You are on page 1of 10

Prosiding Tugas Akhir Semester Ganjil 2009/2010 SK - 09

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA AUSTENITIK 304 DALAM MEDIA


NaCl 3% DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR ASAM-ASAM
LEMAK HASIL HIDROLISIS MINYAK BIJI KAPUK

Rosita Dwi C*, Dra. Harmami, MS

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang efisiensi penggunaan inhibitor asam-asam lemak hasil hidrolisis minyak biji
kapuk pada korosi baja austenitik 304 dalam media NaCl 3 % dengan variasi konsentrasi inhibitor 0 ml/L hingga
0,50 ml/L. Metode pengurangan berat dan polarisasi potensiodinamik digunakan untuk menguji inhibisi korosi
dari inhibitor yang digunakan. Potensial dan densitas arus korosi ditentukan dengan cara ekstrapolasi Tafel dari
kurva polarisasi potensiodinamik -2 V hingga 1,5 V. Hasil penelitian menyatakan bahwa inhibitor asam-asam
lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk dengan konsentrasi 0,05 ml/L memiliki kemampuan paling tinggi dalam
menghambat korosi baja austenitik 304 dalam media NaCl 3 % untuk kedua metode tersebut. Efisiensi tertinggi
yang didapatkan pada metode pengurangan berat sebesar 68,75 % sedangkan pada metode polarisasi
potensiodinamik sebesar 40,01 %. Penambahan inhibitor asam-asam lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk
secara umum menurunkan densitas arus korosi baja austenitik 304 dalam media NaCl 3 %.

Kata kunci : baja austenitik 304, inhibitor, asam-asam lemak, hidrolisis, NaCl

ABSTRACT
The efficiency of fatty acids hydrolysed from kapok seed oil as inhibitor in the corrosion of austenitic steel type
304 in NaCl 3 % solution at various consentration from 0 ml/L up to 0,5 ml/L has been investigated. Weight loss
measurement and potentiodynamics polarization method were used to examine the corrosion inhibition of the
inhibitor. Corrosion potential and corrosion current density were given by Tafel plots from potentiodynamics
curve ranging from -2 V up to 1,5 V. The results showed that the fatty acids from hydrolysed kapok seed oil in the
consentration 0,05 ml/L had the highest ability in inhibiting corrosion of austenitic steel type 304 in NaCl 3 %
solution for both weight loss measurement and potentiodynamics polarization method. The highest efficiency for
weight loss measurement method was 68,75 % whereas for potentiodynamics polarization method was 40,01 %.
Addition of fatty acids from hydrolysed kapok seed oil generally decreased the corrosion current density for
austenitic steel type 304 in NaCl 3 % solution.

Keywords : austenitic steel type 304, inhibitor, fatty acids, hydrolysis, NaCl

I. PENDAHULUAN
Baja merupakan material teknik perpaduan dan gedung-gedung bertingkat (Fellows dan Axtell,
antara besi dan karbon dengan adanya sedikit unsur 2002). Hal itu disebabkan karena baja tahan karat
lain seperti krom, nikel, tembaga, molybdenum, memiliki sifat mekanik yang sangat kuat dan juga
fosfor dan vanadium (Fontana, 1986). Baja stainless tahan terhadap korosi (Beddoes, 1999). Namun ada
atau baja tahan karat merupakan baja paduan yang kelemahan utama dari baja jenis ini, yaitu korosi
mengandung sedikitnya 11,5 % Cr (Baszkiewicz lokal akan terbentuk bila baja berada pada larutan
dkk, 1992). Pemakaian baja tahan karat (stainless klorida atau berada pada lingkungan yang
steel) telah banyak sekali diaplikasikan dalam mengandung ion klorida (Baszkiewicz dkk, 1992).
kehidupan sehari-hari mulai dari kaleng pengemas Korosi dapat didefinisikan sebagai reaksi
makanan, peralatan rumah tangga hingga automotif dari suatu material dengan lingkungannya dimana
konsekuensinya adalah menyebabkan kerusakan
*Corresponding author. Phone:+6285730057411 pada material penyusunnya (L.L Shreir, 1994).
e-mail: ochie_cik@yahoo.co.id Proses yang terjadi saat korosi logam adalah
1
Alamat sekarang: Jurusan Kimia, FMIPA ITS terlepasnya atom logam kedalam larutan elektrolit
Surabaya menjadi ion logam dengan melepaskan sejumlah

1
elektron (Abd El-Maksoud, 2008). Korosi dapat pada konsentrasi 800 ppm (El-Etre dkk, 2005).
dicegah antara lain dengan pelapisan (coating), Pemakaian asam-asam lemak yang terkandung di
proteksi katodik maupun katodik, dan dapat pula dalam kacang kedelai, seperti asam stearat, asam
dicegah dengan menggunakan inhibitor (Widharto, palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan asam
2001). linoleulat, dalam menghambat laju korosi baja
Inhibitor merupakan senyawa yang jika paduan rendah menghasilkan efisiensi sebesar 98 %
ditambahkan dalam jumlah kecil pada suatu sistem dalam media yang mengandung klorida pada
korosi dapat meminimalkan laju korosi pada konsentrasi yang digunakan sebesar 10-2 mmol dm-3
konsentrasi tertentu (Escalante, 1990 dan Uhlig, (Osman dan Shalaby, 2002). Minyak kelapa juga
2004). Inhibitor pada korosi logam jenisnya ada pernah digunakan sebagai inhibitor korosi untuk
dua, yaitu anorganik dan organik. Fosfat, kromat, baja lunak dalam media asam. Minyak kelapa
dikromat, silikat, borat, tungstat, molibdat dan mengandung sejumlah asam lemak jenuh dan tak
arsenat adalah beberapa senyawa anorganik yang jenuh. Asam lemak tak jenuh yang terkandung
digunakan sebagai inhibitor pada korosi logam didalamnya adalah asam oleat dan asam linoleat.
(Wiston, 2000). Inhibitor organik adalah senyawa Efisiensi yang diberikan oleh inhibitor ini mencapai
heterosiklik yang mengandung atom nitrogen, sulfur 100 % pada konsentrasi yang digunakan sebesar 50
atau oksigen yang mempunyai pasangan elektron % volume (Jai dan Wan Ali, 2008).
bebas (Stupnisek-Lisac dkk, 2002). Inhibitor korosi Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di
logam yang paling efektif adalah senyawa – atas maka pada penelitian ini akan dilakukan studi
senyawa organik. Hal ini disebabkan karena tentang inhibisi korosi minyak biji kapuk (kapok
senyawa organik memiliki pasangan elektron bebas seed oil) sebagai inhibitor korosi pada baja tahan
pada rantai karbonnya atau pada sistem rantai karat dalam media NaCl. Minyak biji kapuk
aromatiknya yang dapat berikatan dengan muatan mengandung trigliserida, fosfolipid, FFA, sterol,
positif logam, sehingga terjadi adsorpsi antara asam lemak seperti asam oleat; asam linoleat; asam
permukaan logam dengan inhibitor. Adsorpsi ini palmitat dan asam stearat (Sudarmaji, 1997).
akan membentuk lapisan pelindung pada logam Komposisi minyak biji kapuk yang terdiri dari
akibat adanya fisisorpsi atau akan membentuk beberapa macam senyawa, seperti trigliserida, FFA
khelat pembatas yang tak larut akibat adanya dan asam lemak menjadikannya sebagai salah satu
kemisorpsi, yang menghindarkan logam kontak alternatif inhibitor untuk menghambat laju korosi.
langsung dengan media korosif (Free, 2004 dan Oleh karena itu untuk mengetahui efisiensi inhibisi
Zhang dkk, 2004). minyak biji kapuk tersebut maka dilakukan
Inhibitor organik diklasifikasikan dalam pengkajian oleh tim dengan menggunakan jenis baja
dua jenis, yaitu sintetik dan alami. Inhibitor sintetik yang sama yaitu 304, tetapi pada media korosi yang
seringkali digunakan dalam menghambat laju korosi berbeda yakni HCl 2M dan NaCl 3 %. Penggunaan
logam, namun inhibitor ini selain mahal juga minyak biji kapuk sebagai inhibitor juga dikaji
ternyata berbahaya bagi manusia dan lingkungan dengan berbagai perlakuan oleh masing-masing
karena bersifat toksik. Oleh karena itu saat ini anggota tim. Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis
sedang dikembangkan green inhibitor (inhibitor terhadap minyak biji kapuk. Hidrolisis ini dilakukan
yang ramah lingkungan) yang bersifat non-toksik, untuk mendapatkan asam-asam lemak yang terdapat
murah, sudah tersedia di alam, mudah diperbaharui pada minyak biji kapuk. Kumpulan asam-asam
dan tidak merusak lingkungan (El-Etre, 2000 ; El- lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk ini
Etre dan Abdallah, 2000). kemudian digunakan sebagai inhibitor pada studi
Beberapa penelitian tentang penggunaan korosi baja austenitik 304 di dalam media NaCl 3
green inhibitor dalam studi inhibisi korosi telah %.
dilakukan, contohnya penelitian yang dilakukan
oleh Von Fraunhofer dkk (2001) dengan Metodologi Penelitian
menggunakan ekstrak tembakau sebagai inhibitor
pada logam aluminium dan baja yang dilapisi Hidrolisis Minyak Biji Kapuk
dengan tembaga (galvanis) dalam media NaCl 3,5 Peralatan refluks dirangkai terlebih dahulu.
%. Ekstrak tembakau dengan konsentrasi 100 ppm Kemudian diambil minyak biji kapuk sebanyak 1 ml
mampu menghambat korosi sebesar 90 % pada baja (hasil hidrolisis yang dibutuhkan sebagai inhibitor
yang dilapisi tembaga, sedangkan untuk Aluminium sebanyak 0,5 ml) dan dimasukkan ke dalam labu
yang berlapis tembaga efisiensi yang dihasilkan refluks. Kemudian ditambahkan etanol 20%
sebesar 79 %. Ekstrak Azadirachta indica sebanyak 200 ml dan NaOH 10% sebanyak 50 ml,
digunakan sebagai inhibitor korosi pada baja lunak serta ditambahkan pula beberapa batu didih dalam
dalam media NaCl 3 %, dan memberikan hasil yang labu refluks. Campuran direfluks selama 30-60
efektif yaitu efisiensinya sebesar 98 % (Quraishi menit, kemudian didinginkan. Setelah dingin,
dkk, 1999). Ekstrak Lawsonia, yang digunakan campuran tersebut ditambahkan dengan HCl 10%
sebagai inhibitor pada baja karbon dalam media sebanyak 200 ml kemudian diaduk. Campuran
NaCl 3,5 % memberikan efisiensi sebesar 91,01 % tersebut lalu dipisahkan dengan cara ekstraksi
dengan menambahkan aquades 3 x 10 ml. Lapisan

2
yang diambil adalah lapisan bawah yaitu campuran diambil lalu dibersihkan dengan aseton dan aquades,
asam lemak. dikeringkan dan ditimbang lagi untuk mengetahui
berat akhir. Laju korosi dihitung dalam miligram
Identifikasi Hasil Hidrolisis Minyak Biji Kapuk per cm kuadrat per jam (mg/(cm2 h)). Efisiensi
Menggunakan Kromatografi Gas (KG) inhibisi dihitung berdasarkan hasil dari pengukuran
Identifikasi hasil hidrolisis minyak biji pengurangan berat pada akhir keseluruhan proses.
kapuk dilakukan di Balai Pengawasan Obat dan Percobaan dengan metode pengurangan berat
Makanan (BPOM). Hasil hidrolisis minyak biji dilakukan secara truplo untuk setiap konsentrasi
kapuk yang terbentuk, pertama-tama ditambahkan inhibitor 0 ml/L; 0,05 ml/L; 0,1 ml/L; 0,15 ml/L;
dengan pelarut n-heksan. Kemudian campuran 0,20 ml/L; 0,25 ml/L; 0,30 ml/L; 0,35 ml/L; 0,40
tersebut dimetilasi menggunakan KOH-metanolat ml/L; 0,45 ml/L dan 0,50 ml/L. Prosentase dari
2N. Selanjutnya disentrifus selama 5 menit dan efisiensi inhibisi dihitung menggunakan persamaan:
supernatannya diambil sebanyak 0,1 µL untuk
diidentifikasi menggunakan kromatografi gas % IE =  W  Wi   100 % (2.1)
Agilent Technology seri 7890 A. Suhu detektor  W  
yang digunakan sebesar 300 ºC, aliran H2 30 (El-Etre, 2006)
ml/menit, aliran udara 400 ml/menit, suhu injector dimana W dan Wi adalah berat baja saat sebelum
250 ºC, tekanan 10 psi dan split rasio 60:1. Standard ditambah inhibitor dan sesudah ditambahkan
pembanding yang digunakan asam linoleat. inhibitor asam-asam lemak hasil hidrolisis minyak
biji kapuk.
Persiapan Elektroda Kerja
Baja stainles tipe 304 yang berbentuk Polarisasi dan Penentuan Densitas Arus Korosi
lembaran dengan ketebalan 1 mm dipotong bulat- Polarisasi dilakukan di BATAN (Badan
bulat dengan ukuran diameter 14 mm. Kemudian Tenaga Atom dan Nuklir) dengan menggunakan alat
permukaannya diampelas menggunakan kertas potensiostat tipe PGS 210 T. Pertama-tama
ampelas grit 500 dan 1000. Lalu dibilas dengan elektroda pembanding SCE (Ag/AgCl), elektroda
aquades dan aseton lalu dikeringkan. Setelah itu bantu platina dan elektroda kerja baja 304 dicuci
potongan baja siap digunakan sebagai elektroda dengan menggunakan larutan NaCl 3% dan dibilas
kerja. dengan aquades. Setelah itu elektroda kerja,
elektroda pembanding dan elektroda bantu di
Pembuatan Media Korosi rangkai pada suatu sel korosi yang disebut sebagai
Larutan NaCl 3 % sel tiga elektroda dengan larutan NaCl 3 % sebagai
Padatan NaCl ditimbang sebanyak 30,0106 elektrolitnya. Lalu elektroda – elektroda tersebut
gram, lalu dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml. dihubungkan dengan alat potensiostat dan
Kemudian diencerkan menggunakan aquabides komputer. Elektroda kerja dibiarkan selama 10
hingga tanda batas menit di dalam elektrolit. Setelah itu dilakukan
polarisasi dengan menggunakan metode
Larutan Uji NaCl 3 % + Inhibitor Asam – asam potensiodinamik. Potensial diatur dengan rentang
Lemak Hasil Hidrolisis Minyak Biji Kapuk pengukuran -2 V sampai 1,5 V terhadap potensial
Inhibitor asam-asam lemak hasil hidrolisis pembanding (Epembanding) dengan kecepatan scan 20
minyak biji kapuk diambil sebanyak 0,5 ml lalu mV/s. Perubahan arus yang terjadi, diukur dengan
dimasukkan kedalam labu ukur 1000 ml. Kemudian potensiostat. Kemudian data yang didapatkan diolah
diencerkan menggunakan larutan NaCl 3 % hingga untuk menentukan grafik potensiodinamik (E
tanda batas. Pembuatan media korosi dengan terhadap log I). Berdasarkan grafik yang dihasilkan
konsentrasi inhibitor 0,05 ml/L; 0,1 ml/L; 0,15 maka dapat dibuat ekstrapolasi Tafel, sehingga
ml/L; 0,20 ml/L; 0,25 ml/L; 0,30 ml/L; 0,35 ml/L; dapat diperoleh data densitas arus korosi (i korosi) dan
0,40 ml/L dan 0,45 ml/L dilakukan dengan cara potensial korosi (Ekorosi). Untuk media korosi dengan
mengencerkan larutan 0,5 ml/L menggunakan penambahan inhibitor asam-asam lemak hasil
larutan NaCl 3%. hidrolisis minyak biji kapuk dengan konsentrasi 0
ml/L; 0,05 ml/L; 0,1 ml/L; 0,15 ml/L; 0,20 ml/L;
Metode Pengurangan Berat 0,25 ml/L; 0,30 ml/L; 0,35 ml/L; 0,40 ml/L dan 0,45
Spesimen baja austenitik 304 (Fe 66 %; Cr ml/L dilakukan dengan dengan metode yang sama.
18-20 %; Ni 8-10,5 %, Mn 2 %, P 0,45 %; C 0,08 Suhu ruang dicatat pada setiap rangkaian penelitian
%) dengan ukuran 3 x 3 x 0,1 cm diampelas dengan yang dilakukan. Nilai efisiensi inhibitor dapat
kertas ampelas grit 500 dan 1000. Kemudian baja dihitung menggunakan persamaan
tersebut dicuci dengan aseton dan aquades lalu i  ii (2.2)
EI  0  100 %
dikeringkan. Setelah itu ditimbang untuk i0
mengetahui berat mula-mula. Kemudian direndam dimana i0 adalah densitas arus tanpa penambahan
dalam larutan uji selama 30 hari dalam keadaan inhibitor dan ii adalah densitas arus dengan
terbuka pada suhu ruang. Setelah 30 hari, baja penambahan inhibitor (Stupnisek, 1998).

3
Identifikasi Hasil Hidrolisis Menggunakan Gambar 3.2 Kromatogram hasil hidrolisis minyak
Spektrofotometri Inframerah biji kapuk dengan katalis NaOH
Identifikasi hasil hidrolisis minyak biji Kromatogram hasil hidrolisis minyak biji
kapuk dilakukan di jurusan kimia UNESA. Dibuat kapuk dapat dilihat pada gambar 3.2. Dari
dua lempengan pelet dari KBr, kemudian sampel kromatogram diketahui bahwa salah satu jenis asam
hasil hidrolisis minyak biji kapuk diletakkan lemak yang ikut terhidrolisis dari minyak biji kapuk
diantara kedua lempengan pelet tersebut lalu adalah asam linoleat. Puncak asam linoleat muncul
dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer pada waktu retensi = 3,45 menit. Pada waktu retensi
inframerah Schimadzu. antara 2,69 – 3,17 menit muncul puncak-puncak lain
dengan luasan area puncak bervariasi. Hal ini
Hasil dan Pembahasan menunjukkan adanya asam-asam lemak jenis lain
dari minyak biji kapuk yang terhidrolisis. Namun
Hidrolisis Minyak Biji Kapuk asam-asam lemak ini tidak teridentifikasi mengingat
Hidrolisis minyak biji kapuk dilakukan standard pembanding yang digunakan hanyalah
untuk mendapatkan asam-asam lemak yang asam linoleat.
terkandung dalam minyak biji kapuk. Reaksi
hidrolisis dapat dipercepat oleh asam ataupun basa
(Winarno, 1982). Penggunaan asam sebagai katalis
mengakibatkan reaksi berlangsung dua arah dan
reversibel sedangkan penggunaan basa sebagai
katalis mengakibatkan reaksi berlangsung satu arah
dan tidak reversibel sehingga menghasilkan
rendemen yang lebih baik (Carrapiso dan Garcia,
2007). Oleh karena itu hidrolisis yang dilakukan
menggunakan larutan basa kuat NaOH di dalam
etanol 20%. Setelah itu hasilnya diekstrak
menggunakan HCl 10% agar asam-asam lemak
dapat terekstrak lebih banyak.
Gambar 3.3 spektra IR hasil hidrolisis minyak biji
Di dalam reaksi hidrolisis menggunakan kapuk
katalis NaOH terjadi pembentukan gliserol dan Hasil hidrolisis minyak biji kapuk juga
sodium karboksilat dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer
O
inframerah. Spektra inframerah yang dihasilkan
CH2 O C R1 CH2 OH menunjukkan adanya gugus karbonil C=O pada
O O
bilangan gelombang 1745 cm-1, adanya gugus C-H
CH O C R2 + 3NaOH CH OH + 3R C O Na alifatik pada bilangan gelombang 2927 dan 2858
kalor
O
cm-1 serta adanya gugus OH pada bilangan
CH2 O C R3 CH2 OH gelombang 3465 cm-1.
trigliserida gliserol sodium karboksilat
Metode Pengurangan Berat
O Pengaruh penambahan inhibitor asam-asam
3R C O Na + 3 HCl 3RCOOH + 3NaCl lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk terhadap
asam karboksilat laju korosi baja austenitik 304 dalam larutan NaCl 3
% dapat ditentukan melalui metode pengurangan
Gambar 3.1 Reaksi hidrolisis minyak biji kapuk berat, yaitu dengan menghitung selisih berat baja
dengan katalis NaOH sebelum dan sesudah direndam dalam larutan NaCl
3% tanpa dan dengan penambahan inhibitor. Setiap
penambahan inhibitor dengan konsentrasi yang
berbeda akan memberikan nilai efisiensi yang
berbeda pula. Prosentase efisiensi inhibitor dalam
larutan NaCl 3 % dihitung menggunakan persamaan
(2.1) (El-Etre, 2006). Nilai efisiensi inhibitor
ditunjukkan dalam tabel 3.1 berikut

4
Tabel 3.1 Nilai Efisiensi Inhibisi (% EI) dan Fraksi Keadaan seperti ini dapat terjadi karena
Pelingkupan Permukaan Baja Austenitik tidak semua permukaan baja yang terendam dalam
304 oleh inhibitor (θ) dalam Larutan larutan NaCl 3 % terlapisi oleh inhibitor secara
NaCl 3 % pada Metode Pengurangan merata. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai θ,
Berat yaitu fraksi dari permukaan baja yang terlindungi
Konsentrasi oleh inhibitor dimana nilainya berbanding lurus
inhibitor %EI θ dengan efisiensi inhibisi (Subramanyarn, 1985).
(ml/L) Kecepatan pencelupan baja dalam larutan NaCl 3 %
0 - - dan kelarutan asam-asam lemak hasil hidrolisis
0,05 68,75 0,68 minyak biji kapuk di dalam larutan NaCl 3 %
0,10 43,75 0,43 merupakan faktor-faktor yang kemungkinan dapat
0,15 62,50 0,62 mempengaruhi perbedaan nilai θ.
0,20 50,00 0,50 NaCl ketika dilarutkan di dalam air akan
0,25 50,00 0,50 terionisasi menjadi ion Na+ dan Cl- dan dikelilingi
0,30 56,25 0,56 oleh molekul-molekul air. Ketika asam-asam lemak
0,35 25,00 0,25 hasil hidrolisis minyak biji kapuk dilarutkan di
0,40 37,50 0,37 dalam larutan NaCl tersebut, kemungkinan terjadi
0,45 31,25 0,31 reaksi sebagai berikut
0,50 37,50 0,37 .. ..
O O- O

Bila data-data diatas tersebut R C OH + Na+ Cl- R C OH+Na+ R C


+
Cl +Na OH
-
diinterpretasikan ke dalam bentuk grafik antara
Cl
konsentrasi (C) inhibitor versus prosentase efisiensi
inhibitor (%EI) maka akan menghasilkan grafik
sebagai berikut ..
O O-
80
70 + - OH R C Cl + Na+
Na Cl + R C
60
50 OH
% EI

40
30
20
Gambar 3.5 Mekanisme reaksi campuran asam
10 lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk dengan
0 NaCl
0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5
C (ml/L)
ion Cl- akan menyerang atom C pada gugus
Gambar 3.4 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor karboksilat dan menyebabkan terlepasnya OH. OH
(C) terhadap nilai efisiensi inhibisinya yang terlepas ke dalam larutan menjadi ion OH-. Ion
(% EI) pada baja austenitik 304 dalam OH- di dalam larutan bersifat kurang stabil bila
larutan NaCl 3 % pada metode dibandingkan dengan ion Cl-, sehingga ion OH-
pengurangan berat menyerang kembali atom C pada gugus karboksilat
dan menyebabkan Cl terlepas dari gugus yang
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa diikuti dengan pembentukan asam karboksilat
tidak tercipta suatu keadaan optimum dari inhibitor kembali. Berdasarkan kemungkinan reaksi tersebut,
dalam menghambat laju korosi baja austenitik 304 dapat diasumsikan bahwa asam-asam lemak hasil
dalam larutan NaCl 3 %. Hal ini ditunjukkan dengan hidrolisis minyak biji kapuk tidak larut di dalam
tidak terbentuknya suatu grafik parabola, melainkan larutan NaCl 3%. Asam-asam karboksilat yang
hasil yang naik turun pada grafik tersebut dan ini berbobot molekul rendah atau yang berantai pendek
menunjukkan bahwa kemampuan inhibisi asam- dapat larut dalam air maupun dalam pelarut organik,
asam lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk pada namun asam-asam lemak merupakan asam
korosi baja 304 dalam larutan NaCl 3% tidak karboksilat yang berantai panjang dan berbobot
memberikan hasil yang bagus. Hal ini juga terbukti molekul besar sehingga kelarutannya sangat kecil
dari nilai persen efisiensinya yang naik turun. Hasil atau bahkan tidak larut di dalam air (Fessenden,
penelitian menggunakan inhibitor asam-asam lemak 1986). Minyak biji kapuk mengandung asam-asam
hasil hidrolisis minyak biji kapuk ini tidak sesuai lemak seperti asam linoleat, asam oleat, asam stearat
dengan penelitian sebelumnya yang pernah dan asam palmitat (Kaimal, 1970) yang berantai
dikemukakan oleh El-Sherbini dkk (2005) yang panjang dan bermolekul besar, sehingga
menggunakan asam lemak etoksilat sebagai kemungkinan asam-asam lemak yang didapatkan
inhibitor, dimana nilai persen efisiensi inhibisi akan dari hidrolisis minyak biji kapuk tidak larut di
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi dalam larutan NaCl 3%. Dan hal ini mengakibatkan
inhibitor yang ditambahkan. berapapun jumlah penambahan konsentrasi inhibitor

5
ke dalam larutan NaCl 3 % tidak akan menyebabkan berdasarkan grafik diketahui bahwa konsentrasi
perubahan yang berarti. Hal inilah yang inhibitor mempengaruhi besarnya densitas arus yang
menyebabkan nilai efisiensi inhibisi asam-asam terjadi. Namun besarnya densitas arus tidak
lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk pada baja menunjukkan hubungan yang linier dengan
austenitik 304 naik turun. konsentrasi, dimana hasil yang didapatkan untuk
densitas arus adalah naik turun. Hal ini juga
Hasil Penentuan Densitas Arus Korosi (i kor) Baja didukung oleh besarnya nilai R2 yang hanya sebesar
Austenitik 304 dalam Larutan NaCl 3 % Tanpa 0,0024. Bila nilai R2 kurang dari 0,99 maka grafik
dan dengan Penambahan Inhibitor tersebut kelinierannya kecil atau tidak linier
Penentuan densitas arus korosi (i kor) pada (Underwood, 1995).
baja austenitik 304 dalam larutan NaCl 3 % Korosi baja austenitik 304 dalam larutan
dilakukan dengan menggunakan metode NaCl 3 % diawali dengan reaksi pelarutan besi dan
elektrokimia yaitu melalui polarisasi reduksi dari oksigen terlarut
potensiodinamik. Nilai densitas arus korosi (i kor) Fe Fe2+ + 2e-
pada baja austenitik 304 dalam larutan NaCl 3 % Dan
tanpa dan dengan penambahan inhibitor ditunjukkan O2 + 2H2O + 4e- 4OH-
2+
dalam Tabel 3.2 berikut Setelah itu Fe bereaksi dengan OH- membentuk
Tabel 3.2 Densitas Arus Korosi (i kor), Potensial besi hidroksida di dekat permukaan baja
Korosi (E kor), Konstanta Tafel Anodik Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
(βa) dan Katodik (βc) Baja Austenitik hidroksida tersebut mengendap pada permukaan
304 dalam Larutan NaCl 3% pada baja karena merupakan produk yang kelarutannya
Metode Polarisasi Potensiodinamik rendah. Kemudian besi hidroksida tersebut akan
berubah menjadi besi oksida yang ditandai dengan
Konsen pembentukan pasif film (D’Alkaine dan Boucherit,
trasi i kor βa βc E 1997)
inhibitor (µA/cm2) (mV) (mV) (mV) Fe(OH)2 FeO + H2O
(ml/L) dari beberapa reaksi yang terjadi, produk korosi
0 196,91 466,4 -158 -1204,7 yang kemungkinan dapat terbentuk pada permukaan
0,05 118,11 339,8 -193,1 -1222,8 baja adalah hidroksi besi Fe(OH)2 dan oksida besi
0,10 138,18 309,5 -158,3 -1200,0 FeO. Karena baja austenitik 304 merupakan
0,15 120,38 290,2 -144,5 -1208,5 campuran dari beberapa logam, maka ada
0,20 137,71 317,3 -142,6 -1198,4 kemungkinan produk-produk korosi lain terbentuk
0,25 136,96 318,7 -145,3 -1187,1 seperti oksida Cr, Ni, dan Mn dalam jumlah yang
0,30 132,31 270,3 -138,0 -1177,6 relatif kecil mengingat komposisinya pada baja yang
0,35 164,04 415,6 -143,0 -1188,9 berjumlah sedikit.
0,40 155,35 305,3 -148,7 -1194,0
0,45 150,88 351,9 -127,4 -1195,7
0,50 151,23 429,9 -133,6 -1197,6

Data tabel diatas bila diinterpretasikan ke


Log densitas arus (i)

dalam grafik hubungan antara densitas arus korosi (i


kor) versus konsentrasi (C) inhibitor maka akan
menghasilkan grafik sebagai berikut
250

200

150
i (µA/cm2)

y = 0,3283x + 143,67
100 R2 = 0,0024

50

0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5
C (ml/L) E (mV)
Gambar 3.7 Diagram tafel polarisasi baja 304 dalam
Gambar 3.6 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor larutan NaCl 3% dengan konsentrasi
(C) terhadap nilai densitas arus korosi inhibitor sebesar 0, 0,05; 0,10 dan 0,15
( i kor ) baja austenitik 304 dalam ml/L
larutan NaCl 3 % pada metode
polarisasi potensiodinamik Gambar 3.7 menunjukkan diagram
ekstrapolasi tafel dari polarisasi potensiodinamik
baja 304 dalam larutan NaCl 3 % tanpa penambahan

6
inhibitor dan dengan penambahan inhibitor sebesar sehingga densitas arusnya juga ikut meningkat.
0,05, 0,10 dan 0,15 ml/L. Pada penambahan Densitas arus korosi paling besar terjadi pada
inhibitor dengan konsentrasi 0,05 ml/L, terjadi polarisasi baja dengan penambahan inhibitor sebesar
pergeseran potensial ke arah yang lebih negatif 0,35 ml/L, dimana mengalami gejala pasifasi paling
diikuti dengan penurunan densitas arus korosi yang cepat dari yang lainnya. Kemudian dari gambar 3.9
cukup tajam dan signifikan yaitu 118,11 µA/cm2. dapat dilihat bahwa potensial kembali bergeser ke
Pada konsentrasi 0,10 ml/L dan 0,15 ml/L potensial arah yang lebih negatif untuk konsentrasi inhibitor
bergeser ke arah yang lebih positif dan densitas 0,40, 0,45 dan 0,50 ml/L, dengan begitu densitas
arusnya meningkat. Dari gambar 4.4 tersebut dapat arus korosinya mengalami penurunan walaupun
diketahui bahwa pada konsentrasi inhibitor 0,05 tidak terlalu signifikan oleh sebab range-nya yang
ml/L, baja mengalami gejala pasifasi paling lama sempit dan tidak merata.
dibandingkan pada konsentrasi lainnya, dan hal
inilah yang menyebabkan densitas arus korosinya Penentuan Efisiensi Inhibitor
paling kecil daripada yang lainnya dikarenakan Nilai efisiensi inhibitor asam-asam lemak
pelarutan Fe pada baja dalam NaCl 3% yang lambat. hasil hidrolisis minyak biji kapuk pada penelitian
yang dilakukan terhadap baja austenitik 304 dalam
larutan NaCl 3% dapat dihitung menggunakan
persamaan (2.2) (Stupnisek, 1998) dan hasilnya
ditunjukkan dalam tabel 3.3 berikut
Tabel 3.3 Nilai Efisiensi Inhibisi (% EI) pada Baja
Log densitas arus (i)

Austenitik 304 dalam Larutan NaCl 3 %


pada Metode Polarisasi Potensiodinamik
Konsentrasi
inhibitor i kor %EI
(ml/L) (µA/cm2)
0 196,91 -
0,05 118,11 40,01
0,10 138,18 29,82
0,15 120,38 38,86
0,20 137,71 30,06
0,25 136,96 30,44
E (mV) 0,30 132,31 32,80
Gambar 3.8 Diagram tafel polarisasi baja 304 dalam 0,35 164,04 16,92
larutan NaCl 3% dengan konsentrasi 0,40 155,35 21,10
inhibitor sebesar 0,20; 0,25; 0,30 dan 0,45 150,88 23,37
0,35 ml/L 0,50 151,23 23,19

Berikut adalah grafik antara konsentrasi (C)


inhibitor versus prosentase efisiensi inhibitor (%EI)
maka akan menghasilkan grafik seperti berikut
Log densitas arus (i)

45
40
35
30
25
% EI

20
15
10
5
0
0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5
C (ml/L)
E(mV)
Gambar 3.9 Diagram tafel polarisasi baja 304 dalam Gambar 3.10 Grafik hubungan konsentrasi inhibitor
larutan NaCl 3% dengan konsentrasi (C) terhadap efisiensi inhibisinya (%
inhibitor sebesar 0,40; 0,45 dan 0,50 EI) pada baja austenitik 304 dalam
ml/L larutan NaCl 3 % pada metode
polarisasi potensiodinamik
Gambar 3.8 menunjukkan diagram ekstrapolasi tafel
baja 304 dalam larutan NaCl 3 % dengan Efisiensi inhibitor paling tinggi diperoleh pada
penambahan inhibitor sebesar 0,20; 0,25; 0,30 dan konsentrasi 0,50 ml/L yaitu sebesar 40,01 % dengan
0,35 ml/L. Terjadi pergeseran potensial kearah yang nilai densitas arus korosi (ikor) sebesar
lebih positif untuk semua konsentrasi inhibitor, 118,11µA/cm2 .Tetapi konsentrasi inhibitor tertinggi

7
ini tidak dapat dianggap sebagai konsentrasi pada logam karena inhibitor asam-asam lemak hasil
optimum, karena grafik yang dihasilkan tidak hidrolisis mempunyai rantai karbon yang panjang
menunjukkan kenaikan efisiensi seiring dengan (Hammouti, 2006). Kemungkinan yang dapat terjadi
kenaikan konsentrasi inhibitor melainkan efisiensi adalah rantai karbon pada inhibitor hanya akan
yang naik turun. Dan hasil ini juga berbeda dari menempel ke permukaan logam, namun hal ini tidak
hasil penelitian yang dilakukan oleh El-Sherbini dkk berjalan lama dan dengan mudah akan terlepas
(2005) dimana semakin besar konsentrasi inhibitor karena inhibitor asam-asam lemak hasil hidrolisis
asam lemak etoksilat yang ditambahkan pada mempunyai rantai karbon yang panjang dan juga
elektrolit maka efisiensi inhibisinya juga akan disebabkan logam baja dan inhibitor sama-sama
semakin besar. Hasil metode polarisasi ini ternyata bersifat non-polar. Oleh karena adanya fenomena
memiliki tren yang sama dengan metode ini, maka nilai efisiensi inhibisi dari asam-asam
pengurangan berat, yaitu bahwa penambahan lemak hasil hidrolisis pada baja 304 dalam larutan
konsentrasi asam-asam lemak hasil hidrolisis NaCl 3% naik turun.
minyak biji kapuk tidak berpengaruh secara linier
dengan efisiensi inhibisi. Kesimpulan
Nilai persen efisiensi yang naik turun ini Kesimpulan yang dapat diambil
kemungkinan disebabkan oleh proses hidrolisis berdasarkan penelitian ini adalah bahwa minyak biji
minyak biji kapuk yang kurang sempurna, sehingga kapuk mengandung beberapa asam lemak yang
hasil hidrolisis tidak sepenuhnya murni campuran salah satu diantaranya adalah asam linoleat. Asam-
asam lemak dan juga kelarutan asam-asam lemak asam lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk dapat
hasil hidrolisis minyak biji kapuk di dalam larutan digunakan sebagai inhibitor pada studi korosi baja
NaCl 3 % yang dapat mempengaruhi pelapisan baja. austenitik 304 di dalam larutan NaCl 3%. Hal ini
Diketahui bahwa minyak bersifat non-polar dapat diketahui berdasarkan hasil penelitian, bahwa
sedangkan NaCl bersifat polar. Bila baja dicelupkan asam-asam lemak ini dapat memperkecil laju korosi
ke dalam larutan NaCl yang ditambahkan dengan baja austenitik 304 dalam larutan NaCl 3% dengan
asam-asam lemak hasil hidrolisis minyak biji kapuk nilai efisiensi inhibisi paling besar pada konsentrasi
maka diharapkan akan ada minyak yang menempel 0,05 ml/L baik pada metode pengurangan berat
pada permukaan baja dan dapat melapisi baja, maupun metode polarisasi potensiodinamik. Untuk
sehingga memperlambat proses korosi. Asam-asam metode pengurangan berat nilai efisiensi terbesar
lemak ini menghambat laju korosi dengan cara adalah 68,75 % sedangkan untuk metode polarisasi
mekanisme adsorpsi yang terjadi pada lapisan potensiodinamik nilai efisiensi terbesar adalah 40,01
antarmuka logam-larutan. Pada umumnya adsorpsi %. Berdasarkan hasil nilai efisiensi kedua metode
inhibitor pada permukaan logam bergantung pada tersebut diketahui bahwa asam-asam lemak hasil
sifat dan muatan di permukaan logam, struktur hidrolisis minyak biji kapuk kurang efisien jika
molekul inhibitor dan jenis elektrolit yang digunakan sebagai inhibitor pada korosi baja
digunakan (Riggs Jr., 1973). Empat tipe adsorpsi austenitik 304 di dalam media NaCl 3 %, karena
molekul organik yang kemungkinan terjadi pada efisiensinya kurang dari 90 %.
permukaan logam / larutan secara interfasa adalah :
(1) interaksi elektrostatik antara muatan logam Ucapan Terima Kasih
dengan muatan molekul, (2) interaksi pasangan 1. Allah SWT, the Almighty. Alhamdulilllah atas
elektron bebas pada molekul inhibitor dengan segala Rahmat, Ridho dan Nikmat-Mu.
logam, (3) interaksi antara elektron π dengan logam 2. Dra. Harmami, MS dan Suprapto, M.Si, Ph.D
dan (4) kombinasi dari (1) dan (3) (Sinsherg dkk, selaku dosen pembimbing atas segala nasehat,
1988). bimbingan dan ilmu yang disampaikan. Semoga
Berdasarkan nilai efisiensi yang bermanfaat.
didapatkan, dapat diasumsikan bahwa kemungkinan 3. Kedua orang tua tercinta atas segala doa dan
tidak terjadi interaksi antara inhibitor dengan baja. semangat yang selalu diberikan dan menyertaiku
Baja yang mengandung Fe akan mengalami oksidasi selama 23 tahun.
menjadi Fe2+ setelah direndam dalam larutan NaCl 4. Teman-teman sejawat dan seperjuangan baik
3% dan permukaan baja akan bermuatan negatif angkatan 2004 maupun 2005 di laboratorium
karena terjadi pelepasan elektron. Sedangkan kimia fisika
inhibitor asam-asam lemak hasil hidrolisis yang 5. Serta pihak-pihak lain yang belum sempat
mengandung atom oksigen, mempunyai dipol yang disebutkan satu persatu
bermuatan negatif juga, sehingga interaksi tidak
akan terjadi bila dipol pada baja dan dipol pada Daftar Pustaka
inhibitor sama-sama bermuatan negatif. Jadi
adsorpsi yang melibatkan interaksi elektrostatik Abd El – Maksoud, S.A., (2008), The Effect of
tidak terjadi. Interaksi (2) dan (3) juga tidak terjadi, Organic Compounds on the
karena pasangan elektron bebas pada inhibitor tidak Electrochemical Behaviour of Steel in
mungkin masuk ke dalam orbital kosong yang ada

8
Acidic Media: A Review, Int. J. Sinsherg, D., G. George, A. Nanayakhara, D.
Electrochem. Sci., Vol 3, p. 528-555 Steinert, (1988), Corrosion Science, Vol
Baszkiewicz, J., M. Kaminski, A. Podgrsky, J. 28, p. 33
Jagielki, G. Gawlik, (1992), Corros. Sci., Stupnisek-Lisac dkk., (1998), Low Toxicity Copper
Vol 33, p. 815 Corrosion Inhibitor, Corrosion Science
Beddoes, J., (1999), Introduction to Stainless Steel; Stupnisek – Lisac, E., A. Gazioda, M. Madzarac,
ASM International, Ohio (2002), Electrochim. Acta, Vol 47, p.
Carrapiso, A.I., C. Garcia, (2007), Development in 4189
Lipid Analysis: Some New Extraction Subramanyarn, N.C., Maryana S.M., (1985),
Techniques and In Situ Trans- Corrosion Sci., Vol 25, 3, p. 163
esterification, J. Lipid, 35 (11), p. 1167- Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi, (1997),
1177 Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
D’ Alkaine, C.V., M.N Boucherit, (1997), J. dan Pertanian, Liberty, Yogyakarta
Electrochem. Soc., 144, p. 3331 Uhlig, H., (2004), Corrosion and Control, Second
El–Etre , A.Y., M. Abdallah, (2000), Natural Honey Edition, George Harrap and Co.Ltd,
as Corrosion Inhibitor for Metals and London
Alloys II. C-steel in High Saline Water, Underwood, (1995), Analisa Kimia Kuantitatif
Corros.Sci., Vol 42, p. 731 – 738 Kimia Analitik, Edisi Keempat, Erlangga,
El–Etre, A.Y., M. Abdallah, Z.E. El – Tantawy, Jakarta
(2005),Corrosion Inhibition of Some Von Fraunhofer, J.A., G.D. Davis, L.A. Krebs, C.M.
Metals Using Lawsonia Extract, Corros. Dacres, (2001), The Use of Tobacco
Sci., Vol 47, p. 385-395 Extract as Corrosion Inhibitor, Corrosion
El – Etre, A.Y., (2006), Appl. Surf. Sci., 252, 8521 Paper, No. 1558
El – Sherbini, E.E.F., S.M. Abdel Wahaab, M. Widharto, S., (2001), Karat dan Pencegahannya,
Deyab, (2005), Ethoxylated Fatty Acids as Cetakan Kedua, Pradnya Paramita, Jakarta
Inhibitor for the Corrosion of Zinc in Acid Winarno, F.G., (1982), Kimia Pangan dan Gizi,
Media, Material Chem. and Physics, 89, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
pp. 183-191 Wiston, R., (2000), Uhlig’s Corrosion Handbook,
Escalante, E., (1990), Measuring the Rate of 2nd Edition, John Willey and Sons Inc.,
Corrosion of Steel in Concrete, Journal of New York, p. 1091
Corrosion Studies, 11(2), p. 86-102 Zhang, D., L. Gao, G. Zhou, (2004), Appl. Surf.
Fellows P., Axtell B., (2002), Appropriate Food Sci., Vol 225, p. 287
Packaging; Material and Methods for
Small Business, Essex, U.K : ITDG BIOGRAFI PENULIS
Publishing, p. 25 – 77
Fontana, M.G., (1986), Corrosion Engineering, 3rd ROSITA DWI C dilahirkan
Edition, Mc Graw-Hill Book Company, di Situbondo 18 Mei 1986
New York dan merupakan putri kedua
Free, M., (2004), Corros. Sci., Vol 46, p. 3101 dari pasangan Bambang
Hammouti, B., (2006), Pennyroyal Oil from Sukardono dan Sumarmi dari
Menthapulegium as Corrosion Inhibitor for tiga bersaudara. Penulis telah
Steel, Material Letters, 60, p. 2840-2843 menempuh pendidikan formal
Jai, J. dan Wan Shabuddin Wan Ali, (2008), Palm di SD Negeri Patokan IV
Olein as an Eco-Friendly Corrosion Situbondo (1992-1995), SD
Inhibitor, International Conference on Negeri Dr. Sutomo V Surabaya (1995-1998), SLTP
Environmental Research and Technology Negeri 1 Surabaya (1998-2001), SMU Negeri 2
(ICERT) Surabaya (2001-2004). Penulis selanjutnya
Osman, M.M. dan M.N. Shalaby, (2002), Some melanjutkan jenjang pendidikan S1 dan diterima di
Ethoxylated Fatty Acids as Corrosion Jurusan Kimia FMIPA-ITS melalui jalur SPMB
Inhibitor for Low Carbon Steel in pada tahun 2004. Penulis pernah menjadi asisten
Formation Water, Materials Chemistry mata kuliah praktikum Termodinamika pada tahun
and Physics, Vol 77, pp 261 – 269 2009 dan pernah mengikuti kerja praktek di PT.
Quraishi, I.H Farouqi, Saini P.A, (1999), Unilever Indonesia, Tbk Surabaya selama 1 bulan.
Investigation of Some Green Compound as Penulis mengambil Tugas Akhir di bidang Kimia
Corrosion and Scale Inhibitor for Cooling Fisik dalam menyelesaikan jenjang pendidikan S-1
System, Journal of Corrosion, Vol. 55, nya di Jurusan Kimia FMIPA-ITS.
No. 5, pp. 493 – 497
Riggs Jr., O.L., (1973), Corrosion Inhibitor, Second
edition, C.C. Nathan, Houston

9
10

You might also like