Professional Documents
Culture Documents
Intisari
1
Abstract
Drug used during pregnancy should be monitored, because it can cause some
fetal defects. Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) in one of the government health
program which was destinated to decrease the maternal deaths. The aim of this study
was to understand the rationality of antihypertension drug used during the pregnancy
in JAMPERSAL patients in JOGJA hospital of Yogyakarta.
This study used descriptive design with prospective data taken. Information in
the patients medical record from January to August 2012 was used as data resources.
Data was analyzed descriptively and was explored the rationality according to JNC 7.
The rationality was explained based on appropriate indication, patient, medication
and doses.
Pendahuluan
Hampir sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus
plasenta sampai masuk dalam sirkulasi janin. Resiko terjadinya efek merugikan
akibat mengkonsumsi obat pada ibu hamil tergantung pada jenis dan kapan obat
tersebut diberikan. Dalam dua minggu pertama awal kehamilan, pertumbuhan embrio
janin diketahui rentan terhadap efek teratogenik (kecacatan pada janin) karena obat
(Dwiprahasta, 2007)
2
kehamilan berakhir. Oleh karena itu penyebab dan patofisiologisnya yang belum
diketahui dengan pasti, maka penyakit ini sering disebut disease of theory (Djaswadi,
2000)
Penderita dengan tekanan darah 160/110 mmHg baik pasien ibu hamil
maupun bukan perlu diberikan obat antihipertensi (Anonim, 2002). Hydralazin dan
digunakan magnesium sulfat (Wagner, 2004). Selain itu digunakan juga obat
kelompok sasaran miskin baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah
satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan, dan pelayanan bayi baru
3
lahir. Jaminan Persalinan (Jampersal) adalah salah satu program andalan di bidang
kesehatan yang salah satunya bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI). Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,
yang artinya dalam setiap 100.000 kelahiran hidup terdapat 228 ibu melahirkan
meninggal dunia. Angka tersebut masih terbilang cukup tinggi, meski dalam lingkup
Asia Tenggara. Padahal AKI adalah salah satu indikator utama yang menunjukkan
keberhasilan sebuah negara dalam memberikan hak hidup sehat bagi warganya
(Anonim, 2012).
mencatat bahwa terjadi peningkatan pasien ibu hamil yang terdaftar menggunakan
jampersal. Pada tahun 2011 lalu jumlah pasien mencapai 469 pasien yang terdaftar
mencapai 521 pasien. Hal ini disebabkan karena informasi mengenai jampersal
perhatian publik dan dibutuhkan identifikasi untuk mencegah efek samping yang
potensial bagi ibu hamil dari obat yang tidak tepat (Long, 2012).
4
Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
data secara prospektif. Sumber data penelitian adalah informasi yang tertulis dalam
rekam medis ibu hamil pemegang jampersal dan bukan jampersal pasien di Rumah
Sakit JOGJA Yogyakarta periode Januari Agustus 2012. Populasi target pada
penelitian ini adalah rekam medis pasien ibu hamil rawat inap pemegang jampersal
Rumah Sakit JOGJA Yogyakarta. Populasi terjangkau adalah rekam medis pasien ibu
hamil rawat inap pemegang jampersal dan bukan pemegang jampersal dengan
diagnosis utama hipertensi yang mendapat terapi antihipertensi di Poli Kebidanan dan
Penyakit Kandungan yang telah ditentukan terlebih dahulu yakni pasien ibu hamil
Pasien hipertensi adalah pasien rawat inap pemegang jampersal dan bukan pemegang
140/90, diagnosis utama dapat dilihat di rekam medis dan diklasifikasikan dalam
ICD (International Code Diagnose) O13; O14.9; dan O16.Obat antihipertensi adalah
obat yang digunakan untuk terapi hipertensi pada pasien ibu hamil pemegang
5
jampersal dan bukan jampersal yang terdiri dari golongan Diuretik, Calcium Channel
Blocker, Beta Blocker dan Direct Renin Inhibitor. Pemegang Jampersal adalah pasien
ibu hamil rawat inap yang melakukan jenis pembayaran biaya pengobatan rawat inap
dari JNC 7 edition dan Standar Formularium Rumah Sakit Jogja untuk evaluasi
menggunakan obat antihipertensi adalah perlu atau tidaknya pemberian obat tersebut
ditinjau dari diagnose utama penyakit pasien berdasarkan ICD O13; O14.9: dan O16
dibandingkan dengan standar JNC 7 dan Standar Formularium Rumah Sakit Jogja
apakah jenis antihipertensi yang diberikan tersebut sesuai standar JNC 7 dan Standar
kehamilan. Ketepatan dosis adalah ketepatan jumlah, dosis dan frekuensi pemberian
antihipertensi sesuai dengan dosis terapi hipertensi dibandingkan dengan standar JNC
7 dan Standar Formularium Rumah Sakit Jogja untuk evaluasi antihipertensi pada
kehamilan.
6
C. Analisis Data
Data obat-obat yang diperoleh dari rekam medis dianalisis dari golongan
obat apa saja, kemudian dihitung persentase dari tiap golongan yang ada. Setelah itu
kesesuaiannya dengan standar The Sevent Report of The Joint National Comitte on
antihipertensi yang meliputi tepat indikasi, tepat pasien, tepat obat dan tepat dosis.
Pada bulan Januari Agustus 2012 pasien ibu hamil pemegang jampersal
yang didiagnosis hipertensi pada trimester ketiga dan mendapat obat hipertensi
Rumah Sakit JOGJA sebanyak 13 orang. Pada trimester III kehamilan merupakan
fase fetal dimana dimana terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.
Pengaruh buruk senyawa asing terhadap janin pada fese ini tidak berupa malformasi
lagi tetapi terjadi gangguan pertumbuhan baik terhadap fungsi-fungsi fisiologik atau
Golongan obat yang diberikan pada ibu hamil pemegang jampersal yang
didiagnosis hipertensi di Rumah Sakit JOGJA Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel I.
7
Tabel I Daftar golongan obat yang diberikan pada pasien ibu hamil pemegang
jampersal yang didiagnosis hipertensi di Rumah Sakit JOGJA Yogyakarta
1. Antihipertensi (Nifedipine, 2 4 7 13
Metildopa, Dopamet ,
Clonidin)
2. Antibiotik (Amoxicillin, 2 2 5 9
Cefixime, Injeksi
Ceftriaxone)
3. Analgesik Antipireutik 1 1 2 4
(Pamol, Paracetamol)
4. Analgesik Non Opioid
(Asam Mafenamat, 2 3 7 12
Aspilet)
5. Antiinflamasi (Injeksi 2 1 2 5
Dexamethason, Injeksi
Ketorolac)
6. Antasida (Magasida) - - 1 1
7. Diuretik (Injeksi Lasix, 1 - 1 2
Injeksi Furosemid)
8. Antiulkus (Ranitidin) - 1 - 1
9. Hemostatik (Injeksi & P.O - 1 2 3
Asam Tranexamat, Kalnex)
10. Antiangina (ISD, 1 - - 1
Herbesser CD)
11. Multivitamin dan mineral 2 3 6 11
(Kalsium Laktat, KSR,
Sulfas Ferosus, Infus RL+
Oksigen, Lactasif/Moloco,
Infus RL+SM, Infuse
NaCl:D5%: RD)
Jumlah 13 16 33 62
Pada table I dapat diketahui bahwa golongan obat yang paling sering
8
hipertensi adalah antihipertensi (100%), analgesik non opioid (92.31%), serta
dinyatakan 100% kasus tepat indikasi. Tepat obat disini dinilai berdasarkan
juga bermanfaat sebagai tokolitik agent atau mencegah kontraksi uterus jika
dkk, 2004)
9
Tabel II Ketepatan Obat pada Penggunaan Obat Antihipertensi Pasien Ibu .
Hamil Pemegang Jampersal di Rumah Sakit JOGJA Yogyakarta .
berdasarkan standard JNC 7
10
hepatitis karena alergi. Hipotensi dapat terjadi bila pasien mengkonsumsi
Restriction) dan dengan pasien dengan fetus yang terlacak memiliki detak
kasus tidak tepat pasien. Tidak ditemukan gejala edema ekstrimitas bawah,
maupun hipotensi pada pemberian nifedipin pada pasien ibu hamil pemegang
11
oral, maksimal 30 mg. Nifedipine short acting tidak disetujui oleh Food and
tekanan darah dalam 15-30 menit dan fektif selama 6-12 jam dan digunakan
acting yang mekanisme kerjanya obat dilepas secara perlahan sehingga dosis
Dosis oral metildopa untuk pemberian awal, 250 mg 2-3 kali per hari.
Bila perlu dosis dapat ditambah setiap 2 hari. Dosis umum 500-2000 mg/hari,
maksimal terjadi 4-6 jam setelah pemberian. Obat ini merupakan pilihan obat
terhadap ibu dan janinnya pada semua fase kehamilan. Mayoritas penggunaan
standar baik jumlah, dosis maupun frekuensi yaitu untuk nifedipin kapsul
sehari. Namun pemberian metildopa (Dopamet 250 mg) pada pasien 1 dan 8
terjadi ketidaksesuaian dengan standar dimana dosis tidak berada pada jarak
dosis umum yaitu 500-2000 mg/hari yang terbagi dalam 2-4 kali pemberian.
12
Setelah dilakukan evaluasi terhadap penggunaan obat antihipertensi,
diperoleh 11 kasus (84.62%) tepat dosis dan 2 kasus (15.38%) tidak tepat
dosis.
Tabel IV. Ketepatan Dosis Obat Antihiperteni pada Pasien Ibu Hamil
Pemegang Jampersal di Rumah Sakit JOGJA Yogyakarta
berdasarkan standar JNC 7
Parameter Standar JNC 7
Jumlah %
Tepat Dosis 11 84.62
Tidak Tepat Dosis 2 15.38
Kesimpulan
kasus (100%) tepat indikasi, 8 kasus (61.54%) tepat obat, 8 kasus (61.54%)
tepat pasien dan 11 kasus (84.62%) tepat dosis. Rasionalitas pemberian obat
tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis adalah 8 kasus (61.54%).
13
DAFTAR PUSTAKA
Chobanian M.D, 2004, The Seventh Report of The Joint National Comitte on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment 45th edition, U.S.
Department of Health and Human Service : USA, Hal 51-53
Gerald, G.B, Roger, K.F, Summer, J. X., 2001, Drugs in Pregnancy and
lactation, 6th Lippincott Williams and Wilkins Publisher, hal 8
Long, A.J., Chang, P., 2012, The Effect of Using the Health Smart Card vs.
CPOE Reminder System on The Prescribing Practices of Non-
Obstetric Physicians During Outpatient Visits for Pregnant Women
14
in Taiwan, International Journal of Medical Informatics, Volume 81,
Issue 9, Hal 605-611
Santoso, B., 1990, Masalah Pemakaian Obat pada Kehamilan dalam Pemakaian
Obat pada Kehamilan, Lab. Farmakologi Klinik, Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta, hal 87.
15
16