Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Testis terdiri atas 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli
seminiferi. Di dalam testis terdapat banyak saluran yang disebut tubulus
seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan
sel Sertoli, sedang di antara tubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel
spermatogonium pada proses spermatogenesis menjadi sel-sel spermatozoa.
Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makan pada bakal sperma. sedangkan sel-
sel Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormone testosterone.1,3
2
mendapat rangsangan seksual, spermatozoa dan cairannya (semua disebut air
mani) akan dikeluarkan ke luar tubuh melalui vas deferen dan akhirnya penis.
Di antara tubulus seminiferus terdapat sel khusus yang disebut sel intersisial
Leydig. Sel Leydig memproduksi hormon testosteron.3
3
menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau
lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat). Bila suhu testis
akan diturunkan, otot kremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi
tubuh. Fenomena ini dikenal dengan refleks kremaster.3
Sawar darah testis berfungsinya untuk mencegah reaksi auto-imun.
Tubuh dapat membuat antibodi melawan spermanya sendiri, maka hal ini
dicegah dengan sawar. Bila sperma bereaksi dengan antibodi akan
menyebabkan radang testis dan menurunkan kesuburan.3
Fisiologi testis
Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin.
Fungsi testis:4,5
- Memproduksi sperma (spermatozoa)
- Memproduksi hormon seks pria seperti testosteron.
4
1.2 TORSIO TESTIS
1.2.1 Definisi
Torsio testis terjadi akibat insersi tunika vaginalis tinggi di funikulus
spermatikus sehingga funikulus dengan testis dapat terpuntir di dalam tunika
vaginalis.1,4,5
Torsi dari funiculus spermatikus dari testis juga dapat terjadi pada
masa janin/neonatus di dalam rahim atau sewaktu persalinan. Perputaran
terjadi pada funiculus bagian inguinalis di atas insersi tunica vaginalis dan
dikenal sebagai torsi funiculus spermatikus ekstravaginalis. Torsi
ekstravaginalis hanya terjadi pada neonatus.1,4,5
Akibat puntiran tangkai, terjadi gangguan perdarahan testis mulai dari
bendungan vena sampai iskemia yang menyebabkan gangren. Keadaan
insersi tinggi tunika vaginalis di funikulus biasanya digambarkan sebagai
lonceng dengan bandul yang memutar dan mengalami nekrosis dan gangrene.
5
1.2.2 Etiologi
Torsio testis terjadi bila testis dapat bergerak dengan sangat bebas.
Pergerakan yang bebas tersebut ditemukan pada keadaan-keadaan sebagai
berikut :6
1. Trauma
2. Kelainan sistem penyangga testis (anomali bell-clapper)
6
1.2.3 Epidemiologi
Torsio testis terjadi akibat perkembangan abnormal dari korda
spermatika atau selaput yang membungkus testis. Torsio testis bisa terjadi
pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada usia dewasa muda (usia 10-
30 tahun) dan lebih jarang terjadi pada neonatus. Puncak insiden terjadi pada
usia 13-15 tahun. Peningkatan insiden selama usia dewasa muda mungkin
disebabkan karena testis yang membesar sekitar 5-6 kali selama pubertas.
Testis kiri lebih sering mengalami torsi dibandingkan dengan testis kanan,
hal ini mungkin disebabkan oleh karena secara normal spermatic cord kiri
lebih panjang. Pada kasus torsio testis yang terjadi pada periode neonatus,
70% terjadi pada fase prenatal dan 30% terjadi postnatal.1,3
1.2.5 Patofisiologi
Terdapat 2 jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu torsio
intravagina dan ekstravagina. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika
vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada
spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari
epididymis dan investment yang tidak komplet dari epididymis dan testis
7
posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari
scrotum. Kegagalan fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan
deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord
sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia
remaja dan dewasa muda.1
Torsio ekstravagina terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir
pada axis vertical sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non
fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan
rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus
dan pada kondisi undesensus testis.1
Otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan
menjauhi rongga abdomen untuk mempertahankan suhu ideal untuk testis.
Adanya kelainan system penyanggah testis menyebabkan testis dapat
mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan.1
Terpeluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran
darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis,dan iskemia.
Akhirnya testis dapat mengalami nekrosis.1
Torsio testis lebih sering terjadi pada anak. Torsio testis terjadi pada
anak dengan insersi tunika vaginalis tinggi di funikulus spermatikus sehingga
funikulus dengan testis dapat terpuntir di dalam tunika vaginalis. Akibatnya
terjadi gangguan perdarahan testis mulai dari bendungan vena sampai
iskemia yang menyebabkan gangrene.1
8
1.2.7 Diagnosa
Anamnesis6,7
Pasien-pasien dengan torsio testis dapat mengalami gejala sebagai berikut :
Nyeri hebat yang mendadak pada salah satu testis, dengan atau tanpa
faktor predisposisi
Scrotum yang membengkak pada salah satu sisi
Mual atau muntah
Sakit kepala ringan
Pemeriksaan fisik6,7
Daerah testis jika diraba sangat nyeri dan tampak membesar
Testis yang terkena letaknya tampak lebih tinggi.
Kulit skrotum udem dan merah.
Refleks kremaster biasanya tidak ada
Demam
Pemeriksaan penunjang6,7
Pemeriksaan sedimen urin tidak menunjukkan adanya leukosit
Pemeriksaan darah tidak menunjukkan tanda inflamasi
Stetoskop Doppler, ultrasonografi Doppler, dan sintigrafi testis.
Semuanya bertujuan menilai adanya aliran darah ke testis. Pada torsio
testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis.
Diagnosis torsi testis dibuat berdasarkan kecurigaan klinis yang
diperoleh dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk
dengan eksplorasi skrotum. Akan tetapi jika masih meragukan, color
Doppler ultrasound atau nuclear testicular scan bisa digunakan untuk
membantu dalam menegakan diagnosis.
Pada kasus torsi testis, pemeriksaan Doppler ultrasound tidak
ditemukan adanya aliran darah, dan pada pemeriksaan scan
radionuclide terjadi radionuclide tracer uptake yang rendah.
Sedangkan pada kasus epididymo-orchitis, Doppler ultrasound akan
9
memperlihatkan peningkatan aliran darah, dan radionuclide akan
memperlihatkan peningkatan aktivitas radionuclide.
Jika ditemukan riwayat serangan nyeri skrotum dengan onset yang
tiba-tiba dan intermiten pada anak laki-laki, diagnosis torsi intermiten
dapat dipertimbangkan.
1.2.8 Tatalaksana
1. Non operatif4,7,8
2. Operatif4,7,8
10
dari lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu
terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur
diagnostik lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.
11
7
Dalam pembedahan, testis di detorsi (putar balik) dan setelah itu dilakukan
penilaian apakah testis yang mengalami torsi masih viable (hidup) atau sudah
mengalami nekrosis. Orkidopeksi dilakukan pada kedua testis sebagai
tindakan pencegahan. Orkidektomi tidak dilakukan kecuali jika testis telah
rusak seluruhnya.
12
1.2.9 Prognosis
Testis umumnya dapat diselamatkan jika pembedahan dilakukan
dalam waktu 6 jam setelah awitan torsi. Tingkat penyelamatan menurun 70
% setelah 6 sampai 12 jam, dan 20 % setelah 12 jam.1,4
1.2.10 Komplikasi
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu
kegawat daruratan dalam bidang urologi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam
antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual
akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%.
Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan
menyebabkan atrofi testis Atrofi dapat terjadi beberapa hari hingga beberapa
bulan setelah torsio dikoreksi. Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila
torsio telah terjadi 8 jam atau lebih.
Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi:4
Infark testis
Hilangnya testis
Infeksi
Infertilitas sekunder
Deformitas kosmetik
13
BAB III
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
15