Dalam ekologi pedesaan, mengenal beberapa konsep yang menjelaskan
keadaan dinamika suatu ekosistem seperti pertukaran materi, perubahan ekologis, kesetimbangan dan ketidaksetimbangan populasi, distribusi dan interaksi. Dalam dinamika internal ekosistem ini terdapat dua faktor pendukung utama yaitu faktor abiotik (tanah, sinar matahari,air dan gas) dan dan faktor biotik (makhluk hidup). Ekologi pedesaan terkait dengan ilmu ekologi manusia, karena kemampuannya dalam memberikan landasan teoretik dan konseptual yang berguna untuk memaknai dan memahami fenomena dan fakta hubungan interaksional manusia dan alam serta perubahan sosial dan ekologis yang terjadi dialam. Perubahan ekologi adalah dampak yang tidak dapat dielakkan dari interakasi manusia dan alam yang berlangsung dalam konteks pertukaran. Proses pertukaran itu sendiri melibatkan energi, materi dan informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak yang saling berinteraksi. Namun tidak selamanya pertukaran energi dan materi antara sistem sosial dan sistem ekologis berlangsung dalam suasana yang arif, pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang terus meningkat telah membawamanusia pada suatu fase yang mendorong manusia untuk mengembangkan tindakan-tindakan eksploitatif disetiap aras ekosistem mikro-meso-makro diseluruh pelosok bumi ini. Ekologi pedesaan memiliki keterkaitan dengan proses adaptasi yang dilakukan antara komponen biotik dan komponen abiotik dalam suatu ekosistem. Ekologi pedesaan juga memfokuskan hubungan interaksi dan adaptasi antara manusia dengan alam yang ada di suatu desa. Adaptasi ekologi tersebut membentuk suatu pola. Dalam pola adaptasi ekologi terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya kebudayaan terbentuk, bertahan dan berkembang, yaitu : 1. Determinasi Lingkungan Menurut Ellen C. Semple (1911), seluruh kebudayaan dan perilaku manusia pada dasarnya dipengaruhi langsung oleh faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, topografi, sumber daya alam dan geografi. 2. Posibilisme Lingkungan Teori ini muncul sekitar tahun 1930an sebagai kritik atas pendekatan deterministik. Teori ini memandang bahwa pada dasarnya lingkungan bukanlah faktor penentu sebagaimana pada paham deterministik, melainkan hanya sebagai penapis, penyaring bagi terbentuknya unsur budaya tertentu. Menurut Arnold Toynbee (1947), respon masyarakat terhadap lingkungan alam menjadi penentu berkembang tidaknya peradaban di masyarakat bersangkutan. Contoh, masyarakat eskimo vs masyarakat tropis. 3. Ekologi Budaya Paham ini dipandang sebagai revisi dari paham posibilisme. Menurut Julian Steward (1968), Ekologi budaya adalah studi yang mempelajari bagaimana suatu masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi lingkungan hanya berlangsung di unsur budaya tertentu, yakni teknologi eksploitasi sumber daya alam, populasi penduduk, ekonomi dan organisasi sosial. Pola ekologi pedesaan tidak dapat terlepas dengan lokasi desa tersebut. Lokasi desa juga membentuk suatu pola tertentu dalam mendukung ekologi pedesaan. Pola lokasi desa adalah pengaturan ruang lingkung desa, bagaimana pengaturan lahan untuk perumahan serta penggunaan lahan untuk persawahan, pertambakan, ternak, hutan lindung dan sebagainya. Ukuran yang dijadikan pedoman bagi warga desa adalah unsur-unsur kemudahan, keamanan, dan ada norma tertentu yang bersifat budaya dan rohaniah yang harus diperhitungkan, dalam hal pemilihan lokasi untuk rumah tinggal misalnya. Umumnya warga desa menyatu dengan alam, dalam arti sering tergantung kepada keadaan alam dan unsur kepercayaan yang sifatnya tahayul. Drs.Sapari Imam Asyari mengemukakan bahwa desa yang maju, memiliki tata ruang desa yang rapi, asri dan indah dipandang mata, dengan deretan rumah dan pepohonan di kanan kiri jalan. Pola ekologi desa pada umumnya menganut pola konsentris. Ada pusat desa atau dusun, yang menurut sejarahnya sebagai cikal bakalnya. Jenis-jenis pola lokasi desa yaitu pola melingkar, pola mendatar, pola konsentris, pola memanjang jalur sungai atau jalan dan pola mendatar. Ekologi pedesaan juga tidak bisa lepas dari faktor pendukung berupa tipe dari suatu desa. Tipe desa dapat terbagi menjadi berbagai macam jenis yang dapat menunjang dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Dalam ekologi pedesaan, tipe desa menjadi faktor penting agar desa tersebut dapat menjalankan fungsi kehidupannya sesuai dengan peruntukkannya. Hal tersebut disebabkan karena ekologi pedesaan tidak dapat berdiri begitu saja, namun dipengaruhi oleh berbagai macam faktor pendukungnya. Ekologi pedesaan akan berjalan dengan baik, apabila semua komponen dan sistem pendukung sesuai dan seimbang. a. Tipe desa menurut mata pencaharian : 1) Desa pertanian Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan dari penduduknya adalah pertanian tanaman budidaya. Desa ini bias pertanian lahan sawah dan tegal dengan karakteristik masing-masing. 2) Desa peternakan Desa peternakan merupakan desa dimana penduduknya mempunyai mata pencaharian utama peternakan. Meski demikian kenyataannya saat ini tidak ada satupun desa yang memiliki homogenitas. Meski ada mata pencaharian lain namun, peternakan tetap merupakan pencaharian utama 3) Desa industri Desa yang memproduksi kebutuhan dan alat perlengkapan hidup. b. Tipe desa menurut tingkat perkembangan desa : 1) Desa swadaya, yaitu desa yang belum mampu mandiri dalam penyelenggaraan urutan rumah tangga sendiri, administrasi desa belum terselenggara dengan baik dan LKMD belum berfungsi dengan baik dalam mengorganisasikan dan menngerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan desa secara terpadu. 2) Desa swakarya, yaitu desa setingkat lebih tinggi dari desa swadaya. Pada desa swakarya ini, mulai mampu mandiri untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrasi desa sudah terselenggara dengan cukup baik dan LKMD cukup berfungsi dalam mengorganisasikan dan menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembangunan secara terpadu. 3) Desa swasembada, yaitu desa yang telah mampu menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri, administrrasi desa sudah terselenggara dengan baik dan LKMD telah berfungsi dalam mengorganisasikan serta mampu menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembanguanan secara terpadu. Menurut Drs.Sapari Imam Asyari,1993:117, tipe desa ditentukan berdasarkan pendekatan potensi dominan yang diolah dan dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat desa. Tipe desa meliputi 8 tipe, yaitu: Tipe desa nelayan, desa persawahan, desa perladangan, desa perkebunan, desa peternakan, desa kerajinan/industri kecil, desa industri sedang dan besar, desa jasa dan perdagangan