You are on page 1of 5

PR Ujian DOPS

1. Perbedaan proses radigrafi secara manual, otomatis dan computed radiography:

Teknik pengolahan film radiologi konvensional dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
otomatis dan manual. Pengolahan film manual adalah proses pencucian atau pemrosesan film
yang dilakukan langsung oleh operator (petugas), tidak menggunakan mesin. Semua tahap
pada proses pengolahan film dikerjakan secara manual oleh manusia, demikian halnya
dengan pengaturan waktu dan suhunya sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan cukup
besar. Sedangkan pengolahan film otomatis adalah proses pencucian film yang dilakukan
otomatis dengan menggunakan mesin. Suhu dan waktu pada setiap tahapnya telah diatur oleh
sistem pada mesin, sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat dikurangi. Pada kedua
teknik tersebut, operator harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang
cukup tentang pengaruh waktu dan suhu pada proses pengolahan film, sehingga diperoleh
kualitas radiograf yang optimal.
Tahapan pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan
(rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
Pembangkitan (developing)
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini
perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Yang disebut pembangkitan adalah
perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran
menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak.
Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi
perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-
bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima
oleh film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari
perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

Pembilasan (rinsing)
Pembilasan merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film
dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa
pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan
membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses
selanjutnya. Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya
proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan pembangkit. Proses
yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan
membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke
dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.
Penetapan (fixing)
Fixing untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan
menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran
perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak
komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan
dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk
menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh
emulsi film.
Pencucian (washing)
Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan
garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air.
Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu
dalam keadaan bersih.
Pengeringan (drying)
Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk
menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film
adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan
artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah
dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara,
kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.
Pada prinsipnya pengolahan film pada radiografi konvensional (otomatis dan manual) adalah
sama, hanya saja pada pengolahan film otomatis, tidak terdapat tahapan rinsing. Saat ini di
RSUP Sanglah, pengolahan film dilakukan secara computed radiography.
Kelebihan computed radiography dibandingkan dengan radiografi konvensional (proses
otomatis dan manual):
Angka pengulangan yang lebih rendah karena kesalahan-kesalahan faktor teknis.
Resolusi kontras yang lebih tinggi dan latitude eksposi yang lebih luas dibandingkan
emulsi film radiografi.
Tidak memerlukan kamar gelap atau biaya untuk film (jika gambar tidak ditampilkan
dalam hard copy).
Kualitas gambar dapat ditingkatkan.
Penyimpanan gambar lebih mudah baik dengan hard copy maupun penyimpanan
elektronik.
Kekurangan dari computed radiography dibandingkan dengan radiografi konvensional
(proses otomatis dan manual):
Biaya awal yang cukup tinggi untuk IP, unit CR reader, hardware dan software untuk
workstation.
Resolusi spasial rendah.
Pasien berpotensi untuk menerima radiasi yang overexposed. Computed radiography
dapat mengkompensasi overexposure, sehingga radiografer terkadang memberi
eksposure yang berlebih pada pasien.
Adanya artefak pada gambar akibat proses penghapusan IP yang kurang baik.
Computed radiography dan radiografi konvensional (proses manual dan otomatis) memiliki
beberapa persamaan, yaitu:
Sama-sama menggunakan x-ray dalam pencitraan gambar
KV dan mAs yang digunakan masih standar
Sama-sama menggunakan kaset atau gambar reseptor
Sama-sama terdapat bayangan laten yang dapat diolah menjadi bayangan nyata
Computed radiography dan radiografi konvensional (proses manual dan otomatis) memiliki
beberapa perbedaan, yaitu:
Pengumpulan gambar
Pada radiografi konvensional pengumpulan gambar dengan menangkap sinar radiasi
yang telah melewati pasien dengan menggunakan film.
Computed radiography menggunakan imaging plate (IP) yang terbuat dari fosfor
sebagai media pengumpul gambar pengganti x-ray film yang diletakan dalam IP
cassete.
Pengolahan gambar
Pada radiografi konvensional, film x-ray selanjutnya diproses dengan menggunakan
developer dan fixer (proses manual atau otomatis) sehingga menghasilkan gambar.
Pada computed radiography, image plate (IP) yang telah dieksposi selanjutnya
dimasukan dalam reader unit, dengan laser scanner hasil eksposi pada IP dibaca dan
diubah menjadi sinyal digital yang selanjutnya ditampilkan pada monitor komputer.
Penampilan gambar
Pada radiografi konvensional, gambar dihasilkan oleh x-ray film yang telah melalui
beberapa proses yang berkesinambungan, sehingga apabila tejadi kesalahan pada
salah satu atau beberapa bagian dari proses tersebut maka akan berpengaruh langsung
dengan tampilan gambar. Apabila hendak memperbaikinya, maka proses harus
diulang secara keseluruhan dari awal.
Pada computed radiography gambar ditampilkan dengan monitor komputer yang
didukung oleh software khusus untuk medical imaging sehingga gambar bisa
diperbaiki pada tampilannya yang bertujuan untuk memudahkan menegakkan
diagnosa suatu penyakit.
Penyimpanan gambar
Berbeda dengan radiografi konvensional yang menyimpan gambar hanya dalam
bentuk x-ray film, pada computed radiography, gambar dapat disimpan dalam bentuk
hasil cetak seperti halnya x-ray film, juga memungkinkan untuk disimpan dalam hard
disk, compact disk, floppy disk atau media penyimpanan digital lainnya.

2. Gambaran metastase pada paru-paru:


Millier type
Nodul milier yang merupakan pola berupa nodul-nodul kecil yang banyak sehingga
menyerupai TB milier. Ukuran dari nodul ini biasanya kurang dari 2 milimeter.
Gambaran metastasis milier sering berhubungan dengan kanker paru, kanker
payudara, kanker tiroid, kanker renal, sarkoma tulang, penyakit trofoblastik atau
melanoma.
Coarse nodular type
Pada metastase tipe ini, nodul tampak kasar, lebih kasar daripada nodul tipe milier
maupun coin lession. Diameter nodul ini berkisar antara 2 hingga 3 cm. Gambaran
metastasis coarse nodul sering ditemukan pada kasus kanker orofaring, lambung,
tiroid, dan limfosarkoma.
Golf ball type
Suatu gambaran metastasis berupa golf ball memiliki karakteristik berupa gambaran
nodul yang besar, bulat dan batas yang tegas. Gambaran golf ball berhubungan
dengan penyebaran tumor yang luas sehingga mengindikasikan prognosis yang jelek.
Gambaran golf ball sering ditemukan pada karsinoma ginjal, choriocarcinoma, kanker
endometrium, kanker prostat dan keganasan pada gastrointestinal.
Pneumonic and peribronchial type
Gambaran seperti pneumonia merupakan gambaran metastasis yang tidak khas.
Gambaran radiologis yang ditemukan berupa air-space nodules, konsolidasi yang
mengandung air bronchogram dan ground glass opacities yang bersifat fokal atau
luas. Gambaran ini menyerupai gambaran suatu pneumonia. Tumor primer dapat
berasal dari kanker esofagus, saluran cerna, paru-paru, mammae, prostat dan
hepatoma. Mekanisme penyebaran berupa pertumbuhan melalui dinding alveolar
yang intak (lepidic growth).
Pleural efussion type
Metastasis karsinoma ke pleura dapat berasal dari semua organ seperti mammae,
pankreas, gaster, paru, prostat, ovarium dan prostat. Karsinoma dari paru, mammae
dan limfoma menyebabkan efusi pleura maligna pada 75 % dari keseluruhan kasus
efusi pleura maligna. Gambaran pada foto thorax yang khas berupa perselubungan
dengan bagian lateral lebih tinggi dibandingkan dengan bagian medial. Namun, pada
kasus efusi pleura yang minimal, bisa saja efusi pleura tidak tampak dengan
pemeriksaan konvensional sehingga membutuhkan pemeriksaan tambahan berupa
USG thorax dan CT scan thorax. Pada USG thorax akan tampak gambaran yang
hypoechoic, karena gelombang suara dipantulkan oleh cairan bersifat lemah sehingga
berwarna hitam. USG thorax dapat digunakan untuk membedakan antara efusi pleura
dan penebalan pleura.
Lymphangitic spread type
Penyebaran sel tumor secara limfangitis sering terjadi pada tumor payudara, abdomen,
pankreas dan prostat. Menegakkan diagnosis penyebaran secara lymphangitis
carcinomatosis dengan foto thorak konvensional cukup sulit sehingga dibutuhkan
pemeriksaan dengan CT scan high resolution (HRCT). Lymphangitis carcinomatosis
merupakan hasil dari penyebaran sel tumor secara limfatik dan menyebabkan
bendungan pada saluran limfatik perifer paru. Penyebaran menetap di saluran limfe
peribronkial atau perivaskuler yang secara radiologik memberi gambaran
bronkovaskuler yang kasar. Tampak gambaran garis yang kasar, lurus-lurus, retikuler
dan sering disertai efusi pleura dan limfadenopati pada hilus. Dengan menggunakan
HRCT akan tampak gambaran yang tipikal yaitu penebalan nodular pada septum
interlobular dan penebalan serat ventrilobular bronkovaskuler.

You might also like