Professional Documents
Culture Documents
2. Alfa dlm
melaksanakan
akad yakni apabila
akad yg sdh
tercipta secara sah
menurut ketentuan
hukum itu tdk
dilaksanakan oleh
debitur /
dilaksanakan tp
tdk sebagaimana
mestinya /
kesalahan karna
TAMBAHAN : TAMBAHAN :
TAMBAHAN : TAMBAHAN :
BU DHIANA :
KONSEP TANGGUNG GUGAT BW :
Apabila seseorang dirugikan karena perbuatan seseorang sedang diantara
mereka itu tdk terdpt sesuatu perjanjian (hubungan hukum perjanjian), maka
berdasarkan undang-undang jg timbul / terjd hubungan hkm antara orang tsb
yg menimbulkan kerugian itu. Hal tsb diatur dlm psl 1365 BW Tiap
Yang termasuk PMH :
perbuatan melanggar hukum yg membawa kerugian kpd orang lain,
1. Bertentangan dgn hak orang lain
mewajibkan orang yg karna salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
2. Bertentangan dgn kewajiban hukumnya sendiri
kerugian tersebut (yg melawan hukum / onrechtmatigedaad)
3. Bertentangan dgn kesusilaan
ada 3 jenis perbuatan melawan hukum :
4. Bertentangan dgn keharusan yg hrs di indahkan dlm pergaulan
1. PMH karena kesengajaan
masyarakat mengenai orang lain / benda
2. PMH karena kelalaian
3. PMH tanpa kesalahan
Ada 3 jenis tanggung jwb hkm sbg berikut :
1. Tanggung jwb dgn unsur kesalahan (1365 BW)
2. Tanggung jwb dgn unsur kesalahan khususnya (1366 BW)
3. Tanggung jwb mutlak (tanpa kelalaian) (1367 BW)
Chairuman Pasaribu Suhrawadi K.Lubis, 1994, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Sinar Grafika : Jakarta
Ahmad Azhar Basyir, 1990, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam, UII Press : Yogyakarta
Soerojo Wignjodipoero SH, 1967, Pengantar & Asas-Asas Hukum Adat, PT Toko GunungAgung : Jakarta
Faiz Dimas : Prof Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata , PT Intermasa : Jakarta
1. Akibat hukum dalam islam (surah Al-Maidah)
Munir Fuady, 2002, Perbuatan Melawan Hukum, cetakan pertama, Citra Aditya Bhakti : Bandung, Hlm 3
2. Terkait Overmacht
Inez Diva :
Apakah usia 16 tahun meskipun telah balig (hukum islam) bs cakap & UNDANG-UNDANG :
berwenang dalam membuat & melaksanakan perjanjian ????
KUHPerdata (BW)
Ira Dwi : UU No 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria
1. Asas perjanjian dalam hukum adat : asas riil & tunai
2. Unsur perjanjian dalam hukum islam : Syara
3. Akibat hukum perjanjian dalam hukum adat
19/10/2015
Kelompok 2
Revisi
B. Unsur-Unsur unsur-unsur hukum islam
1. Hukum Islam Pertalian ijab dan Kabul
Pertalian ijab dan Kabul Ijab adalah pernyataan kehendak oleh satu pihak (mujib) untuk
Tidak bertentangan dengan Al Quran dan Hadits (tidak melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kabul adalah
mengandung riba, perjudian) pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut oleh
Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya pihak lainnya (qaabil). Ijab dan Kabul ini harus ada dalam
Sepakat melaksanakan perikatan.
2. Hukum Adat Dibenarkan oleh syara
Karya budi Perjanjian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah
Tolong menolong atau hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam Al Quran dan Hadist.
Gotong royong Jika bertentangan akan mengakibatkan perjanjian tidak sah.
Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya
2. KUHPerdata (BW) Dengan adanya perjanjian akan menimbulkan akibat hukum terhadap
Unsur Esensialia objek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga
Unsur Naturalia memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang mengikat para
Unsur Aksidentalia pihak.
2. Hukum Adat
Dalam hukum adat suatu perjanjian dapat terjadi antara dua 3. KUHPerdata (BW)
pihak yang saling berjanji atau dikarenakan sifatnya dianggap
ada perjanjian. Agar suatu perjanjian yang disepakati dapat
mengikat harus ada tanda ikatan. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPdt, syarat-
Tanda-tanda ikatan : syarat sah perjanjian adalah sebagai berikut :
a. Tanda Mau 1. Adanya persetujuan kehendak antara pihak-
b. Tanda Mata
c. Tanda Rasan pihak yang membuat perjanjian (consensus)
d. Tanda Jadi 2. Ada kecakapan pihak- pihak untuk membuat
e. Tanda Larangan perjanjian (capacity)
f. Tanda Pengakuan
g. Tanda Kesaksian 3. Ada suatu hal tertentu (object)
4. Ada suatu sebab yang halal (legal cause)
Dalam buku Hukum Perikatan Islam Indonesia yang
ditulis oleh Gemala Dewi, dkk menjelaskan tentang hukum
perikatan adat harus memiliki syarat sah suatu perikatan
apabila ada kata terang dan tunai
Asas Ilahiah
E. Asas Perjanjian Setiap tingkah laku dan perbuatan manusia tidak akan luput dari
ketentuan Allah SWT. Manusia tidak dapat berbuat sekehendak hatinya,
Karena segala perbuatannya akan mendapatkan balasan dari Allah
1. Hukum Islam SWT.
Asas Kebebasan
a. Asas Ilahiah Islam memberikan kebebasan kepada para pihak untuk melakukan suatu
perikatan namun tidak boleh bertentangan dengan syariah agama Islam.
b. Asas Kebebasan Asas Persamaan atau Kesetaraan
c. Asas Persamaan atau Kesetaraan Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, maka hendaknya
saling melengkapi atas kekurangan dan kelebihan yang dimiliki. Oleh
d. Asas Keadilan karena itu, setiap manusia memiliki kesempatan yang sama untuk
melakukan suatu perjanjian.
e. Asas kerelaan Asas Keadilan
Para pihak yang melakukan perikatan dituntut untuk berlaku benar dalam
f. Asas Kejujuran dan Kebenaran pengungkapan kehendak dan keadaan memenuhi perjanjian yang telah
mereka buat dan memenuhi semua kewajibannya.
g. Asas Tertulis
2. Hukum Adat
Asas kerelaan
Asas umum hukum adalah kekeluargaan dan
Dalam melakukan suatu perikatan hendaklah atas dasar suka sama suka atau gotong royong.
sukarela. Jika terjadi paksaan akan menimbulkan pembatalan perjanjian
tersebut. Unsur sukarela menunjukkan keikhlasan dan itikad baik dari para
pihak.
Asas Kejujuran dan Kebenaran 3. KUHPerdata (BW)
Kejujuaran merupakan hal yang harus dilakukan oleh manusia dalam segala
a. Azas Konsensualitas
bidang kehidupan termasuk pelaksanaan muamalat. Jika kejujuran tidak b. Azas Kebebasan Berkontrak
diterapkan dalam perikatan, maka akan merusak legalitas perikatan dan akan
menimbulkan perselisihan antara para pihak.
c. Azas Kepribadian
Asas Tertulis d. Azas Konsensualisme
e. Asas Kepercayaan
Dalam QS Al Baqarah ayat 282-283 disebutkan bahwa Allah SWT menganjurkan
kepada manusia hendaknya suatu perikatan dilakukan secara tertulis, dihadiri f. Asas kekuatan mengikat
para saksi-saks dan diberikan tanggung jawab individu yang melakukan g. Asas Keseimbangan
perikatan dan yang menjadi saksi. Selain itu, dianjurkan pula bahwa apabila
suatu perikatan dilaksanakan tidak secara tunai, maka dapat dipegang suatu i. Asas Persamaan Hukum
benda jaminannya. Adanya tulisan, saksi, dan benda jaminan ini menjadi bukti
adanya perikatan tersebut.
19/10/2015
H. Berakhirnya Perjanjian
1. Hukum Islam
3. BW
Kapan Terjadi "Wanprestasi"
Berakhirnya perjanjian diatur di dalam Bab XII Buku III
KUH Perdata. Di dalam Pasal 1381 KUH Perdata
disebutkan beberapa cara hapusnya suatu perjanjian 1. BW
yaitu : Debitur sama sekali tidak berprestasi, dalam hal
ini kreditur tidak perlu menyatakan peringatan atau
Pembayaran teguran karena hal ini percuma sebab debitur
Penawaran tunai disertai dengan penitipan memang tidak mampu berprestasi;
Pembaharuan hutang Debitur berprestasi tidak sebagaimana mestinya,
Perjumpaan hutang dalam hal ini debitur sudah beritikad baik untuk
Percampuran hutang melakukan prestasi, tetapi ia salah dalam
Pembebasan hutang melakukan pemenuhannya;
Musnahnya benda yang terhutang Debitur terlambat berprestasi, dalam hal ini
Kebatalan/pembatalan debitur masih mampu memenuhi prestasi namun
Berlakunya syarat batal terlambat dalam memenuhi prestasi tersebut.
Kadaluarsa atau lewat waktu
Manambahkan :
Nur Mutia (125010107111015) absen
19/10/2015
Nama Kelompok
Zenny N Lianto 125010100111003 (1)
Indraresta O M 125010100111006 (2)
Perbandingan Hukum Perjanjian Inez Diva A 125010100111050 (3)
Maria Cordella F 125010102111014 (14)
Ditinjau dari BW, hukum Adat, dan Rifky Dikapantra 125010107111063 (18)
hukum Islam
A. Pengertian
Menurut Hukum Barat/BW Menurut Hukum Adat
Pasal 1313 KUH Perdata Perjanjian adalah Hukum Perjanjian pada dasarnya mencakup
Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih hukum hutang piutang. Dengan adanya
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain perjanjian, maka suatu fihak berhak untuk
atau lebih. Dari peristiwa ini, timbullah suatu menuntut prestasi dan lain fihak berkewajiban
hubungan hukum antara dua orang atau lebih untuk memenuhi prestasi. Prestasi tersebut
yang disebut Perikatan yang di dalamya terdapat adalah mungkin menyerahkan benda, atau
hak dan kewajiban masing-masing melakukan suatu perbuatan, atau tidak
pihak. Perjanjian adalah sumber perikatan. melakukan suatu perbuatan.
19/10/2015
LANJUTAN
Syarat Subjektif terdiri dari: 2) Kecakapan berbuat menurut Hukum : bahwa
1) Adanya kesepakatan kehendak: dimaksudkan
agar suatu kontrak dianggap saah oleh hukum, pihak yang melakukan kontrak haruslah orang
kedua belah pihak mesti ada kesesuaian pendapat yang oleh hukum memang berwenang membuat
tentang apa yang diatur oleh kontrak tersebut. Oleh
hukum umumnya diterima teori bahwa kontrak tersebut. Sebagaimana pada pasal 1330
kesepakatan kehendak itu ada jika tidak terjadinya
salah satu unsur-unsur sebagai berikut. KUH Perdata menentukan bahwa setiap orang
a) Paksaan (dwang, duress) adalah cakap untuk membuat perikatan, kecuali
b) Penipuan (bedrog, fraud) undang-undang menentukan bahwa ia tidak
c) Kesilapan (dwaling, mistake)
cakap
Syarat Objektif terdiri dari: 2) Kausa yang halal : Suatu kontrak haruslah dibuat
dengan maksud / alasan yang sesuai hukum yang berlaku.
1) Adanya objek/perihal tertentu: Suatu Jadi tidak boleh dibuat kontrak untuk melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan hukum. Dan isi perjanjian
kontrak haruslah berkenaan dengan hal yang tidak dilarang oleh undang-undang atau tidak
tertentu, jelas dan dibenarkan oleh hukum. bertentangan dengan kesusilaan / ketertiban umum
(Pasal 1337 KUH Perdata). Selain itu pasal 1335 KUH
Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam Perdata juga menentukan bahwa suatu perjanjian yang
pasal 1332 ddan1333 KUH Perdata. dibuat tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang
palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai kekuatan
hukum.
19/10/2015
Asas kekuatan mengikat: asas ini terdapat Asas Konsensualisme: Perjanjian itu lahir
dalam pasal 1338 KUHPerdata, masing-masing pada saat tercapainya kata sepakat antara
pihak yang terikat dalam suatu perjanjian para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan
harus menghormati dan melaksanakan apa tidak memerlukan suatu formalitas. Dengan
yang telah mereka perjanjikan dan tidak demikian asas konsensualisme lazim
diperkenankan melakukan hal yang disimpulkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata.
menyimpang atau tidak sesuai dengan
perjanjian tersebut
19/10/2015
2. Menurut Hukum Islam 1) Asas Islahiah/Asas Tauhid : Setiap tingkah laku dan
Dalam kontrak syari ah, ketiga asas yang telah perbuatan manusia tidak akan luput dari ketentuan Allah
disebutkan dalam KUH Perdata juga berlaku, namun SWT. Seperti yang disebutkan dalam QS.al-Hadid (57): 4
juga terdapat beberapa asas lain dalam yang artinya Dia bersama kamu di mana saja kamu
kontrak/perjanjian syariah. Asas-asas tersebut antara berada. Dan Allah maha melihat apa yang kamu
lain: kerjakan .Kegiatan mu amalah termasuk perbuatan
Asas Ilahiah atau asas Tauhid perjanjian, tidak pernah akan lepas dari nilai-nilai
Asas Kebolehan ketauhidan. Dengan demikian manusia memiliki tanggung
Asas Keadilan jawab akan hal itu. Tanggung jawab kepada masyarakat,
Asas Persamaan tanggung jawab kepada pihak kedua,tanggung jawab
Asas Kejujuran dan Kebenaran kepada diri sendiri, dan tanggung jawab kepada Allah
Asas Tertulis SWT.
Asas Kemanfaatan
2) Asas kebolehan (Mabda al-Ibahah): Terdapat 3) Asas Keadilan (Al Adalah): Dalam QS. Al-Hadid (57):
kaidah fiqhiyah yang artinya,Pada asasnya segala 25 disebutkan bahwa Allah berfirman yang
sesuatu itu dibolehkan sampai terdapat dalil yang artinya Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul
melarang. Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah
Kaidah fiqih tersebut bersumber pada dua hadis Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan Neraca
berikut ini: Hadis riwayat al Bazar dan at-Thabrani (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
yang artinya: Selain itu disebutkan pula dalam QS.Al Araf (7): 29 yang
Apa-apa yang dihalalkan Allah adalah halal, dan artinya Tuhanku menyuruh supaya berlaku adil.
apa-apa yang diharamkan Allah adalah haram, Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak
dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan
Maka terimalah dari Allah pemaaf-Nya. Sungguh kehendak dan keadaan, memenuhi perjanjian yang telah
Allah itu tidak melupakan sesuatupun. mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya.
19/10/2015
G. Batalnya Perjanjian
1. Menurut Hukum Barat/BW
Kebatalan / Batal demi hukum Pembatalan
2. Menurut Hukum Islam
Pembatalan akad (perjanjian) dalam fiqh disebut
Bila suatu perjanjian tidak Bila suatu perjanjian tidak iqalah
memenuhi syarat objektif memenuhi syarat subjektif Iqalah dapat dilakukan sebelum barangnya
diterima
Perjanjian tersebut dianggap tidak Dilakukan atas permintaan
pernah ada sebelumnya pembatalan dari salah satu pihak Bila terjadi iqalah, maka para pihak berhak
mengambil kembali apa yang menjadi haknya.
Tidak mengikat para pihak Tetap mengikat para pihak Iqalah tidak sah bila barang yang dijual telah
sepanjang tidak dimintakan rusak, orang yang melakukan akad telah
pembatalan
meninggal dunia, atau harga telah naik atau turun
Perjanjian yang tidak memenuhi syarat
essensialia maka berakibat batal demi
hukum
19/10/2015
H. Berakhirnya Perjanjian
3. Menurut Hukum Adat 1. Menurut Hukum barat/BW
Terjadi hapusnya perikatan dalam pasal 1381
KUHPerdata
Belum ada peraturannya
Kesepakatan para pihak (Pasal 1338 (2)) para
pihak sepakat untuk diakhirinya perjanjian
Putusan hakim
Tercapainya tujuan perjanjian
K. Keadaan memaksa/Overmacht
1. Menurut Hukum Barat/BW a) Keadaan memaksa secara absolute, yaitu
Adalah suatu keadaan dimana debitur tidak suatu keadaan dimana debitur sama sekali
tidak dapat memenuhi prestasinya karena
dapat melaksanakan prestasinya karena ada bencana alam.
kejadian yang terjadi di luar kekuasaannya.
b) Keadaan memaksa secara relatif, yaitu suatu
Diatur dalam pasal 1244 1245 KUHPerdata keadaan dimana debitur masih mungkin
Terdiri dari keadaan memaksa absolut dan memenuhi prestasinya, tetapi pelaksanaanya
relatif memiliki kemungkinan yang menyebabkan
debitur tersebut sangat rugi.
19/10/2015
https://sholawatdotcom.wordpress.com/telaah-hadist- http://sangkoeno.blogspot.co.id/2015/01/syar
tentang-akad-perjanjian-dalam-hukum-bisnis-islam/
https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar- at-syarat-perjanjian-dan-unsur.html
dasar-hukum-perjanjian/
http://bowolampard8.blogspot.co.id/2011/12/hukum- https://shantidk.wordpress.com/2009/07/15/
perjanjian-adat.html perjanjian-syariah/
http://digilib.uinsby.ac.id/8046/5/bab%202.pdf
http://antikadpurie.blogspot.co.id/2013/04/syarat-syarat-
sahnya-perjanjian-kontrak.html diakses pada tanggal 15
September 2015
http://nurul-jendelabaru.blogspot.co.id/2014/09/hukum-
perjanjian-islam.html diakses pada tanggal 15 September
2015
19/10/2015
PENGERTIAN PERJANJIAN
Menurut KUHPerdata
Perjanjian adalah Perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Dari peristiwa ini, timbulah suatu
Perbandingan Hukum Perdata hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di
dalamya terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Perjanjian adalah
sumber perikatan.
Menurut Hukum Adat
Rony Dio Feriansyah 125010100111149 (05) Pada dasarnya hampir sama dengan perjanjian pada sistem hukum lain, akan
tetapi pada hukum adat dimana para pihak saling mengikatkan diri untuk
Nicky Anggraita 125010100111166 (06) melakukan suatu perbuatan dan yang membedakan dengan sistem hukum lain
adalah pada hukum adat perjanjian in itidak semata menyangkut hubungan harta
Cyndiarnis C. Putri 125010100111170 (08) kekayaan saja, melainkan dapat pula berwujud perbuatan ataupun balas budi.
Menurut Hukum Islam
Cokorda Gde Semara Putra 125010107111072 (19) Perjanjian dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah muahadah ittifa atau akad.
Akad merupakan cara yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya, dan di dalam
Dian Fitriana 125010107111237 (20) Al Quran setidaknya ada dua istilah yang berkaitan dengan perjanjian yaitu kata
akad (al-aqadu) yang berarti perikatan atau perjanjian, dan kata ahd (al-ahdu)
yang berarti masa, pesan, penyempurnaan dan janji atau perjanjian.
Artinya: mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan yang
lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sepotong benda.
BATALNYA PERJANJIAN
BENTUK-BENTUK PERJANJIAN
Menurut BW
Perjanjian dibuat karena ada paksaan, kekhilafan, atau penipuan
Menurut BW Perjanjian yang dibuat tidak sesuai dengan syarat sahnya perjanjian berdasar pasal
Tertulis dan tidak tertulis. 1320 KUHPerdata. Dengan konsekuensi dapat dibatalkan jika tidak terpenuhi syarat
Contoh: Perjanjian Jual Beli, Perjanjian Sewa menyewa, Perjanjian sewa beli, subjektif, dan batal demi hukum apabila syarat objekif tidak terpenuhi.
Perjanjian pinjam pakai, dan lain-lain.
Menurut Hukum Adat
Menurut Hukum Adat Tidak ada pengaturan yang mengatur batalnya perjanjian dalam sistem hukum adat,
Tertulis dan tidak tertulis, akan tetapi kebanyakan tidak tertulis karena pada akan tetapi dikarenakan batalnya perjanjian pada umumnya diakibatkan tidak
hukum adat perjanjian didasari atas kepercayaan. terpenuhinya syarat perjanjian maka dapat pula disimpulkan bahwa perjanjian
Contoh: Perjanjian-perjanjian tanah dan yang berhubungan dengan tanah. dikatakan batal bilamana tidak sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat
Perjanjian kempitan, salah satu pihak menitipkan barang, Perjanjian tebasan, adat seperti norma hukum adat dan norma agama
dimana seseorang menjual hasil panennya, Perjanjian pemegangkan, dimana salah
satu pihak menyerahkan barang sebagai jaminan, dll Menurut Hukum Islam
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah suatu akad dikatakan batal apabila:
Menurut Hukum Islam Ghalath atau khilaf, yang dimaksud disini adalah apabila kekhilafan tersebut mengenai
Tertulis dan tidak tertulis suatu hal yang menjadi pokok perjanjian
Contoh: Jual beli, Pemindahan hutang, Perwakilan, Kerjasama bagi hasil, dll Dilakukan dibawah paksaan atau ikrah
Adanya suatu tipuan atau taghrir
Adanya penyamaran atau ghubn, maksud dari penyamaran ini adalah dimana apabila
tidak ada kesetaraan mengenai prestasi dengan imbalan dalam suatu akad
DAFTAR WEBSITE
DAFTAR SKRIPSI
Hardianto Siagian, 2010, Overmacht Menurut Hukum Positif dan Asas hukum perjanjian islam, 2013, http://mitra-usaha-stienu-
Hukum Islam, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, jepara.blogspot.co.id/2013/01/asas-asas-hukum-perjanjian-islam.html, (diakses 16 September
2015)
Yogyakarta.
Awaliatun Nikmah, 2012, Perbandingan Hukum Perjanjian Dalam Sistem Hukum Islam dengan
Sistem Hukum Eropa Kontinental (online),
DAFTAR THESIS http://nikmahmukhlisin.blogspot.co.id/2012/12/perbandinganhukum-perjanjiandalam.html,
Rony Fauzi, 2010, PEMBATALAN AKTA JUAL BELI YANG DIBUAT (diakses 16 September 2015)
DIHADAPAN PPAT OLEH PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PADANG Eko Setiawan, 2013, Wanprestasi Menurut Hukum Perdata dan Hukum Islam (online),
(Analisis Putusan Pengadilan Negeri Padang Nomor : http://gudang-science.blogspot.co.id/2013/06/wanprestasi-menurut-hukum-perdata-dan.html,
(diakses 16 September 2015)
03/PDT.G/2008/PN.PDG tanggal 07 Juli 2008), Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok. Heri Wibowo, 2011, HUKUM PERJANJIAN (ADAT) (online),
http://bowolampard8.blogspot.co.id/2011/12/hukum-perjanjian-adat.html, (diakses 16
September 2015)
DAFTAR JURNAL Imron Rosadi, 2013, HUKUM PERJANJIAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM ISLAM (QURAN DAN
Binardo Sidabutar, 2015, UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM OLEH HADIS) (online), http://al-aziz-imronrosadi.blogspot.co.id/2013/07/hukum-perjanjian-dalam-
prespektif-hukum.html, (diakses 16 September 2015)
PEMILIK RUMAH DALAM MENCEGAH KERUGIAN AKIBAT
WANPRESTASI PENYEWA TERHADAP KEBIASAAN MASYARAKAT ADAT Muh Rofiq Nasihudin, 2010, PERJANJIAN DALAM ISLAM (online), http://pendidikan-
hukum.blogspot.co.id/2010/11/perjanjian-dalam-islam.html, (diakses 16 September 2015)
BATAK (Studi Kasus di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau), Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang. Rahmad Hendra, 2013, Perjanjian (online),
http://rahmadhendra.staff.unri.ac.id/files/2013/04/Berakhirnya-Perjanjian.pdf, (diakses 16
September 2015)
Yanlua Mohdar, 2010, Hukum Perikatan Islam (online),
http://yanluamohdar2010.blogspot.co.id/2014/04/hukum-prikatan-islam.html, (diakses 16
September 2015)