You are on page 1of 11

LAPORAN KEGIATAN PPDH

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL, BEDAH, DAN


RADIOLOGI
yang dilaksanakan di
KLINIK DAN RUMAH SAKIT HEWAN PENDIDIKAN
FKH UB

SISTEMA SIRKULASI
Hypoplastic aberrant left subclavian artery in a dog
with a persistent right aortic arch

Oleh:
SETIYA DINI LARASATI, S.KH
NIM. 160130100011016

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diagnosa Pectus excavatum harus dilakukan sedini mungkin untuk dapat
memperbaiki postur kelainan torak lebih awal. Mengingat masih belum banyak
penelitian dan laporan kasus Pectus excavatum pada kucing, maka diperlukan
pengkajian terhadap manajemen diagnosa dan penanganan Pectus excavatum pada
kucing.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah penentuan diagnosa penyakit Pectus Excavatum pada kucing?
2. Bagaimanakah treatment yang dapat dilakukan untuk menangani kasus Pectus
Excavatum pada kucing?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan diagnosa Hypoplastic aberrant left
subclavian artery pada anjing?
2. Untuk mengetahui treatment yang dapat dilakukan untuk menangani kasus
Hypoplastic aberrant left subclavian artery pada anjing?

1.4 Manfaat
Melalui penulisan makalah ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa
koasistensi PPDH rotasi interna hewan kecil di klinik hewan Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya mengenai cara pemeriksaan, penetapan diagnosis dan
pengobatan Hypoplastic aberrant left subclavian artery pada anjing?

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Pectus Excavatum


2.1.1 Etiologi
2.1.2 Gejala klinis

2.1.3 Diagnosis

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Kasus


a. Signalement
Hewan : Anjing
Ras : Mix
Umur : 1,5 tahun
Sex : Betina

3
Berat : 13 Kg

b. Anamnesa
Seekor anjing betina mix berumur sekitar 1,5 tahun, ditemukan dengan kondisi
sangat kurus. Anjing tersebut awalnya diberi makan sedikit-sedikit dan sering fengan
kalori rendah.
Seekor anjing jenis campuran betina berumur 1,5 tahun yang berusia sekitar 1,5
tahun dirujuk ke Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Negeri Oregon (OSU)
pada bulan Januari 2011 untuk mengevaluasi anomali cincin vaskular yang
dicurigai. Anjing itu baru saja menyerah pada masyarakat lokal yang sangat kurus
karena sejarah yang tidak terbukti. Dia pada awalnya ditempatkan pada makanan
kecil kalori yang sering dan kecil, namun mulai muntah setelah pengenalan
makanan volume yang lebih besar. Radiografi toraks yang dilakukan di tempat
penampungan tersebut menunjukkan pelebaran kranial esofagus moderat ke
dasar jantung.

An approximately 1.5 year old intact female mixed breed dog was referred to the
Oregon State University (OSU) College of Veterinary Medicine in January 2011 for
evaluation of a suspected vascular ring anomaly. The dog had recently been
surrendered to a local humane society severely emaciated with an unprovided history.
She was initially placed on frequent, small volume feedings of a high-calorie diet,
however began regurgitating following introduction of larger volume meals. Thoracic
radiography performed at the referring shelter demonstrated moderate esophageal
dilation cranial to the heart base. On the lateral projection, focal ventral deviation of
the trachea was present at the level of the 2nd intercostal space, and leftward
deviation of the trachea was evident on the ventrodorsal projection (Fig. 1). A barium
esophagram confirmed dilation of the esophagus cranial to the heart base, with
normal esophageal size caudal to the heart base. Abdominal radiography before and
after barium administration was normal. A CBC and serum biochemistry panel
demonstrated a mildly elevated creatine kinase (347 U/L; reference 10e200) and
serum bicarbonate (25 mEq/L; 17e24), however all other values were normal. As a
result of these findings, a persistent right aortic arch (PRAA) was suspected and the
dog was referred to OSU for further evaluation and surgical correction.
c. Pemeriksaan Fisik, Temuan Klinis, dan Pemeriksaan Penunjang

4
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, gejala utama yang
observasi adalah sesak nafas ringan, kelesuan, dan terdapat lekukkan di bagian
caudal sternum yang mengarah ke Pectus Excavatum. Kecurigaan tersebut
selanjutnya dikonfirmasi dengan X-ray pada bagian Thorax, tepat pada sternum yang
terdapat lekukan. Pada kasus ini, kondisi kucing tidak terlalu terpengaruh, gejala
pernafasan masih tersembunyi yang belum nampak, sehingga tidak disarankan untuk
operasi. Dokter hewan yang menangani menyarankan untuk meletakkan kucing
tersebut pada posisi ventral dan mencegah kucing tersebut dalam posisi terlentang.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat berat viscera torak pada sternum
dapat mengembalikan struktur normal, karena kucing tersebut masih sangat muda.
Selama dua tahun masa tindak lanjut, kucing tersebut menampilkan perkembangan
yang normal, kucing tersebut kemudian dilakukan vaksinasi dan revisi untuk
mengevaluasi malforasi tulang, dimana hasil evaluasi kucing tersebut sangat
memuaskan secara klinis. Setelah dua tahun, dilakukan pengambilan gambar X-Ray
torak untuk memverifikasi apakah masih ada malforasi pada torak.

Gambar 1. Terdapat lekukan pada caudal sternum (Cupertino, 2017)

5
Gambar 2. X-Ray mengkonfirmasi kecurigaan klinis Pectus Excavatum (tanda panah)
(Cupertino, 2017).

Gambar 3. Proyeksi X-ray pada ventro-dorsal, menunjukkan perpindahan siluet jantung ke


kiri (Cupertino, 2017).

6
Gambar 4. Kucing diperiksa kembali setelah 2 tahun, dengan perkembangan tubuh yang
normal

Gambar 5. X-ray torak pada penampakkan laterolateral kucing setelah 2 tahun,


menunjukkan sedikit perubahan pada sternum, tanpa komplikasi pada jantung dan pernafasan
(Cupertino, 2017).

7
Gambar 6. X-ray torak pada penampakkan ventrodorsal kucing setelah 2 tahun,
menunjukkan posisi normal jantung (Cupertino, 2017).

d. Prognosa

Dubius fausta

e. Diagnosa

Pectus Excavatum

f. Terapi

Terapi yang dilakukan ada kasus ini merupakan terapi konservatif yaitu dengan
melakukan penekanan ringan mediolateral pada torak kucing, hal ini dilakukan untuk
meningkatkan tekanan pernafasan dan dengan demikian mendorong sternum ke

8
depan, terapi ini lebih efektik karena terjadi pada hewan yang sangat muda. Pada
kasus ini tidak dilakukan operasi pembedahan.

3.2 Pembahasan

Pectus excavatum merupakan kelainan kongenital pada dinding thorak yang


ditandai dengan tarikan abnormal pada jaringan skeletal dan osteogenesis yang rusak
serta chondrogenesis, yang berakibat pada kurangnya kekakuan dari jaringan skeletal.
Menurut Cupertino (2017), gejala klinis yang sering nampak pada hewan dengan
kelainan Pectus excavatum adalah adanya kelesuan atau kelemahan dan dyspnea.

Pectus excavatum dapat dibedakan dengan kelainan lain yaitu dengan


serangkaian eliminasi tanda dan gejala. Kyphoscoliosis dikecualikan dengan
gambaran diagnostik tulang belakang karena tulang belakang pada Pectus excavatum
biasanya normal. Differensial diagnose dari Pectus excavatum adalah (Singh, 2013):

Tracheal malformations or collapse


Cardiac disease
Electric cord bite
Hemothorax
Pyothorax
Pneumonia
Allergic bronchitis
Stenotic nares
Elongated soft palate
Terapi yang dilakukan pada kelainan Pectus excavatum adalah secara konservatif
dan operasi. Prinsip terapi konservatif adalah dengan melakukan penekanan ringan
mediolateral pada torak hewan, hal ini dilakukan untuk meningkatkan tekanan
pernafasan dan dengan demikian mendorong sternum ke depan, sedangkan dengan
cara operasi menurut Young (2008), terdapat tiga macam operasi yang dapat
digunakan untuk mengatasi Pectus excavatum adalah external splinting, internal
splinting, dan longitudinal sternebral pining yang dikombinasikan dengan external
splinting. Pada tipe external splinting, bahan moldable digunakan untuk mengkontur
bentuk U atau bentuk V. Pada tipe internal splinting, belat veterinary cuttable
digunakan untuk menyusun ulang sternum yang tidak sesuai bentuk dan susunannya

9
pada kucing. Teknik ini membutuhkan pemaparan dari situs pada deviasi sternum dan
koreksi deformitas setelah pemasangan pelat. Pada tipe longitudinal sternebral
pining yang dikombinasikan dengan external splinting bahan belat pembentuk dan
potongan pin Kirschner digunakan untuk menyetel kembali sternum yang tidak sesuai
bentuknya pada kucing. Dalam teknik ini, pin Kirschner dimasukkan melalui sternum
dari manubrium ke sternebra keempat. Tindakan operasi pada Pectus excavatum
biasanya di lakukan pada hewan yang mengalami lekukan yang parah atau pada
hewan yang telah dewasa dan tulang torak sudak mulai mengeras.

BAB IV PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pectus excavatum pada kucing merupakan kelainan dinding torak sejak lahir.
Kelainan ini dapat dideteksi dengan palpasi sejak kucing baru lahir. Diagnosa Pectus
excavatum secara tepat dapat menggunakan gambaran radiografi dengan penampakan
laterolateral dan ventrodorsal. Kelainan Pectus excavatum dapat di tangani secara
konservatif maupun operasi, penentuan tindakan ini berdasarkan umur hewan dan
tingkat keparahan lekukan Pectus excavatum.

10
5.2. Saran

Diperlukan penelitian dan laporan lanjutan kasus Pectus excavatum pada


kucing khususnya, dan perlunya diadakan pemeriksaan lebih lanjut untuk
menentukan penanganan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Crigel MH, 2005. Moissonnier P.Pectus excavatum surgically repaired using sternum
realignment and splint techniques in a young cat. J Sm Anim Pract 2005, 46,
352-356.
Cupertino, 2017. Recovery of feline with Pectus Excavatum. IOSR Journal of
Agriculture and Veterinary Science (IOSR-JAVS). e-ISSN: 2319-2380, p-
ISSN: 2319-2372. Volume 10, Issue 4 Ver. I (April. 2017), PP 39-43
Hun-Young Y, Mann FA, Soon-wuk. Surgical correction of Pectus Excavatum in two
cats. J Vet Sci2008; 9(3):335-337.
Risselada M, Rooster H, Liuti T, et al. Use of internal splinting to realign a
noncompliant sternum in a cat with Pectus Excavatum. J Am Vet Med
Assoc2006;228:1047-1052.
Singh M, 2013. A Review on Pectus Excavatum in Canines: A Congenital Anomaly.
IJVS2013; 8(1); Serial No:18.

11

You might also like