You are on page 1of 137

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERISTIWA SEKITAR

PROKLAMASI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TARI BAMBU


BERVARIASI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING
PADA SISWA KELAS V SDN BENUA ANYAR 10 BANJARMASIN

SKRIPSI

OLEH:
DIAN ARNIA TANJUNG
NIM: A1E310428

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BANJARMASIN

2014
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERISTIWA SEKITAR
PROKLAMASI MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE TARI BAMBU
BERVARIASI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING
PADA SISWA KELAS V SDN BENUA ANYAR 10 BANJARMASIN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Unlam Banjarmasin

OLEH:

DIAN ARNIA TANJUNG

NIM: A1E310428

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PGSD
BANJARMASIN
2014
ABSTRAK

Tanjung, Arnia, Dian. 2014. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Peristiwa Sekitar
Proklamasi Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi
Dengan Model Pembelajaran Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas V SDN
Benua Anyar 10 Banjarmasin. Skripsi program S-1 Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat. Pembimbing (I) Drs. H. Fadhli Kamil, S.Pd.
(II) Drs. Ahmad Suriansyah, M.Pd. Ph.D

Kata Kunci : Hasil Belajar Siswa, Materi Peristiwa Sekitar Proklamasi, Model Pembelajaran
Tari Bambu Bervariasi Dengan Kancing Gemerincing.

Permasalahan yang dihadapi di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin adalah rendahnya


hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi peristiwa sekitar proklamasi karena siswa
menganggap pembelajaran kurang menyenangkan serta hanya sering berupa hapalan pada tahap
pelaksanaannya pembelajaran ini masih kurang memvariasikan metode pelajaran sehingga siswa
hanya memperhatikan penjelasan guru tanpa melakukan aktivitas siswa pun menjadi pasif, hal
tersebut mengakibatkan nilai hasil belajar siswa dibawah KKM yaitu 65. Oleh sebab itu, agar
hasil belajar siswa meningkat maka perlu dilakukan perubahan pada proses belajar yakni melalui
pendekatan kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing
Gemerincing dengan bertujuan agar dapat mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil
belajar siswa pada materi Peristiwa Sekitar Proklamasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas, adapun setting
penelitiannya dilaksanakan di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin pada siswa kelas V yang
berjumlah 31 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Pada semester II
tahun ajaran 2013/2014.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus I memperoleh
presentase skor 50 dengan kategori cukup baik menjadi 25 dengan kategori sangat baik pada
akhir siklus II. Pada aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 50,48% dengan kategori cukup
baik kemudian meningkat menjadi 82,41% dengan kategori sangat aktif pada siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui model Tari Bambu
bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing dapat membuat perubahan yang
baik pada guru maupun pada siswa. Terbukti dengan meningkatnya hasil aktivitas guru, hasil
aktivitas siswa dan hasil belajar. Disarankan kepada guru agar dapat menerapkan model
pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing sebagai salah satu pilihan
dalam pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata
pelajaran IPS.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan, kesabaran, kemudahan, beserta rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
diselesaikannya skripsi yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Peristiwa
Sekitar Proklamasi Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi Dengan Model
Pembelajaran Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.
Peneliti dengan kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Drs. H. Fadhli Kamil, S.Pd selaku dosen pembimbing I dan Bapak Drs. Ahmad
Suriansyah, M.Pd. Ph.D selaku dosen pembimbing II dengan penuh kesabaran dan ketekunan
memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :
1 Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ruslan, M. S, Rektor Unlam Banjarmasin.
2 Bapak Drs. H. Ahmad Sofyan, MA, Dekan FKIP Unlam Banjarmasin.
3 Bapak Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unlam
Banjarmasin.
4 Bapak Drs. H. Rusdiansyah, SH. MH, Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarmasin.
5 Bapak Drs. H. A. Suriansyah, M. Pd, Ph.D, Ketua Pengembang PGSD/ PGTK FKIP Unlam
Banjarmasin.
6 Ibu Dra. Hj. Aslamiah, M.Pd, Ph.D Ketua Program S1 PGSD FKIP Unlam Banjarmasin.
7 Seluruh Dosen Program S1 PGSD FKIP Unlam yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan dan bimbingan.
8 Ibu Rusdiana Rita, S.Pd Kepala SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.
9 Bapak Nurdin, S.Ag wali kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin
10 Ibu Nadya Yulianie, S.Pd observer SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin
11 Seluruh dewan guru dan siswa-siswi kelas IV SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin yang telah
memberikan bantuan kepada peneliti.
12 Ayah saya Rahmadiansyah yang telah mencurahkan segala kasih sayang, nasehat serta
pelajaran hidup yang sangat berarti bagi anaknya ini.
13 Ibu saya Sutinem yang tiada henti untuk memberikan segala hal yang ibu punya untuk
anakmu ini baik dalam doa serta semangat yang tak pernah lelah.
14 Nenek saya Kamirah Antika dan kakek saya Amdjad Sjukur (Alm) yang memberikan doa
serta kelapangan hati untuk mendengarkan segala keluh kesah serta cinta yang tak akan
habis untuk cucu mu ini
15 Adik saya Muhammad Gulam satu-satunya adik yang saya sangat sayangi dia memberikan
banyak hal didalam hidup saya serta pengujian kesabaran disaat saya dalam pembuatan
skripsi ini.
16 Keluarga besar saya yang begitu banyak memberikan bantuan dan dukungan baik secara
material maupun non material.
17 Buat sahabat-sahabat BBK saya Dwi Putri W.R, Diana Pratiwi, Maulidah, Agustina
Noorhidayati, Aprillianti, Novi Karlina Wati dan Masnah. Terima kasih selama ini sudah
menjadi sahabat terbaik yang hadir dalam kehidupan saya dan selalu berusaha mencapai
tujuan kita bersama-sama dalam setiap tawa, sedih dan semua yang kita alami bersama dari
kita tidak menjadi siapa-siapa dan sekarang menjadi orang yang memiliki arti.
18 Sahabat-sahabat seperjuangan yang paling baik saya, Nana wiyuna, Anida Karlina, Latifah
Al Maulida, Marlinda dan Zaitun Nupus. Terima kasih untuk kesetia kawanan, kebaikan,
senda gurau, menangis bersama, berpetualang bersama, serta kerja sama dan dukungan yang
selalu kita saling berikan kepada satu sama lain dalam melewati setiap langkah menuju
proses pembuatan skripsi yang penuh dengan haru ini
19 Mereka yang berarti dalam perjalanan ini tanpa henti selalu ada disisi memberikan semangat
dan dukungannya untuk selalu bisa mencapai ke titik saat ini.
20 Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 2010 khususnya kelas 8 gokiel D dan semua
pihak-pihak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas semua bantuannya
selama proses pengerjaan skripsi ini berjalan sehingga akhirnya dapat terselesaikan. Terima
kasih yang teramat besar saya sampaikan kepada kalian semua. Kepada kalian skripsi ini
saya persembahkan.

Atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan semoga mendapat balasan dari
Allah SWT dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Banjarmasin, 2014
Penulis,

Dian Arnia Tanjung


NIM A1E310428
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL. ...................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI .............................................................. iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Rencana Pemecahan Masalah ...................................................... 8

D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ............................................................................. 11


1. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar .................... 11

2. Hakikat Belajar dan Pembelajaran ......................................... 13

a. Belajar ........................................................................... 13

b. Hakikat Belajar ............................................................. 16


c. Prinsip Belajar .............................................................. 17

3. Teori Belajar ............................................................................ 19

4. Hasil Belajar ............................................................................. 21

5. Pembelajaran IPS di SD ........................................................... 22

a. Pengertian IPS .............................................................. 22

b. Ruang Lingkup IPS ...................................................... 23

6. Pembelajaran Koperatif ............................................................ 24

a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif ........................ 26

b. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif 27

c. Model Pembelajaran Tari Bambu ................................. 28

d. Model Pembelajaran Kancing Gemerincing ................ 31

7. Kajian Materi .......................................................................... 33

6. Penelitian yang Relevan ......................................................... 35

B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 38

C. Hipotesis .............................................................................................. 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 40


B. Setting Penelitian .......................................................................... 45
C. Faktor Yang di Teliti .................................................................... 46
D. Skenario Tindakan ........................................................................ 48
E. Data dan Cara Pengambilan Data ................................................. 53
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 54
G. Indikator Keberhasilan ................................................................. 57
BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi Setting Penelitian ......................................................... 59


B. Persiapan Penelitian ..................................................................... 60
C. Pelaksanaan Tindakan kelas ......................................................... 63
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ............................................... 64
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................. 97
D. Pembahasan .................................................................................. 128
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 142


B. Saran ...................................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 145

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ........................ 50

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I dan II................................... 63

Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ......................................... 72

Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ........................................ 74

Tabel 4.4 Hasil Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1 .............................................. 75


Tabel 4.5 Hasil Belajar (Individu) Siklus I Pertemuan 1 ............................................ 77

Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 ......................................... 89

Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ........................................ 90

Tabel 4.8 Hasil Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2 92

Tabel 4.9 Hasil Belajar (Individu) Siklus I Pertemuan 2.....94

Tabel 4.10 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1.103

Tabel 4.11 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1...105

Tabel 4.12 Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 1.107

Tabel 4.13 Hasil Belajar (Individu) Siklus II Pertemuan 1...108

Tabel 4.14 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2.119

Tabel 4.15 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2...121

Tabel 4.16 Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 2.123

Tabel 4.17 Hasil Belajar (Individu) Siklus II Pertemuan 2..124


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 : Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ....................................... 75

Gambar 4.2 : Grafik Hasil belajar kelompok Siklus I Pertemuan 1 ........................... 77

Gambar 4.3 : Grafik Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 1 ............................................ 78

Gambar 4.4 : Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I Pertemuan1 . . 79

Gambar 4.5 : Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ....................................... 91

Gambar 4.6 : Grafik Hasil belajar kelompok Siklus I Pertemuan 2 ........................... 93

Gambar 4.7 : Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus I Pertemuan 2 . 95

Gambar 4.8 : Grafik Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1.106

Gambar 4.9 : Grafik Hasil belajar kelompok Siklus II Pertemuan 1.108

Gambar 4.10 : Grafik Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1...110

Gambar 4.11 : Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 1..119

Gambar 4.12 : Grafik Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2...122

Gambar 4.13 : Grafik Hasil belajar kelompok Siklus II Pertemuan 2...123

Gambar 4.14 : Grafik Hasil Belajar Individu Siklus II Pertemuan 2.125

Gambar 4.15 : Grafik Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siklus II Pertemuan 2..126
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Silabus ........................................................................................ 149

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran........................................... 154

Lampiran 3 : Foto-Foto Kegiatan Pembelajaran . ............................................ 211

Lampiran 4 : Hasil Observasi Aktivitas Guru.................................................. 217

Lampiran 5 : Hasil Observasi Aktivitas Siswa ................................................ 228

Lampiran 6 : Hasil Evaluasi Belajar Siswa...................................................... 238

Lampiran 7 : Surat Konsultasi Skripsi ............................................................. 338

Lampiran 8 : Revisi Skripsi. ............................................................................ 343

Lampiran 9 : Persetujuan Proposal . ................................................................ 344

Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian .................................................................. 345

Lampiran 11 : Surat Rekomendasi Izin Penelitian Dinas Pendidikan. .............. 346

Lampiran 12 : Surat Izin Meneliti ...................................................................... 347

Lampiran 13 : Surat Pernyataan Kesediaan Observer ........................................ 348

Lampiran 14 : Surat Pelaksanaan Penelitian. ...................................................... 349

Lampiran 15 : Surat Pernyataan Keaslian penelitian .......................................... 350

Lampiran 16 : Riwayat Hidup Penulis ................................................................ 351

Lampiran 17 : Berita Acara................................................................................. 352


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sebuah negara dapat dilihat dari majunya IPTEK serta pembangunan

nasional yang menyeluruh terlebih lagi dalam pengembangan sumber daya manusia. Sumber

daya manusia sangatlah berpotensial untuk menggerakkan sistem yang ada di dalam negara

tersebut salah satunya melalui pendidikan, dengan pendidikan akan menghasilkan sumber

daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan merupakan upaya sungguh-

sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia

dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia

menurut konsep pandangan hidup mereka (Ihsan, 2010:2).

Dewey dikutip oleh Suriansyah (2011:2) menyatakan bahwa konsep pendidikan

mengandung pengertian sebagai suatu proses pengalaman. Pendidikan berarti membantu

pertumbuhan batin tanpa dibatasi usia. Oleh karena itu pendidikan selalu terkait dengan

aspek kejiwaan manusia, sehingga pendidikan juga menjadi landasan yang sangat penting

dalam proses pendidikan, karena proses pendidikan itu sendiri adalah proses membantu

manusia (yang memiliki aspek jiwa dan rohani) kearah perkembangan yang optimal.

Pada pengelolaan pendidikan tentu saja harus berdasarkan landasan pendidikan yang

patut dipertimbangkan serta dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan proses pendidikan,

tanpa mempertimbangkan landasan tersebut dalam praktiknya akan menyebabkan hasil


pendidikan yang tidak optimal atau bahkan bisa jadi proses pendidikan tersebut akan gagal

mencapai tujuan yang di inginkan.

Agar tercapainya tujuan pendidikan nasional tentunya harus ada peran serta pihak-

pihak yang berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu sosok guru. Guru mampu

memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik dan

diharapkan pula dari pribadi guru memiliki sikap-sikap dan sifat-sifat yang normative baik

sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya (Ihsan, 2010:8). Artinya cara

guru mengajar juga sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang pembelajaran itu sendiri.

Gagne seperti yang dikutip oleh Nara (2010:10) menyatakan bahwa makna yang

terkandung di dalam pembelajaran: instruction as a set of external events design to support

the several processes of learning, which are internal. Pembelajaran adalah seperangkat

peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang

sifatnya internal.

Pada kegiatan pembelajaran, guru harus memahami kiat maupun seni untuk

memadukan antara bentuk pembelajaran dengan media yang digunakan sehingga mampu

menciptakan proses pembelajaran yang harmonis(Wena, 2011:10). Dengan pembelajaran IPS

terdapat ragam pendekatan dan metode yang diterapkan disesuaikan dengan kondisi lingkup

masyarakat serta aspek kehidupan sosial yang menjadi pokok bahasan. Keragaman

pendekatan dan metode yang diterapkan pada proses pembelajaran IPS, dapat membuat

suasana yang tetap hangat dan menarik, sehingga para peserta didik tidak dihinggapi

kejenuhan dan kebosananan(Taneo, 2009:1-46).

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 disebutkan tujuan

pembelajaran IPS adalah: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan


masyarakat dan lingkungannya; 2) memilki kemampuan dasar untuk untuk berpikir logis dan

kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadapa nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4)

memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat

majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berkenaan dengan penerapan pembelajaran IPS tentu tidak dapat di pisahkan dengan

keberadaan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai peran dan kedudukan

sangat penting karena segala hal yang telah diperoleh di luar sekolah dikembangkan dan di

integrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna disekolah sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kematangan siswa. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD

belum mampu memahami keluasan serta kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh,

tetapi dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS siswa

dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup

dengan tantangan-tantangannya. Diharapkan bahwa siswa kelak mampu bertindak secara

rasional dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Kenyataanya, pembelajaran IPS masih sulit untuk diajarkan kepada siswa karena

hampir sebagian siswa menganggap pelajaran IPS kurang menyenangkan terlebih lagi materi

peristiwa sekitar proklamasi. Pada materi ini dianggap siswa terlalu banyak materi yang

harus mereka ingat baik berupa nama-nama tokoh, tanggal serta peritiwa penting yang terjadi

pada masa lampau. Sehingga kurangnya minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran pada

materi ini. Terlebih lagi anak harus dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu 65 dalam mata pelajaran IPS.


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tanggal 24 November 2013 yang

dilakukan oleh peneliti terhadap guru wali kelas V mengenai mata pelajaran IPS pada materi

peristiwa sekitar proklamasi di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin diketahui bahwa hasil

belajar siswa pada semester II masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yaitu 65, dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 34 orang, hanya 12 siswa tuntas dan sebanyak

22 siswa mendapatkan nilai dibawah 60 yang artinya tidak tuntas.

Siswa menganggap pelajaran IPS hanya sering berupa hapalan terutama pada peristiwa

sekitar proklamasi, karena pada materi ini banyak menceritakan peristiwa-peristiwa, tanggal,

tempat dan nama tokoh yang berperan penting didalamnya. Serta seringnya penggunaan

metode ceramah dan latihan soal membuat siswa hanya memperhatikan penjelasan guru

tanpa melakukan aktivitas sehingga siswa menjadi pasif. Padahal melalui pengajaran IPS

siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi

hidup dengan tantangan-tantangannya. Sebaiknya dalam proses pembelajaran, seorang guru

dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar pada diri peserta didik (Dimyati dan

Mudjiono, 2009:35).

Akibatnya dari tahun ke tahun prestasi serta nilai hasil belajar siswa semakin menurun.

Hal ini didapati pada tingkat pemahaman siswa yang hanya sekitar 12 orang yang mampu

menyerap pembelajaran dengan baik selebihnya masih mengalami kendala dalam menerima

pembelajaran. Sehingga ketika diadakannya evaluasi maupun tanya jawab hanya sebagian

yang mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sang guru.

Dari masalah di atas peneliti ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar

dengan menerapkan model pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) yang divariasikan

dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing (Talking Chips) pada materi peristiwa
sekitar proklamasi. Model kooperatif tipe Tari Bambu ini memberikan kesempatan kepada

siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda

secara teratur. Sehingga strategi ini cocok untuk bahan ajar yang memerlukan pertukartan

pengalaman dan pengetahuan antar siswa. Sedangkan model kooperatif tipe Kancing

Gemerincing ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk

memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.

Serta dapat memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan

serta dapat berkontribusi pada kelompok masing-masing(Luoman:Online). Dengan demikian

melalui model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing

Gemerincing ini dapat memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan

kontribusi serta dapat mendengarkan pandangan dan pemikiran oleh siswa yang lain.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai: Meningkatkan Hasil Belajar IPS Tentang Peristiwa Sekitar Proklamasi Melalui

Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi dengan Kancing Gemerincing pada

Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang ada dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran IPS pada materi Peristiwa Sekitar

Proklamasi melalui pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu Bervariasi dengan Kancing

Gemerincing pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin?


2. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada materi Peristiwa Sekitar

Proklamasi melalui pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi dengan Kancing

Gemerincing pada siswa kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa kelas V dalam pembelajaran IPS pada

materi Peristiwa Sekitar Proklamasi pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi

dengan Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin?

C. Rencana Pemecahan Masalah

Sesuai dengan permasalahan dalam latar belakang dan rumusan pemasalahan yang

telah dinyatakan, maka peneliti menggunakan model Tari Bambu bervariasi dengan model

pembelajaran Kancing Gemerincing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

peristiwa sekitar proklamasi. Agar siswa dapat mudah memahami materi yang sifatnya

berupa hafalan.

Sesuai dengan beberapa teori belajar dan pernyataan diatas model pembelajaran Tari

Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing sesuai tingkat perkembangan anak yaitu

pada masa kelas tinggi anak senang bermain dan membentuk kelompok. Model pembelajaran

Tari Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing ini anak dikondisikan belajar aktif dan

sambil bermain serta bekerjasama dengan teman sebayanya.

Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi

dengan Kancing Gemerincing adalah:

Langkah-langkah model Tari Bambu

1. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika ruang kelas tidak mencukupi

siswa dapat berdiri di sela-sela deretan bangku.


2. Kelompok yang berdiri berjajar saling berhadapan bergeser mengikuti arah jarum

jam.

3. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke

pasangan asal.

Langkah-langkah model Kancing Gemerincing

4. Guru meminta siswa membuat kelompok-kelompok baru yang beranggotakan

masing-masing 5 atau 6 orang anggota yang di bentuk secara heterogen

5. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-

benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-

batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya.

6. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok

mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar

tidaknya tugas yang diberikan).

7. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus

menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-tengah

kelompoknya.

Penjelasan dari langkah-langkah diatas yaitu diawali dari guru membagi kelas menjadi

2 kelompok besar masing-masing kelompok berjajar berhadapan satu sama lain serta saling

berbagi informasi. Kemudian setelah masing-masing mendapatkan informasi, guru meminta

siswa membuat kelompok-kelompok baru (bukan 2 kelompok besar). Guru akan

memberikan kepada kelompok-kelompok kecil beberapa kancing. Guru akan menjelaskan

kepada siswa tentang kegunaan dari kancing tersebut. Kemudian masing-masing siswa

dipersilahkan untuk menyampaikan pendapat sesuai dengan materi yang mereka dapat.
Diharapkan dengan model ini dapat membantu mengatasi permasalahan yang terjadi

khusunya pada mata pelajaran IPS yang dirasa siswa membosankan dan kurang menarik

sesuai dengan teori belajar Piaget. Menurut Piaget dalam Mudjiono dan Dimyanti (2009:14)

pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.

Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif

memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas dalam pembelajaran IPS pada materi Peristiwa

Sekitar Proklamasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi dengan

Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS pada materi

Peristiwa Sekitar Proklamasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi

dengan Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada materi

Peristiwa Sekitar Proklamasi melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi

dengan Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi guru

Bagi guru di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin, penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan profesionalisme guru sebagai pengajar dalam hal kemampuan dan

pengalaman agar dapat mengembangkan pendekatan, model media, dan metode


pembelajaran yang lebih efektif dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran IPS agar

mendapatkan hasil yang maksimal.

2. Bagi Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang signifikan bagi inovasi sekolah

dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan masukan untuk penelitian berikutnya dan menambah wawasan,

pengetahuan, dan keterampilan yang sangat berarti terkait dengan model pembelajaran

kooperatif khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan

Kancing Gemerincing.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Karakteristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar

Sekolah dasar atau pendidikan dasar tidak semata-mata membekali anak didik

berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung semata, namun harus

mengembangkan potensi pada siswa baik potensi mental, sosial dan spiritual. Oleh

karena itu, guru atau pendidik di sekolah dasar hendaknya memahami karakterik siswa

yang akan diajarkan (Susanto, 2013:70).

Hal tersebut juga didukung oleh pendapat Nasution seperti dikutip oleh Djamarah

(2008:123) masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung

dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Pada usia ini anak

untuk pertama kalinya menerima pendidikan formal. Namun, juga bisa dikatakan bahwa

masa usia sekolah adalah masa matang untuk belajar maupun masa matang untuk

sekolah.

Masa usia sekolah dianggap oleh Suryobroto sebagai masa intelektual atau masa

keserasian bersekolah. Penentuan ketentuan umur anak matang untuk masuk sekolah

dasar bukan hanya di tentukan umur semata-mata, namun pada umur antara 6 atau 7

tahun biasanya anak memang telah matang untuk masuk sekolah dasar. Pada masa

bersekolah ini secara relatife anak-anak lebih mudah di didik daripada masa sebelum dan

sesudahnya.
Kemampuan anak untuk mengadakan representasi terhadap sesuatu yang pernah

dilihat atau diamati tidak hanya karena disebabkan kemampuan anak menggunakan

simbol berupa bahasa, tapi juga karena kemampuan anak menyerap, mengolah dan

menyimpan sejumlah kesan dalam memori dengan struktur kognitif yang sistematis.

Piaget menyatakan bahwa setiap perkembangan kognitif anak mempunyai

karakteristik yang berbeda yang secara garis besarnya dikelompokkan kepada empat

tahap salah satunya pada tahap pra-operasional dan tahap operasional formal:

1) Tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah

mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah;

mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan

benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu

berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

2) Tahap operasional formal (usia 11-15 tahun), pada tahap ini peserta didik sudah

menginjak usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik sudah menginjak

usia remaja, perkembangan kognitif peserta didik pada tahap ini telah memiliki

kemampuan mengoordinasikan dua ragam kemampuan kognitif baik secara

simultan (serentak) maupun berurutan. Misalnya, kapasitas merumuskan

hipotesis, dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas

merumuskan hipotesis (anggapan dasar) peserta didik mampu berpikir untuk

memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan

lingkungan yang ia respons. Adapun dengan kapasitas menggunakan prinsip-

prinsip abstrak, peserta didik akan mampu mempelajari materi pelajaran yang

abstrak, seperti agama, dan matematika.


Teori perkembangan Piaget tersebut ada petalian dengan teori yang dikemukakan

oleh Syamsu Yusuf yang mengatakan pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah

matang untuk memasuki sekolah. Syamsu Yusuf membagi masa usia sekolah dasar

menjadi dua bagian yaitu: a) masa kelas-kelas rendah dan b) masa kelas tinggi.

Ciri-ciri pada masa kelas rendah (6/7-9/10 tahun):

1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi.

2. Sikap tunduk pada peraturan-peraturan permainan tradisional.

3. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

4. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

5. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, anak menganggap bahwa soal itu

tidak penting.

6. Pada masa ini (terutama usia 6-8 tahun), anak menghendaki nilai angka rapor

yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik

atau tidak.

Ciri-ciri masa kelas-kelas tinggi (9/10-12/13 tahun):

1. Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret.

2. Amat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran

khusus sebagai pertanda mulai menonjolnya bakat-bakat khusus.

4. Sampai usia 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya

untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini, pada

umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk

menyelesaikannya.
5. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat

mengenai prestasi sekolahnya.

6. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam

permainan itu, mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional

(yang sudah ada) mereka membuat peraturan sendiri.

2. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

2.1 Belajar

Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (sejak dalam kandungan) sampai liang

lahat. Tanda seorang yang belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam

dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meyangkut perubahan yang bersifat

pengetahuan kognitif (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap

(afektif).

Ernest R. Hilgard seperti yang dikutip oleh Introduction to Psychology

menyatakan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap

lingkungan. Kata belajar sering di artikan dengan kegiatan membaca, menulis,

menghitung atau pun kegiatan yang kompleks.

Namun, belajar bukan hanya dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan, tapi sesuatu

hal yang harus dimengerti dan dihayati sehingga tidak membuat kekeliruan tentang

sesuatu hal yang didapat agar terjadi perubahan yang lebih baik lagi. sehubungan

dengan ini Harold Spears seperti yang dikutip oleh Nara, dkk (2010:3) menyatakan

bahwa learning is to observe, to read, to imtatc, to try something them selves, to


listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba

sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan.

Proses belajar tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka,

tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan

pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik

dan tidak mudah dilupakan (Suriansyah, 2009:165).

Sementara itu menurut Drs. Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berarti

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajari

dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang atau

guru menjelaskan (Suriansyah, 2009:165).

Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah perubahan yang terjadi

serta bersentuhan kepada aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku dengan

melalui mempelajari sesuatu pada situasi tertentu dalam kehidupannya sebagai bagian

dari pengalaman.

2.2 Hakikat Belajar

Hakikat belajar menurut Hilgard dan Browser dalam Oemar Hamalik adalah

perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Adapun

menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar adalah setiap perubahan yang

relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagi suatu hasil dari latihan atau

pengalaman. Perubahan peilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:


1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari

2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya

3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup

4. Positif atau berakumulasi

5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any

relatively permanent change in an organisms behavioral repertoire that

occurs as a result of experience (setiap perubahan yang relatif permanen dalam

perilaku organisme yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan pendapat tersebut , maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu pada

hakikatnya perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang disebabkan adanya

perbuatan yang merupakan hasil dari pengalaman yang dirasakan seseorang.

2.3 Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip belajar dapat diterapkan pada proses belajar dan pelaksanaan belajar

sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Serta dapat meningkatkan kualitas

belajar dengan cara yang mendasar untuk membangun sistem belajar yang baik. Pada

proses ini tidak hanya siswa saja yang ikut dalam belajar namun guru juga sangat

berperan penting penting dalam proses belajar ini. Sebaiknya guru juga harus

mengerti tentang prinsip-prinsip belajar. Agar guru dapat menyusun prinsip belajar

yang dapat digunakan dalam mengatasi situasi yang berbeda pada tiap-tiap siswa.

Gagne seperti yang dikutip oleh buku Counditon of Learning (1977)

menyatakan bahwa sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan

pembelajaran :
1. Menarik perhatian (gaining attention): hal yang menimbulkan minat siswa

dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi atau kompleks.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives):

memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai

mengikuti pelajaranMengingatkan konsep atau prinsip yang telah dipelajari

(stimulating concept or prior learning): merangsang ingatan tentang

pengetahuan yang telah dipelajari menjadi persyaratan untuk mempelajari

materi yang baru.

3. Merangsang siswa agar mengingat kembali hasil belajar (apa yang telah

dipelajari sebelumnya).

4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): menyampaikan

materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.

5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses atau alur berpikir siswa agar

memiliki pemahaman yang lebih baik.

6. Memperoleh kinerja atau penampilan siswa (eliciting performance): siswa

diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaanya

terhadapa materi.

7. Memberikan balik (providing feeback): memberitahu seberapa jauh ketepatan

performance siswa.

8. Menilai hasil belajar (assessing performance): memberikan tes atau tugas untuk

mengetahui sebarapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.


9. Memperkuat retensi dan treansfer belajar (enhancing retention and transfer):

merangsang kemampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan

rangkuman, mengadakan review atau mempraktikan apa yang telah dipelajari.

3. Teori Belajar

3.1 Teori Belajar Behaviorisme

Behaviorisme sangat menekankan kepada perlunya perilaku (behavior) yang

dapat diamati. Behaviorisme memandang individu lebih kepada sisi fenomena

jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat,

dan perasaan individu dalam kegiatan belajar. Peristiwa belajar semata-mata

dilakukan dengan melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi

kebiasaan yang dikuasai individu. Konsep dasar behaviorisme yang dikembangkan

oleh Thorndike dan Watson mengatakan belajar menurut teori behaviorisme adalah

proses interaksi antara stimulus dan rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan

yang bertujuan agar mendapatkan respon belajar dari objek penelitian(Suyono dan

Hariyanto, 2011:59).

3.2 Teori Belajar Kognitif

Nur seperti yang dikutip oleh Trianto(2011:14) perkembangan kognitif lebih

menekankan pada manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.

Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman

fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan.

Interaksi teman sebaya khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu

memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran yang pada akhirnya

memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.


3.3 Teori Belajar Kontruktivisme

Teori kontruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasai komplek, mengecek informasi baru dengan aturan-

aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa

agar mereka benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka

mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk

dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2011:13). Suriansyah

(2009:107) mengemukakan pandangan filsafat kontruktivisme yang menyatakan

bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, bahwa

belajar bukanlah sekedar menghapal, tetapi proses mengkonstruksikan pengetahuan

melalui pengalaman.

4. Hasil Belajar

Bagi Gagne, belajar tidak dapat dapat didefenisikan dengan mudah karena belajar

itu bersifat kompleks. Pada peryataan tersebut dikatakan bahwa hasil belajar akan

mengakibatkan perubahan pada seseorang yang beupa perubahan kemampuan, perubahan

sikap, perubahan minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap

meskipun hanya sementara. Hasil belajar menurut pemikiran Gagne yaitu berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merepons secara spesifik

terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengatagorisasi,


kemampuan analistis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip

keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas

kognitif berifat khas.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah

dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwjud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek bedasarkan penilaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan mengintegrasikan dan

eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

sebagai standar perilaku.

Jadi, yang harus di ingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas

tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

5. Pembelajaran IPS di SD

5.1 Pengertian IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

diberikan mulai dari SD/MI/SDLB. Ilmu Pengetahuan Sosial pada hakikatnya adalah

pengembangan hidup seseorang mulai semenjak lahir sampai menjadi dewasa tidak

akan terlepas dari kehidupan lingkungan sekitarnya. IPS pada jenjang SD/MI memuat

materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (Mendiknas,

2008:162).

Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global

(Mendiknas, 2008:162).

5.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Peraturan Mendiknas, 2008:163).

Merealisasikan tujuan tersebut, proses belajar mengajar tidak hanya terbatas

pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), tetapi juga

aspek akhlak dan moral ( afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang
penuh dengan masalah, tantangan, hambatan dan persaingan. Fungsi IPS sebagai

pendidikan membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna,

ketrampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian

sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab dalam merealisasikan tujuan

nasional.

6. Pembelajaran Kooperatif

6.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah sebuah sistem kerja atau kerja kelompok yang

sudah terstruktur (Djamarah, 2010:356). Pembelajaran kooperatif ditandai dengan

adanya struktur tugas , struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Struktur

tugas mengacu kepada dua hal yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan dan

jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Menurut Roger dan David Johnson ada

lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses

kelompok(Djamarah, 2010: 356).

Unsur-unsur pembelajaran kooperatif:

a. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong siswa agar merasa saling membutuhkan antarsesama. Dengan

saling membutuhkan antarsesama maka mereka merasa saling ketergantungan

satu sama lain.

b. Interaksi tatap muka


Interaksi tatap muka menuntut para siswa untuk dalam kelompok dapat

saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya

dengan guru, tetapi juga dengan semua siswa. Interaksi tatap muka

memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga

sumber belajar dapat bervariasi.

c. Akuntabilitas individual

Meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam

belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat

pengetahuan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara

individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan

oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa

anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok

yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata

hasil belajar semua anggotanya(Wena, 2011:190). Oleh karena itu tiap

anggota kelompok harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

6.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Stahl mengemukakan ciri-ciri lain dari strategi pembelajaran kooperatif.

Menurutnya ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah:

1) Belajar bersama dengan teman

2) Selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman

3) Saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok

4) Belajar dari teman sendiri dalam kelompok

5) Belajar dalam kelompok kecil


6) Produtif berbicara atau saling mengemukakan pendapat

7) Keputusan ketergantungan pada siswa sendiri

8) Siswa aktif

9) Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua

anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan

akuntabilitas individual.

10) Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi Pembelajaran kooperatif

akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini

terjadi karena dalam pembelajaran kooperatif ditekankan aspek-aspek

tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan

orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang

lain, mandiri dan berbagai sikap positif lainnya (Kunandar, 2011:365).

6.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa kelebihan serta kelemahan pada pembelajaran kooperatif:

a. Keunggulan dari pembelajaran kooperatif

1) Siswa berkelompok sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam

suasana yang menyenangkan

2) Optimalisasi partisipasi siswa

3) Adanya strukur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan

pasangan dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai

banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan

keterampilan berkomunikasi
4) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan

pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur

5) Meningkatkan penerimaan

6) Meningkatkan hubungan positif

7) Motivasi Intrinsik makin besar

8) Percaya diri yang tinggi

9) Prilaku dalam tugas lebih

10) Sikap yang baik terhadap guru dan sekolah

11) Siswa bertanggung jawab dengan belajarnya

12) Siswa mengartikan apa yang guru bicarakan kepada apa yang dikatakan

siswa untuk peer mereka

13) Siswa meningkat dalam kolaborasi kognitif. Mereka mengorganisasi

pikirannya untuk dijelaskan ide pada teman-teman sekelas mereka.

a. Kelemahan strategi pembelajaran kooperatif adalah:

1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat

menimbulkan sikap minder dan pasif pada siswa yang lemah

2) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa

memiliki pemahaman yang pandai

3) Pengelompokan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-

beda serta membutuhkan waktu khusus (Djamarah, 2010:366).

6.4 Model Pembelajaran Tari Bambu

a. Pengertian Model Tari Bambu


Model pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) merupakan

pengembangan dan modifikasi dari teknik Lingkaran Kecil Lingkaran Besar.

Dinamakan Tari Bambu karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan

model yang mirip seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu

Filipina yang juga popular di berbagai daerah di Indonesia. mempunyai tujuan

agar siswa saling berbagi informasi, pertukaran pengalaman pikiran dan

informasi antar siswa.

b. Langkah langkah rancangan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

Tari Bambu Individu

(a) Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa telalu banyak) berdiri

berjajar. Jika ada cukup ruang, mereka bisa berjajar didepan

kelas.Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan

bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok

karena diperlukan waktu yang relatif singkat.

(b) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.

(c) Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

(d) Kemudian, satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran

pindah keujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser.

Dengan cara ini, masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru

untuk berbagi informasi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan

kebutuhan.

Tari Bambu Kelompok:

(a) Satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
(b) Kelompok bergeser seperti prosedur Tari Bambu Individu di atas,

kemudian mereka pun saling berbagi informasi (Huda, 2013:148).

c. Kelebihan Model Pembelajar Kooperatif Tipe Tari Bambu

Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang

membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar peserta didik.

Oleh karena itu kelebihan metode ini adalah:

1. Siswa dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses

pembelajaran

2. Meningkatkan kerjasama diantara siswa

3. Meningkatkan toleransi antara sesama siswa (Dewi:Online).

d. Kelemahan Model Pembelajar Kooperatif Tipe Tari Bambu

Ada beberapa kelemahan pada model pembelajaran Tari Bambu:

1. Kelompok belajarnya terlalu gemuk sehingga menyulitkan proses

belajar mengajar

2. Siswa lebih banyak bermainnya daripada belajar

3. Sebagian siswa saja yang aktif karena kelompoknya terlalu gemuk

4. Interaksi pembelajaran tidak terjadi secara baik(Anonim:Online).

6.5 Model Pembelajaran Kancing Gemerincing

a. Pengertian Model Kancing Gemerincing

Model Kancing Gemerincing (Talking Chips) merupakan model yang di

kembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Model ini dapat diterapkan pada

semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Dalam kancing Gemerincing ini
masing-masing anggota kelompok berkesempatan memberikan kontribusi

mereka dan mendengarkan pandangan anggota yang lain.

b. Langkah langkah rancangan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

Prosedur

1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa

juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan

sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya.

2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing

kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung

pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus

menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-tengah

kelompoknya.

4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara

lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok

boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan

mengulangi prosedurnya kembali(Huda, 2013:148).

c. Kelebihan Model Pembelajaran kancing Gemerincing

1) Dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang

sering mewarnai keja kelompok

2) Memastikan setiap peran siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk

berperan serta dan berkontribusi pada kelompoknya masing-masing


3) Pemerataan tanggung jawab dalam kelompok dapat tercapai karena anak

yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang dominan(Huda,

2013:148).

Kelemahannya pada model ini banyak memakan waktu, dikarenakan

semua siswa ikut dalam pemberian pendapat ketika penerapan model ini.

6.6 Materi Pembelajaran IPS mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi

a. Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik

Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini terjadi

antara Jepang dengan Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika Serikat,

Britania Raya Filipina, Belanda, dan Selandia Baru). Dalam Perang Pasifik,

Pulau Saipan jatuh ke tangan pasukan Amerika Serikat. Keadaan ini terjadi pada

bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau Saipan menyebabkan posisi Jepang semakin

terancam, karena di berbagai wilayah peperangan Jepang selalu menemui

kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri

Koiso memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan

untuk menarik simpati rakyat Indonesia

b. Masa Persiapan Kemerdekaan

Tentara Jepang pada masa Perang Pasifik semakin terdesak dan

mengalami kekalahan. Pasukan Jepang yang berada di Indonesia bersiap-

siapmempertahankan diri.Selama masa pemerintahan Jepang di Indonesia, pada

tahun 19421945 Indonesia dibagi dalam dua wilayah kekuasaan. Dua wilayah

kekuasaan tersebut adalah sebagai berikut Wilayah komando angkatan laut,

Wilayah komando angkatan darat.


Setelah Sekutu berhasil menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di

Kepulauan Maluku, maka tanggal 20 Oktober Jenderal Douglas Mac Arthur

menyerbu Kepulauan Leyte (Filipina), dan tanggal 25 Oktober Jenderal Douglas

Mac Arthur mendarat di Pulau Leyte. Bulan Februari 1945 pasukan Sekutu

berhasil merebut Pulau Iwo Lima di Jepang. Sejak saat itu kekuatan tentara

Jepang semakin lemah.

Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang mengizinkan Indonesia

untuk mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang. Lagu

kebangsaan Indonesia Raya boleh di kumandangkan setelah lagu Kebangsaan

Jepang Kimigayo. Menjelang akhir PD II, Jepang mengalami banyak kekalahan.

Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom

oleh Sekutu. Pada tanggal 11 Agustus 1945, Jepang memberikan janji

kemerdekaan yang disampaikan kepada tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu

Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya

diminta mempersiapkan kemerdekaan. Dengan janji ini Jepang berharap, rakyat

Indonesia mau membantu Jepang yang semakin terdesak dan mengalami

kekalahan di mana-mana. Dalam situasi yang semakin kritis, pada tanggal 1

Maret 1945 Jepang mengumumkan tiga tindakan sebagai berikut.

1) Membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai.

2) Mempersiapkan lembaga latihan nasional (Kenkuko Gakuin) yang

melatih dan mendidik pemimpin negara yang baru.

3) Memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan Indonesia.


Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat dan didampingi dua orang wakil

yaitu Icibangase dan R.P. Soeroso. Tugas pokok BPUPKI ialah menyiapkan

organisasi pemerintahan yang akan menerima kemerdekaan dari pemerintahan

Jepang.

7. Penelitian Yang Relevan

Banyak sekali penelitian terdahulu yang menyatakan pembelajaran kooperatif tipe

Tari Bambu dan pembelajaran kooperatif tipe Kancing Gemerincing dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Misrol Hamidi (2013)

dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 28 Desa Petani mengalami

peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa

yang semula hanya 60,90 meningkat jadi 62,27 pada siklus I sedangkan dari siklus I ke

siklus II mengalami peningkatan menjadi 73,38.

Demikian penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Efendi (2013) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 29 Tasik Serai Timur Km 18 Kecamatan

Pinggir Riau mengalami peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari hasil skor dasar ke

siklus I meningkat 4% dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,51%. Pada

siklus I sebanyak 75% tuntas sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar

85%.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Sugiati Wahyudi (2013) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu dalam Peningkatan


Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN 3 Grenggeng mengalami peningkatan. Peneliti

melakukan 3 siklus pada siklus I ketuntasan hasil belajar sebanyak 85% sedangkan siklus

II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang

diperoleh dari ketiga siklus dapat melebihi indikator pencapaian peneliti yaitu 85% dari

jumlah siswa.

Sedangkan penelitian yang menggunakan model kooperatif tipe Kancing

Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan

Kemampuan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V Sekolah

Dasar Negeri Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran

2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus I yaitu 62,16

meningkat pada siklus II menjadi 80,62.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan judul

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda Utara

mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa yaitu 69,33%

sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 85,17%.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dwi Asmianingsih yang berjudul

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS Pokok

Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam Di Lingkungan Setempat Melalui Model

Sumbang Saran Teknik Kancing Gemerincing Di SDN Tempurejo 06 Jember Tahun

Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat pada

persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 85%.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Silfia Nugrawatii (2013) Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Aktifias Belajar

Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang Terusan terdapat peningkatan.

Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I yaitu 68 meningkat pada siklus II

sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami peningkatan sebesar 80,8.

B. Kerangka Berpikir

Pengelolaan pendidikan tentu saja harus berdasarkan landasan pendidikan yang patut

dipertimbangkan serta dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan proses pendidikan, tanpa

mempertimbangkan landasan tersebut dalam praktiknya akan menyebabkan hasil pendidikan

yang tidak optimal atau bahkan bisa jadi proses pendidikan tersebut akan gagal mencapai

tujuan yang di inginkan.

Oleh karena itu Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Sisdiknas, 2009:5).

Ilmu Pengetahuan Sosial pada hakikatnya adalah pengembangan hidup seseorang mulai

semenjak lahir sampai menjadi dewasa tidak akan terlepas dari kehidupan lingkungan

sekitarnya. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan

keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran

kooperatif ditekankan aspek-aspek tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik
ide dan bukan orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang

lain, mandiri dan berbagai sikap positif lainnya (Kunandar, 2011:365).

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teori di atas maka hipotesis penelitian dirumuskan yaitu

apabila menggunakan pendekatan kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model

Pembelajaran Kancing Gemerincing dalam pembelajaran IPS maka hasil belajar pada

materi Peristiwa Sekitar Proklamasi di kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin akan

meningkat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang dilaksanakan melalui prosedur-

prosedur tertentu serta dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian tindakan kelas

dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik

pembelajaran di kelas (Arikunto, 2008:3).

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-

gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan

mendasar atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan

harus terjun di lapangan.

2. Jenis Penelitian

Pada pendekatan kualitatif didalamnya dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan,

informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk uraian dalam mengungkapkan

masalah. Jadi yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang

orang-orang, perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat

diterima oleh akal sehat manusia.

Alasan pemilihan pendekatan kualitatif untuk mata pelajaran IPS adalah pada

pendekatan ini lebih dapat disesuaikan dengan kenyataan yang akan dihadapi oleh
peneliti. Serta lebih menghubungkan secara langsung antara peneliti dengan respon yang

ingin di dapat oleh peneliti.

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan

di dalam kelas ketika pembelajaran berlangsung. PTK dilakukan dengan tujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran(Wijayati, 2011:6).

Pendekatan ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman siswa

dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan tindakan tertentu. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Suharsimi

menjelaskan PTK melalui gabungan defenisi dari tiga kata, Penelitian + Tindakan +

Kelas sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

untuk meningkatkan mutu dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu,

yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Mc Niff seperti yang dikutip oleh Wijayanti (2011:47) menegaskan bahwa dasar

utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan.

Perbaikan yang dimaksudkan terkait pada proses pembelajaran. Tujuan utama

penelitian tindakan kelas adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam

pengembangan profesinya.

Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna

memperbaiki atau meningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara garis

besar terdapat empat tahapan yang lazim dialui, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan,

3)pengamatan, 4) refleksi(Supardi, 2011:16).

Adapun konsep desain dan penjelasan untuk masing-masing tahap yang dapat

dilihat pada gambar siklus berikut:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart

(Arikunto, 2010:16).

Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas adalah:

Tahap 1: Perencanaan
Pada tahap ini peneliti dapat menjelaskan tentang tahap apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun

rancangan ini menuntukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus

untuk diminati, dan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran atau tindakan

berlangsung.

Tahap 2: Pelaksanaan

Pada tahapan merupakan atau implementasi serta penerapan dari rancangan yang

telah dibuat dalam bentuk tindakan kelas. Dalam tindakan ini harus sesuai dengan

rumusan rancangan.

Tahap 3: Pengamatan

Pada tahapan pengamatan ini merupakan kegiatan atau tindakan yang dilakukan

secara bersamaan dengan tindakan pelaksanaan implementasi tadi. Artinya selain

tindakan kelas juga disertai dengan pengamatan.

Tahap 4 : Refleksi

Tahapan ini merupakan tahapan mengulas kembali apa yang sudah dilakukan serta

upaya apa yang harus diperbaiki atau dilakukan ke depan. Dari ke empat tahapan

penelitian tersebut akan terbentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan secara

berurutan dan akan kembali dilakukan siklus ke selanjutnya seperti semula. Jadi, satu

siklus adalah dari tahap penyusunan sampai releksi, dan refleksi disini merupakan bahan

evaluasi bagi tindakan yang harus dilakukan guru selanjutnya (Arikunto, 2011:18-19).
PTK dapat memberikan manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian

tindakan kelas. Manfaat itu antar lain dapat dilihat dan dikaji dalm beberapa komponen

pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain:

a. Inovasi pembelajaran

b. Pengembangan kurikulum di tingkat regional atau nasional Peningkatan

profesionalisme pendidikan.

Dengan memahami dan mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas,

diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat

kualitasnya dan sekaligus akan meningkatkan kualitas kependidikan serta profesi

pendidikan atau tenaga kependidikan yang sekarang dirasa menjadi hambatan utama

(Wijayati, 2011:54).

PTK guru menjadi lebih mandiri yang ditopang oleh rasa percaya diri, sehingga

secara keilmuan menjadi lebih berani mengambil prakarsa yang patut didugaanya dapat

memberikan dapat manfaat perbaikan. Percaya diri tersbut tumbuh sebagai akibat guru

semakin banyak mengembangkan sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman

praktis. Manfaat lainnya, bahwa hasil PTK dapat dijadikan sumber masukan dalam

rangka melakukan pengembangan kurikulum.

B. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanaakan di kelas V SDN Benua Anyar 10

Banjarmasin. Subjek penelitian siswa kelas V dengan jumlah siswa 34 orang, yaitu laki-laki

16 orang dan perempuan 18 orang. Pelaksanaan tindakan direncakan 2 kali dengan 4 kali

pertemuan.
Alasan dipilihnya SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin sebagai lokasi dari penelitian

tindakan kelas ini yaitu rendahnya nilai hasil belajar pada siswa. Hal ini terlihat pada pokok

bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi pada semester II tahun ajaran 2011/2012 yang telah

lalu, dari hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa kelas V masih belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu hasil nilai ulangan harian dari 34 siswa hanya 12

siswa yang dinyatakan tuntas dengan rata-rata nilai 60 yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimum (KKM) 65.

C. Faktor-Faktor Yang Diteliti

Mengamati permasalahan di atas, maka dalam mata pelajaran IPS materi peristiwa

sekitar proklamasi maka faktor-faktor yang diteliti dalam tindakan kelas ini yaitu:

1. Faktor Guru

Pada faktor guru dapat dilihat melalui materi pelajaran yang telah

dipersiapkan dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Tugas guru

adalah menyampaikan dan menyajikan materi pelajaran serta kegiatan

membimbing siswa dalam kerja kelompok dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model

pembelajaran Kancing Gemerincing pada materi peristiwa sekitar proklamasi.

Pengamatan juga dapat dilakukan disetiap pertemuan untuk dapat selanjutnya

diukur ketercapaian hasil berdasarkan tahapan yang telah direncanakan dalam

RPP.

Adapun aspek-aspek yang diamati yaitu:

Langkah-langkah penerapan model Tari Bambu


a. Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.

b. Guru meminta pada masing-masing kelompok saling berhadapan dan

sejajar

c. Guru meminta siswa yang berpasangan saling berbagi informasi

d. Guru mengawasi jajaran yang akan bergeser searah jarum jam menjadi

pasangan informasi yang baru

Langkah-langkah penerapan model Kancing Gemerincing

e. Guru meminta siswa membentuk kelompok baru secara heterogen

sebanyak 5-6 orang

f. Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-masing siswa

g. Guru memberitahukan ketika siswa mengeluarkan pendapat harus

menyerahkan kancingnya ke tengah kelompoknya.

2. Faktor Siswa

Pada penelitian ini siswa merupakan salah satu faktor yang diteliti.

Aktivitas siswa pada pembelajaran yang diamati oleh peneliti apakah terdapat

peningkatan pada tiap pertemuan pada setiap siklusnya. Mengamati setiap

aktivitas siswa dalam menyelesaikan tugas baik tugas individu maupun tugas

secara kelompok, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran pada materi

peristiwa sekitar proklamasi melalui model pembelajaran tipe Tari Bambu

bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing pada kelas V

SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin. Aktivitas siswa dapat diukur secara

kualitatif. Adapun aspek yang dapat diamati yaitu:


a. Interaksi yang baik

b. Bertanggung jawab dalam kelompoknya

c. Partisipasi aktif dalam proses pembelajaran

d. Kerjasama dengan kelompok

e. Keberanian mengajukan pendapat


3. Faktor hasil belajar

Hasil belajar siswa akan dapat diketahui setelah adanya penerapan

pembelajaran variasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing pada

kelas V di SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin dengan menggunakan lembar

evaluasi yang diukur secara kuantitatif yaitu apabila mencapai 65 atau lebih

dari ketuntasan secara klasikalnya yang dapat mencapai 80%.

D. Skenario Tindakan

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Pada Siklus I terdiri dari dua pertemuan sedangkan

pada siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti pada setiap tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan penelitian

Kegiatan perencanaan ini yaitu:

a. Merancang skenario pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif

tipe Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing

Gemerincing.

b. Mempersiapkan sarana yang mendukung dalam proses pembelajaran yaitu

media benda asli untuk materi peristiwa sekitar proklamasi.


c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berdasarkan

pada kurikulum pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dengan menggunakan

model kooperatif tipe Tari Bambu variasi dengan model pembelajaran

Kancing Gemerincing untuk tindakan di setiap siklus I maupun siklus II.

d. Membuat lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

e. Membuat lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kerja kelompok (LKK).

f. Mempersiapkan media yang akan diperlukan dalam tindakan kelas.

g. Menyusun alat Evaluasi tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan

siswa serta hasil belajar siswa.

h. Membuat lembar observasi untuk pengamat yaitu aktivitas guru dan siswa

i. Merancang pembuatan pembagian kelompok berdasarkan rata-rata nilai

harian siswa agar terbentuk kelompok yang heterogen.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I di lakukan 2 kali pertemuan. Pada siklus I

pertemuan I membahas tentang materi peristiwa menjelang proklamasi lalu pada

pertemuan kedua membahas tentang Pembentukan Alat kemerdekaan NKRI.

Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu

bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing yang melibatkan

siswa di dalam proses tersebut. Adapun kegiatan sebagai berikut:

Standar Kompetensi :2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia.
Kompetensi Dasar :2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II

Siklus Pertemuan Indikator Materi Model


Menceritakan peristiwa-peristiwa Peristiwa Model Tari Bambu
penting yang terjadi di sekitar Menjelang bervariasi dengan
Proklamasi (Peristiwa Rengas Proklamasi model Kancing
1
dengklok dan penyusunan teks Kemerdekaan Gemerincing
proklamasi, detik-detik Proklamasi
I Kemerdekaan)
Membuat garis waktu tentang Pembentukan Model Tari Bambu
tahapan peristiwa menjelang Alat bervariasi dengan
2
proklamasi. kemerdekaan model Kancing
NKRI Gemerincing
Penilaian : Tes evaluasi disetiap akhir pertemuan 1 dan 2
Membuat riwayat singkat/ringkasan Tokoh-Tokoh Model Tari Bambu
tentang tokoh-tokoh penting dalam Kemerdekaan bervariasi dengan
3 peristiwa Proklamasi,misalnya: Indonesia model Kancing
Soekarno, Moh. Hatta, A. Gemerincing
Soebardjo, Fatmawati
II
Memberikan contoh cara Menghargai Model Tari Bambu
menghargai jasa tokoh-tokoh Jasa-Jasa bervariasi dengan
4
kemerdekaan. Pahlawan model Kancing
Gemerincing
Penilaian : Tes evaluasi disetiap akhir pertemuan 3 dan 4
Pelaksanaan tindakan siklus I dengan 2 kali pertemuan

a. Siklus I pertemuan 1

Kegiatan Awal ( 10 menit)

1) Guru mengkondisikan psikis dan fisik siswa.

2) Memeriksa kesiapan dan kehadiran siswa


3) Guru melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang akan dipelajari untuk

mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa.

4) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari terhadap siswa.

5) Guru menyampaikan pokok materi dan langkah-langkah model Tari Bambu

bervariasi dengan model Kancing Gemerincing

Kegiatan Inti ( 45 menit)

1) Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.

2) Guru meminta pada masing-masing kelompok saling berhadapan dan sejajar

3) Guru meminta siswa yang berpasangan saling berbagi informasi

4) Guru mengawasi jajaran yang akan bergeser searah jarum jam menjadi

pasangan informasi yang baru

5) Guru meminta siswa membentuk kelompok baru secara heterogen sebanyak 5-

6 orang

6) Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-masing siswa

7) Guru memberitahukan ketika siswa mengeluarkan pendapat harus

menyerahkan kancingnya ke tengah kelompoknya

Kegiatan Akhir ( 15 menit)

1) Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran

2) Guru memberikan evaluasi tes hasil belajar


3) Guru memberikan refleksi

4) Guru memberikan penghargaan dan tindak lanjut

5) Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya

6) Menutup pelajaran.

Apabila pada siklus I tidak mencapai indikator keberhasilan maka akan

dilanjutkan pada siklus II untuk dapat mengetahui perbaikan dari siklus I.

3. Observasi

Pada tahapan ini diadakannya kegiatan observasi terhadap kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat dan

dilanjutkan dengan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Observasi yang dilaksanakan dalam tindakan kelas ini dilakukan

dengan dua cara yaitu:

a. Pengamatan langsung yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap aktivitas

siswa baik dalam kelompok maupun secara individu.

b. Pengamatan yang dilakukan observer terhadap jalannya pembelajaran

yang dilaksanakan oleh peneliti.

4. Refleksi

Hasil observasi dan evaluasi dianalisis kembali untuk mengetahui sejauh

mana peningkatan pemahaman siswa serta ketercapaian tujuan yang di inginkan,

selain itu juga dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi dirinya sejauh

mana kemampuan dalam mengajar dan mengelola kelas, sehingga dapat dijadikan

sebagai acuan untuk peningkatan proses pembelajaran dalam pelaksanaan siklus

selanjutnya.
E. Data dan Cara Pengambilan Data

1. Sumber data

Sumber data dalam hal ini diambil dari siswa dan guru kelas V yang berjumlah

siswa 31 orang, yaitu laki-laki 15 orang dan perempuan 16 orang pada semester 2 di

SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin kecamatan Banjarmasin Utara tahun ajaran

2013 / 2014 pada proses pembelajaran IPS materi Peristiwa Sekitar Proklamasi.

2. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data kuantitatif yaitu data tentang hasil belajar tertulis siswa setelah akhir

pembelajaran setiap pertemuan dalam siklus I dan II tentang materi Peristiwa

Sekitar Proklamasi dengan model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan

model pembelajaran Kancing Gemerincing.

b. Data kualitatif yaitu data tentang aktivitas siswa dan guru dalam melaksanakan

pembelajaran baik terhadap aktivitas kelompok maupun individu pada materi

Peristiwa Sekitar Proklamasi dengan model pembelajaran Tari Bambu bervariasi

dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing.

3. Cara pengambilan data

Cara pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, tes hasil

belajar siswa:

a. Data aktivitas guru diambil melalui observasi terhadap tahapan-tahapan

mengajar tentang materi peristiwa sekitar proklamasi melalui model

pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing

Gemerincing.
b. Data aktivitas belajar siswa pada saat berkelompok diambil melalui observasi

menyelesaikan konsep materi peristiwa sekitar proklamasi melalui model

pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing

Gemerincing.

c. Data tentang hasil belajar siswa tentang peristiwa sekitar proklamasi diambil

melalui tes tertulis pada setiap pertemuan dan tes formatif pada akhir siklus.

F. Teknik Analisis data

Analisis data merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mengelola dan

penyusunan data. Data yang sudah terkumpul dapat menghasilkan dan dapat

dipertanggung jawabkan. Data yang telah diperoleh merupakan gambaran dari hasil

observasi dan hasil tes siswa.

Ada dua data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Untuk data

kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa maupun guru dianalisa secara naratif.

Sedangkan kuantitatif berupa post test dianalisis dengan teknik presentase atau

dituliskan dalam bentuk angka-angka.

1. Analisis Data Kuantitaf

Data kuantitatif adalah data yang diambil dari nilai hasil belajar siswa. Teknik ini

digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari pelaksanaan tes tertulis. Dalam

hal ini peneliti mengambil nilai secara :

a. Individual :

Persentase = x 100

b. Klasikal :

Persentase = x 100
Kriteria ketuntasan belajar :

a. Ketuntasan Individual

Jika siswa mencapai nilai ketuntasan 65.

b. Ketuntasan Klasikal

Suatu kelas dikatakan tuntas apabila minimal 80% dari seluruh siswa mencapai

ketuntasan minimal 65.

2. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang diambil dari hasil

observasi. Data yang dihasilkan melalui aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam

pembelajaran dengan model pembelajaran Tari Bambu variasi model pembelajaran

Kancing Gemerincing.

1) Aktivitas Guru

P=

Keterangan: P = Persentase

F = Frekuensi

N = Number of cases (jumlah skor maksimal)

(Sudijono, 2005:43 dalam Yunita 2013:67)

Penilaian keberhasilan aktivitas guru pada proses pembelajaran di setiap pertemuan

dapat di lihat pada skor sebagai berikut:


Tabel 3.2 Kriteria Penilai Aktivitas Guru

No Persentase Penilaian Kriteria Penilaian


1 7 - 12 Kurang Baik
2 13 - 18 Cukup Baik
3 19 - 23 Baik
4 24 - 28 Sangat Baik

2) Aktivitas Siswa

Peningkatan aktivitas siswa dapat diketahui dengan menganalisis lembar hasil

observasi aktivitas siswa. Cara penilaian aktivitas siswa secara klasikal yaitu:

Tabel 3.3 Kriteria penilaian klasikal

No Presentase Penilaian Keterangan


1 25% - 43% Kurang Aktif
2 44% - 62% Cukup Aktif
3 63% - 81% Aktif
4 82% - 100% Sangat Aktif

Penilaian aktivitas siswa dalam proses belajar di dapat jumlah skor maksimum yang

harus dicapai siswa adalah 82. Nilai akhir aktivitas siswa pada setiap pertemuan dapat

diketahui dengan menganalisis lembar hasil observasi aktivitas siswa secara klasikal

G. Indikator Keberhasilan

Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila terlihat adanya keaktifan

serta kerjasama antara guru dan siswa kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin dalam

proses pembelajaran IPS berdasarkan perolehan hasil tes siswa dan pengamatan guru.
Penelitian ini dikatakan berhasil optimal dengan kriteria penilaian atau ketentuan sebagai

berikut:

1. Keterlaksanaan pembelajaran guru dikatakan berhasil apabila guru dapat

mengelola kegiatan belajar mengajar dengan jumlah perolehan aktivitas guru

berada pada kriteria sangat baik presentase 24 - 28 yang dapat di ukur dengan

menggunakan lembar observasi guru pada saat proses belajar mengajar

2. Dapat dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pada aktivitas siswa dalam

pembelajaran apabila jumlah aktivitas siswa berada pada kriteria sangat aktif

dengan presentase 82 % - 100 %yang di ukur dengan menggunakan lembar

observasi siswa pada saat proses belajar mengajar

3. Penelitian tindakan kelas ini dapat dinyatakan berhasil apabila hasil tes belajar

dari masing masing siswa secara individual telah mencapai mencapai

ketuntasan belajar secara individual dengan nilai 65 serta dapat mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal 80% atau lebih. Pada kelas V SDN Benua

Anyar 10 Banjarmasin.
BAB IV

PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

A. Deskripsi setting/ Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan di SDN Benua Anyar 10

Banjarmasin penyelenggaraan sekolah dilaksanakan pagi hari pukul 07.30 s.d 13.20

Wita. Status sekolah ini adalah sekolah Negeri. SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin ini

bertempat di jalan 9 November RT 14 Banjarmasin.

Pada kelas V yang dijadikan sebagai tempat penelitian ruangan cukup luas sehingga

dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar. Masing-masing kelas

dirasakan sangat nyaman dikarenakan bersih, rapi dan mendukung untuk kegiatan proses

belajar mengajar. Terdapat pula meja, kursi, papan tulis, lemari dan kipas angin yang

memadai pada setiap kelas. Sirkulasi udara pada kelas sudah cukup baik dikarenakan

mempunyai ventilasi yang baik dan sinar matahari cukup baik karena mempunyai jendela

serta dilengkapi oleh penerangan listrik Terdapat jumlah siswa maupun siswi pada kelas

tersebut sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 15 orang anak laki-laki dan 16 orang anak

perempuan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Adapun 1 bangunan yang

memiliki dua lantai yaitu pada kelas I, II dan IV pada posisi lantai 1, sedangkan pada

lantai 2 memiliki 2 ruangan kelas yaitu kelas V dan kelas VI.

Prestasi belajar siswa pada kelas V memiliki tingkat nilai yang bermacam-macam.

Terlebih lagi pada mata pelajaran IPS, nilai rata-rata hasil belajar siswa tidak mengalami

peningkatan yang berarti. Adapun hasil nilai pada tahun ajaran 2012/2013 sebesar 60.
Hasil rata-rata tersebut dibawah nilai rata-rata KKM yang sudah ditetapkan oleh dewan

guru dan kepala sekolah yaitu 65.

Permasalahan yang sering terjadi pada pembelajaran IPS yaitu hampir sebagian

siswa menganggap bahwa pelajaran IPS kurang menyenangkan serta hanya sering

berupa hapalan. Seringnya penggunaan metode ceramah dan latihan soal membuat siswa

hanya memperhatikan penjelasan guru tanpa melakukan aktivitas sehingga siswa

menjadi pasif. Oleh karena itulah, dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas pada mata

pelajaran IPS dikelas V SDN Benua Anyar 10 banjarmasin dengan menggunakan model

kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing.

B. Persiapan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini, diawali seorang peneliti membuat rencana penelitian

proposal yang diajukan kepada dosen pembimbing. Kemudian setelah proposal tersebut

disetujui maka langkah selanjutnya sebagai berikut:

1. Persiapan Perlengkapan Penelitian

Peneliti melakukan persiapan perlengkapan, antara lain:

a. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dirancang pada tahap

perencanaan, di mana sebagai pengajar adalah peneliti sendiri.

b. Mempersiapkan lembar kerja siswa, materi pelajaran, alat peraga/media

pembelajaran seperti meja guru, kotak kecil yang berisi kancing-kancing,

pensil, doubeltip, gambar, peta konsep, materi bahasan dan buku paket dari

berbagai sumber dan media pembelajaran.

c. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi

aktivitas guru.
d. Mempersiapkan alat evaluasi hasil belajar yang sesuai dengan kompetensi

yang ingin dicapai.

2. Persiapan Administrasi

Persiapan administrasi meliputi:

a. Membuat surat permohonan rekomendasi penelitian kepada FKIP UNLAM

b. Terbitnya surat pengantar atau izin penelitian dari Ketua Program Studi S1

PGSD FKIP UNLAM nomor 614/UN8.1.2.5.3/KM/2014 yang ditujukan

kepada Dinas Pendidikan.

c. Surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan dengan nomor 070/1103-

Sekr/Dipendik.

d. Terbitnya surat izin penelitian dari sekolah SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin

3. Persiapan Waktu Pelaksanaan PTK di Kelas

Peneliti menyiapkan penelitian selama 2 siklus, setiap siklus berlangsung selama

4 jam pelajaran (2 kali pertemuan) dengan alokasi waktu 2 x 35 menit disetiap

pertemuan, dan tes akhir siklus yang harus dilaksanakan setiap akhir siklus.

4. Penentuan Observer

Sebelum peneliti menyiapkan waktu penelitian tindakan kelas, terlebih dahulu

peneliti meminta kesediaan Ibu Nadya Yulianie, S.Pd untuk menjadi observer

pada saat kegiatan pembelajaran dikelas berlangsung. Peneliti menunjuk beliau

sebagai observer dikarenakan beliau memiliki latar belakang S1 dan sudah

mengenal baik kondisi siswa sehingga dapat memberikan penilaian yang baik

dalam penelitian ini. Alasan lain memilih ibu Nadya Yulianie, S.Pd yaitu sudah

berpengalaman melakukan penelitian untuk dapat memahami cara kerja pada


penelitian ini. Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas ini peneliti

terlebih dahulu melakukan konsultasi tentang kegiatan yang akan dilaksanakan

menyamakan persepsi serta penggunaan lembar observasi guru yang akan

digunakan oleh observer. Setelah observer mengizinkan untuk menetapkan beliau

sebagai observer makan dilakukan penetapan jadwal untuk melaksanakan

penelitian tindakan kelas.

C. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN Benua

Anyar 10 Banjarmasin pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan

model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing Gemerincing pada

mata pelajaran IPS pada materi peristiwa sekitar proklamasi. Pelaksanaan ini

dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan dengan alokasi

waktu tiap pertemuan adalah 2 x 35 menit dan setiap akhir siklus dilakukan evaluasi tes

akhir siklus. Adapun jadwal pelaksanaan PTK tertera pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas siklus I dan Siklus II

Siklus dan
No Hari/Tanggal Waktu Materi Pelajaran Penilaian
Pertemuan

Senin, 17 Maret Siklus I Peristiwa Menjelang Tertulis dan


1.
2014 Pertemuan I 10.50-12.00 Proklamasi Kemerdekaan Performance

Rabu, 19 Maret Siklus I Pembentukan Alat Tertulis dan


2.
2014 Pertemuan II 08.15-09.15 kemerdekaan NKRI Performance
Soal tes formatif mengenai
Jumat, 21 Maret
3. Tes Akhir Siklus I pertemuan I dan pertemuan Tertulis
2014 10.50-12.00
II

Senin, 24 Maret Siklus II Tokoh-Tokoh Tertulis dan


4. 08.15-09.15
2014 Pertemuan I Kemerdekaan Indonesia Performance

Rabu, 26 Maret Siklus II Menghargai Jasa-Jasa Tertulis dan


5. 10.50-12.00
2014 Pertemuan II Pahlawan Performance
Soal tes formatif pada
Jumat 28 Maret
6. Tes Akhir Siklus II 08.15-09.15 pertemuan III dan Tertulis
2014
pertemuan IV
Dari tabel jadwal kegiatan pembelajaran di atas dapat kita lihat langkah-langkah

pelaksanaan pembelajarannya sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Pertemuan 1

Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I pertemuan 1 ini dilakukan pada tanggal 17

Maret 2014

1) Skenario Kegiatan

Pada skenario kegiatan ini penelitian dilaksanakan dikelas V SDN Benua

Anyar 10 Banjarmasin dimulai pada hari Senin, 17 Maret 2014 dengan

pelaksanaan penelitian yang saya lakukan sendiri. Penelitian ini menggunakan

model pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu bervariasi dengan model

pembelajaran Kancing Gemerincing yang akan dilaksanakan dengan dua siklus,

dengan penerapan model pembelajaran ini siswa dapat mengetahui peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi disekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, antara lain:

a. Merancang skenario pembelajaran dengan menggunakan model

kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran

Kancing Gemerincing.

b. Mempersiapkan sarana yang mendukung dalam proses pembelajaran

yaitu media gambar serta peta konsep untuk materi peristiwa sekitar

proklamasi.
c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

berdasarkan pada kurikulum pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

dengan menggunakan model kooperatif tipe Tari Bambu variasi

dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing

d. Menyediakan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.

e. Menyediakan lembar kerja siswa (LKS) dan lembar kerja kelompok

(LKK).

f. Menyusun alat Evaluasi tes hasil belajar untuk mengetahui

kemampuan siswa serta hasil belajar siswa.

g. Merancang pembuatan pembagian kelompok yang heterogen baik

jenis kelamin maupun kemampuan akademiknya.

h. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran IPS

dengan pokok bahasan Peristiwa Sekitar Proklamasi.

i. Menyusun alat evaluasi untuk mengukur peningkatan prestasi belajar

siswa serta kemampuannya menyelesaikan tugas kelompok melalui

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Tari Bambu

bervariasi dengan model Kancing Gemerincing.

j. Melakukan koordinasi dengan observer dan kepala sekolah tentang

jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

Pada skenario kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam 3

tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan awal, guru masuk

kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada siswa kemudian guru

mempersiapkan media belajar dan peralatan yang dapat menunjang proses


pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan peserta didik dengan

mempersilahkan peserta didik membaca doa untuk mengawali pelajaran

kemudian setelah berdoa guru menanyakan kabar peserta didik serta

mengabsen. Guru memberikan apersepsi dengan materi yang telah diajarkan

kemudian mengaitkannya dengan mata pelajaran yang akan diajarkan serta

memotivasi siswa dalam mengawali pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyampaikan langkah-

langkah model pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing.

Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan secara garis besar

mengenai peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan. Guru membagi siswa

menjadi 2 kelompok besar dan membimbing kelompok untuk dapat saling

berjajar serta berhadapan dengan kelompok yang lain. Setiap pembagian

informasi diberi batas waktu tertentu kemudian salah satu barisan kelompok

bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa mendapatkan informasi yang

baru pada pasangan kelompok yang baru. Guru membagi siswa ke dalam

beberapa kelompok yang baru yang terdiri dari 5 atau 6 orang siswa secara

heterogen. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing kemudian

membagi kepada masing-masing anggota kelompok sebanyak dua atau tiga

buah kancing. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang akan
dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Jika kancing habis maka anggota

kelompok dapat mengambil kancing kembali sampai tugas selesai

Pada kegiatan akhir Guru membimbing siswa menyimpulkan pelajaran

secara bersama-sama melakukan refleksi pada proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Kemudian guru memberikan evaluasi tes hasil belajar kepada

masing-masing untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi

yang sudah dipelajari tersebut. Setelah itu guru memberikan penghargaan

kepada kelompok yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja

kelompoknya. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya serta menutup pelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Awal

Guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada siswa.

Siswa menjawab salam dari guru secara serentak. Kemudian guru

mempersiapkan media belajar dan peralatan yang dapat menunjang proses

pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan siswa dengan memperhatikan

keadaan siswa yang duduk pada tempatnya masing-masing namun hanya

sebagian siswa yang berada pada tempat duduk yang bukan tempat

duduknya. Guru memanggil salah seorang murid yang bernama M. Hafiz

Ansyari untuk memimpin teman-temannya berdoa bersama sebeum

memulai pelajaran. Setelah selesai berdoa guru meminta siswa menyiapkan

alat tulis dan buku pelajaran IPS. Guru melanjutkan kegiatan dengan

menanyakan kabar siswa serta mengabsen siswa agar guru lebih tahu siswa
yang hadir pada kelas tersebut. Ternyata murid pada hari ini semuanya

hadir.

Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan materi

yang telah diajarkan untuk mengetahui daya ingat siswa mengenai pelajaran

yang telah lalu. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar siswa lebih

merasa nyaman dan tenang dalam memahami pembelajaran yang akan

diterimanya. Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa

mengenai materi pembelajaran pada hari ini yaitu siswa diharapkan dapat

menyebutkan peristiwa-peristiwa menjelang proklamasi, merunutkan

tahapan peristiwa menjelang proklamasi, menguraikan persiapan sampai

dengan detik-detik proklamasi serta dapat mendeskripsikan peristiwa

penting yang terjadi dalam menjelang proklamasi dengan menyampaikan

hal tersebut diharapkan agar siswa lebih mengerti hal yang ingin dicapai

dalam pembelajaran tersebut.

Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran

tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing Gemerincing sehingga

anak mengerti cara melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing Gemerincing.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan secara garis besar

mengenai peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan dan dibantu dengan

media pembelajaran berupa gambar-gambar mengenai peristiwa yang terjadi

sebelum proklamasi serta peta konsep mengenai bagian-bagian peristiwa


yang terjadi menjelang proklamasi. Kemudian guru membagi lembar

bahasan yang berbeda kepada masing-masing siswa untuk dipelajari. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi

yang dipelajari.

Setelah itu guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar namun

pada tahap pembagian kelompok tersebut masing dirasa kurang baik

dikarenakan sebagian siswa memilih pasangannya masing-masing.

Keributan yang terjadi juga dikarenakan siswa berpikir bahwa mereka hanya

berpasangan saja dan membicarakan materi yang hanya mereka ingat saja

tanpa memperhatikan petunjuk yang diberikan guru. Setiap pembagian

informasi siswa melakukannya dengan keadaan berbicara sekeras-kerasnya

kepada pasangannya serta informasi yang didapat pun masih belum dapat

dikuasai siswa dengan baik.

Ketika dirasa siswa sudah selesai berbagi informasi dengan pasangan

awal, guru meminta siswa bergeser untuk membentuk pasangan informasi

yang baru terus menerus sampai kembali lagi pada pasangan awal. Setelah

siswa selesai berbagi informasi guru membagi siswa menjadi 5 kelompok

yang didalamnya terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. Kotak kecil

yang berisi kancing-kancing kemudian membagi kepada masing-masing

anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah kancing. Kemudian guru

memberikan lembar kerja kelompok (LKK) yang akan dikerjakan oleh

masing-masing kelompok. Guru memilih salah satu siswa yang tercepat

menganggkat kancingnya untuk membacakan hasil tanya jawab dalam


diskusi kelompok. Jika salah satu kancing anggota kelompok habis maka

siswa tersebut harus menunggu sampai temannya juga menghabiskan

kancing baru setelah itu siswa boleh mengambil kancing yang sudah

terkumpul di tengah kelompoknya.

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran. Setelah itu

guru melakukan refleksi pada proses pembelajaran yang telah dipelajari.

Kemudian guru memberikan evaluasi tes hasil belajar kepada masing-

masing siswa. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok

yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja kelompoknya. Kemudian

guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya

serta memberikan nasehat kepada siswa agar lebih giat lagi belajar setelah

itu guru menutup pelajaran.

3) Hasil Observasi

a. Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan dalam pertemuan 1 pada

siklus I ini dapat dapat dilihat pada gambaran tabel hasil observasi aktivitas

guru sebagai berikut:


Tabel 4.2 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1

Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 14
Kriteria Cukup Baik

Kriteria Penilaian Aktivitas Guru:


No Skor Penilaian Kriteria Penilaian
1 7 12 Kurang Baik
2 13 18 Cukup Baik
3 19 23 Baik
4 24 28 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dapat dikategorikan cukup baik. Pada tabel 4.2 juga

terlihat jumlah skor dari aktivitas guru yaitu sebesar 14. Pada sebagian besar

aspek mendapatkan skor rendah serta masih belum dilaksanakan secara

maksimal. Adapun skor rendah yang didapatkan oleh guru yaitu pada saat

guru mengkondisikan siswa untuk saling berhadapan dan membuat siswa

untuk melakukan langkah-langkah yang telah diberikan dengan baik.

Kekurangan guru pada saat mengajar yaitu belum bisa menguasai kondisi
kelas terlebih lagi dalam mengatur dan menjaga ketenangan dalam kelas,

guru mengalami kesulitan dalam membagi siswa dalam kelompok sehingga

membuat kelas jadi tidak terkendali, masih kurang dalam membimbing

siswa sehingga terjadi kegaduhan di kelas akibat kurang bisa mengatur

alokasi waktu yang telah ditetapkan menjadi melebihi jam pelajaran.

Berdasarkan pengamatan observer terhadap guru dalam pengelolaan

pembelajaran model kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model

pembelajaran Kancing Gemerincing dapat dilihat dari skor yang didapatkan

guru masih terdapat aktivitas yang tidak maksimal.

b. Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap

kegiatan siswa pada siklus I pertemuan 1, gambaran sebagai berikut ini:

Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 14
Kriteria Cukup Baik
Tabel 4.3 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui perolehan aktivitas siswa

memiliki presentase 50,48% dengan kriteria Cukup Aktif. Dari yang

dapat dilihat siswa sudah cukup aktif namun masih belum maksimal dalam

mengikuti kegiatan belajar sehingga akan dilakukan perbaikan pada

pertemuan berikutnya agar siswa lebih aktif serta dapat mencapai indikator

yang sudah ditetapkan.

Data hasil observasi aktivitas siswa pada tabel 4.3 dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Siklus I Pertemuan 1

64,00% 65,00% 65,00%


62,00%

55,00%

Interaksi yang Bertanggung Partisipasi aktif Kerjasama Keberanian


baik jawab dalam dalam proses dengan mengajukan
kelompoknya kelompok pendapatan

Gambar 4.1 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1

c. Observasi Hasil Belajar Siswa

1) Hasil Belajar Kelompok

Hasil kerja kelompok pada pembelajaran pada siklus I

pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.4 Hasil Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1

No Kelompok Nilai Kerja


Kelompok
1 Kelompok 1 70
2 Kelompok 2 20
3 Kelompok 3 20
4 Kelompok 4 50
5 Kelompok 5 40
Jumlah 200
Rata-rata 40

Dari nilai di atas dapat diketahui bahwa kelompok yang

memiliki nilai tertinggi yaitu kelompok 1 dengan perolehan nilai

hasil kerja kelompok mendapatkan nilai 70 dan yang terendah

mendapatkan 20. Siswa masih belum mampu melakukan tugas

kelompok dengan baik serta masih kurangnya kerjasama antar

anggota kelompok dan kurangnya tanggung jawab masing-masing

anggota. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kerja kelompok akan

berpengaruh pada kemampuan siswa secara individu. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik gambar dibawah ini:

80
70
70
60
50
50
40
40
30
20 20
20
10
0
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5

Gambar 4.2 Grafik Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1


2) Hasil Penilaian Individu

Berdasarkan tes hasil evaluasi belajar yang dilakukan pada

proses pembelajaran pada Siklus I Pertemuan 1 dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Penilaian Individu Siklus I Pertemuan 1

No Nilai Pertemuan 1 Keterangan


Frekuensi Persentase
1 100 1 3,22% Tuntas
2 90 7 22,59% Tuntas
3 80 7 22,59% Tuntas
4 70 3 9,68% Tuntas
5 60 3 9,68% Tidak Tuntas
6 50 5 16,12% Tidak Tuntas
7 40 5 16,12% Tidak Tuntas
8 30 0 0 Tidak Tuntas
9 20 0 0 Tidak Tuntas
10 10 0 0 Tidak Tuntas
Jumlah 2130
Ketuntasan Klasikal 58,08% 100%
Rata-rata 68,70

8
7 7
7
6
5 5
5
4
3 3
3
2
1
1
0
0
100 90 80 70 60 50 40 10

Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Individu Siklus I Pertemuan 1

Berdasarkan tabel hasil nilai individu di atas maka dapat dapat

diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 100 ada 1 orang, siswa

yang mendapat nilai 80 ada 7 orang, siswa yang mendapat nilai 70 ada
3 orang, siswa yang mendapat nilai 50 ada 5 orang dan yang terendah

siswa yang mendapat nilai 30 ada 5 orang. Jika dihitung secara

klasikal maka jumlah tersebut tidak dapat memenuhi syarat

keberhasilan suatu penelitian dikarenakan persentase ketuntasan

klasikal hanya 58,08% sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 41,92%

belum dapat memenuhi standar kriteria ketuntasan minimal.

Ketuntasan klasikal pada Siklus I Pertemuan 1 dapat dilihat dalam

bentuk diagram sebagai berikut:

Pertemuan I Siklus 1
Tuntas Tidak Tuntas

42%
58%

Gambar 4.4 Grafik Ketentusan Klasikal Siklus I Pertemuan 1

Terlihat pada gambar 4.4 ketuntasan klasikal pada Siklus I

Pertemuan 1 adalah 58,08% belum tercapai untuk indikator

keberhasilan pada ketuntasan klasikal 80% siswa mendapat nilai

65. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai

indikator keberhasilan secara kelasikal. Masih banyak yang harus

diperhatikan serta diperbaiki sehingga untuk pertemuan berikutnya

agar hasil belajar dapat lebih baik lagi.

4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus I pertemuan 1 yang

meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat direfleksikan

sebagai berikut:

a. Aktivitas guru dalam mengajar masih belum maksimal. Terlihat dari

pengelolaan kelas serta proses belajar. Hal tersebut juga terlihat pada

hasil skor perolehan oleh guru yang belum mencapai indikator

keberhasilan yang sudah ditetapkan. Pada saat guru meminta siswa

untuk membagi kelas menjadi 2 kelompok besar, serta pada saat guru

meminta siswa untuk bergeser ketika sudah memberikan informasi

kepada pasangannya. Guru kurang mengontrol pembagian waktu di

saat siswa bertukar informasi akibatnya banyak waktu yang terbuang.

Kemudian guru belum mampu memimpin jalannya suatu diskusi

disebabkan banyaknya siswa yang ingin memberikan tanggapan.

Sebaiknya guru lebih tanggap terhadap pelaksanaan yang dilakukan

masing-masing kelompok Guru kurang bisa mengatur alokasi waktu

yang telah ditetapkan sehingga melebihi jam pelajaran. Oleh karena itu

guru memperbaiki pengelolaan waktu pada proses belajar mengajar,

serta lebih memperbaiki lagi terhadap pengelolaan kelas dan bersikap

lebih tegas serta disiplin dalam pelaksanaan proses belajar agar lebih

efektif.

b. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih belum mencapai

indikator keberhasilan. Pada siklus I pertemuan 1 siswa hanya

mencapai kriteria cukup aktif dengan presentase sebanyak sekitar


50,48%. Hal ini menunjukkan aktivitas siswa masih rendah dan masih

perlu ditingkatkan agar tercapai hasil yang lebih maksimal. Siswa

masih belum berpartisipatif aktif dalam pembelajaran serta masih

belum memilki kerjasama yang baik dalam kelompoknya. Hal tersebut

juga diakibatkan siswa masih belum terbiasa dalam penerapan model

pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan model pembelajaran

Kancing Gemerincing. Siswa belum dapat menguasai materi yang

sudah diberikan pada masing-masing siswa untuk sebagai bahan

bahasan yang akan dibagi kepada temannya pada saat berbagi

informasi. Siswa memberikan informasi sesuai informasi yang siswa

dapat namun sebagian siswa hanya bertanya kepada pasangannya

tanpa memberikan informasi yang jelas. Agar mengurangi kesalahan

yang dilakukan siswa.

c. Untuk hasil belajar individu masih dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) dimana persentase ketuntasan klasikal hanya

mencapai 58,08% sedangkan persentase tidak tuntas sebesar 41,92%.

Hal ini disebabkan siswa kurang memperhatikan pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung. Guru kurang mampu menguasai kondisi

kelas sehingga pada saat evaluasi siswa belum dapat menyelesaikan

secara baik. Jadi untuk pertemuan berikutmnya guru akan

mengkondisikan kelas dengan baik dan akan belajar untuk menguasai

kondisi kelas yang baik.

b. Pertemuan 2
Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I pertemuan 2 ini dilakukan pada

tanggal 19 Maret 2014

1) Skenario Kegiatan

Pada skenario kegiatan ini penelitian dilaksanakan dikelas V SDN

Benua Anyar 10 Banjarmasin dimulai pada hari Senin, 19 Maret 2014

dengan pelaksanaan penelitian yang saya lakukan sendiri. Penelitian ini

menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu

bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing yang akan

dilaksanakan dengan dua siklus, dengan penerapan model pembelajaran

ini siswa dapat mengetahui Pembentukan Alat kemerdekaan NKRI.

Pada skenario kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan

kedalam 3 tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan

awal, guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada

siswa kemudian guru mempersiapkan media belajar dan peralatan yang

dapat menunjang proses pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan

peserta didik dengan mempersilahkan peserta didik membaca doa untuk

mengawali pelajaran kemudian setelah berdoa guru menanyakan kabar

peserta didik serta mengabsen. Guru memberikan apersepsi dengan

materi yang telah diajarkan kemudian mengaitkannya dengan mata

pelajaran yang akan diajarkan serta memotivasi siswa dalam mengawali

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru menjelaskan

tujuan pembelajaran serta menyampaikan langkah-langkah model

pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing


Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi

dengan model Kancing Gemerincing.

Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan secara garis besar

mengenai pembentukan alat kemerdekaan NKRI. Guru membagi lembar

bahasan kepada masing-masing siswa yang nantinya digunakan untuk

berbagi informasi yang didapatnya kepada pasangannya. Guru membagi

siswa menjadi 2 kelompok besar dan membimbing kelompok untuk

dapat saling berjajar serta berhadapan dengan kelompok yang lain.

Setiap pembagian informasi diberi batas waktu tertentu kemudian salah

satu barisan kelompok bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa

mendapatkan informasi yang baru pada pasangan kelompok yang baru.

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang baru yang

terdiri dari 5 atau 6 orang siswa secara heterogen. Guru menyiapkan

kotak kecil yang berisi kancing-kancing kemudian membagi kepada

masing-masing anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah kancing.

Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang akan

dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Jika kancing habis maka

anggota kelompok dapat mengambil kancing kembali sampai tugas

selesai.

Pada kegiatan akhir Guru membimbing siswa menyimpulkan

pelajaran secara bersama-sama melakukan refleksi pada proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberikan


evaluasi tes hasil belajar kepada masing-masing untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari

tersebut. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok

yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja kelompoknya.

Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya serta menutup pelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Awal

Guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam

kepada siswa. Siswa menjawab salam dari guru secara serentak.

Kemudian guru mempersiapkan media belajar dan peralatan yang

dapat menunjang proses pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan

siswa dengan memperhatikan keadaan siswa yang duduk pada

tempatnya masing-masing namun hanya sebagian siswa yang berada

pada tempat duduk yang bukan tempat duduknya. Guru memanggil

salah seorang murid yang bernama Tri Sutrisno untuk memimpin

teman-temannya berdoa bersama sebelum memulai pelajaran.

Setelah selesai berdoa guru meminta siswa menyiapkan alat tulis

dan buku pelajaran IPS. Guru melanjutkan kegiatan dengan

menanyakan kabar siswa serta mengabsen siswa agar guru lebih tahu

siswa yang hadir pada kelas tersebut. Ternyata murid pada hari ini

semuanya hadir.
Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan

materi yang telah diajarkan untuk mengetahui daya ingat siswa

mengenai pelajaran yang telah lalu. Guru memberikan motivasi

kepada siswa agar siswa lebih merasa nyaman dan tenang dalam

memahami pembelajaran yang akan diterimanya. Kemudian guru

menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa mengenai materi

pembelajaran pada hari ini dengan menyampaikan hal tersebut

diharapkan agar siswa lebih mengerti hal yang ingin dicapai dalam

pembelajaran tersebut.

Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah model

pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi

dengan model Kancing Gemerincing.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan secara garis

besar mengenai pembentukan alat kemerdekaan NKRI dan dibantu

dengan media pembelajaran berupa gambar-gambar mengenai

pembentukan alat kemerdekaan NKRI serta peta konsep mengenai

bagian-bagian peristiwa yang terjadi pembentukan alat kemerdekaan

NKRI. Kemudian guru membagi lembar bahasan yang berbeda

kepada masing-masing siswa untuk dipelajari. Guru memberikan


kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang

dipelajari.

Setelah itu guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar

Setiap siswa membagi informasi dengan pasangannya. Ketika dirasa

siswa sudah selesai berbagi informasi dengan pasangan awal, guru

meminta siswa bergeser untuk membentuk pasangan informasi yang

baru terus menerus sampai kembali lagi pada pasangan awal. Setelah

siswa selesai berbagi informasi guru membagi siswa menjadi 5

kelompok yang didalamnya terdapat siswa laki-laki dan siswa

perempuan. kotak kecil yang berisi kancing-kancing kemudian

membagi kepada masing-masing anggota kelompok sebanyak dua

atau tiga buah kancing. Namun siswa memainkan kancing-kancing

tersebut sehingga banyak dari siswa yang kehilangan kancingnya

sehingga meminjam kancing teman satu kelompoknya. Kemudian

guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK) yang akan

dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Guru memilih salah satu

siswa yang tercepat menganggkat kancingnya untuk membacakan

hasil tanya jawab dalam diskusi kelompok. Jika salah satu kancing

anggota kelompok habis maka siswa tersebut harus menunggu

sampai temannya juga menghabiskan kancing baru setelah itu siswa

boleh mengambil kancing yang sudah terkumpul di tengah

kelompoknya.

c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran.

Setelah itu guru melakukan refleksi pada proses pembelajaran yang

telah dipelajari. Kemudian guru memberikan evaluasi tes hasil

belajar kepada masing-masing siswa dengan memberikan waktu

yang cukup untuk siswa. Setelah itu guru memberikan penghargaan

kepada kelompok yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja

kelompoknya. Kemudian guru menyampaikan materi yang akan

dibahas pada pertemuan berikutnya serta memberikan nasehat

kepada siswa agar lebih giat lagi belajar setelah itu guru menutup

pelajaran.

3) Hasil Observasi

a. Observasi Kegiatan Guru

Hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan dalam pertemuan

2 pada siklus I ini dapat dapat dilihat pada gambaran tabel hasil

observasi aktivitas guru sebagai berikut:


Tabel 4.6 Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2

Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 20
Kriteria Baik

Kriteria Penilaian Guru

No Persentase Penilaian Kriteria Penilaian


1 7 - 12 Kurang Baik
2 13 - 18 Cukup Baik
3 19 - 23 Baik
4 24 - 28 Sangat Baik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I pertemuan 2 yang

dilaksanakan oleh guru sudah dikategorikan baik dengan jumlah

skor 20. Nilai aktivitas guru yang diamati pada siklus I pertemuan 2

dalam mengelola pembelajaran tergolong baik, terlihat hampir

sebagian aspek telah dilaksanakan dengan cukup maksimal.

b. Observasi Aktivitas Siswa


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti

terhadap kegiatan siswa pada siklus I pertemuan 2, maka didapat

gambaran sebagai berikut ini:

No Aspek yang SA A CA KA Total


diamati

1 Interaksi yang 1 11 14 5 70%


baik
2 Bertanggung 0 11 11 9 64%
Jawab dalam
kompleknya
3 Partisipasi aktif 4 7 14 6 71%
dalam proses
pembelajaran
4 kerjasama dengan 3 10 13 5 73%
kelompok
5 keberanian 2 7 14 8 65%
mengajukan
pendapatan
Jumlah 343
Jumlah skor maksimal 620
Presentase klasikal 55,32%
Siswa tidak aktif 44,68%
Kriteria Cukup Aktif

Tabel 4.7 Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa persentase

aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan hanya mencapai 55,32%

dengan kriteria cukup aktif. Masih ada siswa yang kurang berani

mengajukan pendapatnya sehingga sebagian siswa msih harus di

tunjuk dahulu untuk berbicara. Data hasil observasi aktivitas siswa

pada tabel 4.7 dapat dilihat pada grafik berikut ini:


Siklus I Pertemuan 2
73,00%
71,00%
70,00%

65,00%
64,00%

Interaksi yang Bertanggung Partisipasi aktif Kerjasama Keberanian


baik jawab dalam dalam proses dengan mengajukan
kelompoknya pembelajaran kelompok pendapatan

Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2

Berdasarkan gambar di atas, jelas terlihat kerjasama siswa di dalam

kelompoknya sudah baik dan partisipasi siswa menjadi aktif dalam kegiatan

pembelajaran sehingga siswa semakin berinteraksi dengan baik. Aspek

tersebut memiliki peningkatan yang baik namun hal tersebut berada jauh

bila dibandingkan dengan aspek yang lain. Oleh karena itu, pada siklus II

diharapkan aspek-aspek yang diamati dari siswa dapat meningkat lebih baik

lagi.

c. Observasi Hasil Belajar Siswa

1) Observasi Hasil Belajar Kelompok

Hasil kerja kelompok pada pembelajaran pada siklus I

pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel berikut:


Tabel 4.8 Hasil Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2

No Kelompok Nilai Kerja


Kelompok
1 Kelompok 1 50
2 Kelompok 2 75
3 Kelompok 3 75
4 Kelompok 4 80
5 Kelompok 5 75
Jumlah 350
Rata-rata 70

Dari nilai di atas dapat diketahui bahwa kelompok yang

memiliki nilai tertinggi yaitu kelompok 4 dengan perolehan nilai

hasil kerja kelompok mendapatkan nilai 80 dan yang terendah

mendapatkan 50 yang dimiliki oleh kelompok 1. Siswa masih

belum bisa mengerjakan tugasnya serta kurang mampu dalam

memahami tugas yang diberikan guru. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada grafik gambar dibawah ini:

80
60
40 75 75 80 75
50
20
0

Gambar 4.6 Grafik Hasil Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2

2) Hasil Penilain Individu

Berdasarkan tes hasil belajar yang dilakukan pada proses

pembelajaran pada Siklus I Pertemuan 2

dapat dilihat pada tabel berikut ini:


Tabel 4.9 Penilaian Individu Siklus I Pertemuan 2

No Nilai Pertemuan 2 Keterangan


Frekuensi Persentase
1 100 1 3,22% Tuntas
2 90 4 12,90% Tuntas
3 80 9 29,03%% Tuntas
4 70 8 25,81% Tuntas
5 60 5 16,14% Tidak Tuntas
6 50 4 12,90% Tidak Tuntas
7 40 0 0 Tidak Tuntas
8 30 0 0 Tidak Tuntas
9 20 0 0 Tidak Tuntas
10 10 0 0 Tidak Tuntas
Jumlah 2240
Ketuntasan Klasikal 70,96% 100%
Rata-rata 72,25

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai tertinggi yang

diperoleh siswa adalah 100 hanya 1 orang dengan presentase

sebesar 3,22% sedangkan 4 orang mendapatkan nilai terendah

sebesar 50 dengan presentase 12,90%, nilai terbanyak yang

diperoleh siswa yaitu 80 sebanyak 9 orang dan nilai paling

sedikit adalah 100, yaitu sebanyak 1 orang. Jika dihitung secara

klasikal belum dapat memenuhi syarat keberhasilan penelitian

dikarenakan persentase ketuntasan klasikalnya hanya 70,96%,

sedangkan sisanya 29,04% belum memenuhi standar ketuntasan

minimal. Ketuntasan klasikal pada Siklus I Pertemuan 2

disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :


Siklus I Pertemuan 2
Tuntas Tidak Tuntas

29%

71%

Gambar 4.7 Grafik Ketentusan Klasikal Siklus I Pertemuan 2

Terlihat pada gambar 4.6 ketuntasan klasikal pada Siklus I

Pertemuan 2 adalah 70,96% belum tercapai untuk indikator

keberhasilan pada ketuntasan klasikal 80% siswa mendapat nilai

65. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai

indikator keberhasilan secara klasikal. Masih banyak yang harus

diperhatikan serta lebih diperbaiki lagi sehingga pada pertemuan

berikutnya memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi.

4) Refleksi

Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus I pertemuan 2

yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat

direfleksikan sebagai berikut:

a. Aktivitas guru dalam mengajar masih belum maksimal. Guru

sudah dapat memperbaiki kesalahan yang terjadi pada siklus I


pertemuan 1. Hasil yang diperoleh pada aktivitas guru siklus I

pertemuan 2 memiliki skor sebesar 20 dengan kriteria baik.

Kekurangan yang terjadi pada saat siklus I pertemuan 2 ini

disebabkan guru masih belum disiplin dalam proses pembelajaran

sehingga siswa masih sulit di atur sesuai dengan proses

pembelajaran yang di inginkan. Oleh kerena itu guru akan lebih

mendisiplinkan lagi siswa pada saat proses belajar sehingga siswa

lebih terkendali dan kondusif lagi dalam proses pembelajaran

tersebut.

b. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar masih belum

maksimal dikarenakan sekitar 55,32% siswa yang dikategorikan

cukup aktif sehingga masih perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan

siswa masih kurang berinteraksi sehingga siswa menjadi pasif dan

lebih mengandalkan temannya yang lebih pintar. Sehingga pada

saat diskusi siswa tersebut mengalami keterlambatan dalam

mengungkapkan pendapat. Pada pembelajaran berikutnya hal

tersebut akan diperbaiki sehingga siswa lebih mampu untuk

berinteraksi dengan baik dan tidak akan terjadi kesalah pahaman

dalam penerimaan pelajaran yang diperlukan siswa.

c. Untuk hasil belajar secara klasikal masih belum mencapai

ketuntasan belajar karena pada siklus I pertemuan 2 ini hanya

harus lebih memberikan penjelasan materi secara jelas terutama


pada materi yang akan dijadikan sebagai bahan evaluasi dari asil

belajar siswa.

2. Siklus II

a. Pertemuan 1

Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II pertemuan 1 ini dilakukan pada

tanggal 24 Maret 2014.

1) Skenario Kegiatan

Pada skenario kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan kedalam

3 tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan awal, guru

masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada siswa

kemudian guru mempersiapkan media belajar dan peralatan yang dapat

menunjang proses pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan peserta

didik dengan mempersilahkan peserta didik membaca doa untuk

mengawali pelajaran kemudian setelah berdoa guru menanyakan kabar

peserta didik serta mengabsen. Guru memberikan apersepsi dengan

menanyakan materi yang telah diajarkan kemudian mengaitkannya dengan

mata pelajaran yang akan diajarkan serta memotivasi siswa dalam

mengawali pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru

menjelaskan tujuan pembelajaran serta menyampaikan langkah-langkah

model pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi dengan

model Kancing Gemerincing.


Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan secara garis besar

mengenai peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan. Guru membagi

siswa menjadi 2 kelompok besar dan membimbing kelompok untuk dapat

saling berjajar serta berhadapan dengan kelompok yang lain. Setiap

pembagian informasi diberi batas waktu tertentu kemudian salah satu

barisan kelompok bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa

mendapatkan informasi yang baru pada pasangan kelompok yang baru.

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang baru yang terdiri

dari 5 atau 6 orang siswa secara heterogen. Guru menyiapkan kotak kecil

yang berisi kancing-kancing kemudian membagi kepada masing-masing

anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah kancing. Kemudian guru

memberikan lembar kerja kelompok yang akan dikerjakan oleh masing-

masing kelompok. Jika kancing habis maka anggota kelompok dapat

mengambil kancing kembali sampai tugas selesai.

Pada kegiatan akhir Guru membimbing siswa menyimpulkan

pelajaran secara bersama-sama melakukan refleksi pada proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberikan

evaluasi tes hasil belajar kepada masing-masing untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari tersebut. Setelah

itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai

yang bagus untuk hasil kerja kelompoknya. Kemudian guru

menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya

serta menutup pelajaran.


2) Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Awal

Guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada

siswa. Siswa menjawab salam dari guru secara serentak. Kemudian

guru mempersiapkan media belajar dan peralatan yang dapat

menunjang proses pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan siswa

dengan memperhatikan keadaan siswa yang duduk pada tempatnya

masing-masing namun hanya sebagian siswa yang berada pada tempat

duduk yang bukan tempat duduknya. Guru memanggil salah seorang

murid yang bernama Ahmad Husairi untuk memimpin teman-

temannya berdoa bersama sebeum memulai pelajaran. Setelah selesai

berdoa guru meminta siswa menyiapkan alat tulis dan buku pelajaran

IPS. Guru melanjutkan kegiatan dengan menanyakan kabar siswa serta

mengabsen siswa agar guru lebih tahu siswa yang hadir pada kelas

tersebut. Ternyata murid pada hari ini semuanya hadir.

Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan

materi yang telah diajarkan untuk mengetahui daya ingat siswa

mengenai pelajaran yang telah lalu. Guru memberikan motivasi

kepada siswa agar siswa lebih merasa nyaman dan tenang dalam

memahami pembelajaran yang akan diterimanya. Kemudian guru

menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa mengenai materi

pembelajaran pada hari ini dengan menyampaikan hal tersebut


diharapkan agar siswa lebih mengerti hal yang ingin dicapai dalam

pembelajaran tersebut.

Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah model

pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi

dengan model Kancing Gemerincing.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan secara garis

besar mengenai tokoh-tokoh kemerdekaan Indonesia. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

materi yang dipelajari. Setelah itu guru membagi siswa menjadi 2

kelompok besar Setiap siswa memberi informasi terhadap

pasangannya yang masing-masing dari siswa sudah mampu

menguasai materi pembahasan dengan baik. Ketika siswa sudah

selesai berbagi informasi dengan pasangan awal, guru meminta

siswa bergeser untuk membentuk pasangan informasi yang baru

terus menerus sampai kembali lagi pada pasangan awal. Setelah

siswa selesai berbagi informasi guru membagi siswa menjadi 5

kelompok yang didalamnya terdapat siswa laki-laki dan siswa

perempuan. kotak kecil yang berisi kancing-kancing kemudian

membagi kepada masing-masing anggota kelompok sebanyak dua

atau tiga buah kancing. Kemudian guru memberikan lembar kerja

kelompok (LKK) yang akan dikerjakan oleh masing-masing


kelompok. Guru memilih salah satu siswa yang tercepat mengangkat

kancingnya untuk membacakan hasil tanya jawab dalam diskusi

kelompok. Jika salah satu kancing anggota kelompok habis maka

siswa tersebut harus menunggu sampai temannya juga menghabiskan

kancing baru setelah itu siswa boleh mengambil kancing yang sudah

terkumpul di tengah kelompoknya.

c. Kegiatan Akhir

Guru bersama-sama siswa menyimpulkan pelajaran yang

telah dipelajari. Guru merefleksi pelajaran yang telah sipelajari,

kemudian guru membagikan soal evaluasi kepada masing-masing

siswa. Setelah selesai, guru mengumumkan dan memberikan

penghargaan kepada beberapa kelompok. Kemudian terakhir, guru

memberikan nasehat dan saran agar anak selalu bisa belajar ke

sekolah dan penutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

3) Hasil Observasi

a. Observasi aktivitas guru

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II

pertemuan 1 dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru yang

telah dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:


Tabel 4.10 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1

Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar
2 Guru meminta pada masing-masing kelompok
saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan saling
berbagi informasi
4 Guru mengawasi jajaran bergeser searah jarum
jam menjadi pasangan informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok baru
secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 22

Kriteria Baik

Kriteria Penilaian Guru

No Persentase Penilaian Kriteria Penilaian


1 7 - 12 Kurang Baik
2 13 - 18 Cukup Baik
3 19 - 23 Baik
4 24 - 28 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat dikategorikan baik.

Pada tabel 4.10 juga terlihat hasil skor perolehan guru 22. Hampir

sebagian aspek mendapatkan skor tinggi dan sudah dilaksanakan

secara baik. Kemampuan guru dalam mengelola kelas sudah baik

dan terlebih lagi pada penerapan model pembelajaran tipe Tari

Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing


Gemerincing sudah dapat dikuasai dengan baik Berdasarkan

pengamatan observer terhadap guru dalam pengelolaan

pembelajaran model kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan

model pembelajaran Kancing Gemerincing. Diharapkan dengan

peningkatan kemampuan guru tersebut dapat dipertahankan serta

ditingkatkan pada pertemuan selajutnya agar lebih maksimal.

b. Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti

terhadap kegiatan siswa pada siklus II pertemuan 1, maka didapat

gambaran sebagai berikut ini:

Tabel 4.11 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1

No Aspek yang diamati SA A CA KA Total

1 Interaksi yang baik 6 24 1 0 98%


2 Bertanggung Jawab dalam 5 24 2 0 96%
kompleknya
3 Partisipasi aktif dalam proses 4 20 7 0 90%
pembelajaran
4 kerjasama dengan kelompok 3 26 2 0 94%
5 keberanian mengajukan 2 28 0 0 92%
pendapatan

Jumlah 470
Jumlah Skor Maksimal 620
Presentase Klasikal 75,80%
Siswa tidak aktif 24,02%
Kriteria Aktif
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan aktivitas siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar sudah berada pada kriteria

aktif dengan perolehan skor sebesar 75,80% dari hasil tersebut

dapat dikatakan bahwa sudah hamper mencapai indikator

keberhasilan yang sudah ditetapkan. Dari yang dapat dilihat siswa

sudah aktif namun siswa masih belum maksimal dalam mengikuti

proses pembelajaran sehingga akan lebih diperbaiki pada

pertemuan berikutnya agar siswa dapat lebih aktif untuk mencapai

indikator yang ditetapkan. Data hasil observasi siswa pada tabel

4.11 dapat dilihat pada tabel berikut:

Siklus II Pertemuan 1

98,00%
96,00%
94%
92%
90,00%

Interaksi yang Bertanggung Partisipasi kerjasama keberanian


baik Jawab dalam aktif dalam dengan mengajukan
kompleknya proses kelompok pendapatan
pembelajaran

Gambar 4.8 Grafik Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I

c. Observasi Hasil Belajar Siswa

1) Nilai Hasil Belajar Kelompok


Hasil kerja kelompok pada pembelajaran pada siklus II

pertemuan 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 1

No Kelompok Nilai Kerja


Kelompok
1 Kelompok 1 100
2 Kelompok 2 80
3 Kelompok 3 100
4 Kelompok 4 80
5 Kelompok 5 80
Jumlah 440
Rata-rata 88

Dari nilai di atas dapat diketahui bahwa kelompok yang

memiliki nilai tertinggi yaitu kelompok 1 dengan perolehan

nilai hasil kerja kelompok mendapatkan nilai 100 dan yang

terendah mendapatkan 80. Siswa sudah mampu melakukan

tugas kelompok dengan baik serta kerjasama antar anggota

kelompok juga semakin lebih baik lagi. Sebagian besar siswa

sudah mampu melakukan tugas dengan benar. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada grafik gambar dibawah ini:

Siklus II Pertemuan 1
100 100
80 80 80
Gambar 4.8 Grafik Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 1

2) Hasil Penilaian Individu

Berdasarkan tes hasil evaluasi belajar yang dilakukan

pada proses pembelajaran pada Siklus II Pertemuan 1 dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.13 Hasil Penilaian Individu Siklus II Pertemuan 1

No Nilai Pertemuan 1 Keterangan


Frekuensi Persentase
1 100 - - Tuntas
2 90 - - Tuntas
3 80 2 6,45% Tuntas
4 70 25 80.65% Tuntas
5 60 4 12,90% Tidak Tuntas
6 50 - - Tidak Tuntas
7 40 - - Tidak Tuntas
8 30 - - Tidak Tuntas
9 20 - - Tidak Tuntas
10 10 - - Tidak Tuntas
Jumlah 2150
Ketuntasan 87,1% 100%
Klasikal
Rata-rata 69,35

Siklus II Pertemuan 1
30
20
10
0
80 70 60

Gambar 4.10 Hasil Belajar Individu Siklus II Pertemuan 1

Berdasarkan tabel hasil nilai individu di atas maka dapat

dapat diketahui bahwa 2 orang siswa mendapat nilai 80, siswa

yang mendapat nilai 70 ada 25 orang sedangkan nilai terendah


adalah 60 yang dimiiki oleh 4 orang siswa. Jika dihitung secara

klasikal maka jumlah tersebut dapat memenuhi syarat

keberhasilan suatu penelitian karena persentase ketuntasan

klasikal mencapai 87,1% sedangkan yang tidak tuntas

sebanyak 12,90%. Ketuntasan klasikal pada Siklus II

Pertemuan 1 dapat dilihat dalam bentuk diagram sebagai

berikut:

Siklus II Pertemuan 1
Tuntas Tidak Tuntas
13%

87%

Gambar 4.11 Grafik Ketentusan Klasikal Siklus II Pertemuan 1

Terlihat pada gambar 4.11 ketuntasan klasikal pada Siklus II

Pertemuan 1 adalah 87,1% sudah tercapai untuk indikator keberhasilan

pada ketuntasan klasikal 80% siswa mendapat nilai 65. Dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai indikator

keberhasilan secara kelasikal. Masih harus diperbaiki sehingga untuk

pertemuan berikutnya mendapatkan hasil belajar yang lebih baik lagi.

4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus II pertemuan 1

yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat

direfleksikan sebagai berikut:


a. Aktivitas guru dalam mengajar sudah mencapai indicator

keberhasilan. Namun hanya satu aspek yang memperoleh skor

4. Aspek yang ditingkatkan oleh guru yaitu guru meminta

salah satu jajaran bergeser searah jarum jam menjadi pasangan

informasi yang baru pada aspek ini siswa sudah dapat diatur

dengan baik terlebih lagi guru memberikan batasan waktu yang

cukup untuk siswa berbagi sehingga siswa lebih mengerti

batasan-batasan waktu disaat pembagian informasi tersebut

tanpa harus diucapkan oleh guru untuk bergeser setiap saat.

Selanjutnya pada saat diskusi siswa sudah baik dalam

mengeluarkan pendapat terlebih lagi tanggung jawabnya untuk

menyerahkan kancingnya disaat memberikan pendapat sudah

dilaksanakan dengan baik. Pada pertemuan berikutnya guru

akan lebih memotivasi siswa untuk lebih berani lagi dalam

memberikan pendapatnya serta lebih memberikan semangat

lagi agar siswa bisa melakukan kegiatan pembelajaran secara

maksimal.

b. Aktivitas siswa siklus II pertemuan 1 adanya peningkatan

dibandingkan pertemuan sebelumnya serta mencapai kriteria

aktif dengan presentase 75,80%. Hal ini terlihat dalam proses

belajar mengajar sudah hampir mencapai indikator

keberhasilan yang ditetapkan. Walaupun ada beberapa aspek

yang harus lebih ditingkatkan lagi. Terutama pada partisipasi


siswa agar lebih aktif lagi dalam mengikuti proses

pembelajaran. Guru akan lebih memberikan dorongan

semangat serta memberikan pendekatan yang baik untuk lebih

membuat siswa nyaman dengan proses pembelajaran yang

dilaksanakan. Kemudian guru akan menanyakan kepada siswa

hal yang dirasa siswa masih mengalami kendala dalam tahap

pembelajaran tersebut kemudian guru memberikan arahan

positif kepada siswa agar siswa termotivasi untuk lebih terlibat

dalam proses belajar.

c. Untuk hasil belajar siswa secara individu sudah mencapai

ketuntasan klasikal sebesar 87,1%. Masih ada beberapa siswa

yang belum maksimal menjawab pertanyaan. Oleh karena itu,

pada pertemuan berikutnya guru akan meningkatkan

pembelajaran agar siswa dapat memahami materi yang

diajarkan untuk dapat menjawab tes individu tersebut.

b. Pertemuan 2

Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus II pertemuan 2 ini dilakukan pada

tanggal 26 Maret 2014

1) Skenario Kegiatan

Pada skenario kegiatan pembelajaran ini dapat dikelompokkan ke

dalam 3 tahap yaitu: kegiatan awal, inti dan penutup. Pada kegiatan

awal, guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam kepada

siswa kemudian guru mempersiapkan media belajar dan peralatan yang


dapat menunjang proses pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan

peserta didik dengan mempersilahkan peserta didik membaca doa untuk

mengawali pelajaran kemudian setelah berdoa guru menanyakan kabar

peserta didik serta mengabsen. Guru memberikan apersepsi dengan

materi yang telah diajarkan kemudian mengaitkannya dengan mata

pelajaran yang akan diajarkan serta memotivasi siswa dalam mengawali

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian guru menjelaskan

tujuan pembelajaran serta menyampaikan langkah-langkah model

pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi

dengan model Kancing Gemerincing.

Pada kegiatan inti guru memberikan penjelasan secara garis besar

mengenai peristiwa menjelang proklamasi kemerdekaan. Guru membagi

siswa menjadi 2 kelompok besar serta membimbing kelompok untuk

dapat saling berjajar serta berhadapan dengan kelompok yang lain.

Setiap pembagian informasi diberi batas waktu tertentu kemudian salah

satu barisan kelompok bergeser searah jarum jam sehingga setiap siswa

mendapatkan informasi yang baru pada pasangan kelompok yang baru.

Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang baru yang

terdiri dari 5 atau 6 orang siswa secara heterogen. Guru menyiapkan

kotak kecil yang berisi kancing-kancing kemudian membagi kepada

masing-masing anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah kancing.


Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok yang akan

dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Jika kancing habis maka

anggota kelompok dapat mengambil kancing kembali sampai tugas

selesai.

Pada kegiatan akhir Guru membimbing siswa menyimpulkan

pelajaran secara bersama-sama melakukan refleksi pada proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberikan

evaluasi tes hasil belajar kepada masing-masing untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari

tersebut. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada kelompok

yang mendapat nilai yang bagus untuk hasil kerja kelompoknya.

Kemudian guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya serta menutup pelajaran.

2) Pelaksanaan Tindakan

a. Kegiatan Awal

Guru masuk kelas tepat waktu serta mengucapkan salam

kepada siswa. Siswa menjawab salam dari guru secara serentak.

Kemudian guru mempersiapkan media belajar dan peralatan yang

dapat menunjang proses pembelajaran. Setelah itu guru menyiapkan

siswa dengan memperhatikan keadaan siswa yang duduk pada

tempatnya masing-masing namun hanya sebagian siswa yang berada

pada tempat duduk yang bukan tempat duduknya. Guru memanggil

salah seorang murid yang bernama A. Khairansyah untuk memimpin


teman-temannya berdoa bersama sebeum memulai pelajaran.

Setelah selesai berdoa guru meminta siswa menyiapkan alat tulis

dan buku pelajaran IPS. Guru melanjutkan kegiatan dengan

menanyakan kabar siswa serta mengabsen siswa agar guru lebih tahu

siswa yang hadir pada kelas tersebut. Ternyata murid pada hari ini

semuanya hadir.

Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan

materi yang telah diajarkan untuk mengetahui daya ingat siswa

mengenai pelajaran yang telah lalu. Guru memberikan motivasi

kepada siswa agar siswa lebih merasa nyaman dan tenang dalam

memahami pembelajaran yang akan diterimanya. Guru menjelaskan

tujuan pembelajaran kepada siswa mengenai materi pembelajaran

pada hari ini dengan menyampaikan hal tersebut diharapkan agar

siswa lebih mengerti hal yang ingin dicapai dalam pembelajaran

tersebut.

Kemudian guru menyampaikan langkah-langkah model

pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Kancing

Gemerincing sehingga anak mengerti cara melakukan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model Tari Bambu bervariasi

dengan model Kancing Gemerincing.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan penjelasan secara garis

besar mengenai menghargai jasa-jasa pahlawan dan dibantu dengan


media pembelajaran berupa gambar-gambar mengenai foto-foto

pahlawan serta peta konsep mengenai bagian-bagian jasa-jasa

pahlawan disaat peritiwa proklamasi. Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang dipelajari.

Setelah itu guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar

Setiap pembagian informasi siswa melakukannya dengan keadaan

berbicara dengan baikdan jelas. Ketika siswa sudah selesai berbagi

informasi dengan pasangan awal, guru meminta siswa bergeser

untuk membentuk pasangan informasi yang baru terus menerus

sampai kembali lagi pada pasangan awal. Setelah siswa selesai

berbagi informasi guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang

didalamnya terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan. kotak

kecil yang berisi kancing-kancing kemudian membagi kepada

masing-masing anggota kelompok sebanyak dua atau tiga buah

kancing. Kemudian guru memberikan lembar kerja kelompok (LKK)

yang akan dikerjakan oleh masing-masing kelompok. Guru memilih

salah satu siswa yang tercepat mengangkat kancingnya untuk

membacakan hasil tanya jawab dalam diskusi kelompok. Jika salah

satu kancing anggota kelompok habis maka siswa tersebut harus

menunggu sampai temannya juga menghabiskan kancing baru

setelah itu siswa boleh mengambil kancing yang sudah terkumpul di

tengah kelompoknya.

c. Kegiatan Akhir
Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan pelajaran.

Setelah itu guru melakukan refleksi pada proses pembelajaran yang

telah dipelajari. Kemudian guru memberikan evaluasi tes hasil

belajar kepada masing-masing siswa. Setelah itu guru memberikan

penghargaan kepada kelompok yang mendapat nilai yang bagus

untuk hasil kerja kelompoknya. Kemudian guru menyampaikan

materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya serta

memberikan nasehat kepada siswa agar lebih giat lagi belajar setelah

itu guru menutup pelajaran.

3) Hasil Observasi

a. Observasi Aktivitas Guru

Hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan dalam pertemuan

2 pada siklus II ini dapat dapat dilihat pada gambaran tabel hasil

observasi aktivitas guru sebagai berikut:


Tabel 4.14 Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2

Penilaian
No Aspek yang Diamati
1 2 3 4
1 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok
besar
2 Guru meminta pada masing-masing
kelompok saling berhadapan dan sejajar
3 Guru meminta siswa yang berpasangan
saling berbagi informasi
4 Guru meminta salah satu jajaran bergeser
searah jarum jam menjadi pasangan
informasi yang baru
5 Guru meminta siswa membentuk kelompok
baru secara heterogen sebanyak 5-6 orang
6 Guru membagi 2-3 kancing kepada masing-
masing siswa
7 B Guru memberitahukan ketika siswa
mengeluarkan pendapat harus menyerahkan
kancingnya ke tengah kelompoknya
Total Skor 25

Kriteria Sangat Baik

Kriteria Penilaian Guru

No Persentase Penilaian Kriteria Penilaian


1 7 - 12 Kurang Baik
2 13 - 18 Cukup Baik
3 19 - 23 Baik
4 24 - 28 Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikategorikan sangat baik.

Pada tabel 4.14 terlihat jumlah skor perolehan hasil dari aktivitas guru

yaitu sebesar 25. Pada sebagian besar aspek mendapatkan skor tinggi

dengan perolehan skor 4. Pada pertemuan 2 ini dilaksanakan secara

maksimal dan aspek terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat pada
kemampuan siswa yang melebihi skor indikator keberhasilan yang

ditentukan yaitu 24.

b. Observasi Aktivitas Siswa

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti

terhadap kegiatan siswa pada siklus II pertemuan 2, maka didapat

gambaran sebagai berikut ini:

Tabel 4.15 Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

No Aspek Yang Diamati SA A CA KA Total


1 Interaksi Yang Baik 9 36 0 0 102
2 Bertanggung Jawab Dalam 11 44 0 0 104
Kompleknya
3 Partisipasi Aktif Dalam 10 40 0 0 103
Proses Pembelajaran
4 Kerjasama Dengan 10 40 0 0 103
Kelompok
5 Keberanian Mengajukan 9 36 0 0 102
Pendapatan
Jumlah 511
Jumlah Skor Maksimal 620
Presentase Klasikal 82,41%
Siswa tidak aktif 17,59%
Kriteria Sangat Aktif

Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukkan aktivitas siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar sudah mencapai indikator

keberhasilan yang sudah ditetapkan. Aktivitas siswa mendapatkan

presentase 82,41% dengan kriteria sangat aktif dengan keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran juga sangat baik, Jadi dapat


dikatakan bahwa pada siklus II pertemuan 2 ini sudah memperoleh

hasil yang
No Kelompok Nilai Kerja
Kelompok

memuaskan sesuai dengan harapan. Data hasil observasi siswa pada

tabel 4.15 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Siklus II Pertemuan 2

104,00%
103% 103%
102,00% 102%

Interaksi Bertanggung Partisipasi Kerjasama Keberanian


Yang Baik Jawab Dalam Aktif Dalam Dengan Mengajukan
Kompleknya Proses Kelompok Pendapata
Pembelajaran

Gambar 4.12 Grafik Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2

c. Observasi Hasil Belajar Siswa

1) Nilai Hasil Belajar Kelompok

Hasil kerja kelompok pada pembelajaran pada siklus II

pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 2


1 Kelompok 1 100
2 Kelompok 2 100
3 Kelompok 3 80
4 Kelompok 4 100
5 Kelompok 5 80
Jumlah 460
Rata-rata 92

Dari nilai di atas dapat diketahui semua kelompok

mencapai kriteria KKM yaitu 65. Berdasarkan tabel tersebut nilai

tertinggi kelompok yaitu 100 sedangkan nilai terendah yang

didapat kelompok yaitu 80. Siswa sudah terbiasa untuk

melakukan tugas dengan baik serta sudah memahami benar LKK

yang diberikan oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik gambar dibawah ini:

100

50 100 100
80 100
80
0

Gambar 4.13 Grafik Hasil Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 2

2) Hasil Penilaian Individu

Berdasarkan tes hasil belajar yang dilakukan pada proses

pembelajaran pada Siklus II Pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel

berikut ini:
Tabel 4.17 Hasil Penilaian Individu Siklus II Pertemuan 2

No Nilai Pertemuan II Keterangan


Frekuensi Persentase
1 100 - - Tuntas
2 90 4 12,90% Tuntas
3 80 5 16,13% Tuntas
4 70 21 67,75% Tuntas
5 60 1 3,22% Tidak
Tuntas
6 50 - - Tidak
Tuntas
7 40 - - Tidak
Tuntas
8 30 0 0 Tidak
Tuntas
9 20 0 0 Tidak
Tuntas
10 10 0 0 Tidak
Tuntas
Jumlah 2290
Ketuntasan 96,78% 100%
Klasikal
Rata-rata 73,87

40
21
20 4 5
0 1
90 80
70
60

Tuntas Tidak Tuntas

Gambar 4.14 Hasil Belajar Individu Siklus II Pertemuan 2

Berdasarkan tabel hasil nilai individu di atas maka dapat

dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai 90 ada 4 orang,

siswa yang mendapat nilai 80 ada 5 orang, siswa yang mendapat

nilai 70 ada 21 orang, siswa yang mendapat nilai terendah 60 ada


1 orang Jika dihitung secara klasikal maka jumlah tersebut sudah

memenuhi syarat keberhasilan suatu penelitian dikarenakan

persentase ketuntasan klasikal 96,78% Ketuntasan klasikal pada

Siklus II Pertemuan 2 dapat dilihat dalam bentuk diagram

sebagai berikut:

Siklus II Pertemuan 2
Tidak Tuntas
3%

Tuntas
97%

Gambar 4.15 Grafik Ketuntusan Klasikal Siklus II Pertemuan 2

Terlihat pada gambar 4.15 ketuntasan klasikal pada Siklus II

Pertemuan 2 adalah 96,78% sudah tercapai untuk indikator

keberhasilan pada ketuntasan klasikal 80% siswa mendapat nilai

65. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa sudah berhasil

mencapai indikator keberhasilan secara klasikal.

4) Refleksi
Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar siklus II pertemuan 2
yang meliputi aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil hasil belajar dapat
direfleksikan sebagai berikut:
a. Aktivitas guru dalam mengajar menggunakan model

pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi dengan model

pembelajran Kancing Gemerincing pada siklus II pertemuan 2

sudah dinyatakan berhasil. Hal ini terlihat dari 7 aspek yang


sudah diamati dan dilaksankan secara baik, dengan

menunjukkan presentase meningkat disetiap proses

pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru yang pada siklus II

pertemuan 2 memperoleh skor sebesar 25 dengan kriteria

sangat baik. Hal ini berarti guru sudah berhasil melebihi

indikator yang telah ditetapkan yaitu aktivitas guru dikatakan

berhasil jika mencapai nilai 80% berdasarkan tabel observasi

aktivitas guru.

b. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sudah maksimal

pada siklus II pertemuan 2 mendapatkan presentase nilai

sebesar 82,41% dengan kriteria ketuntasan sangat aktif, Secara

keseluruhan semua aspek yang diamati dari siswa sudah

dilakukan dengan sangat baik. Jadi aktivitas siswa dalam

pembelajaran sudah dilaksanakan secara maksimal.

c. Hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan 2 yaitu sebesar

96,78%, hal ini berarti ketuntasan klasikal sudah tercapai

bahkan melebihi indikator keberhasilan yang ditetapkan yakni

dikatakan berhasil jika 80% siswa memperoleh nilai 65.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran,

observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan tes hasil belajar siswa maka

dapat diuraikan hal-hal berikut:

1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru di saat melaksanakan pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan Kancing Gemerincing pada materi

Peristiwa Sekitar Proklamasi mengalami peningkatan yang semula pada siklus I

pertemuan 1 memperoleh skor 14 dengan kriteria cukup baik meningkat menjadi

20 di pertemuan 2 dengan kriteria baik. Siklus II pertemuan 1 sebesar 22 dengan

kriteria baik, meningkat menjadi 25 pada pertemuan 2 dengan kriteria sangat baik.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan peran guru dalam

belajar kontruktivistik yaitu pendapat guru atau pendidik berperan membantu proses

pengkontruksian pengetahuan oleh siswa agar berjalan lancar. Guru tidak

mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa

untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami

jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar(Budiningsih, 2012:59). Hal ini

sesuai dengan yang di laksanakan yaitu belajar akan lebih bermakna jika anak

mengalami langsung apa yang dipelajari dengan mengaktifkan lebih banyak indera

daripada hanya mendengarkan orang atau guru menjelaskan (Suriansyah,

2009:165). Oleh karena itu, guru atau pendidik di sekolah dasar hendaknya

memahami karakterik siswa yang akan diajarkan (Susanto, 2013:70).

Agar hasil pembelajaran menjadi optimal, guru dituntut kreatif

membangkitkan motivasi belajar siswa. Hilgard mengatakan bahwa adalah suatu

keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang

melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu(Sanjaya, 2012:29).

Dalam proses belajar bukan hanya dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan, tapi

sesuatu hal yang harus dimengerti dan dihayati sehingga tidak membuat kekeliruan
tentang sesuatu hal yang didapat agar terjadi perubahan yang lebih baik lagi.

sehubungan dengan ini Harold Spears seperti yang dikutip oleh Nara, dkk (2010:3)

menyatakan bahwa learning is to observe, to read, to imtatc, to try something them

selves, to listen, to follow direction (belajar adalah mengamati, membaca, meniru,

mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan.

Pada pembelajaran kooperatif guru bukan hanya berperan sebagai satu-

satunya narasumber dalam proses belajar mengajar namun guru juga berperan

sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam

menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.

Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas yang baik guru

dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh

siswa(Sanjaya, 2012:24).

Berdasarkan uraian-uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe Tari Bambu

bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan

aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya

perbaikan pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada setiap siklus

dan setiap pertemuannya.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Misrol Hamidi (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD

Negeri 28 Desa Petani mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini

dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa yang semula hanya 60,90 meningkat jadi
62,27 pada siklus I sedangkan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan

menjadi 73,38.

Penelitian juga dilakukan oleh Sugiati Wahyudi (2013) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu dalam

Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN 3 Grenggeng mengalami

peningkatan. Peneliti melakukan 3 siklus pada siklus I ketuntasan hasil belajar

sebanyak 85% sedangkan siklus II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat

menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang diperoleh dari ketiga siklus dapat

melebihi indikator pencapaian peneliti yaitu 85% dari jumlah siswa.

Sedangkan penelitian yang menggunakan model kooperatif tipe Kancing

Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus

I yaitu 62,16 meningkat pada siklus II menjadi 80,62.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan

judul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing

Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda

Utara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa

yaitu 69,33% sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 85,17%.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dwi Asmianingsih yang berjudul

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS
Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam Di Lingkungan Setempat Melalui

Model Sumbang Saran Teknik Kancing Gemerincing Di SDN Tempurejo 06 Jember

Tahun Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat

pada persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat

sebesar 85%.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Silfia Nugrawatii (2013) Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan

Aktifias Belajar Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang

Terusan terdapat peningkatan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I

yaitu 68 meningkat pada siklus II sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami

peningkatan sebesar 80,8%.

Manfaat model pembelajaran Tari Bambu ialah: Siswa dapat bertukar

pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran, meningkatkan

kerjasama diantara siswa, meningkatkan toleransi antara sesama siswa

(Dewi:Online). Didukung oleh model kedua yaitu model pembelajaran Kancing

Gemerincing yaitu dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan

kesempatan yang sering mewarnai keja kelompok, memastikan setiap peran siswa

mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada

kelompoknya masing-masing, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok dapat

tercapai karena anak yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang

dominan(Huda, 2013:148).

2. Aktivitas Siswa
Penelitian ini dilaksanakan dari siklus I sampai siklus II diketahui hasil

observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 50,48% dengan kriteria

cukup aktif meningkat pada pertemuan 2 memperoleh presentase 55,32% dengan

kriteria cukup aktif. Pada siklus II pertemuan 1 memperoleh presentase 75,80%

dengan kriteria aktif dan pada pertemuan 2 memperoleh presentase 82,41% dengan

kriteria sangat aktif.

Siswa mengalami suatu proses belajar. Pada proses belajar, siswa

menggunakan kemampuan mentalnya mempelajari bahan belajar. Siswa belajar

didorong oleh keingintahuan atau kebutuhannya(Dimyati dan Mudjiono, 2009:23).

Siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif,

afektif, maupun psikomotorik agar meningkatnya kemampuan-kemampuan tersebut.

Menurut Hudojo sistem pembelajaran dalam pandangan kontruktivis siswa terlibat

aktif dalam belajarnya, siswa belajar materi(pengetahuan) secara bermakna dengan

bekerja dan berpikir dan informasi baru harus dikaitkan dengan informasi

sebelumnya sehingga menyatu yang dimiliki siswa(Trianto, 2009:19).

Penerapan model pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) mempunyai

tujuan agar siswa saling berbagi informasi, pertukaran pengalaman pikiran dan

informasi antar siswa. Ini berarti bahwa melalui model pembelajaran Tari Bambu

bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan

hasil belajar siswa manfaat model pembelajaran Tari Bambu ialah: Siswa dapat

bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran, meningkatkan

kerjasama diantara siswa, meningkatkan toleransi antara sesama siswa

(Dewi:Online). Didukung oleh model kedua yaitu model pembelajaran Kancing


Gemerincing yaitu dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan

kesempatan yang sering mewarnai keja kelompok, memastikan setiap peran siswa

mendapatkan kesempatan yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada

kelompoknya masing-masing, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok dapat

tercapai karena anak yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang

dominan(Huda, 2013:148).

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong

siswa agar merasa saling membutuhkan antarsesama. Dengan saling membutuhkan

antarsesama maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain.

Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran

kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi

personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok(Djamarah, 2010: 356).

Berdasarkan uraian-uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Tari Bambu bervariasi

dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Misrol Hamidi (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD

Negeri 28 Desa Petani mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini

dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa yang semula hanya 60,90 meningkat jadi

62,27 pada siklus I sedangkan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan

menjadi 73,38.
Penelitian juga dilakukan oleh Sugiati Wahyudi (2013) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu dalam

Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN 3 Grenggeng mengalami

peningkatan. Peneliti melakukan 3 siklus pada siklus I ketuntasan hasil belajar

sebanyak 85% sedangkan siklus II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat

menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang diperoleh dari ketiga siklus dapat

melebihi indikator pencapaian peneliti yaitu 85% dari jumlah siswa.

Sedangkan penelitian yang menggunakan model kooperatif tipe Kancing

Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus

I yaitu 62,16 meningkat pada siklus II menjadi 80,62.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan

judul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing

Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda

Utara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa

yaitu 69,33% sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 85,17%.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dwi Asmianingsih yang berjudul

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS

Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam Di Lingkungan Setempat Melalui

Model Sumbang Saran Teknik Kancing Gemerincing Di SDN Tempurejo 06 Jember


Tahun Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat

pada persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat

sebesar 85%.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Silfia Nugrawatii (2013) Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan

Aktifias Belajar Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang

Terusan terdapat peningkatan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I

yaitu 68 meningkat pada siklus II sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami

peningkatan sebesar 80,8%.

3. Hasil Belajar

Belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada diluar

dirinya, tetapi belajar lebih pada memproses otak dan menginterprestasikan

pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format

yang baru(Trianto, 2012:17).

Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah. Dalam belajar

terkadang ada yang harus dipecahkan seorang diri, tanpa bantuan orang lain.

Pemecahan atas masalah itulah yang memerlukan pemikiran(Djamarah, 2011:34).

Pada penelitian siklus I pertemuan 1 diperoleh hasil sebesar 58,08% menjadi

70,96% pada pertemuan 2. Meningkat pada siklus II pertemuan 1 sebesar 87,1%

menjadi 96,78%. Peningkatan hasil belajar ini dikarenakan pada aktivitas guru

dalam melaksanakan model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan mode

pembelajaran Kancing Gemerincing dilakukan dengan baik, sehingga kegiatan


siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadi sangat aktif dan menyebabkan hasil

belajar siswa meningkat.

Ini berarti bahwa melalui model pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan

model pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar siswa

manfaat model pembelajaran Tari Bambu ialah: Siswa dapat bertukar pengalaman

dengan sesamanya dalam proses pembelajaran, meningkatkan kerjasama diantara

siswa, meningkatkan toleransi antara sesama siswa (Dewi:Online). Didukung oleh

model kedua yaitu model pembelajaran Kancing Gemerincing yaitu dapat

digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering

mewarnai keja kelompok, memastikan setiap peran siswa mendapatkan kesempatan

yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada kelompoknya masing-

masing, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok dapat tercapai karena anak

yang pasif tidak dapat tergantung lagi pada rekannya yang dominan(Huda,

2013:148). Drs. Slameto mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berarti

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang

dipelajari dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan

orang atau guru menjelaskan (Suriansyah, 2009:165). Menurut Hilgard dan Browser

dalam Oemar Hamalik adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek,

dan pengalaman(Sanjaya, 2012:26). Hal ini sejalan dengan teori behaviorisme

memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-
aspek mentasl seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan

belajar.Konsep dasar behaviorisme yang dikembangkan oleh Thorndike dan Watson

mengatakan belajar menurut teori behaviorisme adalah proses interaksi antara

stimulus dan rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan yang bertujuan agar

mendapatkan respon belajar dari objek penelitian(Suyono dan Hariyanto, 2011:59).

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Misrol Hamidi (2013) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Tari Bambu Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD

Negeri 28 Desa Petani mengalami peningkatan pada hasil belajar siswa. Hal ini

dapat diketahui dari tes hasil belajar siswa yang semula hanya 60,90 meningkat jadi

62,27 pada siklus I sedangkan dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan

menjadi 73,38.

Penelitian juga dilakukan oleh Sugiati Wahyudi (2013) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Tari Bambu dalam

Peningkatan Pembelajaran IPA Siswa Kelas III SDN 3 Grenggeng mengalami

peningkatan. Peneliti melakukan 3 siklus pada siklus I ketuntasan hasil belajar

sebanyak 85% sedangkan siklus II sebanyak 89% dan pada siklus III meningkat

menjadi 93%. Persentase ketuntasan yang diperoleh dari ketiga siklus dapat

melebihi indikator pencapaian peneliti yaitu 85% dari jumlah siswa.

Sedangkan penelitian yang menggunakan model kooperatif tipe Kancing

Gemerincing yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari (2010) dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa


Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kepuh 2 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2009/2010) mengalami peningkatan terlihat pada hasil tes siklus

I yaitu 62,16 meningkat pada siklus II menjadi 80,62.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Suarjana, dkk (2013) dengan

judul Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing

Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN I Duda

Utara mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada siklus I hasil belajar siswa

yaitu 69,33% sedangkan pada siklus II meningkat sebesar 85,17%.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dwi Asmianingsih yang berjudul

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS

Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam Di Lingkungan Setempat Melalui

Model Sumbang Saran Teknik Kancing Gemerincing Di SDN Tempurejo 06 Jember

Tahun Pelajaran 2011/2012 terdapat peningkatan hasil belajar yang dapat terlihat

pada persentase klasikal siklus I yaitu 60% sedangkan pada siklus II meningkat

sebesar 85%.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Silfia Nugrawatii (2013) Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan

Aktifias Belajar Siswa Pada Pelajaran Sain Di Kelas IV SDN 70/1 Simpang Terusan

terdapat peningkatan. Hal ini dapat diketahui pada hasil belajar siklus I yaitu 68

meningkat pada siklus II sebesar 74,8 dan pada siklus ke III mengalami peningkatan

sebesar 80,8%.
Berdasarkan hipotesis penelitian yang berbunyi jika menggunakan model

kooperatif tipe Tari Bambu bervariasi dengan model Pembelajaran Kancing Gemerincing

dalam pembelajaran IPS maka hasil belajar pada materi Peristiwa Sekitar Proklamasi di

kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin akan meningkat dapat diterima.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang diperoleh dari penelitian tindakan

kelas materi Peristiwa Sekitar Proklamasi menggunakan model pembelajaran Tari

Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing pada siswa kelas V

SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas guru pada proses pembelajaran materi Peristiwa Sekitar Proklamasi

dengan menggunakan model Pembelajaran Tari Bambu bervariasi dengan

model pembelajaran Kancing Gemerincing pada siswa kelas V SDN Benua

Anyar 10 Banjarmasin menjadi semakin baik yang dapat di lihat dari siklus I

guru memperoleh skor 14 dengan kriteria cukup baik dan pada siklus II

aktivitas guru memperoleh skor 25 dengan kriteria sangat baik.

2. Aktivitas siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran materi Peristiwa

Sekitar Proklamasi menggunakan model pembelajaran Tari Bambu bervariasi

dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing pada siswa kelas V SDN

Benua Anyar 10 Banjarmasin mengalami peningkatan dari siklus I yang

mendapat presentase sebesar 50,48% dengan kriteria cukup aktif dan pada

siklus II memperoleh presentase sebesar 82,41% dengan kriteria sangat aktif.

3. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi Peristiwa Sekitar

Proklamasi menggunakan model pembelajaran tipe Tari Bambu bervariasi

dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing mengalami peningkatan


ketuntasan klasikal pada siklus I dengan presentase 58,08% ke siklus II

memperoleh presentase 96,78%.

B. Saran-Saran

Sebagai tindak lanjut dari kesimpulan tindakan kelas ini, maka dapat disarankan beberapa

hal sebagai berikut

1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dan

membuat anak lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga hasil belajar

pada anak dapat mengalami peningkatan yang lebih baik. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru yaitu model pembelajaran tipe Tari

Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing pada

pembelajaran IPS di kelas V SDN Benua Anyar 10 Banjarmasin.

2. Bagi kepala sekolah disarankan hasil penelitian ini sebagai bahan masukan dalam

meningkatkan kualitas serta kinerja pada pengajaran IPS pada sekolah tersebut.

3. Bagi peneliti lain yang melakukan Penelitian Tindakan Kelas diharapkan hasil

penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan kemampuan dalam

penerapan model pembelajaran pada proses belajar sehingga pembelajaran lebih

terlaksana dengan baik khususnya dalam menggunakan model pembelajaran tipe Tari

Bambu bervariasi dengan model pembelajaran Kancing Gemerincing.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono., (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Achmad, Syamsudin. (2013). Fungsi dan Tujuan Belajar, (Online),


(http://pgmionemode.blogspot.com/2012/04/pengertian-fungsi-dan tujuan.html,
diakses 25 Desember 2013).
Alexander. (2013). Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing, (Online) (http://van-
alexander69.blogspot.com/2012/01/kooperatif-learning-kancing-gemerincing.html,
diakses tanggal 24 Desember 2013).
Depdiknas. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Media Purana.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: PT Aksara Bumi.

Ihsan, F. (2010). Dasar-dasar Kependidikan: Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta.

Kunandar, (2011). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Liana, Veronica. (2013). Proposal PTK Model Pembelajaran Kooperatif,


(Online),(http://lianaveronica.blogspot.com/2013/01/proposal-ptk .html, diakses
tanggal 23 Desember 2013).
Maryani, Enok. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan
Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, E. H. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya.

Pendidikan Jarak Jauh Kerja Sama Dinas Pendidikan Propinsi Kalsel dengan FKIP
UNLAM. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran. Banjarmasin : Program Peningkatan
Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Supdin Bina Pendidikan Dasar Dinas
Pendidikan Propinsi Kalimantan Selatan.

Rahmad. (2011). Model Pembelajaran Bamboo Dancing, (Online),


(http://matsmkbws.wordpress.com/2013/01/02/model-pembelajaran-bamboo-
dancing-tari-bambu/, diakses 26 Desember 2013).
Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
.
Siregar, E. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: PT Ghalia Indonesia.

Slameto, (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka


Cipta.

Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suriansyah, A. (2011). Landasan Pendidikan. Banjarmasin: COMDES.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Septiana,Dewi. (2013). Pembelajaran Kooperatif Tipe Tari Bambu, (Online),


(http://dewinamgil.blogspot.com/2013/09/pembelajaran-kooperatif-tipe-tari-
bambu.html, diakses tanggal 26 Desember 2014).

Syah, M. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Saputra. (2013). Pembelajaran Model Tari Bambu, (Online), (http://www.


academia.edu/4981278/PENGERT_MDL_and_MCM_MDL 2013, diakses tanggal
24 Desember 2013).
Suriansyah, A., Sulaiman., Aslamiah., Norhafizah. (2009). Strategi Pembelajaran.
Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
Taneo, P, S. (2009). Kajian IPS SD 3 SKS. Jakarta : PJJ SI PGSD.

Trianto, S. (2011). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto, S. (2012). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Victor, Kurniah. (2013). Fungsi Guru, (Online), (http://koffieenco. Blogspot
.com/2013/07/fungsi-guru.html, diakses 23 Desember 2013).
Wena, M. (2011). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.

Zaini, Z., Munthe, B., Aryani, Sekar Ayu. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta
: Pustaka Intan Madani.

You might also like