Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
OLEH:
DIAN ARNIA TANJUNG
NIM: A1E310428
BANJARMASIN
2014
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERISTIWA SEKITAR
PROKLAMASI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU
BERVARIASI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING
PADA SISWA KELAS V SDN BENUA ANYAR 10 BANJARMASIN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unlam Banjarmasin
OLEH:
NIM: A1E310428
Tanjung, Arnia, Dian. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Peristiwa Sekitar
Proklamasi Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi
Dengan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas V SDN
Benua Anyar 10 Banjarmasin. Skripsi program S-1 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat. Pembimbing (I) Drs. H. Fadhli Kamil, S.Pd.
(II) Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd. Ph.D
Kata Kunci : Hasil Belajar Siswa, Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi, Model Pembelajaran
Tari Bambu Bervariasi Dengan Kancing Gemerincing.
Atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan semoga mendapat balasan dari
Allah SWT dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Banjarmasin, 2014
Penulis,
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... v
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
a. Belajar ........................................................................... 13
C. Hipotesis .............................................................................................. 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Gambar 4.11 : Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1..119
Gambar 4.15 : Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 2..126
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
PENDAHULUAN
Perkembangan sebuah negara dapat dilihat dari majunya IPTEK serta pembangunan
nasional yang menyeluruh terlebih lagi dalam pengembangan sumber daya manusia. Sumber
daya manusia sangatlah berpotensial untuk menggerakkan sistem yang ada di dalam negara
tersebut salah satunya melalui pendidikan, dengan pendidikan akan menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan merupakan upaya sungguh-
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia
pertumbuhan batin tanpa dibatasi usia. Oleh karena itu pendidikan selalu terkait dengan
aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga menjadi landasan yang sangat penting
dalam proses pendidikan, karena proses pendidikan itu sendiri adalah proses membantu
manusia (yang memiliki aspek jiwa dan rohani) kearah perkembangan yang optimal.
Pada pengelolaan pendidikan tentu saja harus berdasarkan landasan pendidikan yang
Agar tercapainya tujuan pendidikan nasional tentunya harus ada peran serta pihak-
pihak yang berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu sosok guru. Guru mampu
memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan
diharapkan pula dari pribadi guru memiliki sikap-sikap dan sifat-sifat yang normative baik
sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya (Ihsan, 2010:8). Artinya cara
guru mengajar juga sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang pembelajaran itu sendiri.
Gagne seperti yang dikutip oleh Nara (2010:10) menyatakan bahwa makna yang
the several processes of learning, which are internal. Pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang
sifatnya internal.
Pada kegiatan pembelajaran, guru harus memahami kiat maupun seni untuk
memadukan antara bentuk pembelajaran dengan media yang digunakan sehingga mampu
terdapat ragam pendekatan dan metode yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi lingkup
masyarakat serta aspek kehidupan sosial yang menjadi pokok bahasan. Keragaman
pendekatan dan metode yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat membuat
suasana yang tetap hangat dan menarik, sehingga para peserta didik tidak dihinggapi
kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadapa nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4)
Berkenaan dengan penerapan pembelajaran IPS tentu tidak dapat di pisahkan dengan
keberadaan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai peran dan kedudukan
sangat penting karena segala hal yang telah diperoleh di luar sekolah dikembangkan dan di
integrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna disekolah sesuai dengan tingkat
belum mampu memahami keluasan serta kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh,
tetapi dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS siswa
dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup
Kenyataanya, pembelajaran IPS masih sulit untuk diajarkan kepada siswa karena
hampir sebagian siswa menganggap pelajaran IPS kurang menyenangkan terlebih lagi materi
peristiwa sekitar proklamasi. Pada materi ini dianggap siswa terlalu banyak materi yang
harus mereka ingat baik berupa nama-nama tokoh, tanggal serta peritiwa penting yang terjadi
pada masa lampau. Sehingga kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran pada
materi ini. Terlebih lagi anak harus dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
dilakukan oleh peneliti terhadap guru wali kelas V mengenai mata pelajaran IPS pada materi
peristiwa sekitar proklamasi di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin diketahui bahwa hasil
belajar siswa pada semester II masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 65, dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 34 orang, hanya 12 siswa tuntas dan sebanyak
Siswa menganggap pelajaran IPS hanya sering berupa hapalan terutama pada peristiwa
sekitar proklamasi, karena pada materi ini banyak menceritakan peristiwa-peristiwa, tanggal,
tempat dan nama tokoh yang berperan penting didalamnya. Serta seringnya penggunaan
metode ceramah dan latihan soal membuat siswa hanya memperhatikan penjelasan guru
tanpa melakukan aktivitas sehingga siswa menjadi pasif. Padahal melalui pengajaran IPS
siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi
dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar pada diri peserta didik (Dimyati dan
Mudjiono, 2009:35).
Akibatnya dari tahun ke tahun prestasi serta nilai hasil belajar siswa semakin menurun.
Hal ini didapati pada tingkat pemahaman siswa yang hanya sekitar 12 orang yang mampu
menyerap pembelajaran dengan baik selebihnya masih mengalami kendala dalam menerima
pembelajaran. Sehingga ketika diadakannya evaluasi maupun tanya jawab hanya sebagian
Dari masalah di atas peneliti ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar
dengan menerapkan model pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) yang divariasikan
dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing (Talking Chips) pada materi peristiwa
sekitar proklamasi. Model kooperatif tipe Tari Bambu ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda
secara teratur. Sehingga strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan
pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sedangkan model kooperatif tipe Kancing
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.
Serta dapat memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan
melalui model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing
Gemerincing ini dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan
kontribusi serta dapat mendengarkan pandangan dan pemikiran oleh siswa yang lain.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai: Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi Melalui
Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi dengan Kancing Gemerincing pada
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang ada dalam
1. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran IPS pada materi Peristiwa Sekitar
Proklamasi melalui pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi dengan Kancing
Proklamasi melalui pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi dengan Kancing
3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran IPS pada
materi Peristiwa Sekitar Proklamasi pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi
dengan Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin?
Sesuai dengan permasalahan dalam latar belakang dan rumusan pemasalahan yang
telah dinyatakan, maka peneliti menggunakan model Tari Bambu bervariasi dengan model
pembelajaran Kancing Gemerincing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
peristiwa sekitar proklamasi. Agar siswa dapat mudah memahami materi yang sifatnya
berupa hafalan.
Sesuai dengan beberapa teori belajar dan pernyataan diatas model pembelajaran Tari
Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing sesuai tingkat perkembangan anak yaitu
pada masa kelas tinggi anak senang bermain dan membentuk kelompok. Model pembelajaran
Tari Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing ini anak dikondisikan belajar aktif dan
Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi
1. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika ruang kelas tidak mencukupi
jam.
3. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke
pasangan asal.
5. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-
benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-
mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar
7. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
kelompoknya.
Penjelasan dari langkah-langkah diatas yaitu diawali dari guru membagi kelas menjadi
2 kelompok besar masing-masing kelompok berjajar berhadapan satu sama lain serta saling
kepada siswa tentang kegunaan dari kancing tersebut. Kemudian masing-masing siswa
dipersilahkan untuk menyampaikan pendapat sesuai dengan materi yang mereka dapat.
Diharapkan dengan model ini dapat membantu mengatasi permasalahan yang terjadi
khusunya pada mata pelajaran IPS yang dirasa siswa membosankan dan kurang menarik
sesuai dengan teori belajar Piaget. Menurut Piaget dalam Mudjiono dan Dimyanti (2009:14)
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas dalam pembelajaran IPS pada materi Peristiwa
Sekitar Proklamasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi dengan
2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada materi
Peristiwa Sekitar Proklamasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi
dengan Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada materi
Peristiwa Sekitar Proklamasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi
dengan Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi guru
Bagi guru di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin, penelitian ini diharapkan dapat
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang signifikan bagi inovasi sekolah
pengetahuan, dan keterampilan yang sangat berarti terkait dengan model pembelajaran
kooperatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan
Kancing Gemerincing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
Sekolah dasar atau pendidikan dasar tidak semata-mata membekali anak didik
mengembangkan potensi pada siswa baik potensi mental, sosial dan spiritual. Oleh
karena itu, guru atau pendidik di sekolah dasar hendaknya memahami karakterik siswa
Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Nasution seperti dikutip oleh Djamarah
(2008:123) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung
dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Pada usia ini anak
untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal. Namun, juga bisa dikatakan bahwa
masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk
sekolah.
Masa usia sekolah dianggap oleh Suryobroto sebagai masa intelektual atau masa
keserasian bersekolah. Penentuan ketentuan umur anak matang untuk masuk sekolah
dasar bukan hanya di tentukan umur semata-mata, namun pada umur antara 6 atau 7
tahun biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar. Pada masa
bersekolah ini secara relatife anak-anak lebih mudah di didik daripada masa sebelum dan
sesudahnya.
Kemampuan anak untuk mengadakan representasi terhadap sesuatu yang pernah
dilihat atau diamati tidak hanya karena disebabkan kemampuan anak menggunakan
simbol berupa bahasa, tapi juga karena kemampuan anak menyerap, mengolah dan
menyimpan sejumlah kesan dalam memori dengan struktur kognitif yang sistematis.
karakteristik yang berbeda yang secara garis besarnya dikelompokkan kepada empat
tahap salah satunya pada tahap pra-operasional dan tahap operasional formal:
1) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah
benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu
2) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah
usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki
prinsip abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang
oleh Syamsu Yusuf yang mengatakan pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah
matang untuk memasuki sekolah. Syamsu Yusuf membagi masa usia sekolah dasar
menjadi dua bagian yaitu: a) masa kelas-kelas rendah dan b) masa kelas tinggi.
1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi.
5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, anak menganggap bahwa soal itu
tidak penting.
6. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun), anak menghendaki nilai angka rapor
yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik
atau tidak.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran
4. Sampai usia 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini, pada
menyelesaikannya.
5. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat
permainan itu, mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional
2.1 Belajar
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (sejak dalam kandungan) sampai liang
lahat. Tanda seorang yang belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam
(afektif).
menyatakan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
Namun, belajar bukan hanya dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan, tapi sesuatu
hal yang harus dimengerti dan dihayati sehingga tidak membuat kekeliruan tentang
sesuatu hal yang didapat agar terjadi perubahan yang lebih baik lagi. sehubungan
dengan ini Harold Spears seperti yang dikutip oleh Nara, dkk (2010:3) menyatakan
pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik
Sementara itu menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berarti
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajari
dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang atau
serta bersentuhan kepada aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku dengan
melalui mempelajari sesuatu pada situasi tertentu dalam kehidupannya sebagai bagian
dari pengalaman.
Hakikat belajar menurut Hilgard dan Browser dalam Oemar Hamalik adalah
menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang
relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagi suatu hasil dari latihan atau
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any
Berdasarkan pendapat tersebut , maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada
hakikatnya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang disebabkan adanya
Prinsip belajar dapat diterapkan pada proses belajar dan pelaksanaan belajar
sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Serta dapat meningkatkan kualitas
belajar dengan cara yang mendasar untuk membangun sistem belajar yang baik. Pada
proses ini tidak hanya siswa saja yang ikut dalam belajar namun guru juga sangat
berperan penting penting dalam proses belajar ini. Sebaiknya guru juga harus
mengerti tentang prinsip-prinsip belajar. Agar guru dapat menyusun prinsip belajar
yang dapat digunakan dalam mengatasi situasi yang berbeda pada tiap-tiap siswa.
menyatakan bahwa sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan
pembelajaran :
1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa
3. Merangsang siswa agar mengingat kembali hasil belajar (apa yang telah
dipelajari sebelumnya).
terhadapa materi.
performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberikan tes atau tugas untuk
3. Teori Belajar
oleh Thorndike dan Watson mengatakan belajar menurut teori behaviorisme adalah
proses interaksi antara stimulus dan rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan
yang bertujuan agar mendapatkan respon belajar dari objek penelitian(Suyono dan
Hariyanto, 2011:59).
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran yang pada akhirnya
Teori kontruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa
dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2011:13). Suriansyah
melalui pengalaman.
4. Hasil Belajar
Bagi Gagne, belajar tidak dapat dapat didefenisikan dengan mudah karena belajar
itu bersifat kompleks. Pada peryataan tersebut dikatakan bahwa hasil belajar akan
sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap
meskipun hanya sementara. Hasil belajar menurut pemikiran Gagne yaitu berupa:
Jadi, yang harus di ingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil
5. Pembelajaran IPS di SD
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB. Ilmu Pengetahuan Sosial pada hakikatnya adalah
pengembangan hidup seseorang mulai semenjak lahir sampai menjadi dewasa tidak
akan terlepas dari kehidupan lingkungan sekitarnya. IPS pada jenjang SD/MI memuat
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Mendiknas,
2008:162).
Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
kemanusiaan.
(Mendiknas, 2008:162).
aspek akhlak dan moral ( afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang
penuh dengan masalah, tantangan, hambatan dan persaingan. Fungsi IPS sebagai
nasional.
6. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah sebuah sistem kerja atau kerja kelompok yang
adanya struktur tugas , struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Struktur
tugas mengacu kepada dua hal yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan
jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Menurut Roger dan David Johnson ada
lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses
saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan semua siswa. Interaksi tatap muka
c. Akuntabilitas individual
oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa
8) Siswa aktif
akuntabilitas individual.
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
1) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam
3) Adanya strukur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan
pasangan dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai
keterampilan berkomunikasi
4) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan
5) Meningkatkan penerimaan
12) Siswa mengartikan apa yang guru bicarakan kepada apa yang dikatakan
2) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa
Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan
model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu
(a) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri
(b) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
(c) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
(d) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran
kebutuhan.
(a) Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
(b) Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas,
Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang
pembelajaran
belajar mengajar
kembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model ini dapat diterapkan pada
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam kancing Gemerincing ini
masing-masing anggota kelompok berkesempatan memberikan kontribusi
Prosedur
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa
juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan
kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
kelompoknya.
4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok
yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang dominan(Huda,
2013:148).
semua siswa ikut dalam pemberian pendapat ketika penerapan model ini.
Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini terjadi
Britania Raya Filipina, Belanda, dan Selandia Baru). Dalam Perang Pasifik,
Pulau Saipan jatuh ke tangan pasukan Amerika Serikat. Keadaan ini terjadi pada
bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau Saipan menyebabkan posisi Jepang semakin
kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri
Koiso memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan
tahun 19421945 Indonesia dibagi dalam dua wilayah kekuasaan. Dua wilayah
Mac Arthur mendarat di Pulau Leyte. Bulan Februari 1945 pasukan Sekutu
berhasil merebut Pulau Iwo Lima di Jepang. Sejak saat itu kekuatan tentara
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya
diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan didampingi dua orang wakil
yaitu Icibangase dan R.P. Soeroso. Tugas pokok BPUPKI ialah menyiapkan
Jepang.
Tari Bambu dan pembelajaran kooperatif tipe Kancing Gemerincing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Misrol Hamidi (2013)
dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 28 Desa Petani mengalami
peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa
yang semula hanya 60,90 meningkat jadi 62,27 pada siklus I sedangkan dari siklus I ke
Demikian penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Efendi (2013) dengan judul
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 29 Tasik Serai Timur Km 18 Kecamatan
Pinggir Riau mengalami peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari hasil skor dasar ke
siklus I meningkat 4% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,51%. Pada
siklus I sebanyak 75% tuntas sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar
85%.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sugiati Wahyudi (2013) dengan judul
melakukan 3 siklus pada siklus I ketuntasan hasil belajar sebanyak 85% sedangkan siklus
II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang
diperoleh dari ketiga siklus dapat melebihi indikator pencapaian peneliti yaitu 85% dari
jumlah siswa.
Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul Penerapan
Kemampuan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Sekolah
2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus I yaitu 62,16
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan judul
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda Utara
mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa yaitu 69,33%
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS Pokok
Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat pada
persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 85%.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Silfia Nugrawatii (2013) Penerapan Model
Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang Terusan terdapat peningkatan.
Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I yaitu 68 meningkat pada siklus II
sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami peningkatan sebesar 80,8.
B. Kerangka Berpikir
Pengelolaan pendidikan tentu saja harus berdasarkan landasan pendidikan yang patut
yang tidak optimal atau bahkan bisa jadi proses pendidikan tersebut akan gagal mencapai
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
Ilmu Pengetahuan Sosial pada hakikatnya adalah pengembangan hidup seseorang mulai
semenjak lahir sampai menjadi dewasa tidak akan terlepas dari kehidupan lingkungan
keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran
kooperatif ditekankan aspek-aspek tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik
ide dan bukan orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang
C. Hipotesis Tindakan
apabila menggunakan pendekatan kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model
Pembelajaran Kancing Gemerincing dalam pembelajaran IPS maka hasil belajar pada
materi Peristiwa Sekitar Proklamasi di kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin akan
meningkat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-
gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan
mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan
2. Jenis Penelitian
masalah. Jadi yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang
orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat
Alasan pemilihan pendekatan kualitatif untuk mata pelajaran IPS adalah pada
pendekatan ini lebih dapat disesuaikan dengan kenyataan yang akan dihadapi oleh
peneliti. Serta lebih menghubungkan secara langsung antara peneliti dengan respon yang
tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan
di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk
dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan tindakan tertentu. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Suharsimi
menjelaskan PTK melalui gabungan defenisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan +
2. Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu,
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
Mc Niff seperti yang dikutip oleh Wijayanti (2011:47) menegaskan bahwa dasar
penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam
pengembangan profesinya.
Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna
besar terdapat empat tahapan yang lazim dialui, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan,
Adapun konsep desain dan penjelasan untuk masing-masing tahap yang dapat
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
(Arikunto, 2010:16).
Tahap 1: Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dapat menjelaskan tentang tahap apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun
rancangan ini menuntukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus
untuk diminati, dan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran atau tindakan
berlangsung.
Tahap 2: Pelaksanaan
Pada tahapan merupakan atau implementasi serta penerapan dari rancangan yang
telah dibuat dalam bentuk tindakan kelas. Dalam tindakan ini harus sesuai dengan
rumusan rancangan.
Tahap 3: Pengamatan
Pada tahapan pengamatan ini merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan
Tahap 4 : Refleksi
Tahapan ini merupakan tahapan mengulas kembali apa yang sudah dilakukan serta
upaya apa yang harus diperbaiki atau dilakukan ke depan. Dari ke empat tahapan
penelitian tersebut akan terbentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan secara
berurutan dan akan kembali dilakukan siklus ke selanjutnya seperti semula. Jadi, satu
siklus adalah dari tahap penyusunan sampai releksi, dan refleksi disini merupakan bahan
evaluasi bagi tindakan yang harus dilakukan guru selanjutnya (Arikunto, 2011:18-19).
PTK dapat memberikan manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian
tindakan kelas. Manfaat itu antar lain dapat dilihat dan dikaji dalm beberapa komponen
a. Inovasi pembelajaran
profesionalisme pendidikan.
pendidikan atau tenaga kependidikan yang sekarang dirasa menjadi hambatan utama
(Wijayati, 2011:54).
PTK guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga
secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut didugaanya dapat
memberikan dapat manfaat perbaikan. Percaya diri tersbut tumbuh sebagai akibat guru
praktis. Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam
B. Setting Penelitian
Banjarmasin. Subjek penelitian siswa kelas V dengan jumlah siswa 34 orang, yaitu laki-laki
16 orang dan perempuan 18 orang. Pelaksanaan tindakan direncakan 2 kali dengan 4 kali
pertemuan.
Alasan dipilihnya SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin sebagai lokasi dari penelitian
tindakan kelas ini yaitu rendahnya nilai hasil belajar pada siswa. Hal ini terlihat pada pokok
bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi pada semester II tahun ajaran 2011/2012 yang telah
lalu, dari hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa kelas V masih belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu hasil nilai ulangan harian dari 34 siswa hanya 12
siswa yang dinyatakan tuntas dengan rata-rata nilai 60 yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan
Mengamati permasalahan di atas, maka dalam mata pelajaran IPS materi peristiwa
sekitar proklamasi maka faktor-faktor yang diteliti dalam tindakan kelas ini yaitu:
1. Faktor Guru
Pada faktor guru dapat dilihat melalui materi pelajaran yang telah
dipersiapkan dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Tugas guru
RPP.
sejajar
d. Guru mengawasi jajaran yang akan bergeser searah jarum jam menjadi
2. Faktor Siswa
Pada penelitian ini siswa merupakan salah satu faktor yang diteliti.
Aktivitas siswa pada pembelajaran yang diamati oleh peneliti apakah terdapat
aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas baik tugas individu maupun tugas
evaluasi yang diukur secara kuantitatif yaitu apabila mencapai 65 atau lebih
D. Skenario Tindakan
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Pada Siklus I terdiri dari dua pertemuan sedangkan
pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan oleh
1. Perencanaan penelitian
Gemerincing.
e. Membuat lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kerja kelompok (LKK).
h. Membuat lembar observasi untuk pengamat yaitu aktivitas guru dan siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Standar Kompetensi :2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam
Indonesia.
Kompetensi Dasar :2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam
memproklamasikan kemerdekaan.
a. Siklus I pertemuan 1
4) Guru mengawasi jajaran yang akan bergeser searah jarum jam menjadi
6 orang
6) Menutup pelajaran.
3. Observasi
4. Refleksi
selain itu juga dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi dirinya sejauh
mana kemampuan dalam mengajar dan mengelola kelas, sehingga dapat dijadikan
selanjutnya.
E. Data dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber data
Sumber data dalam hal ini diambil dari siswa dan guru kelas V yang berjumlah
siswa 31 orang, yaitu laki-laki 15 orang dan perempuan 16 orang pada semester 2 di
2013 / 2014 pada proses pembelajaran IPS materi Peristiwa Sekitar Proklamasi.
a. Data kuantitatif yaitu data tentang hasil belajar tertulis siswa setelah akhir
b. Data kualitatif yaitu data tentang aktivitas siswa dan guru dalam melaksanakan
Cara pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, tes hasil
belajar siswa:
Gemerincing.
b. Data aktivitas belajar siswa pada saat berkelompok diambil melalui observasi
Gemerincing.
c. Data tentang hasil belajar siswa tentang peristiwa sekitar proklamasi diambil
melalui tes tertulis pada setiap pertemuan dan tes formatif pada akhir siklus.
Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengelola dan
penyusunan data. Data yang sudah terkumpul dapat menghasilkan dan dapat
dipertanggung jawabkan. Data yang telah diperoleh merupakan gambaran dari hasil
Ada dua data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Untuk data
kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa maupun guru dianalisa secara naratif.
Sedangkan kuantitatif berupa post test dianalisis dengan teknik presentase atau
Data kuantitatif adalah data yang diambil dari nilai hasil belajar siswa. Teknik ini
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari pelaksanaan tes tertulis. Dalam
a. Individual :
Persentase = x 100
b. Klasikal :
Persentase = x 100
Kriteria ketuntasan belajar :
a. Ketuntasan Individual
b. Ketuntasan Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas apabila minimal 80% dari seluruh siswa mencapai
Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang diambil dari hasil
observasi. Data yang dihasilkan melalui aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam
Kancing Gemerincing.
1) Aktivitas Guru
P=
Keterangan: P = Persentase
F = Frekuensi
2) Aktivitas Siswa
observasi aktivitas siswa. Cara penilaian aktivitas siswa secara klasikal yaitu:
Penilaian aktivitas siswa dalam proses belajar di dapat jumlah skor maksimum yang
harus dicapai siswa adalah 82. Nilai akhir aktivitas siswa pada setiap pertemuan dapat
diketahui dengan menganalisis lembar hasil observasi aktivitas siswa secara klasikal
G. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila terlihat adanya keaktifan
serta kerjasama antara guru dan siswa kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin dalam
proses pembelajaran IPS berdasarkan perolehan hasil tes siswa dan pengamatan guru.
Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan kriteria penilaian atau ketentuan sebagai
berikut:
berada pada kriteria sangat baik presentase 24 - 28 yang dapat di ukur dengan
2. Dapat dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pada aktivitas siswa dalam
pembelajaran apabila jumlah aktivitas siswa berada pada kriteria sangat aktif
3. Penelitian tindakan kelas ini dapat dinyatakan berhasil apabila hasil tes belajar
ketuntasan belajar secara klasikal 80% atau lebih. Pada kelas V SDN Benua
Anyar 10 Banjarmasin.
BAB IV
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di SDN Benua Anyar 10
Banjarmasin penyelenggaraan sekolah dilaksanakan pagi hari pukul 07.30 s.d 13.20
Wita. Status sekolah ini adalah sekolah Negeri. SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin ini
Pada kelas V yang dijadikan sebagai tempat penelitian ruangan cukup luas sehingga
dirasakan sangat nyaman dikarenakan bersih, rapi dan mendukung untuk kegiatan proses
belajar mengajar. Terdapat pula meja, kursi, papan tulis, lemari dan kipas angin yang
memadai pada setiap kelas. Sirkulasi udara pada kelas sudah cukup baik dikarenakan
mempunyai ventilasi yang baik dan sinar matahari cukup baik karena mempunyai jendela
serta dilengkapi oleh penerangan listrik Terdapat jumlah siswa maupun siswi pada kelas
tersebut sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 15 orang anak laki-laki dan 16 orang anak
perempuan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Adapun 1 bangunan yang
memiliki dua lantai yaitu pada kelas I, II dan IV pada posisi lantai 1, sedangkan pada
Prestasi belajar siswa pada kelas V memiliki tingkat nilai yang bermacam-macam.
Terlebih lagi pada mata pelajaran IPS, nilai rata-rata hasil belajar siswa tidak mengalami
peningkatan yang berarti. Adapun hasil nilai pada tahun ajaran 2012/2013 sebesar 60.
Hasil rata-rata tersebut dibawah nilai rata-rata KKM yang sudah ditetapkan oleh dewan
Permasalahan yang sering terjadi pada pembelajaran IPS yaitu hampir sebagian
siswa menganggap bahwa pelajaran IPS kurang menyenangkan serta hanya sering
berupa hapalan. Seringnya penggunaan metode ceramah dan latihan soal membuat siswa
menjadi pasif. Oleh karena itulah, dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas pada mata
pelajaran IPS dikelas V SDN Benua Anyar 10 banjarmasin dengan menggunakan model
B. Persiapan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini, diawali seorang peneliti membuat rencana penelitian
proposal yang diajukan kepada dosen pembimbing. Kemudian setelah proposal tersebut
pensil, doubeltip, gambar, peta konsep, materi bahasan dan buku paket dari
aktivitas guru.
d. Mempersiapkan alat evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan kompetensi
2. Persiapan Administrasi
b. Terbitnya surat pengantar atau izin penelitian dari Ketua Program Studi S1
Sekr/Dipendik.
d. Terbitnya surat izin penelitian dari sekolah SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin
pertemuan, dan tes akhir siklus yang harus dilaksanakan setiap akhir siklus.
4. Penentuan Observer
peneliti meminta kesediaan Ibu Nadya Yulianie, S.Pd untuk menjadi observer
mengenal baik kondisi siswa sehingga dapat memberikan penilaian yang baik
dalam penelitian ini. Alasan lain memilih ibu Nadya Yulianie, S.Pd yaitu sudah
model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing Gemerincing pada
mata pelajaran IPS pada materi peristiwa sekitar proklamasi. Pelaksanaan ini
dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi
waktu tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit dan setiap akhir siklus dilakukan evaluasi tes
akhir siklus. Adapun jadwal pelaksanaan PTK tertera pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas siklus I dan Siklus II
Siklus dan
No Hari/Tanggal Waktu Materi Pelajaran Penilaian
Pertemuan
1. Siklus I
a. Pertemuan 1
Maret 2014
1) Skenario Kegiatan
Kancing Gemerincing.
yaitu media gambar serta peta konsep untuk materi peristiwa sekitar
proklamasi.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
(LKK).
tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan awal, guru masuk
kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada siswa kemudian guru
langkah model pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing
Gemerincing.
informasi diberi batas waktu tertentu kemudian salah satu barisan kelompok
bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa mendapatkan informasi yang
baru pada pasangan kelompok yang baru. Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok yang baru yang terdiri dari 5 atau 6 orang siswa secara
buah kancing. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang akan
dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Jika kancing habis maka anggota
kepada kelompok yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja
2) Pelaksanaan Tindakan
a. Kegiatan Awal
Guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada siswa.
sebagian siswa yang berada pada tempat duduk yang bukan tempat
alat tulis dan buku pelajaran IPS. Guru melanjutkan kegiatan dengan
menanyakan kabar siswa serta mengabsen siswa agar guru lebih tahu siswa
yang hadir pada kelas tersebut. Ternyata murid pada hari ini semuanya
hadir.
yang telah diajarkan untuk mengetahui daya ingat siswa mengenai pelajaran
yang telah lalu. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih
mengenai materi pembelajaran pada hari ini yaitu siswa diharapkan dapat
hal tersebut diharapkan agar siswa lebih mengerti hal yang ingin dicapai
b. Kegiatan Inti
yang dipelajari.
Keributan yang terjadi juga dikarenakan siswa berpikir bahwa mereka hanya
berpasangan saja dan membicarakan materi yang hanya mereka ingat saja
kepada pasangannya serta informasi yang didapat pun masih belum dapat
yang baru terus menerus sampai kembali lagi pada pasangan awal. Setelah
yang didalamnya terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. Kotak kecil
anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah kancing. Kemudian guru
kancing baru setelah itu siswa boleh mengambil kancing yang sudah
c. Kegiatan Akhir
yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja kelompoknya. Kemudian
serta memberikan nasehat kepada siswa agar lebih giat lagi belajar setelah
3) Hasil Observasi
siklus I ini dapat dapat dilihat pada gambaran tabel hasil observasi aktivitas
Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 14
Kriteria Cukup Baik
dilakukan oleh guru dapat dikategorikan cukup baik. Pada tabel 4.2 juga
terlihat jumlah skor dari aktivitas guru yaitu sebesar 14. Pada sebagian besar
maksimal. Adapun skor rendah yang didapatkan oleh guru yaitu pada saat
Kekurangan guru pada saat mengajar yaitu belum bisa menguasai kondisi
kelas terlebih lagi dalam mengatur dan menjaga ketenangan dalam kelas,
Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 14
Kriteria Cukup Baik
Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1
dapat dilihat siswa sudah cukup aktif namun masih belum maksimal dalam
pertemuan berikutnya agar siswa lebih aktif serta dapat mencapai indikator
Data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada
Siklus I Pertemuan 1
55,00%
80
70
70
60
50
50
40
40
30
20 20
20
10
0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
8
7 7
7
6
5 5
5
4
3 3
3
2
1
1
0
0
100 90 80 70 60 50 40 10
diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 100 ada 1 orang, siswa
yang mendapat nilai 80 ada 7 orang, siswa yang mendapat nilai 70 ada
3 orang, siswa yang mendapat nilai 50 ada 5 orang dan yang terendah
Pertemuan I Siklus 1
Tuntas Tidak Tuntas
42%
58%
4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus I pertemuan 1 yang
meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat direfleksikan
sebagai berikut:
pengelolaan kelas serta proses belajar. Hal tersebut juga terlihat pada
untuk membagi kelas menjadi 2 kelompok besar, serta pada saat guru
yang telah ditetapkan sehingga melebihi jam pelajaran. Oleh karena itu
lebih tegas serta disiplin dalam pelaksanaan proses belajar agar lebih
efektif.
b. Pertemuan 2
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I pertemuan 2 ini dilakukan pada
1) Skenario Kegiatan
kedalam 3 tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan
awal, guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada
satu barisan kelompok bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa
selesai.
2) Pelaksanaan Tindakan
a. Kegiatan Awal
menanyakan kabar siswa serta mengabsen siswa agar guru lebih tahu
siswa yang hadir pada kelas tersebut. Ternyata murid pada hari ini
semuanya hadir.
Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan
kepada siswa agar siswa lebih merasa nyaman dan tenang dalam
diharapkan agar siswa lebih mengerti hal yang ingin dicapai dalam
pembelajaran tersebut.
b. Kegiatan Inti
dipelajari.
baru terus menerus sampai kembali lagi pada pasangan awal. Setelah
hasil tanya jawab dalam diskusi kelompok. Jika salah satu kancing
kelompoknya.
c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran.
kepada kelompok yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja
kepada siswa agar lebih giat lagi belajar setelah itu guru menutup
pelajaran.
3) Hasil Observasi
2 pada siklus I ini dapat dapat dilihat pada gambaran tabel hasil
Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 20
Kriteria Baik
skor 20. Nilai aktivitas guru yang diamati pada siklus I pertemuan 2
dengan kriteria cukup aktif. Masih ada siswa yang kurang berani
65,00%
64,00%
kelompoknya sudah baik dan partisipasi siswa menjadi aktif dalam kegiatan
tersebut memiliki peningkatan yang baik namun hal tersebut berada jauh
bila dibandingkan dengan aspek yang lain. Oleh karena itu, pada siklus II
diharapkan aspek-aspek yang diamati dari siswa dapat meningkat lebih baik
lagi.
80
60
40 75 75 80 75
50
20
0
29%
71%
4) Refleksi
yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat
tersebut.
belajar siswa.
2. Siklus II
a. Pertemuan 1
1) Skenario Kegiatan
3 tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan awal, guru
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang baru yang terdiri
dari 5 atau 6 orang siswa secara heterogen. Guru menyiapkan kotak kecil
anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah kancing. Kemudian guru
a. Kegiatan Awal
berdoa guru meminta siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran
mengabsen siswa agar guru lebih tahu siswa yang hadir pada kelas
kepada siswa agar siswa lebih merasa nyaman dan tenang dalam
pembelajaran tersebut.
b. Kegiatan Inti
kancing baru setelah itu siswa boleh mengambil kancing yang sudah
c. Kegiatan Akhir
3) Hasil Observasi
Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 22
Kriteria Baik
Pada tabel 4.10 juga terlihat hasil skor perolehan guru 22. Hampir
Jumlah 470
Jumlah Skor Maksimal 620
Presentase Klasikal 75,80%
Siswa tidak aktif 24,02%
Kriteria Aktif
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan aktivitas siswa
Siklus II Pertemuan 1
98,00%
96,00%
94%
92%
90,00%
Siklus II Pertemuan 1
100 100
80 80 80
Gambar 4.8 Grafik Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 1
Siklus II Pertemuan 1
30
20
10
0
80 70 60
berikut:
Siklus II Pertemuan 1
Tuntas Tidak Tuntas
13%
87%
4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus II pertemuan 1
yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat
informasi yang baru pada aspek ini siswa sudah dapat diatur
maksimal.
b. Pertemuan 2
1) Skenario Kegiatan
dalam 3 tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan
awal, guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada
satu barisan kelompok bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa
selesai.
2) Pelaksanaan Tindakan
a. Kegiatan Awal
menanyakan kabar siswa serta mengabsen siswa agar guru lebih tahu
siswa yang hadir pada kelas tersebut. Ternyata murid pada hari ini
semuanya hadir.
kepada siswa agar siswa lebih merasa nyaman dan tenang dalam
tersebut.
b. Kegiatan Inti
tengah kelompoknya.
c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran.
memberikan nasehat kepada siswa agar lebih giat lagi belajar setelah
3) Hasil Observasi
2 pada siklus II ini dapat dapat dilihat pada gambaran tabel hasil
Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok
besar
2 Guru meminta pada masing-masing
kelompok saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan
saling berbagi informasi
4 Guru meminta salah satu jajaran bergeser
searah jarum jam menjadi pasangan
informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok
baru secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 B Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 25
Pada tabel 4.14 terlihat jumlah skor perolehan hasil dari aktivitas guru
yaitu sebesar 25. Pada sebagian besar aspek mendapatkan skor tinggi
maksimal dan aspek terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat pada
kemampuan siswa yang melebihi skor indikator keberhasilan yang
hasil yang
No Kelompok Nilai Kerja
Kelompok
Siklus II Pertemuan 2
104,00%
103% 103%
102,00% 102%
yang diberikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
100
50 100 100
80 100
80
0
berikut ini:
Tabel 4.17 Hasil Penilaian Individu Siklus II Pertemuan 2
40
21
20 4 5
0 1
90 80
70
60
sebagai berikut:
Siklus II Pertemuan 2
Tidak Tuntas
3%
Tuntas
97%
4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus II pertemuan 2
yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat
direfleksikan sebagai berikut:
a. Aktivitas guru dalam mengajar menggunakan model
aktivitas guru.
D. Pembahasan
observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan tes hasil belajar siswa maka
1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru di saat melaksanakan pembelajaran menggunakan model
kriteria baik, meningkat menjadi 25 pada pertemuan 2 dengan kriteria sangat baik.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan peran guru dalam
belajar kontruktivistik yaitu pendapat guru atau pendidik berperan membantu proses
jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar(Budiningsih, 2012:59). Hal ini
sesuai dengan yang di laksanakan yaitu belajar akan lebih bermakna jika anak
mengalami langsung apa yang dipelajari dengan mengaktifkan lebih banyak indera
2009:165). Oleh karena itu, guru atau pendidik di sekolah dasar hendaknya
Dalam proses belajar bukan hanya dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan, tapi
sesuatu hal yang harus dimengerti dan dihayati sehingga tidak membuat kekeliruan
tentang sesuatu hal yang didapat agar terjadi perubahan yang lebih baik lagi.
sehubungan dengan ini Harold Spears seperti yang dikutip oleh Nara, dkk (2010:3)
satunya narasumber dalam proses belajar mengajar namun guru juga berperan
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas yang baik guru
dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh
siswa(Sanjaya, 2012:24).
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
perbaikan pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada setiap siklus
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD
Negeri 28 Desa Petani mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini
dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa yang semula hanya 60,90 meningkat jadi
62,27 pada siklus I sedangkan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
menjadi 73,38.
sebanyak 85% sedangkan siklus II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat
menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang diperoleh dari ketiga siklus dapat
Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul
Tahun Pelajaran 2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda
Utara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS
Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam Di Lingkungan Setempat Melalui
Tahun Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat
pada persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat
sebesar 85%.
Aktifias Belajar Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang
Terusan terdapat peningkatan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I
yaitu 68 meningkat pada siklus II sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami
kesempatan yang sering mewarnai keja kelompok, memastikan setiap peran siswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada
tercapai karena anak yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang
dominan(Huda, 2013:148).
2. Aktivitas Siswa
Penelitian ini dilaksanakan dari siklus I sampai siklus II diketahui hasil
observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 50,48% dengan kriteria
dengan kriteria aktif dan pada pertemuan 2 memperoleh presentase 82,41% dengan
bekerja dan berpikir dan informasi baru harus dikaitkan dengan informasi
tujuan agar siswa saling berbagi informasi, pertukaran pengalaman pikiran dan
informasi antar siswa. Ini berarti bahwa melalui model pembelajaran Tari Bambu
hasil belajar siswa manfaat model pembelajaran Tari Bambu ialah: Siswa dapat
kesempatan yang sering mewarnai keja kelompok, memastikan setiap peran siswa
mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada
tercapai karena anak yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang
dominan(Huda, 2013:148).
Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran
belajar siswa.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD
Negeri 28 Desa Petani mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini
dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa yang semula hanya 60,90 meningkat jadi
menjadi 73,38.
Penelitian juga dilakukan oleh Sugiati Wahyudi (2013) dengan judul
sebanyak 85% sedangkan siklus II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat
menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang diperoleh dari ketiga siklus dapat
Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul
Tahun Pelajaran 2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda
Utara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS
pada persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat
sebesar 85%.
Aktifias Belajar Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang
Terusan terdapat peningkatan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I
yaitu 68 meningkat pada siklus II sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami
3. Hasil Belajar
pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format
terkadang ada yang harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain.
menjadi 96,78%. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan pada aktivitas guru
Ini berarti bahwa melalui model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan
manfaat model pembelajaran Tari Bambu ialah: Siswa dapat bertukar pengalaman
yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada kelompoknya masing-
masing, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok dapat tercapai karena anak
yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang dominan(Huda,
2013:148). Drs. Slameto mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berarti
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang
orang atau guru menjelaskan (Suriansyah, 2009:165). Menurut Hilgard dan Browser
dalam Oemar Hamalik adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek,
memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-
aspek mentasl seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan
stimulus dan rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan yang bertujuan agar
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD
Negeri 28 Desa Petani mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini
dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa yang semula hanya 60,90 meningkat jadi
menjadi 73,38.
sebanyak 85% sedangkan siklus II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat
menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang diperoleh dari ketiga siklus dapat
Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul
Tahun Pelajaran 2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda
Utara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa
Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS
Tahun Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat
pada persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat
sebesar 85%.
Aktifias Belajar Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang Terusan
terdapat peningkatan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I yaitu 68
meningkat pada siklus II sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami peningkatan
sebesar 80,8%.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang berbunyi jika menggunakan model
kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Pembelajaran Kancing Gemerincing
dalam pembelajaran IPS maka hasil belajar pada materi Peristiwa Sekitar Proklamasi di
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang diperoleh dari penelitian tindakan
Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing pada siswa kelas V
Anyar 10 Banjarmasin menjadi semakin baik yang dapat di lihat dari siklus I
guru memperoleh skor 14 dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II
mendapat presentase sebesar 50,48% dengan kriteria cukup aktif dan pada
B. Saran-Saran
Sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tindakan kelas ini, maka dapat disarankan beberapa
1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan
membuat anak lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar
pada anak dapat mengalami peningkatan yang lebih baik. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru yaitu model pembelajaran tipe Tari
2. Bagi kepala sekolah disarankan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam
meningkatkan kualitas serta kinerja pada pengajaran IPS pada sekolah tersebut.
3. Bagi peneliti lain yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas diharapkan hasil
terlaksana dengan baik khususnya dalam menggunakan model pembelajaran tipe Tari
Arikunto, S., Suhardjono., (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Pendidikan Jarak Jauh Kerja Sama Dinas Pendidikan Propinsi Kalsel dengan FKIP
UNLAM. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran. Banjarmasin : Program Peningkatan
Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Supdin Bina Pendidikan Dasar Dinas
Pendidikan Propinsi Kalimantan Selatan.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Zaini, Z., Munthe, B., Aryani, Sekar Ayu. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta
: Pustaka Intan Madani.