
Sekresi prostat menyumbang sekitar 15% dari total volume semen.
Komponen pentingnya, antara lain fsfatase asam, seng, nitrat, dan protease
yang membuat semen lebih encer.

B. Histologi
1. Testis
Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen tunika
albuginea. Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior tertis
Membentuk mediastinum testis dan lobulus testis
a. Yang merupakan tempat penjuluran septa fibrosa ke dalam kelenjar
dan membagi kelenjar menjadi sekitar 250 kompartemen piramid
b. Septa ini tidak kontinu, dan sering terbentukhubungan antar
lobulus
c. Setiap lobulus dihuni 1-4 tubulus seminiferus, yang terpendam
dalam dasar jaringan ikat longgar yang banyak mengandung :
i. Pembuluh darah dan limfe
ii. Saraf
iii. Sel interstitial
iv. Tubulus seminiferus menghasilkan sel kelamin pria yaitu
spermatozoa
v. Interstisial menyekresikan androgen testis

d. Tubulus seminiferus menghasilkan sel kelamin pria yaitu


spermatozoa
e. Interstisial menyekresikan androgen testis

Testis berkembang secara retroperitoneal dalam dinding dorsal rongga


abdomen Testis bermigrasi selama perkembangan fetus dan akhirnya turun
ke dalam skrotum, setiap testis membawa tunika vaginalis yaitu suatu
kantung serosa yang berasal dari peritoneum. Tunika ini tdd :
-Lapisan parietal diluar
-Lapisan Viseral di dalam : yang membungkus tunika albuginea di
sisi anterior dan lateral testis

Setiap testis dikelilingi oleh simpai tebal jaringan ikat kolagen

tunika albuginea
Tunika albuginea menebal pada permukaan posterior tertis
2. Epididymis
Pada epididimis terdapat suatu selubung yaitu lapisan tunica serosa
testis(tunica vaginalis), terdapat pula ductus epididimis yang berkelok-
kelok dari caput hingga cauda epididimis tersusun padat dengan panjang
mencapai 6 m, dan terdapat pula anyaman pembuluh darah. Duktus
epididimis yang berhimpitan dibatasi oleh jaringan ikat. Pada bagian luar
dilapisi epitel semu berlapis silindris, dengan stereocilia. Semakin distal
epitelnya menjadi kuboid memiliki fungsi sekretoris. Terdapat pula lapisan
otot yang makin caudal makin tebal. Pada bagian caput ototnya sirculer,
pada bagian corpus 2 lapis sirkuler dan serong, kemudian pada bagian
cauda menjadi 3 lapis.

o Duktus Eferen
Lumen memperlihatkan kontur yang tidak teratur karena terdapat
epitel yang terdiri dari kelompok sel tinggi bersilia dan kelompok
sel rendah tanpa silia. Terdapat lapisan tipis jaringan ikat dan
lapisan otot polos. Ketika duktus eferen berakhir di duktus
epididimis, lumen dilapisi oleh epitel bertingkat semu silidris.
o Duktus Epididimis
Dilapisi oleh epitel bertingkat semu dan setiap tubulus dikelilingi
oleh lapisan otot serta jaringan ikat. Urutan lapisan dari luar ke
dalam adalah:
1. Lapisan otot polos
2. Epitheliocytus Basalis, berbentuk kecil dan bulat, terletak
di dekat basis epitel.
3. Epitel bertingkat semu
4. Epitheliocytus Stereociliatus
5. Stereocilia
6. Sperma
Semakin duktus menuju kauda epididimis, maka ukuran epitel
semakin rendah dan lumen semakin berkelok-kelok. Otot polos pun
semakin tebal.

3. Vas Deferens
Dindingnya relative tebal dan lumennya sempit. Epitelnya
merupakan epitel bertingkat silindris dan sel silindrisnya mempunyai
stereosilia. Diantara lapisan epitel dan lamina propria yang tipis terdapat
lamina basal yang halus dengan banyak serat-serat elastin. Mukosa
membentuk lipatan longitudinal sehingga pada potongan melintang
lumennya berbentuk seperti bintang.
Di bawah lamina propria terdapat submukosa yang batas nya
kurang jelas, mengandung banyak pembuluh darah dan memisahkan
lapisan mukosa dengan lapisan muscular. Lapisan muscular tebal terdiri
dari 3 lapisan muscular yang jelas. Lapisan dalam raltif tipis(longitudinal),
lapisan tengah(sirkular) yang tebal dan lapisan luar terdapat lapisan yang
tersusun rapi terdiri atas serat-serat fibrosa yang melapisi lapisan muscular
dan bersatu dengan jaringan sekitarnya.
- Permukaannya dilapisi : epitel berderet silindris tinggi dengan stereosilia
- Lamina propria tipis dan mengandung sabut-sabut elastis
- Mukosa membentuk lipatan-lipatan longitudinal sehingga pada potongan
melintang lumennya berbentuk seperti bintang
- Submukosa tipis dilanjutkan dengan selubung otot polos tebal yang terdiri
atas 3 lapisan (longitudinal-sirkuler-longitudinal)
- Lapisan adventitia terdiri atas jaringan ikat fibrous

4. Penis
Penis terdiri dari dua korpus kavernosa dan sebuah korpus
spongiosum. Keduanya dilapisi oleh tunica albuginea di sisi luarnya.
Bedanya, pada corpus cavernosum, tunica albuginea yang ada lebih tebal
daripada di korpus spongiosum.
Korpus kavernosum terdiri dari lakuna dan tuberkel yang
strukturnya melebar di daerah tengah,kemudian mengecil di daerah tepi,
berkebalikan dengan korpus spongiosum yang lebar di tepi namun tipis di
tengah.Hal inilah yang mengakibatkan ketika penis berereksi,uretra yang
ada dalam korpus spongiosum tidak tertekan.
Korpus kavernosum penis merupakan jaringan erektil. Ada dua buah yang
dipisahkan oleh septum mediana. Dikelilingi oleh tunika albuginea yang
tebal dan kuat, terdapat lakuna-lakuna yang semakin kecil dan sempit
ketika dekat dengan tunika albuginea. Ini berfungsi sebagai faktor
pembantu terjadinya ereksi penis. Berbeda dengan korpus kavernosum
uretra yang memiliki tunika albuginea lebih tipis, dan lakuna yang
semakin besar ketika mendekati tunika albuginea. Oleh karena itu, pada
waktu ereksi korpus kavernosum uretra tidak sekeras dan setegang korpus
kavernosum penis, sehingga uretra bisa dilalui oleh semen pada waktu
ejakulasi.
5. Bulbouretra
Kelenjar bulbourethralis merupakan kelenjar tubuloalveoler. Kelenjar
dikelilingi oleh jaringan ikat dan otot lurik. Unit sekresinya bervariasi
struktur dan ukuran. Kebanyakan merupakan alveoli dan yang lain
merupakan tubular. Sekresinya terutama adalah mucus. Sel-sel sekretori
berbentuk kubus atau silindris pendek.

6. Vesikula seminalis

Lapisan mukosa dibatasi oleh epitel berlapis semu silindris. Lapisan


epitelnya membentuk kripta-kripta yang saling beranastomose. Epitel
terdiri dari sel-sel basar dan lapisan sel kubus atau silindris pendek, yang
kaya dengan granula sekret. Lamina proprianya kaya dengan serabut
elastin dan dikelilinggi oleh lapisan otot polos yang tipis. Pada lapisan
ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia simpatis. Sekresi yang
tertimbun dalam kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi otot
polos.

7. Prostat

8. Kelenjar prostat merupakan tubuloalveolar yang berepitel batang semu


bertingkat
9. Kelenjar prostat dikelilingi oleh fibrosit dan otot polos. Yang melindungi
kelenjar didalamnya, lamina propria(LP) dan corpus amylacieum.

C. Fisiologi
1. Spermatogenesis
Spermatogenesis ( Pembentukan sperma )2

Prosesnya mencakup pembelahan mitosis sel spermatogenesis :

- Bisa menghasilkan sel induk pengganti


- Menghasilkan sel spermatogenik ( akan mengahasilkan sprematosit
primer & spermatodit sekunder), yang nantinya 2 jenis spermatid ini akan
mengalami pembelahan meiosis ( mengurangi jumlah kromososm dan
DNA).
Pembelahan spermatosit sekunder menjadi sel spermatid ( mengandung 23
kromosom tunggal, yang mana bisa menjadi 22+x atau 22+y ).

Spermatid tidak mengalami pembelahan lebih lanjut, tetapi berubah


menjadi sperma.

Sperma melalui proses Spermiogenesis ( dimana selama proses ini, ukuran


dan bentuk spermatid berubah dan kromatin memadat).

Spermiogenesis proses morfologik komplek yang mengubah spermatid


bulat menjadi sel sperma memanjang. Tahap-tahap spermiogenesis :

1. Fase golgi akumulasi granula halus di aparatus golgi spermatid dan


membentuk granulum acrosomatium di dalam vesika acrosomatica
terbungkus membran.
2. Fase akrosomal ( membentuk akrosoma) granula acrosomaticum dan
vesika acrosomatica menyebar di inti spermatid yang memadat diujung
anterior spermatid akrosoma.
Fungsi akrosoma suatu jenis lisosom dan mengandung beberapa enzim
hidrolitik, misalnya, hioluronidase dan protease dengan aktifitas mirip
tripsin yang membantu sperma dalam menembus sel ( korona radiata) dan
membran ( zona pelusida) yang mengelilingi oosit yang berovulasi.
3. Fase maturasi( pematangan awal ) membran plasma bergeser ke
posterior dari nukleus untuk menutupi flagellum ( ekor sperma) yang
sedang tumbuh.
4. Fase maturasi akhir ditandai oleh terlepasnya kelebihan sel sperma ke
dalam lumen tubulus seminiferus. Sel sertoli kemudian menfagositosis sisa
sitoplasma tersebut.
5. Sel sperma matang terdiri dari kepala ( caput), acrosoma yang
mengelilingi bagian anterior nucleus, leher ( collum), pars intermedia (
tandanya ada selubung mitokondria padat), bagian utama pars principalis.

Spermatogenesis adalah suatu proses kompleks di mana sel germinal yang relatif
belum berdiferensiasi berproliferasi dan diubah menjadi spermatozoa yang
terspesialisasi dan motil, yang masing-masingnya mengandung satu set 23
kromosom yang haploid.8 Proses spermatogenesis terjadi di dalam tubulus
seminiferus, yang pada dindingnya mengandung banyak sel-sel germinal dan sel-
sel sertoli. Satu siklus spermatogenesis terdiri atas tiga fase, yaitu:

spermatositogenesis, spermatidogenesis, dan spermiogenesis; dan memerlukan


waktu enam puluh empat hari.

Gambar 2.1 Tahapan-tahapan proses spermatogenesis.


Spermatositogenesis
Spermatositogenesis merupakan tahapan perkembangan
dari spermatogonia sampai spermatosit sekunder. Spermatogonia
yang terletak di lapisan tubulus terluar terus-menerus membelah
secara mitosis untuk menghasilkan sel anak yang identik dengan
sel induknya. Proliferasi tersebut menyediakan persediaan sel
germinal baru yang cukup. Setelah pembelahan mitosis, satu dari
sel anak tetap berada di bagian terluar tubul dan bertahan sebagai
spermatogonium yang tidak berdiferensiasi, yang berfungsi untuk
menjaga keberadaan sel-sel germinal. Sel-sel anak lainnya mulai
bergerak menuju lumen sambil menjalani berbagai proses manusia,
sel-sel tersebut akan membelah secara mitosis sebanyak dua kali
untuk membentuk spermatosit primer yang identik.
Setelah proses mitotik yang terakhir, spermatosit primer
akan memasuki fase istirahat. Pada fase ini, kromosom
diduplikasikan dan DNA bersiap memasuki pembelahan meiosis
yang pertama. Pada meiosis tahap pertama, setiap spermatosit
primer membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing
dengan 23 pasang kromosom haploid).
Spermatidogenesis
Spermatidogenesis merupakan tahapan pembentukan
spermatid dari spermatosit sekunder. Setelah pembelahan meiosis
tahap pertama, spermatosit sekunder akan memasuki pembelahan
meiosis tahap kedua hingga akhirnya terbentuk 4 buah spermatid
dari 1 spermatogonia.
Spermiosis dan Spermiogenesis
Spermiosis merupakan pembentukan spermatozoa dari
spermatid. Setelah itu, spermatozoa akan mengalami remodelling
lagi dalam proses yang disebut spermiogenesis. Proses
spermiogenesis tersebut merupakan proses pembentukan yang
matur, yakni spermatozoa yang memiliki 4 bagian, yaitu: kepala,
akrosom, midpiece, dan ekor. Kepala berisi nukleus yang
mengandung, vesikel yang berisi enzim yang melapisi bagian
ujung kepala untuk melakukan penetrasi pada ovum. Ekor
berfungsi untuk bergerak, yang ditenagai oleh mitokondria yang
terletak pada bagian midpiece.
Sampai proses pematangan sprema selesai, sel-sel germinal
yang muncul dari satu spermatosit primer tetap berhubungan
dengan jembatan sitoplasmik. Hubungan penting karena sperma
yang tidak mendapatkan kromosom X yang mengandung gen
untuk produk-produk seluler yang penting untuk perkembangan
sperma (kromosom X yang berukuran besar mengandung beberapa
ribu gen, sementara kromosom Y hanya memiliki beberapa lusin
dengan gen SRY yang merupakan gen paling penting dan beberapa
gen lainnya yang penting untuk fertilitas pada pria).
2. tindakan seks
Tindakan seks pria melibatkan dua komponen, yaitu ereksi dan ejakulasi.
Ereksi adalah mengerasnya penis yang normalnya lunak agar penis dapat
masuk ke dalam vagina. Ejakulasi adalah penyemprotan kuat semen ke
dalam uretra dan keluar daripenis. Selain komponen yang berkaitan
dengan reproduksi ini, siklus respon seks mencakup respon fisiologis yang
leih luas dan dapat dibagi menjadi empat fase:
-Fase eksitasi yang mencakup ereksi dan meningkatnya perasaan seksual.
-Fasa plato yang ditandai oleh intensifikasi respon-respon, ditambah
respon yang menyeluruh misalnya peningkatan kecepatan jantung,
tekanan darah, pernafasan, dan ketegangan otot.
-Fase orgasme yang mencakup ejakulasi serta respon lain yang menjadi
puncak eksitasi seksual dan secara kolektif dialami sebagai kenikmatan
fisik yang intens.
-Fase resolusi yaitu kembalinya genetalia dan sistem tubuh ke keadaan
sebelu rangsangan.
3. Ereksi
Ereksi dicapai melalui pembengkakan penis oleh darah. Penis hampir
seluruhnya terdiri dari jaringan erektil yang dibentuk oleh tiga kolom
rongga-rongga vaskular mirip spons yang terdapat disepanjang organ ini.
Tanpa rangsangan seks, jaringan erektil hanya mengandung sedikit darah
karena arteriol yang mendarahi rongga-rongga vaskular ini berkonstriksi.
Akibatnya penis tetap kecil dan lunak. Selama rangsangan seks, arteriol-
arteriol ini secara refleks melebar dan jaringan erektilterisi oleh darah
sehingga penis bertambah panjang dan besar serta menjadi kaku. Vena-
vena yang mengalirkan darah dari jaringan erektil penis tertekan secara
mekanis oleh pembengkakan dan ekspansi rongga-rongga vaskular ini
sehingga aliran keluar vena berkurang dan hal ini berkontribusi dalam
penumpukan darah atau vasokongesti. Respon vaskular lokal ini
mengubah penis menjadi organ yang mengeras dan memanjang serta
mampu menembus vagina.
Refleks ereksi
Refleks ereksi adalah suatu refleks spinal yang dipicu oleh stimulasi
mekanoreseptor yang sangat peka di glans penis, yang menutupi ujung
penis. Di medula spinalis bagian abwah baru-baru ini dietemukan adanya
pusat membentuk ereksi. Melalui pusat ini, stimulasi taktil pada glans
penis akan secara refleks memicu peningkatan aktivitas vasokonstriksi
simpatis ke arteriol-arteril penis. Akibatnya adalah vasodilatasi hebat dan
cepat arteriol-arteriol tersebut dan ereksi.
Stimulasi parasimpatis menyebabkan relaksasi otot polos areteriol penis
oleh nitrat oksida yang menyebabkan vasodilatas arteriol sebagai respons
terhadap perubahan lokal di jaringan lokal di bagian tubuh. Stimulasi
parasimpatis dan inhibisi simpatis secara bersamaan pada arteriol penis
menyebabkan vasodilatasi yang cepat dan kuat dibandingkan jika
diarteriol lain hanya mengandung saraf simpatis saja. Melalui peningkatan
cepat aliran aliran darah ke penis yang efisisen ini, penis dapat mengalami
ereksi sempurna hanya dalam hitungan 5 samapi 10 detik. Pada saat yang
sama, impuls parasimpatis mendorong sekresi mukus pelumas kelenjar
dari bulbouretra dan kelenjar uretra sebagai persipan koitus.
Berdasarkan riset terakhir terdapat banyak bagian otak yang
memepengaruhi respons seks pria. Bagia-bagian di otak yang
mempengaruhi ereksi tampaknya saling berkaitan dan berfungsi sebagai
kesatuan dalam memicu atau menghambat ereksi. Salah satu contoh
fasilitasi, rangsangan psikis, misalnya melihat sesuatu yang merangsang
syahwat, dapat memicu ereksi meskipun tidak terjadi stimulasi takstil
sama sekali pada penis.

Ereksi merupakan efek pertama perangsangan seksual pria.


Derajat ereksi sebanding dengan derajat perangsangan, baik oleh fisik
maupun psikis. Mekanisme ereksi terdiri dari beberapa fase. Tahapan ini
dimulai dari fase permulaan dalam keadaan masih lemas (flasid), fase
pengisian darah, fase tumesensi (pembesaran), fase ereksi (tegak), hingga
fase rigid (tegak dan keras). Ereksi disebabkan oleh impuls parasimpatis
yang berjalan dari bagian sacral medulla spinalis ke penis. Impuls
parasimpatis mensekresi nitrit oxide. Zat ini akan mengaktifkan enzim
guanilat siklase yang kemudian akan menghidrolisis guanisin trifosfat
(GTP) menjadi siklik guanisin monofosfat (cGMP) yang melebarkan arteri
penis dan serentak menyebabkan konstriksi pada vena-vena, sehingga
memungkinkan darah arteri mengalir dengan tekanan tinggi masuk ke
jaringan erektil penis. Jaringan erektil penis tersusun atas sinusoid venosus
kavernosus yang besar, yang dalam keadaan normal relative kosong tetapi
akan sangat melebar bila darah arteri mengalir masuk dengan tekanan.
Selain itu, badan erektil dikelilingi oleh selubung fibrosa yang kuat
sehingga apabila terdapat tekanan tinggi dalam sinusoid menyebabkan
pengembangan jaringan erektil sedemikian rupa sehingga penis menjadi
keras dan memanjang. Setelah itu penis kemudian sampai pada fase
detumensensi (pelemasan kembali). Untuk fase pelemasan penis ini, kata,
tubuh juga menghasilkan senyawa penghantar lain yang disebut PDE5.
Enzim inilah yang menyebabkan cGMP pecah sehingga mengurangi aliran
darah ke daerah penis.

Ereksi adalah keadaan menjadi kaku dan tegak; seperti jaringan


erektil ketika terisi darah.( Dorland, 2002). Pada waktu ereksi, volume
penis bertambah karena terkumpulnya darah dalam korpus kavernosum
dan korpus spongiosum. Pada orang yang berdiri, penis yang ereksi akan
membentuk sudut antara 00 dan 450dari bidang horizontal. Pada keadaan
demikian batang penis terasa kaku dan tekanan intrakavernosum
mendekati tekanan rata rata pembuluh darah nadi. Pada keadaan
demikian, volume darah dalam penis meningkat lebih dari delapan kali
dibandingkan saat lemas.

Oleh beberapa peneliti, proses ereksi dan detumesens diringkaskan


menjadi beberapa fase, yaitu:

1. Fase 0, yaitu fase flaksid. Pada keadaan lemas, yang dominan adalah
pengaruh sistem saraf simpatik. Otot polos arteriola ujung dan otot
polos kavernosum berkontraksi. Arus darah ke korpus kavernosum
minimal dan hanya untuk keperluan nutrisi saja. Kegiatan listrik otot
polos kaverne dapat dicatat, menunjukkan bahwa otot polos tersebut
berkontraksi. Arus darah vena terjadi secara bebas dari vena subtunika
ke vena emisaria.
2. Fase 1, merupakan fase pengisian laten. Setelah terjadi perangsangan
seks, sistem saraf parasimpatik mendominan, dan terjadi peningkatan
aliran darah melalui arteria pudendus interna dan arteria kavernosa
tanpa ada perubahan tekanan arteria sistemik. Tahanan perifer
menurun oleh berdilatasinya arteri helisin dan arteri kavernosa. Penis
memanjang, tetapi tekanan intrakavernosa tidak berubah.
3. Fase 2, fase tumesens ( mengembang). Pada orang dewasa muda yang
normal, peningkatan yang sangat cepat arus masuk (influks) dari fase
flasid dapat mencapai 25 60 kali. Tekanan intrakavernosa meningkat
sangat cepat. Karena relaksasi otot polos trabekula, daya tampung
kaverne meningkat sangat nyata menyebabkan pengembangan dan
ereksi penis. Pada akhir fase ini, arus arteria berkurang.
4. Fase 3 merupakan fase ereksi penuh. Trabekula yang melemas akan
mengembang dan bersamaan dengan meningkatnya jumlah darah akan
menyebabkan tertekannya pleksus venula subtunika ke arah tunika
albuginea sehingga menimbulkan venoklusi. Akibatnya tekanan
intrakaverne meningkat sampai sekitar 10 20 mmHg di bawah
tekanan sistol.
5. Fase 4, atau fase ereksi kaku (rigid erection) atau fase otot skelet.
Tekanan intakaverne meningkat melebih tekanan sistol sebagai akibat
kontrasi volunter ataupun karena refleks otot iskiokavernosus dan otot
bulbokavernosus menyebabkan ereksi yang kaku. Hal demikian
menyebabkan ereksi yang kaku. Pada fase ini tidak ada aliran darah
melalui arteria kavernosus.
6. Fase 5, atau fase transisi. Terjadi peningkatan kegiatan sistem saraf
simpatik, yang mengakibatkan meningkatnya tonus otot polos
pembuluh helisin dan kontraksi otot polos trabekula. Arus darah arteri
kembali menurun dan mekanisme venoklusi masih tetap diaktifkan.
7. Fase 6 yang merupakan fase awal detumesens. Terjadi sedikit
penurunan tekanan intrakaverne yang menunjukkan pembukaan
kembali saluran arus vena dan penurunan arus darah arteri.
8. Fase 7 atau fase detumesens cepat. Tekanan intrakaverne menurun
dengan cepat, mekanisme venoklusi diinaktifkan, arus darah arteri
menurun kembali seperti sebelum perangsangan, dan penis kembali ke
keadaan flaksid.
Pembuluh darah, otot polos intrinsik penis, dan otot rangka di sekitar
penis dikendalikan oleh saraf yang berasal dari tiga sistem saraf perifer
yang berbeda, yaitu sistem saraf simpatik torakolumbal, sistem saraf
parasimpatik lumbosakral, dan sistem saraf somatik lumbosakral.
4. Lubrikasi
Selama rangsangan seksual, impuls saraf parasimpatis selain
meningkatkan ereksi juga meyebabkan lubrikasi dengan cara merangsang
kelenjar uretra dan kelenjar bulbo uretra menyekresi lendir atau lubricant.
Lubricant adalah zat yang dioleskan sebagai lapisan permukaan untuk
mengurangi gesekan selama proses koitus. Tanpa lubrikasi yang
memuaskan, aksi seksual pria jarang berhasil dengan baik karena
hubungan seksual dengan lubrikasi yang tidak cukup akan menyebabkan
gangguan dan nyeri yang bersifat lebih menghambat dari pda merangsang
aksi seksual. Lubrikasi yang terjadi pada pria umumnya berupa cairan
bening, namun bukan sperma yang keluar dari penis ketika sedang
terangsang.

5. Ejakulasi
Ejakulasi adalah suatu refleks spinal. Rangsangan taktil dan psikis yang
menyebabka ereksi akan menyebabkan ejakulasi jika tingkat eksitasi
meiningkat mencapai suatu puncak. Respon ejakulasi dibagi menjadi dua
fase, yaitu:
a. Emisi

Pertama, impuls simpatis menyebabkan rangkaian kontraksi otot polos di


prostat, saluran reproduksi, dan vesikula seminalis. Aktivitas kontraktil ini
mengalirkan cairan prostat, kemudian sperma, dan akhirnya cairan
vesikula seminalis ke dalam uretra. Fase refleks ejakulasi ini disebut emisi.
Selama waktu ini, sfingter di leher kandung kemih tertutp erat untuk
mencegah semen masuk ke kandung kemih dan urin keluar bersama
dengan ejakulat melalui uretra.

b. Ekspulsi

Kedua, penisian uretra oleh semen memicu impuls saraf yang


mengaktifkan serangkaian otot rangka di pangkal penis. Kontraksi ritmis
otot-otot ini terjadi pada interval 0,8 detik dan menigkatkan tekanan di
dalam penis, memaksa semen keluar melalui uretra eksterior. Ini adalah
fase ekspulsi dari ejakulasi.

Emisi dan ejakulasi adalah puncak dari aksi seksual pria. Ketika
rangsangan seksual menjadi amat kuat, pusat reflex medulla spinalis mulai
melepas impuls simpatis yang meninggalkan medulla pada segmen T-12
sampai L-2 dan berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan
pleksus saraf simpatis pelvis untuk mengawali emisi, awal dan ejakulasi.
Emisi dimulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang
menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Kemudian,
kontraksi otot yang melapisi kalenjar prostat yang diikuti dengan
kontraksi vesika seminalis, akan mengeluarkan cairan prostat dan cairan
seminalis ke dalam uretra yang akan mendorong sperma lebih jauh.
Semua cairan ini bercampur di uretra interna dengan mucus yang telas
disekresi oleh kalenjar bulbouretra untuk membentu semen. Proses ini
disebut emisi.
Pengisian uretra interna dengan semen mengeluarkan sinyal
sensoris yang dihantarkan melalui nervus pudendus ke region sacral
medulla spinalis, yang menimbulkan rasa penuh yang mendadak di organ
genitalia interna. Selain itu, sinyal sensoris ini lebih jauh lagi
membangkitkan kontraksi ritmis dari organ genitalia interna dan
menyebabkan kontraksi otot-otot iskhiokavernosus dan bulbokavernosus
yang menekan dasar jaringan erektil penis. Kedua pengaruh ini
menyebabkan peningkatan tekanan ritmis seperti gelombang di kedua
jaringan erektil penis dan di duktus genital serta uretra yang
mengejakulasikan semen dari uretra ke luar. Proses ini disebut ejakulasi.
Pada waktu yang sama, kontraksi berirama dari otot pelvis dan
penis, yang juga membantu mengalirkan semen ke bagian terdalam vagina
dan mungkin bahkan sedikit ke dalam serviks.
Keseluruhan periode emisi dan ejakulasi ini disebut orgasme pria.
Pada akhir proses tersebut, gairah seksual pria menghilang hampir
sepenuhnya dalam waktu1-2 menit, dan ereksi menghilang yang disebut
proses resolusi.

6. ORGASME1

Kontraksi ritmik yang terjadi selama ekspulsi semen diikuti oleh denyut ritmik
involuenter otot-otot panggul dan memuncaki intensitas respon tubuh keseluruhan
yang naik selama fase-fase sebelumnya. Bernafas berat, kecepatan jantung hingga
180 kali per menit, kontraks otot rangka generalisata yang mencolok, dan
peningkatan emosi merupakan cirinya. Respon panggul dan sistemk yang
memuncaki tindakan seks ini berkaitan dengan rasa nikmat yang intens yang
ditandai oleh perasaan lepas dan puas, suatu pengalam yang disebut orgasme.

7. RESOLUSI1

Selama fase resolusi setelah orgasme, impuls vasokonstriktor memperlambat


aliran darah ke dalam penis, menyebabkan ereksi mereda. Kemudian terjadi
relaksasi dalam, sering disertai rasa lelah. Tonus otot kembali ke normal
sementara sistem kardiovaskular dan pernafasa kembali ke tingkat sebelum
rangsangan. Setelah terjadi ejakulasi timbul periode refrakter temporer dengan
durasi bervariasi sebelum rangsangan seks dapat memicu kembali ereksi. Karena
itu pria tidak daat mengalami orasme multiple dalam hitungan menit.

D. Biokimia

Gonad merupakan organ dwifungsi yang berfungsi untuk produksi sel


benih dan hormon seks untuk perkembangan sel benih itu sendiri. Organ
reproduksi pria yang berperan dalam produksi sperma dan hormon testosteron
adalah testis. Fungsi tersebut dilaksanakan oleh :

1) Spermatogonia (sel benih yang berdiferensiasi)


2) Sel Leydig penghasil testosteron sebagai respon terhadap LH
Sel ini hampir tidak ditemukan pada anak-anak karena hormon tersebut
ada dalam jumlah banyak saat bayi lahir. Saat dewasa sesudah pubertas,
sekresi testosteron semakin besar.
3) Sel Sertoli sebagai penyedia lingkungan untuk diferensiasi dan maturasi
sel benih

Testis sendiri sekresi beberapa hormon kelamin pria (androgen) yaitu testosteron
(dengan laju sekresi 5 mg/hari), dihidrotestosteron, androstenedion.

Sekresi androgen bisa di tempat lain misalnya kelenjar adrenal (kurang lebih 5
hormon androgen) namun berefek pada aktivitas maskulinisasi kecil dan pada
wanita menyebabkan tumbuh rambut pubis dan aksila.
Hormon androgen sifatnya berasal dari precursor steroid (dibentuk baik dari
kolesterol atau asetil koA langsung)
Kolesterol diangkut ke membran interna mitokondria oleh protein STAR
(steroidogenic acute regulatory protein) saat sudah berada di posisi yang
benar kolesterol diputus oleh enzim pemutus rantai samping P450scc
terjadi konversi kolesterol menjadi pregnenoln konversi pregnenolon
menjadi testosteron oleh salah satu enzim di bawah ini :
1) 3-hidroksisteroid dehidrogenase (3-OHSD)
2) 17 hidroksilase + C17,20 liase
3) 17-hidroksisteroid dehidrogenase (17-OHSD)
Setelah disekresi oleh testis testosteron terikat dengan albumin plasma
(seara longgar) + terikat kuat dengan globulin SHBG (sex hormone binding
globulin) sirkulasi di darah dan dihantarkan ke jaringan atau diekskresikan
melalui tahap :
Diubah oleh hati menjadi androsteron dan dehidroepiandrosteron
dikonjugasi menjadi glukuronida atau sulfat diekskresikan ke usus lewat
duktus biliaris atau ke urin lewat ginjal
Banyak testosteron juga diubah menjadi DHT (dihidrotestosteron) sekitar 50-
100 g/hari dengan melalui reduksi cincin A , terjadi terutama di kelnjar
prostat dengan enzim -reduktase dan genitalia eksterna janin pria
Testis juga melakukan sekresi berupa 17-estradiol (E2) dalam jumlah sedikit
dimana :
1) Dihasilkan oleh reaksi aromatisasi perifer hormone testosteron dan
androstenedion
2) Sel Leydig, sel Sertoli, tubulus seminiferus terlibat dalam produksi E2
3) Dalam jumlah besar bisa menyebabkan pembesaran payudara pria
(ginekomastika)
Testis juga sekresi sejumlah kecil estrogen (1/5 dari jumlah pada wanita).
Sumber tersebut bisa dari :
1) Dibentuk oleh sel Sertoli (dengan mengubah testosteron menjadi estradiol)
2) Estrogen bisa dibentuk dari testosteron dan androstenoid di jaringan tubuh
lain (hati) sekitar 80%
1. Hormon Testikular
Androgen utama yang diproduksi testis adalah testoteron. Testis
juga mensekresi sedikit androstenedion yaitu prekursor untuk estrogen
pada laki-laki dan dihidrotestoteron yang penting untuk pertumbuhan
prenatal dan diferensiasi genitalia laki-laki.
a. Pada janin laki-laki sekresi testoteron menyebabkan terjadinya
diferensiasiduktus internal dan genitalia eksternal dan menstimulasi
penurunan testis kedalam skrotum selama 2 bulan terakhir gestasi.
Dari lahir sampai pubertas hanya sedikit/ bahkan tidak ada testoteron
yang dipakai
b. Saat pubertas dan setelahnya testoteron bertanggung jawab atas
perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks sekunder laki-laki.
Dimana testoteron:
1. Pertumbuhan dan perkembangan genitalia laki-laki
2. Bertanggung jawab atas pendistribusian rambut yang menjadi ciri
khas laki-laki
3. Menyebabkan pembesaran laringdan perpanjangan serta penebalan
pita suara sehingga menghasilkan suara bernada rendah
4. ketebalan dan tekstur kulit serta mengakibatkan permukaan kulit
menjadi lebih gelap dan lebih kasar serta meningkatkan aktivitas
kel. Keringat dan sebasea dan terlibat dalam pembentukkan
jerawat
5. Masa otot tulang, laju metabolik dasar, jumlah sel darah merah dan
kapasitas pengikatan oksigen

2. Hormon Dari Hipotalamus Dan Kelenjar Hipofisis Anterior


Pengaturan fungsi seksual baik pada pria maupun wanita terutama
diatur oleh sekresi gonadotrophin releasing hormon (GnRH) oleh
hipotalamus. GnRH merupakan suatu peptida dengan 10 asam amino yang
disekresikan oleh neuron yang badan selnya terletak di nukleus arkuata
hipotalamus. GnRH disekresikan secara intermitten selama beberapa
menit setiap satu sampai tiga jam. Intensitas perangsangan hormon ini
ditentukan dalam dua cara yaitu oleh frekuensi siklus sekresi tersebut, dan
juga oleh jumlah GnRH yang dilepaskan setiap siklus.
GnRH ini selanjutnya akan merangsang hipofisis anterior untuk
menyekresikan hormon gonadotropin, yaitu LH (Luteinizing Hormon) dan
FSH (Folikel Stimulating Hormon). Selanjutnya, LH ini akan merangsang
sel Leydig untuk menyekresikan testosteron, sedangkan FSH akan
merangsang sel Sertoli untuk mempengaruhi spermatogenesis. Baik LH
maupun FSH merupakan glikoprotein, sehingga ia dapat mempengaruhi
jaringan target dalam testis melalui aktivasi sistem second messenger
cAMP
Sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior hampir selalu mengikuti
pelepasan bertahap dari pelepasan GnRH. Sedangkan peningkatan dan
penurunan FSH hanya mengikuti sedikit fluktuasi sekresi GnRH, bahkan
sekresi FSH berubah lebih lambat setelah beberapa jam sebagai rspon
terhadap perubahan jangka panjang GnRH. Karena hubungan antara
sekresi GnRH dan sekresi LH jauh lebih dekat, maka ia juga disebut
sebagai LH-releasing hormon.
a. Pengaturan Produksi Testosteron oleh LH
Testosteron disekresikan oleh sel-sel interstisial Leydig,
namun jika sel ini dirangsang oleh sekresi LH yang berasal dari
hipofisis anterior. Jumlah testosteron yang disekresikan meningkat
sebanding dengan jumlah LH yang disekresikan.
Selain itu, testosteron juga bersifat memberikan umpan
balik negatif terhadap sekresi LH. Ketika jumlah testosteron terlalu
banyak, maka ia akan merangsang hipotalamus untuk mengurangi
sekresi GnRH sehingga LH yang diproduksi pun juga akan ikut
berkurang. Sebaliknya, ketika testis memproduksi testosteron
dalam jumlah yang sedikit, ia akan merangsang hipotalamus untuk
menyekresi GnRH yang lebih banyak, sehingga LH meningkat,
dan menyebabkan sekresi testosteron dapat bertambah.
b. Pengaturan Spermatogenesis oleh FSH dan Testosteron
FSH akan berikatan dengan reseptor-reseptor FSH spesifik
yang melekat pada sel-sel Sertoli dalam tubulus seminiferus.
Pengikatan ini menyebabkan sel-sel tumbuh dan menyekresikan
berbagai unsur spermatogenik. Selain itu, testosteron dan
dihidrotestosteron dari sel-sel interstisial Leydig juga mempunyai
efek yang kuat terhadap spermatogenesis.
Aktivitas tubulus seminiferus akan memberikan kontrol
umpan balik negatif. Ketika tubulus seminiferus gagal
menghasilkan sperma, maka ia akan merangsang hipofisis anterior
untuk menyekresi FSH lebih banyak, sehingga spermatogenesis
dapat berjalan kembali. Sebaliknya, ketika spermatogenesis
berjalan terlalu cepat, ia akan merangsang hipofisis anterior untuk
menghambat sekresi FSH. Penyebab umpan balik negatif ini
diyakini disebabkan oleh adanya hormon lain yang disekresi oleh
sel Sertoli, yaitu hormon inhibin. Hormon ini mempunyai efek
langsung yang kuat terhadap aktivitas hipofisis anterior dalam
menghambat sekresi FSH, dan mungkin berefek kecil terhadap
hipotalamus dalam menghambat sekresi GnRH.

SSP

HIPOTALAMUS

Sekresi GnRH

HIPOFISIS ANTERIOR

LH FSH

Sel Leydig Sel Sertoli


Sekresi Spermatogenesis

Testosteron

E. Patofisiologi
1. Ejakulasi Dini
Ejakulasi Dini Ini merupakan ganguan yang ditandai oleh ejakulasi
yang terjadi pada stimulasi seksual minimal setelah penetrasi dan sebelum
pria tersebut menginginkan ejakulasi. Keadaan ini harus terjadi berkali-
kali sepanjang waktu untuk enetapkan diagnosis ejakulasi dini. Saat
enegakkan diagnosis, usia pria tersebut, adanya sesuatu yang baru pada
pasangan seksual dan lingkungan sekitar, dan frekuensi aktivitas
seksualnya harus ditanyakan. Ejakulasi dini dilaporkan terjadi pada 10-
35% pria yang berobat untuk masalah disfungsi seksual. Tidak seperti
disfungsi ereksi yang meningkat sesuai usia, ejakulasi dini justru menurun
sesuai usia.
Penyebab pasti ejakulasi dini tidak diketahui. Satu-satunya keadaan
fisiologis yang berhubungan dengan ejakulasi dini adalah pria yang
mengalami gangguan ini berejakulasi pada gairah seksual yang lebih
rendah dibandingkan dengan pria lain yang tidak memiliki gangguan.
A. PENYEBAB EJAKULASI DINI
1. Penyebab psikis seperti stress berkepanjangan, kebiasaan ingin
cepat selesai ketika melakukan hubungan seksual.
2. Penyebab fisik terutama kurang berfungsinya serotonin yang
berfungsi menghambat.
3. Gangguan kontrol saraf yang mengatur peristiwa ejakulasi juga
diduga menjadi penyebab terjadinya ejakulasi dini.
B. FAKTOR RESIKO
1. Disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi adalah gaangguan proses ereksi pada laki-laki.
Ejakulasi dini dapat terjadi jika seseorang sering mengalami gangguan
dalam mempertahankan ereksi secara konsisten.Perasaan takut kehilangan
ereksi, menyebabkan seseorang terburu-buru untuk menyelesaikan
hubungan seksual.
2. Masalah kesehatan
Masalah medis menyebabkan seseorang merasa cemas selama
melakukan hubungan seks, seperti masalah jantung, dapat menyebabkan
seseorang secara sadar terburu-buru untuk ejakulasi. Aterosklerosis (
penyempitan pembuluh darah ) menyebabkan aliran darah menuju penis,
diabetes menyebabkan darah menjadi lebih kental sehingga mempengaruhi
aliran darah menuju penis.
3. Stress
Stress dan tekanan emosional atau mental di segala bidang kehidupan
dapat mempengaruhi terjadinya ejakulasi dini, sering membatasi
keemampuan seseorang untuk menikmati dan focus selama hubungan
seksual.
4. Obat tertentu
Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi neurotransmitter dalam otak
seperti trifluoperazine ( stelazine ) yang di gunakan untuk mengatasi
kegelisahan dan masalah kesehatan mental.
C. MANIFESTASI EJAKULASI DINI
Ejakulasi dini terbagi atas 2 jenis yaitu ejakulasi primer ( seumur
hidup ) dan ejakulasi sekunder ( di peroleh ).
a. Gejala ejakulasi primer :
1. Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi dalam satu menit
atau kurang pada saat melakukan penetrasi vagina.
2. Ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau hampir
saat melakukan penetrasi vagina.
3. Kehidupan pribadi yang negative, seperti stress, frustasi atau
menghindari keintiman seksual.
b. Gejala ejakulasi primer :
1. Ejakulasi yang selalu atau hampir selalu terjadi dalam satu menit
atau kurang pada saat melakukan penetrasi vagina.
2. Ketidakmampuan untuk menunda ejakulasi pada semua atau hampir
saat melakukan penetrasi vagina.
3. Kehidupan pribadi yang negative, seperti stress, frustasi atau
menghindari keintiman seksual.
F. PATOFISIOLOGI EJAKULASI DINI
Proses ejakulasi berada di bawah pengaruh saraf otonom. Asetilkolin
berperan sebagai neurotransmitter ketika saraf simapatis mengaktifasi
kontraksi dari leher kandung kemih, vesika seminalis dan vas deferens.
Reflex ejakulasi berasal dari kontraksi otot bulbokavernosus dan
ischiokavernosus serta di control oleh saraf pudendus.
Singkatnya, ejakulasi terjadi karena mekanisme reflex yang di
cetuskan oleh rangsangan pada penis melalui saraf sensorik pudendus
yang terhubung dengan persarafan tulang belakang ( T12-L2 ) dan korteks
sensorik ( salah satu bagian otak).
Mengapa reflex ini dapat terjadi sebelum pria tersebut
menginginkannya? Penelitian terakhir mengemukakan bahwa terdapat
gangguan respon penis pria dengan ejakulasi dini. Penelitian yang
dilakukan oleh Xin dan kawan-kawan serta di muat di dalam J.Urol
mengukur kadar sensorik penis menggunakan biothesiometry pada pria
dengan ejakulasi dini dan membandingkannya dengan kadar yang normal.
Pada pria tanpa ejakulasi dini, pengukuran kadar sensitivitas penis
meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Nemun pada pria dengan
ejakulasi dini , justu sensitivitas semakin menurun seiring dengan
bertambahnya usia. Penelitian lanjutan mengemukakan bahwa pria dengan
ejakulasi dini memiliki sensitivitas lebih tinggi daripada pria tanpa
ejakulasi dini.

2. Infertilitas
Infertilitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakmampuan pria untuk menghamili pasangannya meskipun telah
secara rutin (paling sedikit dua kali seminggu), melakukan hubungan
seksual tanpa pengaman paling sedikit selama satu tahun.

PEMBAGIAN INFERTILITAS
Definisi Infertilitas

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu


tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi.4
Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersanggama secara teratur 2-
3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan
selama satu tahun 5

Jenis infertilitas
Secara gasris besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu:
1. Infertilitas primer, suatu pasangan dimana isteri belum hamil walau
telah berusaha selama satu tahun atau lebih dengen hubungan seksual yang
teratur dan adekuat tanpa kontrasepsi.
2. Infertilitas sekunder, bila suatu pasangan dimana sebelumnya isteri telah
hamil, tapi kemudian tidak hamil lagi walau telah berusaha untuk
memperoleh kehamilan satu tahun atau lebih dan pasangan tersebut telah
melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat tanpa kontrasepsi.
Pada infertilitas sekunder ini sebagian telah mempunyai anak, tapi ada
keinginan untuk menambah anak, baik karena anaknya masih satu atau
karena jenis kelamin yang diinginkan belum didapatkan. Dan sebagian lagi
memang istri telah pernah hamil mungkin anak yang lahir meninggal atau
mengalami keguguran dan sebagainya.

Infertilitas pada pria


a. Faktor koitus pria
Faktor-faktor ini meliputi spermatogenesis abnormal, motilitas abnormal,
kelainan anatomi, gangguan endokrin dan disfungsi seksual. Kelaianan anatomi
yangmungkin menyebabkan infertilitas adalah tidak adanya vasdeferens
kongenital, obstruksi vasdeferens dan kelainan kongenital system ejakulasi.
Spermatogenesis abnormal dapat terjadi akibat orkitis karena mumps, kelainan
kromosom, terpajan bahan kimia, radiasi atau varikokel.6
b. Masalah ejakulasi
Ejakulasian retrograde yang berhubungan dengan diabetes, kerusakan
saraf, obat-obatan atau trauma bedah.
c. Faktor lain
Adapun yang berpengaruh terhadap produksi sperma atau semen adalah
infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, stress, nutrisi yang tidak
adekuat, asupan alkohol berlebihan dan nikotin.
d. Faktor pekerjaan
Produksi sperma yang optimal membutuhkan suhu di bawah temperature
tubuh, Spermagenesis diperkirakan kurang efisien pada pria dengan jenis
pekerjaan tertentu, yaitu pada petugas pemadam kebakaran dan pengemudi truk
jarak jauh.7

Penyebab Infertilitas Sekunder

- Usia
Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan
kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang
hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian
mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia diatas 40 tahun mampu
menghamili isterinya dalam waktu 6 bulan dibanding pria yang berusia dibawah
25 tahun. Selain itu usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma.8
- Masalah reproduksi
Gangguan pada kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran sperma

- Faktor gaya hidup


Pria yang berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh
mereka,yang mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam
yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma.8

Faktor Penyebab Infertilitas dari Segi Psikologis

Pengalaman-pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta


kecemasan berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak yang
merintangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya dinyatakan bahwa
sebab yang paling

banyak dari kemandulan adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang
ada dibawah sadar, yang infantile atau kekanak-kanakan sifatnya..9

Kriptorkidisme

Adalah kegagalan satu atau kedua testis untuk turun ke dalam skrotum.
Kriptorkidisme terdapat sejak lahir dan sering terjadi pada bayi prematur. Apabila
tidak terjadi penurunan, maka testis akan tetap berada dalam lingkungan dengan
suhu yang lebih tinggi daripada suhu optimum untuk spermatogenesis. Kuantitas
dan kualitas sperma dapat terganggu sehingga dapat menyebabkan infertilitas.

Orkitis

Adalah peradangan akut testis. Orkitis biasanya terjadi setelah epididimitis


atau dari penyakit sistemik lain misalnya parotitis. Orkitis mungkin
memperlihatkan gejala akut berupa demam tinggi disertai pembengkakan dan
kemerahan pada testis dan skrotum. Orkitis dapat menyebabkan infertilitas, yang
berkaitan dengan gangguan aliran darah testis dan infark sel-sel testis.10

Varikokel

Merupakan dilatasi vena pampiniformis yang mengalirkan darah ke


skrotum. Varikkokel dapat menurunkan kualitas semen pada beberapa pria.
Varikokel mungkin memepengaruhi kualitas semen dengan membuat testis
terpajan pada suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada pria yang tidak
mengalami varikokel atau dengan membuat testis terpajan pada konsentrasi zat
gonadotoksik yang secara abnormal tinggi.11
FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS PRIA
A. Faktor umum (umur, frekuensi senggama, lama berusaha) .
B. Faktor khusus (pre testikular, post testikular, testikular, reeksi
imunologi dan faktor
lingkungan) .

A. Faktor umum
1. Umur
Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat
kesuburan seorang pria akan mulai menurun secara perlahan-lahan.
Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia pubertas ditandai dengan
perkembangan organ reproduksi pria, rata-rata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20
tahun. Tingkat kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan
umur dan akan mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25
tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana
keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ
reproduksi
2. Frekuensi sanggama.
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus berlangsung pada saat
ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin
jilka ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung.
Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu 1x24
jam, sehingga bila kiotus dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan
besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti walaupun suami istri
mengadakan hubungan seksual tapi tidak bertepatan dengan masa subur
istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan, dengan arti kata tidak akan terjadi kehamilan pada istri.
3. Lama berusaha
Penyelidikan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan bahwa 32,7% hamil dalam satu bulan pertama,
57,0% dalam tiga bulan pertama, 72,1 % dalam enam bulan pertama
85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adalah
2,3-2.8 bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur
merupakan faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan.

B. Faktor khusus
a. Faktor Pre testikular yaitu keadaan-keadaan diluar testis dan
mempengaruhi proses spermatogenesis.
1. Kelainan Endokrin.
Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya kelainan
endokrin antara lain berupa:
a) kelainan paras hipotalamus-hipopise seperti; tidak adanya sekresi
gonadotropin menyebabkan gangguan spermatogenesis
b) kelainan tiroid, menyebabkan gangguan metabolisme androgen.
c) kelainan kelenjar adrenal, congenital adrenal hyperplasi menyebabkan
gangguan spermatogenesis.
2. Kelainan kromosom. Misal penderita sindroma klinefelter, terjadi
penambahan kromosom X, testis tidak berfungsi baik,sehingga
spermatogenesis tidak terjadi.
3. Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan dan dilatasi serta kelokan-
kelokan dari pleksus pampiriformis yang mengakibatkan terjadinya
gangguan vaskularisasi testis yang akan mengganggu proses
spermatogenesis

b. Faktor Post testikular


1. Kelainan epididimis den funikulus spermatikus, dapat berupa absennya
duktus deferens, duktus deferens tidak bersambung dengan epididimis,
sumbatan dan lain-lain
2. Kelainan duktus eyakulatorius, berupa sumbatan
3. Kelainan prostat dan vesikula seminalis, yang sering adalah peradangan,
biasanya mengenai kedua organ ini, tumor prostat dan prostatektomi
4. Kelainan penis / uretra, berupa malformasi penis, aplasia, anomali
orifisium uretra (epispadia ,hipospadia), anomali preputium (fimosis), dan
lain-lain.

c. Faktor testikular
Atrofi testi primer;gangguan pertumbuhan dan perkembangan,
kriptorkidism, trauma, torsi, peradangan, tumor. Hampir 9% infertilitas
pria disebabkan karena kriptorkismus (testis tidak turun pada skrotum).

d. Reaksi imunologis
Dalam hal ini analisis sperma biasanya tidak menunjukan kelainan, kecuali
terlihat adanya aglutinasi spermatozoa yang dapat ditentukan dengan tes
imunologis
e. Faktor lingkungan
1. suhu, memegang peranan penting pada spermatogenesis. Pada mamalia
spermatazoa hanya dapat diproduksi bila suhu testis 29-30C, sedikitnya.
1,5-20C dibawah suhu dalam tubuh, kenaikan suhu beberapa derajat akan
menghambat proses spermatogenesis, sebaliknya suhu rendah akan
meningkatkan spermatogenesis pada manusia.
2. tempat/dataran tinggi. Atmosfer dataran tinggi (high altitude) juga
menghambat pembuatan spermatozoa.
3. sinar Rontgen, spermatogonia dan spermatosit sangat peka terhadap
sinar Rontgen, tapi spermatic dan sel sertoli tidak, banyakterpengaruh
bahan kimia dan obat-abatan tertentu dapat menghambat proses
spermatogenesis, misal metronidazol, simetidin dan lain-lain.
Etiologi
1. Varikokel
Merupakan pelebaran vena di sekitar testis, sehingga mengganggu
fungsi testis untuk memproduksi sperma.
2. Kelainan pada testis (torsion, kriptorkismus, trauma)
3. Infeksi (epididimitis)
4. Faktor lingkungan (panas yang berlebihan, radiasi, kemoterapi,
paparan pestisida yang berkepanjangan)
5. Obat-obatan
Steroid anabolik,cimetidine,dan spironolactone dapat
mempengaruhi spermatogenesis.
Fenitoin dapat menurunkan FSH
Sulfasalazin dan nitrofurantoin mempengaruhi motilitas
sperma
6. Alkohol, tembakau, dan ganja
7. Tumor hipofisis
8. Kerusakan pada vas deferens atau suplai darah testis
Pemeriksaan Laboratorium
1. Konsentrasi sperma yang abnormal, yaitu < 15jt/ml (oligospermia)
atau bahkan tidak adanya sperma (Azoospermia).
2. Volume semen kurang dari 1,5 ml sehingga dapat mengakibatkan
penyangga tidak memadai keasaman vagina yang dapat disebabkan
oleh ejakulasi retrograde, obstruksi saluran ejakulasi, atau
androgen insufisiensi.
3. Motilitas sperma abnormal, disebabkan oleh varikokel, antibodi
antisperma, infeksi, kelainan flagella sperma, atau obstruksi
saluran ejakulasi.
4. Morfologi sperma abnormal.
Evaluasi Endokrin
Evaluasi endokri dilakukukan jika jumlah sperma rendah (<15jt/ml).
Pengujian awal harus mencangkup FSH serum dan testosteron.
Kelainan tertentu hormon ini harus dilakukan tes tambahan, termasuk
LH dan prolaktin.
FSH dan LH naik, testosteron turun (Hipogonadisme
hipergonadotropik) berhubungan dengan kegagalan testis primer.
FSH, LH, dan testosteron turun merupakan kegagalan testis
sekunder (hipogonadisme hypogonadotropik) dan mungki berasal
dari hipotalamus atau hipofisis.
Peningkatan prolaktin dapat menunjukkan adanya tumor jinak
hipofisis.
Pemeriksaan Penunjang
USG skrotum dapat mendeteksi varikokel subklinis.
Vasografi diperlukan pada pasien dengan dugaan penyumbatan
saluran genital.
Pria dengan volume ejakulasi rendah dan tidak ada bukti ejakulasi
retrograde harus menjalani USG transrectal untuk mengevaluasi
prostat dan vesikula seminalis.
MRI dari sella turcica harus dilakukan pada pria dengan
peningkatan prolaktin nyata atau hipogonadotropik hipogonadisme
untuk mengevaluasi kelenjar hipofisis anterior.
MRI panggul dan skrotum harus dipertimbangkan pada pria yang
testisnya tak dapat diidentifikasi dalam skrotum melalui
pemeriksaan fisik atau USG.
Penatalaksanaan
Tindakan Umum
Pada kasus gonadotoxic atau karenan paparan obat, agen
penyebab harus dihilangkan.
Pasien dengan infeksi genitaurinari harus diberikan
antibiotik yang tepat.
Kebiasaan hidup sehat, diet sehat, olahraga ringan, dan
menghindari gonadotoksin.
Varicocel
Varikokeltomy dilakukan dengan menghentikan aliran darah
retrograde pada vena corda spermatika. Ligasi bedah dapat dicapai
melalui subinguinal, inguinal, retroperitoneal, atau pendekatan
laparoskopi. Percutaneus embolisasi venographic dari vericocel
dapat dilakukan tetapi mungkin memiliki tingkat kekambuhan
yang lebih tinggi.
Terapi Endokrin
Terapi Disfungsi Ejakulasi
Pasien dengan ejakulasi retrograde dapat mengambil manfaat dari
alfa adrenergik agonis:
Pseudoefedrin : 60 mg secara oral 3 kali sehari
Imipramine : 25 mg secara oral 3 kali sehari
Obstruksi Ductus
Obstruksi saluran ejakulasi dapat dikoreksi dengan reseksi
transuretral dari saluran-saluran di dalam uretra prostat.
Jika diduga terjadi obstruksi vas deferens atau epididimis,
tingkat obstrksi harus ditentukan melalui vasogram sebelum
operasi, dengan pengecualian vasektomi sebelumnya.
Pengelolaan obstruksi vas deferens paling baik dengan mikro
vasovasostomi atau vasoepididimistomi.

3. Disfungsi Ereksi
Sperma normal bergerak lurus dengan kecepatan 1 mm/min sampai 4
mm/min.12
Sperma yang membawa kromosom kelamin Y bersifat lebih cepat namun
kurang bisa menoleransi keasaman traktus genitalia wanita, sedangkan
sperma yang membawa kromosom kelamin X lebih lambat namun lebih
bisa menoleransi keasaman traktus genitalia wanita.13
Disfungsi ereksi (erectile dysfungction, ED) adalah ketidakmampuan
berulang pada pria dalam mencapai dan mempertahankan ereksi yang
cukup untuk melakukan hubungan seksual.
Dibagi menjadi 3 tingkatan :
1. Ringan. Apabila masih bisa ereksi namun ketegangannya kurang.
2. Sedang. Apabila terkadang lepas ereksi dan terkadang juga dapat
melakukan ereksi.

Berat. Apabila ereksi sudah tidak dapat dicapai lagi.

Faktor resiko disfungsi ereksi antar lain usia, penyakit kronik,


penggunaan obat-obat yang berlebihan, dan rokok.
Penyebab disfungsi ereksi dapat dibagi menjadi faktor organik dan
psikogenik. Faktor organik yang mungkin antara lain aterosklerosis,
hipertiroidisme, diabetes, hipertensi, efek samping obat, pasca operasi
prostat, hiperprolaktinemia, dan hipogonadisme.
Penyebab psikogenik berupa penghambatan dan abnormalitas
pengendalian sentral terhadap mekanisme ereksi tanpa diikui kelainan
fisik. Obat-obatan yang dapat memicu disfungsi ereksi antara lain
antidepresan, antipsikotik (obat yang digunakan untuk menangani kasus
seperti schizofrenia), antihipertensi, antikonvulsan (anti kejang). Obat-obat
di atas mempengaruhi jalur reflex syaraf untuk integrasi ereksi. Alkohol
dan obat-obatan terlarang seperti amfetamin, kokain, marijuana, metadon,
dan heroin juga dapat memicu disfungsi ereksi.
Terapi disfungsi ereksi untuk saat ini masih terbatas pada obat, alat implan
pembantu ereksi, injeksi prostaglandin intrakarvenosa, dan psikoterapi.
Sildenafil yang pada awalnya ditujukan sebagai obat anti-angina. Namun
efek yang diharapkan tidak terlalu nampak, sedangkan efek samping dari
obat ini malah muncul yaitu ereksi. Phospodiesterase type V (PDE5)
adalah enzim yang memfasilitasi metabolisme NO yang banyak di dalam
penis. NO ini adalah mediator utama relaksasi vaskular. Apabila NO yang
dikandung banyak, ereksi makin lambat terjadi. Sildenafil ini bekerja
dengan menghambat PDE5, sehingga ereksi dapat dipertahankan lebih
lama.11

Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan yang


persisten dalam mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk
aktivitas seksual yang memuaskan. Batasan tersebut menunjukkan bahwa
proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua komponen yaitu mencapai
keadaan ereksi dan mempertahankannya. Disfungsi ereksi dapat
menimbulkan depresi. Penyebab disfungsi ereksi terdiri dari faktor
organik, psikis, dan andropause. Umumnya laki-laki berumur lebih dari 40
tahun mengalami penurunan kadar testosteron secara bertahap. Saat
mencapai usia 40 tahun, laki-laki akan mengalami penurunan kadar
testosteron dalam darah sekitar 1,2 % per tahun. Bahkan di usia 70,
penurunan kadar testosteron dapat mencapai 70%.

Faktor Risiko

Umur: Disfungsi ereksi paling umum terjadi pada pria di atas 65 tahun.
Sekitar 5 persen dari pria usia 40-tahun dan 15 sampai 25 persen dari
pria 65-tahun mengalami beberapa tingkat disfungsi ereksi.
Penyakit pembuluh darah: Aterosklerosis menyebabkan penurunan
aliran darah ke penis dan menyumbang 50 sampai 60 persen kasus.
Diabetes mellitus: Setidaknya setengah dari individu dengan diabetes
menahun mengalami impotensi, karena kerusakan pembuluh darah
kecil dan saraf.
Kondisi neurologis: Beberapa kondisi neurologis menyebabkan
impotensi, misal cedera sumsum tulang belakang dan otak, multiple
sclerosis, penyakit Parkinson, dan penyakit Alzheimer.
Ketidakseimbangan hormon: Kekurangan testosteron (misalnya,
tumor otak, ginjal atau penyakit hati) dapat mengakibatkan hilangnya
minat seksual dan kesulitan ereksi.
Pembedahan: Operasi kolon, prostat, kandung kemih, dan rektum
dapat merusak saraf dan pembuluh darah yang terlibat dalam ereksi.
Terapi radiasi: Radiasi pengobatan untuk prostat atau kanker kandung
kemih dapat menyebabkan impotensi.
Obat: Lebih dari 200 obat yang biasa diresepkan dapat menyebabkan
impotensi sebagai efek samping. Ini termasuk beta-blocker, diuretik,
antihistamin, antidepresan, obat penenang, dan penekan nafsu makan.
Penyalahgunaan narkoba: Penggunaan alkohol, tembakau, ganja, 3,4
methylenedioxymethamphetamine (ekstasi), dan narkoba lainnya
dapat menyebabkan impotensi, yang mungkin tidak dapat disembuhkan
dalam beberapa kasus.
Obesitas: Kelebihan berat badan-lemak memberikan kontribusi terkena
impotensi dengan meningkatkan aktivitas estrogen dan memburuknya
diabetes dan kolesterol tinggi.

Etiologi
1. Penuaan
2. Gangguan Psikologis, misalnya depresi, ansietas
3. Gangguan neurologis, misalnya: penyakit serebral, trauma
spinal, penyakit medula spinalis neuropati, trauma nervus
pudendus.
4. Penyakit hormonal (libido menurun), misalnya:
hipogonadisme, hiperprolaktinemia, hiper atau hipotiroidisme,
sindrom Cushing, penyakit addison.
5. Penyakit vaskuler, misalnya: aterosklerosis, penyakit jantung
iskemik, penyakit vaskuler perifer, dll.
6. Obat-obatan
7. Merokok, narkoba, alkohol
8. Diabetes melitus.

Patofisiologi
Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh diabetes melitus.
Hal ini dikarenakan diabetes melitus dapat menyebabkan
terjadinya :
1. hipotestosteron yang akan menurunkan libido lalu
menyebabkanterjadinya disfungsi ereksi.
2. Pengaktifan poliol pathway dan menurunkan NADPH. Aktifasi
jalur ini menyebabkan terjadinya akumulasi AGE (Advance
Glycation End Product ) yang akan menyebabkan gangguan
relaksasi otot polos dan perubahan fibroelastik, dimana kedua
hal ini akan menurunkan compliance dari kavernosa sehingga
terjadi disfungsi ereksi. Selain itu,Aktifasi jalur ini juga
menyebabkan terjadinya akumulasi sorbitol danfruktosa
melalui enzim aldosa reduktase sehingga terjadi edema neural
lalu gangguan pompa Na-K ATPase lalu gangguan tranduksi sinyal serta
neurotransmitter sehingga terjadi neuropati diabetik
sehinggaterjadi disfungsi ereksi. Jalur ini juga menurunkan
kofaktor NO sintase( L-arginin NO membutuhkan NO sintase)
sehingga terjadi penurunan NO, akibatnya terjadi disfungsi
ereksi.
Kalu dari segi psikologis, disfungsi ereksi dapat terjadi
akibat adanya rangsangan inhibitorik desenden yang berasal dari
korteks serebrum. Hal inimenyebabkan terjadinya hambatan pada
impuls saraf parasimpatis sehingga Nitric Oxide dan atau
vasoactive intestinal peptide tidak terbentuk. Hal ini
mengakibatkan korpus kavernosum tidk terisi darah dn akhirnya
terjadi disfungsi ereksi.
Rokok dapat mengakibatkan Disfungsi Ereksi (DE). Hal ini
disebabkan karena rokok memiliki kandungan nikotin. Nikotin
memiliki dua efek yaitu vasokonstriktor dan penghambatan.
Nikotin sebagai vasokonstriktor mengakibatkan arteri pada penis
tidak dapat berdilatasi sehingga korpus kavernosum tidak terisi
sehingga terjadi DE. Nikotin dapat menjadi sumbatan karena
nikotin ini dapat mengendap dalam pembuluh darah apabila
mengenai arteri penis maka akan terjadi DE. Pada suatu presentasi
pada konferensi tahunan American Heart Association
mengemukakan bahwa pria yang mengonsumsi rokok lebih dari 20
batang perhari dapat memiliki risiko 60 % terserang DE
dibandingkan dengan pria yang tidak merokok.
4.Ejakulasi Dini
Menurut American Psychiatric Associations Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder IV :

Ejakulasi dini adalah ejakulasi berulang atau menetap dengan stimulasi seksual
yang minimal.

- Etiologi :
1. Faktor psikologis : cemas, depresi, stres.
2. Gangguan kesehatan : gangguan keseimbangan hormonal, penyakit
diabetes mellitus, gangguan saraf, dan gangguan pembuluh darah.
3. Faktor genetik : gen 5-HTTLPR, gen ini yang bertanggungjawab atas
jumlah dan aktivitas serotonin. Hormon serotonin ini yang mengontrol
terjadinya ejakulasi. Dalam journal science, Molly crockett, psikolog
university cambridge menjelaskan bahwa hormon serotonin adalah
hormon yang sebagai neurotransmitter, sebagai target obat
antidepresan.
4. Kesehatan otak

- Terapi :
1. Seksual : berlatih mengendalikan dengan masturbasi.
2. Obat : obat-obat antidepresan yang berfungsi memperlambat
rangsangan
3. Psikoterapi : mengurangi kecemasan dan stres

ejakulasi encer
Ejakulat Encer

Semen adalah zat cair yang meninggalkan tubuh saat ejakulasi, sperma adalah sel
bergerak dalam semen yang menyebabkan pembuahan. Rata-rata, hanya 5%
(volume) semen terdiri dari sel sperma, dan itu, sepenuhnya 25-50% dari sperma
yang mati atau abnormal dan tidak mampu menghasilkan keturunan. Untuk
memahami apa yang menyebabkan semen encer, maka perlu untuk memahami
bagian yang lebih solid dari semen dan yang menyebabkan kekentalan semen.

Ada empat bagian utama dari sistem reproduksi laki-laki yang berkontribusi
terhadap pembentukan semen (ejakulat).

1. Testis bertanggung jawab untuk menyediakan sperma untuk membuahi


wanita.
2. Vessicle mani menghasilkan zat yang kaya akan fruktosa gula. Cairan ini
merupakan 50% dari total volume semen dan fruktosa yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk sperma.
3. Kelenjar prostat menyumbang sekitar 25% dari volume semen dan itu
untuk menetralisir lingkungan asam dari vagina. Jika ini bagian dari semen
yang hilang, sperma akan mati oleh keasaman vagina.
4. Yang terakhir adalah kelenjar bulbourethral, yang berfungsi sebagai
pelumas ejakulasi dan meningkatkan kecepatan semen ketika
meninggalkan tubuh. Hal ini memungkinkan semen untuk disimpan lebih
lama di rahim wanita dan meningkatkan kesuburan.. 14

Ejakulat encer merupakan gambaran klinis dari oligospermia atau azoospermia.


Disebut dengan istilah oligospermia bila jumah tiap mililiter cairan yang
disemprotkan saat ejkulasi berjumlah kurang dari 20 juta sel sperma. Sedangkan
azoospermia apabila tidak terdapat sel sperma dalam cairan yang disemprotkan
saat ejakulasi. Untuk menentukannya harus dilakukan pemeriksaan lanjutan
(dalam hal ini pemeriksaan mikroskopis sperma)

Ada beberapa penyebab semen encer, bening dan berair

1. Jumlah sperma tidak memadai Penyebab paling umum dari ini adalah terlalu
sering ejakulasi. Pada individu yang sangat aktif secara seksual, atau individu
yang sering masturbasi /onani, testis tidak punya cukup waktu untuk
menghasilkan sel sperma. Sel sperma rata-rata membutuhkan waktu 70 hari untuk
matang dan siap untuk ejakulasi. Sementara setiap ejakulasi tidak mengosongkan
testis dari sel sperma, setelah beberapa hari mengalami ejakulasi yang sering,
testis akan kehabisan sperma dan tidak lagi memberikan kontribusi sperma pada
semen.14

2. Penyebab paling umum dari sperma encer adalah defisiensi (kekurangan)


fruktosa. Hampir setengah dari semua ejakulasi terdiri atas fruktosa atau gula.
Fruktosa memasuki ejakulasi melalui vesikula seminalis. Diet rendah gula dan
atau karbohidrat memberikan kontribusi terhadap kondisi tersebut. Hal ini dengan
cepat diperbaiki dengan meningkatkan konsumsi karbohidrat / gula. 15
Faktor Resiko Ejakulat Encer

Beberapa gaya hidup tidak sehat dapat mengakibatkan ejakulat menjadi


encer dan kurang berkualitas, diantaranya adalah.

Suhu. bekerja di tempat yang panas, sehingga mempengaruhi suhu


testis dan kerja testis karena testis menghasilkan sperma setiap saat.
Pemakaian celana dalam yang ketat dapat mengakibatkan panas terjadi
di sekitar testis dan penis
Gangguan urologi, disebut juga sebagai gangguan hormon, misalnya
varicoclele, infeksi kronis dan gangguan hormon misalnya kelebihan
hormon prolactin, kekurangan FSH, dan lain- lain.
Berendam dalam air panas, seperti jacuzzi,atau sauna.
Berat badan yang berlebihan sehingga mengakibatkan obesitas. Hal ini
menyebabkan penumpukan di sekitar testis, ini bisa mengurangi
produksi sperma.
Merokok, seorang perokok memiliki tingkat kesuburan jauh dibawah
pria yang tidak merokok.
Mengkonsumsi minuman keras atau alkohol, minuman keras dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi ginjal yang menyebabkan
peningkatan estrogen..
Kebiasaan masturbasi dapat menurunkan jumlah sperma yang di
produksi dan mempercepat terjadinya ejakulasi dini.
Mengkonsumsi obat yang memiliki kandungan cytototic untuk
perawatan kanker, opium dan steroid berpengaruh pada jumlah
sperma.
Gaya hidup yang penuh dengan stress..
Kekurangan asupan nutrisi penting, seperti zat gizi dan vitamin:
vitamin C,selenium, zinc, dan folate. 16
PATOLOGI
DISFUNGSI EREKSI
4.1 ereksi disorder

Beberapa penyebab organik impotensi erektil pada laki-laki17

SEBAB-SEBAB ENDOKRIN
A. Kegagalan testis (primer atau skunder)
B. Hiperprolaktinemia
OBAT-OBAT
A. Antiandrogen
1. Histamin-penghambat H-2 (misalnya simetidin)
2. Spironolakton
3. Ketokonazol
4. Finasterid
B. Antihipertensi
1. Simpatolitik kerja sentral (misalnya klonidin dan metildopa)
2. Simpatolitik kerja perifer (misalnya guanadrel)
3. Penghambat beta
4. Tiazid
C. Antikolinergik
D. Antidepresan
1. Penghambat oksidase monoamin
2. Antidepresan trisiklik
E. Antipsikotik
F. Depresan sistem saraf pusat
1. Sedatif (misalnya barbiturat)
2. Obat-obat antiansietas (misalnuya diazepam)
G. Obat-obat yang dapat menimbulkan habituasi atau adiksi
1. Alkohol
2. Metadon
3. Heroin
4. Tembakau
PENYAKIT-PENYAKIT PENIS
A. Penyakit peryonie
B. Priapisme sebelumnya
C. Trauma penis
GANGGUAN NEUROLOGIK
A. Lesi lobus temporalis anterior
B. Penyakit pada korda spinalis
C. Hilangnya masuka sensorik
1. Tabes dorsalis
2. Penyakit pada ganglia radiks dorsalis
D. Penyakit pada saraf erigentes
1. Prostatektomi radikal dan sistektomi
2. Operasi rektosigmoid
E. Neuropati autonomik diabetik
F. Dan polineuropati lainnya
PENYAKIT VASKULER
A. Oklusi aorta (sindroma leriche)
B. Oklusi aterosklerotik atau stenosis pada arteri pudendus dan/atau arteri
kavernosa
C. Kerusakan arterial akibat radiasi panggul
D. Kebocoran vena
E. Penyakit-penyakit pada ruang sinusoid

ELEMEN PENGATUR GANDA DALAM MOTIVASI SEKSUAL


MANUSIA18

DORONGAN SEKSUAL
Dorongan fisiologis
1. Testosteron
2. Obat-obat afrodisiak
3. Stimulasi fisik/genital
Dorongan psikologis
1. Pasangan yang menarik
2. Stimulasi erotis
3. Fantasi
4. Cinta
5. Percumbuan

TEKANAN/PENURUNAN SEKSUAL
Tekanan fisiologis
1. Gangguan hormon
2. Obat dengan efek samping seksual
3. Depresi
Tekanan psikologis
1. Pasangan yang tidak menarik
2. Pikiran negatif
3. Antifantasi
4. Emosi negatif
5. Stres dan kemarahan

Tanda dan Gejala


a. tanda
1) penis sukar ereksi
2) terdapat tanda-tanda hipogonadism pada disfungsi ereksi hormonal
b. gejala
1) stres
2) tidak percaya diri
Diagnosis
a. Anamnesis, beberapa hal penting untuk ditanyakan
1) pasangan
2) gaya hidup
3) penyakit yang merupakan faktor resiko (ISK bawah)
4) tindakan medis yang pernah dijalani

b. Pemeriksaan fisik, beberapa hal penting untuk diperiksa


1) tanda seksual sekunder
2) palpasi prostat
Tatalaksana
Penanganan disfungsi ereksi dilakukan sesuai etiologinya. Terapi dapat
dilakukan dengan pemberian obat-obatan penunjang aliran darah yang
adekuat ke jaringan erektil, terapi hormonal, terapi seksual, oprasi, terapi
psikis. Perbaikan gaya hidup pasien dengan disfungsi ereksi dari berbagai
etiologi sangat membantu terapi.

INFERTILITAS
PEMERIKSAAN INFERTILITAS PRIA
Pada umumnya dilakukan pemeriksaan berupa:
a. wawancara / anamnesis dan pemeriksaan fisik
b. pemeriksaan dasar.
Wawancara / anamnesis meliputi:
1. lama menikah,
2. usia pasangan,
3. pekerjaaan,frekuensi; dan
4. waktu melakukan hubungan seksual
Pemeriksaan lanjutan
1. Riwayat perkembangan urologis, pembedahan, hubungan kelamin,
kontak dengan zat-zat toksik, penyakit infeksi alat reproduksi
meriksaan jasmani pada umumnya termasuk seks sekunder (penyebaran
rambut, ginekomastia dan lain-lain]
2. Pemeriksaan khusus alat reproduksi (penis,letak lubang uretra, ukuran,
konsistensi testis, vas deferens, epididimis dan lain~lain)
3. Pemeriksaan laboratorium rutin urindarah dan analisis sperma.
Pemeriksaan laboratorium khusus;kadar serum darah, FSH, LH,
testosteron dan lain-lain bila ada indikasi.

EJAKULASI DINI

Menemukan riwayat ejakulasi dini pada pasien sangat berguna


karena memandu terapi yang cocok untuk pasien (dan partnernya). Perlu
difokuskan apakah ejakulasi dini terjadi primer atau sekunder dan menilai
tingkt keparahan dari masalah ini.
Riwayat medis umum mengenai keadaan medis yang kemungkinan
mempengaruhi perlu ditemukan. Sebagai contoh, jika pasien memiliki
angina dan ini menyebabkan ketakuran akan infark miokard selama
berhubungan badan, ia mungkin datang dengan ejakulasi dini disertai
dengan adanya penyakit jantung dan perasaan insekuritas (tidak aman)
akibat penyakit jantungnya. Menyembuhnya penyakit jantung biasanya
mengembalikan kemampuan ejakulasi, tanpa terapi spesifik untuk
ejakulasi dini. Untuk tujuan diskusi ini, pasien diasumsikan sehat secara
fisik, dan disfungsi seksual sebagai satu-satunya masalah bermakna.
Jika pasien selalu mengalami ejakulasi dini pada saat pertama kali
ia melakukan hubungan seks, maka ia dianggap mengalami ejakulasi dini
primer. Jika ia pernah sukses dalam hubungan seks sebelumnya, maka ia
mengalami ejakulasi dini sekunder. Pada kebanyakan kasus, ejakulasi
sekunder lebih mudah diatasi dan memiliki prognosis yang lebih baik.
1. Ejakulasi dini primer
a. Menambahkan riwayat medis umum, tanyakan mengenai adanya
permasalah psikologis sebelumnya karena pria dengan ejakulasi dini
memiliki insiden gangguan psikiatrik yang lebih tinggi yang
didapatkan dari populasi umum.
b. Riwayat sebaiknya mencakup pertanyaan tentang pengalaman
seksual yang dini. Apakah ia pernah mengalami trauma psikis
seksual pada masa kecil atau remaja? Contohnya kemungkinan yaitu
ketahuan masturbasi oleh orang tua, dengan perasaan bersalah yang
mengikutinya. Atau pasien pernah dihukum karena ketahuan
bermasturbasi.
c. Tanyakan mengenai hubungan keluarga pasien pada saat ia tumbuh.
Bagaimana ia berhubungan dengan ayahnya, ibunya, atau
saudaranya?Apakah keluarganya memiliki riwayat inses atau
pelecehan seksual? Pria biasanya dilecehkan oleh pria lain dan
jarang terjadi oleh perempuan.
d. Bagaimana hubungan dengan teman-temannya ? Apakah pasien
memiliki teman pria atau wanita? Bagaimana ia menghargai dirinya
sendiri terhadap lingkungannya (inferior, superior, atletik, lebih atau
kurang pintar)?
e. Apakah pasien memiliki masalah dengan pekerjaan ?
f. Bagaimana sikap umum pasien terhadap sex (misalnya apakah ia
menganggap sex sebagai tabu dan jorok), dan bagaimana pola
preferensi, fantasi, dan rangsangan sex pasien?
g. Apakah pasien memiliki keterikatan yang kuat dengan suatu ajaran
agama? Jika iya, cari tau bagaimana agama tersebut memandang sex.
h. Jika ejakulasi dini bermula setelah awal hubungan di luar nikah,
apakah pasien merasa bersalah tentang hal ini?
i. Jika ejakulasi dini pada pengalaman pertama hubungan sex dalam
suatu perkawinan terjadi, carilah informasi mengenai bagaimana
kehidupan sex noncoitus pasangan ini.
j. Tanyakan mengenai perilaku sex dan respon dari pasangan wanita;
jika ia memiliki masalah seperti dyspareunia, apakah berhubungan
dengan masalah pada pria ?
k. Bagaimana hubungan nonsexual pada pasangan ? Apakah terjadi
pertengkaran atau mereka sedang dalam masa sulit?
l. Keterangan dari ini dan pertanyaan yang serupa biasanya secara
langsung menuju ke faktor yang dapat diterapi secara spesifik.
2. Ejakulasi Dini Sekunder
a. Sebagai tambahan dari riwayat medis umum, sebaiknya ditelusuri
hubungan sebelumnya dimana ejakulasi dini belum menjadi masalah
bagi pasien dan hubungan sebelumnya dimana tejadi ejakulasi dini
transient.
b. Pada hubungan sekarang, apakah ejakulasi dini selalu menjadi
masalah atau apakah hal ini bermulai setelah jangka waktu hubungan
sex sebelumnya dapat memuaskan kedua pasangan ?
c. Telusuri secara spesifik kualitas hubungan yang terkait dengan
faktor diluar hubungan sex ? Apakah pasangan bekerja sama dengan
baik pada suatu masalah, atau apakah terdapat konflik? Siapa yang
dominant dalam hubungan ini atau apakah secara umum setara (tidak
ada yang dominant) ?
d. Jika pasangan wanita tidak bersama dengan pasien ? Jika tidak,
tanyakan mengapa. Kemungkinan, wanita menganggap masalah ini
hanya masalah pasangan prianya dan tidak menganggap sebagai
masalah hubungan mereka, dimana dapat menjadi petunjuk yang
penting.
e. Apakah ia memiliki masalah impotensi ? Apakah Disfungsi Ereksi
(DE) juga ada? Jika DE tidak ada, seberapa lama waktu untuk pria
mulai dari penetrasi hingga klimax?
f. Dapatkah penetrasi terjadi, atau apakah ejakulasi dini terjadi
sebelumnya sehingga penetrasi tidak terjadi?
g. Apakah pasien mengalami ejakulasi dini dengan masturbasi, atau
rangsangan dari pasangan, atau terjadi setelah penetrasi?
h. Berapa lama waktu yang dibutuhkan pasangan wanita untuk
mencapai klimaks ? Dapatkah ia mencapai klimax dengan penetrasi,
atau apakah ia membutuhkan stimulasi klitoral langsung sebelumnya
untuk mencapai klimax?
i. Jika DE ditemukan namun terjadi setelah ejakulasi dini, maka terapi
untuk kedua keadaan mungkin dibutuhkan; biasanya DE sembuh
ketika pasien mendapatkan kepercayaan diri dalam mengendalikan
ejakulasinya. Jika DEterjadi sebelumnya, maka ejakulasi dini
kemungkinan merupakan disfungsi seksual sekunder, dimana akan
sembuh jika pasien percaya diri bahwa ia mampu menjaga ereksinya.
j. Penjelasan mengenai hal-hal ini dan faktor lain yang berkaitan
biasanya terbukti sangat membantu untuk membuat perencanaan
terapi.

Komplikasi
1. Ejakulasi dini yang berat dapat menyebabkan stress dalam perkawinan,
dimana dapat berperan dalam suatu pertengkaran rumah tangga bahkan
dapat berujung perceraian pada beberapa kasus..
2. Konsepsi juga sulit terjadi pada kasus ejakulasi dini sebelum penetrasi
terjadi.
Prognosis
1. Master dan Johnson mengklaim bahwa kebanyakan pria (>85%) dengan
ejakulasi dini dapat diatasi dengan teknik tekan-henti. Pada kebanyakan
kasus, mereka mengklaim bahwa teknik ini sukses dalam waktu 3 bulan
setelah dimulainya teknik ini.
2. Walaupun Masters dan Johnson melaporkan hasil yang baik, namun
beberapa peneliti menemukan hasil yang lebih buruk dengan teknik
tekan-henti ini.
3. Dengan kombinasi beberapa metode, termasuk pengobatan SSRI,
memperoleh tingkat perbaikan atau penyembuhan paling baik pada
kebanyakan kasus, ketika pasangan berkomitmen untuk bekerjasama
menangani masalah ini.
4. Beberapa penelitian yang telah dipublikasikan juga mengindikaskan
bahwa konseling dan terapi medikamentosa dapat mencapai
keberhasilan hingga 85%.
5. Masalah dari terapi yaitu bahwa angka relaps mencapai 20-50%.
Beberapa pria memerlukan komitmen jangka panjang dalam menjalani
teknik terapi behavioral (kebiasan jangka panjang mungkin sulit
dimodifikasi). Pasien yang berhasil dengan terapi medikamentosa
(misal SSRIs) mungkin membutuhkan pengobatan seumur hidupnya,
sama seperti pasien depresi yang memerlukan obat ini seumur hidupnya
untuk menghindari depresi rekuren. Angka kegagalan jangka panjang
yang tepat belum didapatkan dan tergantung durasi dari tindak lanjut
untuk pasien tertentu.
Diagnosis diferensial
Pertimbangkan mengenai anorgasmia atau Orgasme sangat
tertunda pada pasangan wanita, dimana kata tertunda merupakan relative
karena rata-rata waktu bagi wanita untuk mencapai klimaks beragam
namun dari penelitian rata-rata dalam 12-25 menit. Jika seorang wanita
membutuhkan waktu 3 jam untuk mencapai klimaks, maka ini sangat
diluar normal. Pada kasus orgasme tertunda atau kesulitan orgasme pada
wanita, hampir semua pria dianggap memiliki ejakulasi dini.
Pertimbangkan mengenai efek samping dari obat psikoterapi. Jika
masalah ejakulasi dini bermula dengan pemberian awal suatu obat dan
ejakulasi dini berhenti setelah obat dihentikan, dokter perlu mencurigai
bahwa kedua hal ini saling berkaitan.
Beberapa pria mungkin dibingungkan dengan cairan yang keluar
pada saat perangsangan, yaitu cairan pelumas yang disekresi oleh kelenjar
Cowper dan kelenjar lainnya selama fase perangsangan. Riwayat sexual
secara teliti dapat mengklarifikasi masalah ini dan dapat memberikan
keyakinan terhadap pasien mengenai apa yang sebenarnya terjadi.
Disfungsi ereksi dapat menjadi gejala klinis dari beberapa pria yang
mengalami ejakulasi dini. Membedakan kedua permasalahan ini penting
dilakukan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pada pria dengan ejakulasi dini dan tanpa permasalahan medis umum
lainnya, tidak ada pemeriksaan lab konvensional yang dapat membantu
atau mempengaruji pemilihan jenis terapi.
2. Pemeriksan kadar testosterone dan prolactin serum cocok dilakukan
jika ejakulasi dini disertai dengan permasalahan impotensi.
Tata laksana
Terdapat beberapa pilihan terapi medis untuk ejakulasi dini.
Kondisi medis umum yang berat (seperti angina) sebaiknya diatasi terlebih
dahulu; untuk tujuan diskusi ini, pria dianggap tidak memiliki penyakit
medis umum dan ejakulasi dini merupakan satu-satunya permasalahnnya.
Sebagai tambahan, permasalahan ereksi lainnya yang menyertai dapat
ditangani dengan beragam metode dengan keberhasilan yang sempurna
1. Melibatkan pasangan wanita sebisa mungkin dalam terapi dan sesi
konseling penting untuk mencapai hasil yang diinginkan.
2. Langkah pertama penanganan ejakulasi dini adalah untuk melenyapkan
adanya tekanan batin (berupa pikiran takut tidak dapat memuaskan
pasangan) pada pria.
Jika ejakulasi dini terjadi pada saat penetrasi telah berlangsung,
minta kepada pasangan tidak melakukan penetrasi hingga ejakulasi
dini telah dapat ditangani. Pria dapat melakukan stimulasi lain
tanpa melakukan penetrasi.
Jika pria selalu mengalami ejakulasi pada rangsangan awal atau
pada permulaan foreplay, ini merupakan masalah serius dan
kemungkinan mengindikasikan adanya ejakulasi dini primer,
dimana kebanyakan membutuhkan penanganan spesialis jiwa.
3. Pasangan diminta untuk melakukan terapi seksual, seperti teknik stop-
mulai atau tekan-henti yang dipopulerkan oleh Masters dan Johnson.
Kebanyakan pasangan merasa teknik ini berhasil. Ini juga dapat
membantu pasangan wanita lebih terangsang dan dapat memperpendek
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai klimaks.
Modalitas terapi lainnya yaitu dengan krim desensitasi digunakan
oleh pria. Seperti namanya krim ini dapat mengurangi stimulasi
pada penis sehingga dapat memperpanjang waktu untuk ejakulasi.
Namun krim ini belum diakui oleh FDA.
4. Jika pria relative muda dan dapat mencapai ereksi kembali setelah
beberapa menit terjadinya ejakulasi dini, biasanya ia memiliki
pengendalian waktu yang lebih baik pada hubungan sex berikutnya.
Beberapa ahli menyarankan pria muda untuk melakukan
masturbasi 1-2 jam sebelum hubungan seksual direncanakan.
Interval waktu untuk mencapai klimaks kedua biasanya memiliki
masa laten lebih panjang dan pria kebanyakan dapat
mengendalikan lebih baik ejakulasinya pada keadaan seperti ini.
Pada orang yang lebih tua, strategi ini mungkin kurang efektif
karena mereka sulit untuk mendapatkan ereksi kedua setelah
ejakulasi dini. Jika ini terjadi maka hal tersebut dapat merusak rasa
percaya diri dan mengakibatkan impotensi sekunder.
5. Modalitas farmakologik yang dapat membantu pria dengan ejakulasi
dini adalah obat dari golongan selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) class, obat yang biasanya digunakan di klinik
sebagai antidepressant.
Beberapa antidepressant tricyclic yang mempunyai aktivitas seperti
SSRI dapat mencapai hasil yang sama.
Kebanyakan obat ini memiliki efek samping yang menyebabkan
kedua pasangan wanita dan pria mengalami penundaan bermakna
dalam mencapai orgasme.
Untuk alasan ini, pengobatan dengan efek samping SSRI ini telah
digunakan untuk pria yang mengalami ejakulasi dini.

Farmakoterapi
Tidak ada obat yang diakui oleh FDA sebagai terapi ejakulasi dini.
Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa, selective serotonin
reuptake inhibitors (SSRIs) dan obat dengan efek samping serupa dengan
SSRI, aman dan efektif digunakan untuk tujuan ini. SSRIs merupakan obat
yang paling berhasil menunda respon yang terlalu cepat pada pria dengan
ejakulasi dini. Krim desensitasi yang mengandung agen anastesi lokal
dapat berguna pada beberapa pria, namun diyakini tidak memiliki
efektifitas yang baik.
Ejakulasi dini yang berkaitan dengan disfunsi ereksi (DE) dapat
sembuh setelah DE dapat berhasil ditangani. Obat untuk penanganan DE
termasuk sildenafil (Viagra), vardenafil (Levitra), tadalafil (Cialis),
alprostadil (Caverject, Muse), dan, kemungkinan juga SSRI (jika DE
disebabkan oleh depresi).
Selective serotonin reuptake inhibitors
Mekanisme kerjanya dihubungkan dengan hambatan terhadap uptake
neuronal dari serotonin pada sistem saraf pusat. Beberapa penelitian pada
hewan menunjukkan bahwa SSRI memiliki efek pada reuptake neuronal
dopamine dan norepinephrine.
SSRIs telah diteliti memiliki efek samping sexual, yang paling sering
adalah penundaan klimaks pada pria dan wanita. Sertraline (Zoloft),
paroxetine (Paxil), dan fluoxetine (Prozac) merupakan contoh SSRI yang
berhasil menangani ejakulasi dini.
Terapi optimal untuk ejakulasi dini belum diketahui, namun dari
pengalaman peneliti, dosis tunggal sebelum hubungan intim dilakukan
dapat bekerja dengan baik pada beberapa pria. Jika dosis tunggal berhasil
maka terapi jelas lebih mudah dilakukan dan memiliki efek samping lebih
kecil. Pada dosis multiple, dosis ditingkatkan secara bertahap hingga efek
terapeutik atau dosis maksmial harian telah tercapai.

Ejakulasi dini adalah gangguan seksual yang paling umum pada pria yang lebih
muda dari 40 tahun, dengan 30-70% laki-laki di Amerika Serikat terpengaruh
untuk beberapa derajat pada satu waktu atau yang lain. Ini secara historis
dianggap sebagai penyakit psikologis yang tidak diidentifikasi penyebab organik.

Tanda dan gejala

Ejakulasi dini bisa primer atau sekunder. Ejakulasi dini primer adalah jika pasien
telah mengalami ejakulasi dini sejak awal coitus pertama. Ejakulasi dini sekunder
jika pasien sebelumnya memiliki hubungan coital sukses dan hanya sekarang telah
mengembangkan ejakulasi dini.

Karakteristik pasien dalam ejakulasi dini primer dapat meliputi:

Kesulitan psikologis: kondisi psikiatrik lebih sering terjadi pada laki-laki


dengan ejakulasi dini primer daripada populasi umum
Dalam kecemasan tentang seks yang berhubungan dengan 1 atau lebih
pengalaman traumatis yang ditemui selama pengembangan: Contohnya termasuk
incest keluarga, kekerasan seksual, bertentangan dengan 1 atau kedua orang tua,
atau gangguan serius lainnya

Karakteristik pasien dalam kasus-kasus ejakulasi dini sekunder dapat meliputi:

Disfungsi ereksi
Kinerja kecemasan
Penggunaan narkoba psikotropika: Jika ejakulasi dini dimulai pada hubungan
dengan dimulainya obat psikotropika, tetapi berhenti ketika obat ini ditarik, salah
satu harus sangat mempertimbangkan bahwa keduanya berhubungan

Diagnosa
Lab studi

Pada laki-laki dengan ejakulasi dini dan tidak ada masalah medis lainnya, ada tes
laboratorium konvensional tertentu membantu atau mempengaruhi pengobatan.

Memeriksa tingkat pasien testosteron serum (bebas dan total) dan prolaktin
mungkin sesuai jika ejakulasi dini diamati dalam hubungannya dengan masalah
impotensi.

Jika depresi atau kondisi lain hidup berdampingan, studi laboratorium khusus
untuk depresi atau masalah medis atau psikologis lain yang sesuai.

Sejarah

Pada penderita ejakulasi dini primer, menanyakan tentang hal-hal berikut:

Kesulitan psikologis sebelumnya


Pengalaman seksual dini, seperti episode seksual traumatis yang dialami
sebagai seorang anak atau remaja
Hubungan keluarga pasien saat ia tumbuh dewasa
Apakah keluarga pasien memiliki riwayat inses atau pelecehan seksual
Luas dan karakteristik hubungan peer pasien
Kesulitan dengan pekerjaan (atau sekolah, jika pasien masih mahasiswa)
Sikap umum pasien terhadap seks
Preferensi pasien seksual, fantasi, dan pola stimulasi
Pendidikan agama (dan, jika yang ketat, apa pasien apa yang diajarkan tentang
seks)
Apakah, jika ejakulasi dini dimulai pada hubungan nonmarital awal, pasien
merasa bersalah
Jenis pranikah, bermain seksual noncoital antara mitra (jika pengalaman coital
pertama adalah dalam hubungan pernikahan yang melibatkan ejakulasi dini dari
awal)
Sikap seksual dan respon pasangan wanita pasien, jika dia sedang mengalami
masalah, seperti dispareunia, bisa berhubungan dengan masalah pasangannya atau
mungkin telah mendahuluinya
Karakteristik bagian nonseksual hubungan pasien dengan pasangannya, apakah
pasangan perkelahian atau akan melalui perebutan kekuasaan
Jika pasangan seksual pasien tidak hadir untuk wawancara ini, tanyakan
mengapa (yaitu, apakah pasangan ini tidak mendukung atau menyalahkan pasien)
Petunjuk dari ini dan yang sejenis pertanyaan biasanya menunjuk ke arah faktor
penyebab yang dapat ditangani secara khusus dengan terapi.

Pada penderita ejakulasi dini sekunder, menanyakan tentang hal-hal


berikut:

Hubungan sebelumnya di mana ejakulasi dini tidak masalah bagi individu ini
dan hubungan sebelumnya di mana episode transien ejakulasi dini terjadi
Apakah, dalam hubungan saat ini, ejakulasi dini selalu menjadi masalah atau
apakah itu dimulai setelah jangka waktu awal ketika senggama yang memuaskan
bagi kedua pasangan
Kualitas hubungan antara pasien dan pasangannya berkenaan dengan faktor-
faktor non-seksual (yaitu, apakah mitra bergaul pada banyak isu atau jika konflik
hadir dan apakah pasien dan pasangannya menduduki posisi yang sama dalam
hubungan atau jika salah satu dari mereka dominan)
Apakah pasien memiliki masalah impotensi dan, jika demikian, apakah
disfungsi ereksi yang dikembangkan sebelum atau setelah ejakulasi dini mulai
terjadi
Jika pasien tidak memiliki disfungsi ereksi, berapa banyak waktu terjadi antara
dimulainya intromission dan klimaks
Apakah coitus yang sebenarnya dapat dicapai atau dicegah dengan ejakulasi
dini

Apakah pasien mengalami ejakulasi dini saat masturbasi atau rangsangan baik
nonintercourse oleh pasangan, atau apakah itu terjadi hanya pada saat senggama

Jumlah waktu yang diperlukan untuk pasangan wanita mencapai klimaks dan
apakah dia bisa mencapai klimaks dengan hubungan seksual atau sebaliknya
membutuhkan stimulasi klitoris langsung (lisan atau manual)

Pengelolaan

Setiap kondisi medis yang serius primer (misalnya, angina) harus dirawat. Jika
pasien mengalami disfungsi ereksi yang dimulai setelah ejakulasi dini mulai
terjadi, maka pengobatan kedua kondisi mungkin diperlukan, kadang-kadang,
disfungsi ereksi menyelesaikan ketika keuntungan kepercayaan pasien dalam
mengontrol ejakulasi. Jika disfungsi ereksi dimulai pada awalnya, ejakulasi dini
mungkin disfungsi seksual sekunder, yang menyelesaikan ketika pasien yakin
untuk dapat mempertahankan ereksinya.

Pengobatan lain meliputi:


Relief tekanan kinerja yang mendasari pada laki-laki
Terapi seksual: Seperti instruksi dalam teknik stop-start atau meremas-jeda
dipopulerkan oleh Masters dan Johnson [2]
Penggunaan krim desensitizing untuk laki-laki
Upaya kedua di coitus: Jika laki-laki relatif muda dan dapat mencapai ereksi
lagi beberapa menit setelah episode ejakulasi dini, ia mungkin menemukan bahwa
kekuasaannya jauh lebih baik kedua kalinya
Penggunaan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI): SSRI, yang biasanya
digunakan untuk depresi klinis, adalah pengobatan farmakologis yang paling
efektif ditemukan untuk pria dengan ejakulasi dini

Latar belakang

Ejakulasi dini (PE, juga dikenal sebagai ejakulasi cepat) adalah jenis yang paling
umum dari disfungsi seksual pada pria yang lebih muda dari 40 tahun.
Kebanyakan profesional yang mengobati ejakulasi dini mendefinisikan kondisi ini
sebagai terjadinya ejakulasi sebelum keinginan dari kedua pasangan seksual.
Definisi yang luas ini menghindari menentukan durasi yang tepat untuk hubungan
seksual dan mencapai klimaks, yang adalah variabel dan tergantung pada banyak
faktor khusus untuk orang yang terlibat dalam hubungan intim. Sebuah contoh
sesekali ejakulasi dini mungkin tidak menjadi perhatian, tetapi, jika masalah
terjadi dengan lebih dari 50% dari hubungan seksual percobaan, pola
disfungsional biasanya ada yang pengobatan mungkin sesuai.

Untuk memperjelas, seorang laki-laki dapat mencapai klimaks setelah 8 menit


hubungan seksual, tapi ini bukan ejakulasi dini jika pasangan secara teratur
klimaks dalam 5 menit dan keduanya puas dengan waktu. Laki-laki lain mungkin
menunda ejakulasi nya selama maksimal 20 menit, namun ia dapat
mempertimbangkan ini prematur jika pasangannya, bahkan dengan foreplay,
membutuhkan 35 menit stimulasi sebelum mencapai klimaks. Jika hubungan
seksual adalah metode rangsangan seksual untuk contoh kedua dan klimaks pria
setelah 20 menit hubungan seksual dan kemudian kehilangan ereksinya,
memuaskan pasangannya (setidaknya dengan hubungan seksual), yang
membutuhkan 35 menit untuk klimaks, adalah mustahil.

Karena banyak wanita tidak dapat mencapai klimaks sama sekali dengan
senggama (tidak peduli seberapa berkepanjangan), situasi ini dapat benar-benar
mewakili orgasme tertunda pada pasangan wanita daripada ejakulasi dini pada
pria, masalah tersebut dapat menjadi salah satu atau keduanya, tergantung pada
sudut pandang. Ini menyoroti pentingnya mendapatkan sejarah seksual
menyeluruh dari pasien (dan lebih disukai dari pasangan).

Ejakulasi dini dapat bersifat primer atau sekunder. Ejakulasi dini primer berlaku
untuk individu yang memiliki kondisi karena mereka menjadi mampu berfungsi
secara seksual (yaitu, postpuberty). Ejakulasi dini sekunder berarti bahwa kondisi
ini dimulai pada individu yang sebelumnya mengalami tingkat yang dapat
diterima kontrol ejakulasi, dan untuk alasan yang tidak diketahui, ia mulai
mengalami ejakulasi dini di kemudian hari. Ejakulasi dini sekunder tidak
berhubungan dengan gangguan medis umum dan biasanya tidak berhubungan
dengan zat perangsang, meskipun, jarang, hyperexcitability mungkin berhubungan
dengan obat psikotropika dan menyelesaikan ketika obat ini ditarik. Ejakulasi dini
paling cocok ke dalam kategori "tidak ditentukan" karena penyebabnya tidak
diketahui, meskipun

You might also like