Professional Documents
Culture Documents
Endoftalmitis
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik
di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang
Oleh
Hanna Dwi Wiranti, S.Ked 04084821719174
Pembimbing
Dr. dr. Anang Tribowo, SpM (K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Hanna Dwi Wiranti, S.Ked
040848217179174
Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 30 Januari 2016 s.d 6 Maret 2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena atas rahmat dan berkat-
Nya Telaah Ilmiah yang berjudul Endoftalmitis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah
Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat ujian kepaniteraan klinik senior di Bagian
Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. dr. Anang Tribowo, SpM (K)
atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan telaah
Ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk
penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN. .. ii
KATA PENGANTAR. .. iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN .. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2
2.1 Anatomi dan Fisiologi Vitreous Humor.. 2
2.2 Definisi 2
2.3 Etiologi. 3
2.4 Epidemiologi. 3
2.5 Patofisiologi.. 4
2.6 Gejala dan Tanda 4
2.7 Jenis-jenis Endoftalmitis 5
2.8 Diagnosa Banding 8
2.9 Pemeriksaan Penunjang. 9
2.10 Terapi. 9
2.11 Pencegahan. 11
2.12 Prognosis. 11
BAB III KESIMPULAN.. 12
DAFTAR PUSTAKA 13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
ENDOFTALMITIS
2
2.3 Etiologi Endoftalmitis
Penyebab peradangan ini adalah :
- Endogen akibat sepsis, selulitis orbita, dan penyakit sistemik lainnya
- Eksogen, yang sering terjadi akibat trauma tembus, tukak perforasi, dan penyulit infeksi
pada pembedahan.
Kuman penyebab biasanya disebabkan oleh Staphylococcus albus, Staphylococcus aureus,
proteus dan pseudomonas dengan masa inkubasi 24-72 jam. Bila endoftalmitis terjadi dalam 2
minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin disebabkan karena infeksi bakteri,
sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi disebabkan oleh jamur (Ilyas, 1998).
3
2.5 Patofisiologi Endoftalmitis
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan ketahanan
alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis endogen,
mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh invasi langsung
(misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan
oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular dapat juga
disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator inflamasi dari
respon kekebalan.
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina, atau
koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah kepada
eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar ke
jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endophthalmitis eksogen (Hatch WV, et al., 2009; Miller JJ, et al., 2004; Smith
MA, et al., 1997).
2.6.2 Tanda
Kelopak mata bengkak dan eritema
Konjungtiva tampak chemosis
Kornea edema, keruh, tampak infiltrate
Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi dan eksudat di ruang anterior)
Iris odem dan keruh
Pupil tampak yellow reflek
Eksudat pada vitreus
TIO meningkat atau menurun
4
2.7 Jenis-Jenis Endoftalmitis
2.7.1 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu disebabkan
oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu sampai dengan enam
minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu pertama pasca operasi.
Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif,
dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan
Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi
silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia, penurunan
visus dan kekeruhan vitreus (Cooper Ba, et al., 2003; Smith SR, et al., 2007)
5
Gambar 3 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik
6
trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok Bacillus dan
Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan masuknya benda
asing, sangat penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin, dengan membuang benda
asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat (Mistlberger A, et al., 1997;
Sherwood, et al., 1989).
7
Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui mekanisme endogen setelah beberapa
trauma atau prosedur bedah dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous body,
atau transmisi secara hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak seperti fungal
chorioretinitis yang disebabkan oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan
minimal pada vitreous body, fungal endoftalmitis merupakan penyakit serius dengan
karakteristik tanda-tanda endoftalmitis akut (Hatch WV, et al., 2009).
8
Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti
mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.
Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksi
Studi Imaging
B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga
penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting
dalam pengelolaan dan prognosis.
Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi
USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi
Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)
Periksa visus
Slit lamp
Tekanan intraokular
Melebar funduscopy
ultrasonografi
2.10 Terapi
Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari endophthalmitis. Hasil akhir ini
sangat tergantung pada penegakan diagnosis dan pengobatan tepat waktu. Tujuan dari terapi
endophthalmitis adalah untuk mensterilkan mata, mengurangi kerusakan jaringan dari produk
bakteri dan peradangan, dan mempertahankan penglihatan. Dalam kebanyakan kasus terapi
yang diberikan adalah antimikroba intravitreal, periokular, dan topikal. sedangkan dalam
kasus yang parah, dilakukan vitrectomy. antibiotik di endophthalmitis (Gordon Y, 2001).
9
4. Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang memungkinkan
menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.
2.10.2 Farmakologi
1. Antibiotik
Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan
patogen dalam konteks pengaturan klinis.
Intravitreal antibiotik
Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg dalam 0.1ml
Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml
Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml
Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
2. Terapi steroid
Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 7 hari
Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40
mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.
3. Terapi suportif
Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2 3 hari
sekali.
Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan
intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari
2.10.3 Operatif
10
Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen rongga
vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk
memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan
ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study
(EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan
lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam
pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa (Gan IM, et
al., 2005)
2.11 Pencegahan
1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki faktor resiko sebelum operasi (blepharitis,
kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi yg aktif)
2. Persiapan operasi, termasuk :
Pov. Iodine 5-10%
Sarung tangan steril
Profilaksis topikal / perikoular antibiotik
Profilaksis intravitreal (pada kasus kasus trauma)
2.12 Prognosis
Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung Durasi dari endoftalmitis, jangka waktu
infeksi sampai penatalaksanaan, Virulensi bakteri dan Keparahan dari trauma. Diagnosa yang
tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang tepat mampu meningkatkan angka
kesembuhan endoftalmi (Gan IM, et al., 2005).
BAB III
11
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
12
Bannerman Tl, Rhoden D, McAllister SK, Miller JM, Wilson LA. The source of coagulase
negative staphylococciin the Endophtalmitis Vitrectomy Study. A comparasion of eylid
and intraocular isolates using pulsed field gel electrophoresis. Arch Ophtalmol1997;
115: 357-61.
Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6 years
review of culture proven cases. Am J Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.
Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al. Intravitreal
dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endophthalmitis:a
prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.
Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute endophthalmitis
after cataract surgery: a population-based study. Ophthalmology 2009;116(3):425-30.
Ilyas S. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 1998; 5 Kalamalarajah S,
Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis following cataract surgery in the
UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.
Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and timing of
vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.
Miller JJ,Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus pneumoniae. Am J
Ophtalmol 2004; 138:2:231-6.
13
Prajna NV, Sathish S, Rajalakshmi PC, George C. Microbiological profile of anterior chamber
aspirates following uncomplicated cataract surgery. Indian J Ophthalmol
1998;46(4):229-32.
Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis: Clinical features
and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol 2004;137:4
Sherwood Dr, Rich WJ, Jacob JS. Bacterial contamination of intraocular and extraocular
fluids during extracapsular cataract extraction. Eye 1989;3:308-12.
Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal endophthalmitis. Int
OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.
Trofa D, Gcser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging fungal pathogen. Clin
Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.
14