You are on page 1of 25

SATUAN ACARA PENYULUHAN

IMOBILISASI DAN LATIHAN MOBILISASI


DI RSUD DR. SOETOMO RUANG BEDAH ASTER
SURABAYA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 15
Moh. Baharuddin Fatih (131713143076)

Mufidatun Nisa (131713143046)

Siti Aisyah Zanta Pradana (131713143014)

Lady Claudinie (131713143076)

Ragil Rizky Atviola (131713143088)

Lisa Ardiavianti (131713143107)


Alfina Maghfiroh Safitri (131713143116)

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : Satuan acara penyuluhan imobilisasi dan latihan mobilisasi


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien di Ruang Bedah Aster
Hari/tgl : Jumat / Oktober 2017
Tempat : Ruang Bedah Aster RSUD Dr.Soetomo Surabaya
Pelaksana : P3N Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga bekerjasama dengan
Tim PKRS Ruang Bedah Aster RSUD Dr.Soetomo
Waktu : Pukul 08.00 WIB

TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, pasien dan keluarga pasien di
Ruang Bedah Bougenvile mengerti tentang imobilisasi dan latihan mobilisasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x60 menit diharapkan
pasien dan keluarga pasien di Ruang Bedah Aster dapat:
1. Memahami pengertian imobilisasi
2. Memahami penyebab dan faktor predisposisi imobilisasi
3. Memahami dampak imobilisasi
4. Memahami upaya pencegahan akibat imobilisasi
5. Memahami dan mampu melakukan penatalaksanaan imobilisasi

METODE
Ceramah, Demonstrasi, dan Tanya jawab

MEDIA
LCD dan Leaflet

ISI MATERI
1. Pengertian imobilisasi
2. Penyebab dan Faktor predisposisi imobilisasi
3. Dampak imobilisasi
4. Upaya pencegahan akibat imobilisasi
5. Penatalaksanaan Imobilisasi

PENGORGANISASIAN
Penyaji : Moh. Baharuddin Fatih
Moderator : Alfina Maghfiroh Safitri
Fasilitator : Siti Aisyah Zanta Pradana
Lady Claudinie
Lisa Ardiavianti
Observer dan Notulen : Ragil Rizky Atviola
Mufidatun Nisa
Pembimbing :
SETTING TEMPAT

LCD

Moderator Penyaji

Peserta Peserta Peserta

Fasilitator Peserta Peserta Peserta

Notulen &
observer Fasilitator Fasilitator Pembimbing
PELAKSANAAN

Tahap dan Penanggung


No. Kegiatan
Waktu jawab
1. 10 menit 1. Penyuluh menyiapkan daftar hadir Panitia
sebelum acara untuk peserta penyuluhan
dimulai
2. Pendahuluan 5 Pembukaan: Moderator
menit 1. Mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan kontrak waktu dan
mekanisme kegiatan
3. Menyampaikan tujuan dan maksud
dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi penyuluhan yang
akan diberikan
3. Kegiatan inti Pelaksanaan: Penyaji dan
20 menit 1. Menggali pengetahuan dan pemahaman Fasilitator
sasaran penyuluhan mengenai imobilisasi
dan dampak dari imobilisasi
2. Menjelaskan materi:
1) Pengertian imobilisasi
2) Penyebab imobilisasi dan Faktor
predisposisi imobilisasi
3) Dampak imobilisasi
4) Upaya pencegahan akibat imobilisasi
5) Penatalaksanaan mobilisasi
3. Demonstrasi cara melakukan mobilisasi
4. Memberikan kesempatan untuk peserta
mengajukan pertanyaan untuk materi yang
belum dipahami
5. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
peserta
4. Penutup Evaluasi: Penyaji
5 menit 1. Meminta satu peserta untuk
mendemonstrasikan materi yang
diberikan.
2. Menanyakan kembali materi yang
telah disampaikan
3. Penyuluh menyimpulkan materi yang
sudah disampaikan
4. Penyuluh membagikan leaflet kepada
peserta penyuluhan
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pengumpulan SAP 1 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
b. Semua peserta hadir dalam kegiatan.
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
bekerja sama dengan pembimbing klinik Ruang Bedah Aster RSUD Dr.
Sutomo Surabaya
d. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan
penyuluhan
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi yang disampaikan pemateri.
b. Peserta tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung.
c. Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta memahami materi yang telah disampaikan.
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan
yang diajukan pemateri.
c. Jumlah peserta 15 orang.
Lampiran 1

Susunan Acara Penyuluhan Kesehatan


Tentang Imobilisasi dan Latihan mobilisasi
di Ruang Bedah Aster RSUD Dr. Soetomo
Jumat, Oktober 2017

Pukul Agenda Jobdesk


07.00-07.50 Persiapan acara PKRS Semua mahasiswa
profesi Ners Unair
08.00-08.05 Pembukaan penyuluhan Moderator
08.05.08.20 Penyajian materi Imobilisasi dan Penyuluh
dampak dari imobilisasi
08.20.08.50 Tanya jawab Penyuluh dan Fasilitator
08.50-09.00 Penutupan Moderator
Lampiran 2
MATERI PENYULUHAN
IMOBILISASI DAN LATIHAN MOBILISASI

1. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi


Mobilisasi merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis
untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito,2000). Mobilisasi atau mobilitas
merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah teratur
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya.
Imobilasasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan atau aktivitas, misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur ekstremitas,
dan sebagainya.
2. Penyebab Imobilisasi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan dan masalah psikologis. Rasa nyeri, baik dari tulang
(osteoporosis, osteomalasia, Pagets Disease, metastase kanker tulang) trauma
sendi (osteoartritis, artritis reumatoid, gout), otot (polimialgia, pseudoclaudication)
atau masalah pada kaki dapat menyebabkan imobilisasi. Rasa lemah sering kali
disebabkan oleh malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia,
gangguan neurologis atau miopati. Osteoartritis merupakan penyebab utama
kekakuan pada lanjut usia. Penyakit Parkinson, artritis reumatoid, gout dan obat
obatan antipsikotik seperti haloperidol juga dapat menyebabkan kekakuan.
Ketidakseimbangan dapat disebabkan karena kelemahan, faktor neurologis (stroke,
kehilangan refleks tubuh, neuropati DM, malnutrisi dan gangguan
vestibuloserebral), hipotensi ortostatik, atau obat-obatan (diuretik, antihipertensi,
neuroleptik dan antidepresan (Setiati, 2006).
3. Faktor Predisposisi
Berbagai perubahan terjadi pada system muskuloskeletal, meliputi tulang
keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak,
penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.
Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi
mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih
lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot
dan kekuatannya juga berkurang (Ario Tejo, 2009).
Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas
metabolisme umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional sistem
tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom imobilisasi. Konsekuensi
metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa imobilisasi diresepkan. Hal ini
bisa disebabkan oleh:
1. Cedera tulang
Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang (fraktur) tentu
akan menghambat pergerakan.
2. Penyakit saraf
Adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi juga
menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan imobilisasi.
3. Penyakit jantung dan pernapasan
Penyakit jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak napas
ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ organ
tersebut akan mengurangi mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak duduk dan
berbaring.
4. Gips ortopedik dan bidai.
5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.
6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau
berbaring.
7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi, namun
tanpa melawan gaya gravitasi.
4. Dampak Imobilisasi
A. Dampak perubahan tubuh akibat imobilisasi
Dampak dari immobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem tubuh,
seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal,
perubahan sistem pernafasan, perubahan krdiovaskular, perubahan sistem
muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan
kecil), vertigo (pusing tujuh keliling).
Respon Fisiologis Terhadap Imobilitas
1. Muskuloskeletal
a. Gangguan Muskular : Menurunnya massa otot sebagai dampak immobilisasi
dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
b. Gangguan Skeletal : Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
Paling sering muncul pada klien imobil, Kekuatan otot menurun,Penurunan
masa otot/atropi. Osteoporosis terjadi akibat menurunnya aktivitas otot
gangguan endokrin dan metabolisme. Kontraktur (panggul, tumit dan
punggung kaki.
2. Cardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskuler akibat immobilisasi antara lain dapat berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan
trombus. Reflek neurovaskular menurun vasokonstriksi darah terkumpul pada
vena bagian bawah tubuh aliran darah ke system sirkulasi pusat terhambat
perfusi serebral menurun pusing/sakit kepala hebat, pingsan.
3. Respiratori
Akibat immobilisasi, kadar heamoglobin menurun, ekspansi paru menurun,
dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Ventilasi paru terganggu pergerakan dada dan ekspansi paru
terbatas pernafasan dangkal. Aliran darah ke paru-paru terganggu : pertukaran
gas menurun. Lemahnya oksigenasi dan retensi CO2 dalam darah Asidosis
respiratory. Sekresi mucus lebih kental dan menempel sepanjang
trac.respiratorius kelemahan otot thorax ketidakmampuan inhalasi maximal,
gerakan menurun mekanisme batuk terganggu, mucus jadi statis, media
berkembang bakteri : infeksi Trat.respiratory bagian bawah.
4. Metabolik dan nutrisi
a. BMR turun
b. Kebutuhan energi tubuh, motilitas gastrointestinal dan sekresi kelenjar
digestive menurun.
c. Proses katabolisme lebih besar daripada anabolisme nitrogen balance
negative
d. Anorexia malnutrisi
e. Hipoproteinemia edema
5. Urinary
Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal
dan urine berkurang. pengaruh gaya gravitasi menghambat pengosongan urine
di ginjal dan kandung kemih secara komplit urine statis media berkembangnya
bakteri infeksi Resiko terjadi Renal Calculi karena kenaikan Ca dalam urine.
Batu ginjal nyeri hebat, perdarahan dan obstruksi
6. Eliminasi Fecal
a. Motilitas kolon dan perstaltic menurun, sphincter konstriksi konstipasi
b. Kelemahan otot skeletal akan mempengaruhi otot abdominal dan perineal
yang digunakan untuk defekasi
7. Integumen
a. Elastisitas kulit menurun
b. Ischemia dan nekrosis jaringan supervisial : luka dekubitus
8. Vertigo
Terjadi Vertigo, karena seseorang terlalu lama berbaring, sehingga aliran darah
ke otak berkurang, serta mempengaruhi nervus vestibularis.

B. Dampak immobilitas bagi psikologis


Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat keadaan
immobilisasi. Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain: pasien mengalami
penurunan motivasi belajar, yang mana mereka sering tidak memahami pendidikan
kesehatan yang diberikan maupun sulit menerima anjuran- anjuran.
Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah yang
dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai cara misalnya
menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut pasien mengalami
perubahan konsep diri serta memberikan reaksi emosi yang sering tidak sesuai
dengan situasi.
Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak immobilisasi
karena selama preses immobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran,
konsep diri, kecemasan, dan lain -lain. Selain itu juga dapat meningkatkan respon
emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang
paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-
bangun dan gangguan koping.
5. Penatalaksanaan
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat mengangkat
klien dengan benar, menggunakan teknik posisi yang tepat, dan memindahkan
klien dengan aman dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar.
Prosedur-prosedur itu digambarkakan dalam bagian ini sebagai prinsip mekanika
tubuh untuk menjaga atau memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-
tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung yang langsung
akibatnya teknik mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (owen dan Garg,
1991). Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada
kelompok otot lumbal, termasuk otot disekitar vertebra lumbal (Owen dan Gerg,
1991).
Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat klien
atau objek yang akan di angkat dengan menggunakan kriteria dasar cara
mengangkat sebagai berikut ini :
1. Posisi beban. Beban yang akan diangkat sedekat mungkin dengan pengangkat.
Posisikan objek pada keadaan seperti diatas ketika perawat menggunakan gaya
mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamps,1989).
2. Tinggi objek. Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal adalah sedikit
diatas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung disamping (Owen dan
Greg, 1991).
3. Posisi tubuh. Ketika posisi tubuh mengangkat yang berbeda, maka petunjuk
umum berikut mampu dipakai sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan
dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multipel bekerja sama
dengan cara yang sinkron.
4. Berat maksimum. Setiap perawat harus mengetahui berat maksimum yang aman
untuk diangkat aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat adalah
jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang
mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba
mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya
perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan beresiko jatuh atau
menyebabkan cedera punggung perawat.
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan
perawatan, dengan tujuan untuk kenyamanan pasien, pemudahan perawatan dan
pemberian obat, menghindari terjadinya pressure area akibat tekanan yang menetap
pada bagian tubuh tertentu.

1. Membantu pasien duduk di tempat tidur


Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas
pasien
Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
2. Memindahkan pasien ke tempat tidur / ke kursi roda
Tujuan :
1) Melakkukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
3. Membantu pasien berjalan
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi
6. Upaya pencegahan Dampak Imobiisasi
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak dari
imobilisasi meliputi penatalaksanaan farmakologik dan non farmakologik menurut
Govinda dan Setiati (2009):
1). Non Farmakologis
a). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik dan
latihan jasmani secara teratur. Pada pasien yang mengalami tirah baring
total, perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat tidur Selain itu,
mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah dari tempat tidur
ke kursi dan latihan fungsional dapat dilakukan secara bertahap.
b). Untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang harus dilakukan adalah
menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada kulit.
Untuk itu dapat dilakukan perubahan posisi lateral 30o, penggunaan kasur
anti dekubitus, atau menggunakan bantal berongga.
c). Untuk mencegah terjadinya penumpukan secret dilakukan pemberian
nebulizer, suction dan melakukan fisioterapi seperti clapping dan vibrasi
untuk mengeluarkan secret. Pada pasien yang memiliki respon batuk dapat
diajarkan untuk batuk efektif.
d). Pada pasien dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap jam atau
diistirahatkan dari duduk. Melatih pergerakan dengan memiringkan pasien
ke kiri dan ke kanan serta mencegah terjadinya gesekan juga dapat
mencegah dekubitus. Pemberian minyak setelah mandi atau mengompol
dapat dilakukan untuk mencegah maserasi.
e). Kontrol tekanan darah secara teratur dan penggunaan obatobatan yang
dapatmenyebabkan penurunan tekanan darah serta mobilisasi dini perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi.
f). Monitor asupan cairan dan makanan yang mengandung serat perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya konstipasi. Selain itu juga perlu
dilakukan evaluasi dan pengkajianterhadap kebiasaan buang air besar
pasien. Pemberian nutrisi yang adekuat seperti tinggi protein dan serat
perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya malnutrisi pada pasien
imobilisasi.
2). Farmakologis

Tata laksana farmakologis yang dapat diberikan terutama pencegahan


terhadap terjadinyatrombosis. Pemberian antikoagulan yaitu Low dose heparin
(LDH) dan low molecular weight heparin (LMWH) merupakan profilaksis
yang aman dan efektif untuk pasien geriatri dengan imobilisasi namun harus
mempertimbangkan fungsi hati, ginjal dan interaksi dengan obatlain.

7. Range Of Motion (ROM)

1). Definisi Range Of Motion (ROM)


Rentang pergerakan (Range of Motion) sendi adalah pergerakan
maksimal yang mungkin dilakukan oleh sendi tersebut. Rentang pergerakan
sendi bervariasi dari individu ke individu lain dan ditentukan oleh susunan
genetik, pola perkembangan, ada atau tidaknya penyakit, dan jumlah aktifitas
fisik yang normalnya dilakukan oleh seseorang (Barbara Kozier et al, 2010).
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan
terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-
masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

2). Jenis Range Of Motion (ROM)


a). ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien)
dengan menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan
otot 75 %. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif .
b). ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien
sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total. Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain
secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

No Jenis Tujuan Indikasi

1 Pasif - Mempertahankan - Inflamasi akut dan


mobilitas sendi dan imobilisasi
- Koma, kelumpuhan,
jaringan ikat
- Meminimalisir efek dari bedrest total
pembentukan
kontraktur
- Mempertahan elastisitas
mekanis dari otot
- Membantu kelancaran
sirkulasi
- Meningkatkan
pergerakan synovial
untuk nutrisi tulang
rawan serta difusi
persendian
2 Aktif - Memelihara elastisitas - Ada kontraksi otot
dan kontraktilitas yang aktif
- Mampu menggerakan
fisiologis dari otot yang
ruas sendi tanpa
terlibat
- Memberikan umpan bantuan
balik sensoris dari otot
yang berkontraksi
- Memberikan
rangsangan untuk
tulang dan integritas
jaringan persendian
- Meningkatkan sirkulasi
- Mengembangkan
koordinasi dan
keterampilan motorik

3). Pergerakan sendi pilihan

Bangian tubuh tipe sendi/pergerakan Ilustrasi

Leher-sendi Putar

Fleksi: gerakan kepala dari posisi tegak di garis


tengah kearah depan sehingga dagu klien
menyentuh dada (gambar 42-2)

Ekstensi: gerakan kepala dari posisi fleksi ke


posisi tegak (gambar 42-2)

Hiperekstensi: gerakan kepala dari posisi tegak


kea rah belakang sejauh mungkin (gambar 42-
2)

Fleksi lateral: gerakan kepala kea rah lateral


kanan dan kiri bahu ( 42-3)

Rotasi: palingkan wajah sejauh mungkin


kearah kanan dan kiri (42-4)
Bahu-Sendi Peluru

Fleksi: angkat setiap lengan dari posisi di


samping tubuh kearah depan ke atas posisi di
samping kepala (42-5)

Ekstensi: gerakan setiap lengan dari posisi


vertical di samping kepala menuju kea rah
depan dan ke bawah ke posisi istirahat di
samping tubuh (42-5)

Hiperekstensi: gerakan setiap lengan dari posisi


istirahat di samping tubuh ke belakang tubuh
(42-5)

Abduksi: gerakan setiap lengan kea rah lateral


dari posisi istirahat di samping tubuh ke posisi
samping diatas kepala, telapak tangan menjauh
dari kepala

Abduksi (anterior): gerakan setiap lengan dari


posisi di samping tubuh menyilang bagian
depan tubuh sejauh mungkin (42-6). Siku dapat
diluruskan atau ditekuk

Sirkumduksi: gerakan setiap lengan ke depan,


ke atas, ke belakang, dan ke dalam gerakan
lingkaran penuh (42-7)

Rotasi eksternal: letakkan lengan di samping


tubuh setinggi bahu dan siku ditekuk
membentuk sudut siku-siku, jari-jari menunjuk
ke bawah, gerakan lengan kea raj atas sehingga
jari jari menunjuk kea rah atas (42-8)

Rotasi Internal letakkan lengan di samping


tubuh setinggi bahu dan siku ditekuk
membentuk sudut siku-siku. Jari-jari menunjuk
ke atas, gerakan lengan kearah depan dan
bawah sehingga jari-jari menunjuk kebawah
(42-8)

Siku sendi engsel

Fleksi: gerakan setiap lengan bawah kearah


depan dan keatas sehingga tangan berada di
bahu (42-9)
Ekstensi: gerakan setiap lengan bawah kearah
depan dan ke bawah, luruskan lengan (42-9)

Rotasi untuk supinal: gerakan setiap tangan dan


lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke atas (42-10)

Rotasi untuk pronasi: gerakan setiap tangan dan


lengan bwah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah (42-10)

Pergelangan tangan sendi kondiloid

Fleksi: gerakan jari setiap tangan kea rah dalam


lengan bawah (42-11)

Ekstensi: luruskan setiap tangan ke permukaan


yang sama seperti lengan (42-11)

Hiperekstensi: tekuk jari-jari setiap tangan ke


belakang sejauh mungkin (42-12)

Fleksi radialis (abduksi): tekuk setiap


pergelangan tangan kea rah lateral menuju ke
samping ibu jari dengan tangan supinasi (42-
13)

Fleksi ulnaris (aduksi): tekuk setiap


pergelangan tangan kea rah lateral menuju jari
kelingking dengan tangan supinal (42-13)

Tangan dan jari: sendi Metakarpofalangeal


kondiloid sendi interfalageal engsel.

Fleksi: buat sebuah kepalan pada setiap tangan


(42-14)

Ekstensi: luruskan jari-jari di setiap tangan (42-


14)

Hiperekstensi: tekuk jari-jari di setiap tangan


kea rah belakang sejauh mungkin (42-14)

Abduksi: regangkan jari-jari tangan (42-15)

Aduksi: rapatkan jari-jari tangan (42-15).


Ibu jari sendi pelana

Fleksi: gerakan setiap ibu jari menyilang


permukaan telapak tangan kearah jari
kelingking (42-16)

Ekstensi: gerakan setiap ibu jari menjauhi


tangan (42-16)

Abduksi: gerakan setiap ibu jari kea rah lateral


(42-17)

Aduksi: gerakan setiap ibu jari kembali ke


tangan (42-17)

Oposisi: sentuhkan ibu jari ke bagian atas jari


di tangan yang sama. Pergerakan sendi ibu jari
terdiri atas abduksi, rotasi dan fleksi (42-18)
Panggul sendi peluru

Fleksi: gerakan setiap tungkai ke depan dank e


atas. Lutut dapat diekstensikan atau difleksikan
(42-19)

Ekstensi: gerakan setiap tungkai kembali ke


samping tungkai yang lain (42-20)

Hiperekstensi: gerakan setiap kaki kembali ke


belakang tubuh (42-20)

Abduksi: gerakan setiap tungkai kea rah luar


sisi tubuh (42-21)

Aduksi: gerakan setiap tungkai ke tungkai yang


lain sampai melebihi bagian depan tungkai
tersebut (42-21)

Sirkumduksi: gerakan setiap tungkai ke


belakang, ke atas, ke samping, dank e bawah
membentuk sebuah lingkaran (42-22)

Rotasi internal: gerakan setiap kaki dan tungkai


kearah dalam sehingga ibu jari kaki mengarah
sejauh mungkin kea rah tungkai yang lain (42-
23)

Rotasi eksternal: gerakan setiap kaki dan


tungkai kea rah luar sehingga ibu jari kaki
mengarah sejauh mungkin menjauhi tungkau
yang lain (42-23)
Lutut sendi engsel

Fleksi: tekuk setiap tungkai, gerakan tumit ke


bagian belakang paha (42-24)

Ekstensi: luruskan setiap tungkau, kembalikan


kaki ke posisinya di samping kaki yang lain
(42-24)

Tungkai sendi engsel


Ekstensi (plantar fleksi): arahkan jari kaki pada
setiap kaki ke arah bawah (42-25)

Fleksi (dorsifleksi): arahkan jari kaki pada


setiap kaki ke arah atas (42-25)

Kaki geser

Eversi: gerakan telapak kaki setiap kaki kea rah


lateral (42-26)

Inversi gerakan telapak kaki setiap kaki kea rah


medial (42-26)

Jari kaki

Fleksi: letakkan sendi jari kaki pada setiap kaki


ke arah bawah (42-27)

Ekstensi: luruskan jari kaki di setiap kaki (42-


27)

Batang tubuh sendi geser

Fleksi: tekuk batang tubuh menuju jari kaki


(42-48)

Ekstensi: luruskan batang tubuh dari posisi


fleksi (42-28)

Hiperekstensi: tekuk batang tubuh ke belakang


(42-28)

Fleksi lateral: tekuk batang tubuh ke bagian


kanan dan kiri (42-29)

Rotasi: gerakkan bagian atas tubuh dari sisi


tubuh ke sisi tubuh lain secara bergantian (42-
30)
DAFTAR PUSTAKA

Ario Tejo, Bima. 2009. Immobilisasi Lama. Jakarta: EGC

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Barbara Kozier et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC

Craven,R.F, Hirnle,C.J. (2000). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and


Practice. Fifth edition. California Addison, Wesley Publishing Co.

Darliana, Devi, dkk. 2014. Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Fakultas


Keperawatan Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Govinda A dan Setiati S. 2009. Imobilisasi pada Usia Lanjut. Jakarta: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam (PIP).

Leahy, J.M & Kizilay, PE (1998). Fundamental of Nursing Practic: a nursing


approach. USA. WB Saunders Company.
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku Ajar kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC.

Setiati S dan Roosheroe, A G. 2006. Imobilisasi pada Usia Lanjut. Dalam :Sudoyo,
A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S. (eds). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid III, Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal : 1388-90.

Uliyah, Musrifatul dan A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik untuk Kebidanan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Yudha, E K (2008). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Ed. 3. Jakarta:EGC


Lampiran 3
Lembar Observasi Penyuluhan
Imobilisasi dan Latihan mobilisasi
di Ruang Bedah Aster RSUD Dr. Soetomo
Jumat, Oktober 2017

No. Struktur Penilaian Keterlaksanaan (Sesuai


dengan Hasil yang ingin
Dicapai
Ya Tidak
Persiapan
1. Kesiapan Materi
2. Kesiapan SAP
3. Kesiapan media : Leaflet dan Power Point
4. Kehadiran peserta penyuluhan
5. Pengorganisasian penyelenggaraan
Penyuluhan
Proses Acara
1. Membuka acara dengan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
5. Menyebutkan topik bahasan
6. Penyampaian materi dengan baik
7. Terdapat tahapan diskusi
8. Terdapat tahapan evaluasi pemahaman
peserta
9. Moderator menyimpulkan hasil penyuluhan
10. Ucapan terimakasih kepada peserta
11. Menutup acara dengan salam

LAMPIRAN 4
DAFTAR HADIR PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
UNIVERSITAS AIRLANGGA ANGKATAN 2013
DI RUANG BEDAH ASTER RSUD DR. SOETOMO SURABAYA TANGGAL
OKTOBER 2017

NO NAMA ALAMAT TTD


LAMPIRAN 5
DAFTAR PERTANYAAN PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
DI RUANG BEDAH ASTER RSUD DR. SOETOMO SURABAYA TANGGAL
OKTOBER 2017
NAMA
NO PERTANYAAN JAWABAN
PESERTA

You might also like