You are on page 1of 3

Tujuan belajar skenario D

1. Mengetahui tanda dan gejala dari DM tipe 2


2. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronik
4. Mengetahui factor resiko DM tipe 2
5. Mengetahui factor resiko gagal ginjal kronik
6. Mengetahui asupan yang tepat untuk DM tipe 2
7. Mengetahui hubungan antara DM dengan hipertensi
8. Mengetahui hubungan antara DM dengan gagal ginjal kronik
9. Mengetahui hubungan antara hipertensi dengan gagal ginjal
10. SOAP yang tepat untuk pasien

Tugas :
1. Apa itu tripel whammy?
2. Kenapa NSAID tidak boleh digunakan untuk gagal ginjal kronik?
3. Terapi apa yang cocok untuk anemia? Zat besi atau yang lainnya?
4. Bagaimana target LDL pada pasien usia 68 tahun dengan riwayat penyakit yang diderita?
1. Diabetes mellitus ditandai oleh hiperglikemia kronis dan insulin masih dapat diproduksi oleh
pancreas-pankreas tetapi kualitas insulin yang dihasilkan buruk dan tidak dapat berfungsi dengan baik
sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam sel . Gibney, dkk. Dalam (Putri, 2013).Penderita
diabetes melitus Tipe 2 biasanya mengeluhkan gejala seperti poliphagia (banyak makan), polidipsia
(banyak minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari) nafsu makan bertambah
namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) mudah lelah, dan kesemutan.
(Fatimah, 2015).
2. Tanda dan Gejala Hipertensi, gejala klinis yang utama pada hipertensi secara umum sakit kepala
sampai ke tengkuk bagian belakang tengkuk terasa pegal dan mudah marah. Gambaran lainnya adalah
susah tidur, sesak nafas, mudah lelah, mata berkunang-kunang, pandangan menjadi kabur bahkan bisa
terjadi mimisan (Liswanti, 2017)
3. Gejala dan tanda GGK
Pada stadium dini GGK, terjadi kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), pada keadaan laju
filtrasi glomerulus (LFG) masih normal atau meningkat. Kemudian secara perlahan akan terjadi
penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan tapi sudah terjadi peningkatan
kadar urea dan kreatinin serum. Pada LFG 30%, mulai terjadi keluhan seperti nokturia, badan lemah,
mual, nafsu makan berkurang, dan penurunan berat badan. Pada LFG < 30% pasien memperlihatkan
gejala dan tanda uremia yang nyata, seperti anemia, peningkatan tekanan darah, mual dan sebagainya.
Sedangkan pada LFG 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium 5 atau disebut gagal ginjal.
(Alfonso, 2016)
4. Faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut
American DiabetesAssociation (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat
diubah meliputi riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur 45 tahun, etnik, riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah
meliputi obesitas berdasarkan IMT 25kg/m2 atau lingkar perut 80 cm pada wanita dan 90 cm pada
laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat sedangkan faktor lain
yaitu penderita polycystic ovarysindrome (PCOS), penderita sindrom metabolik memiliki riwayat
toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya, memiliki
riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau peripheral rrterial Diseases (PAD), konsumsi
alkohol,faktor stres, kebiasaan merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein (Fatimah, 2015).
5. Faktor resiko DM tipe 2 yaitu Obesitas dan tidak banyak gerak merupakan kontributor utama
resistensi insulin, Ras asli amerika, kulit hitam, Spanyol, Asia dan Islandia Pasifik, Berat badan lahir
rendah, Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2 pada keturunan pertama dan kedua,
Dilahirkan dari ibu yang mengalami diabetes saat hamil (Diabetes gestasional) atau ibu denagn diabetes
tipe 2 (Azrimaidaliza, 2011)
6. Hubungan antara diabetes melitus dengan kejadian gagal ginjal kronik adalah Seseorang yang
menderita diabetes melitus yang cukup lama akan muncul beberapa komplikasi salah satunya adalah
kerusakan ginjal. Masalah ginjal berkaitan dengan diabetes melitus karena adanya kebocoran protein
darah dalam jumlah kecil melalui urine. Setelah beberapa tahun kebocoran albumin dalam urine akan
lebih banyak. Jumlah albumin yang meningkat dalam urine dapat menyebabkan fungsi penyaringan
ginjal akan menurun sehingga akan berakibat pada kerusakan ginjal (Tilong, 2014)
7. Hubungan antara Hipertensi dengan Kejadian gagal ginjal kronik yaitu Menurut Dharma (2014)
hipertensi merupakan penyebab gagal ginjal nomor dua setelah DM. Fungsi utama ginjal adalah sebagai
sistem penyaring untuk membuang kelebihan air dan limbah di dalam darah. Fungsi penyaring untuk
membuang kelebihan air dan limbah di dalam darah. Fungsi penyaringan di jalankan oleh jutaan
pembuluh darah kecil di dalam ginjal. Hipertensi pada dasarnya merusak pembuluh darah, tingginya
tekanan darah ini juga dapat membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan. Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat merusak pembuluh darah dan nefron di dalam ginjal. Nefron yang rusak tidak akan
dapat melakukan tugasnya untuk menyaring limbah, natrium serta kelebihan cairan dalam darah.
Kelebihan cairan dan natrium yang terdapat pada aliran darah akan memberikan tekanan ekstra pada
dinding pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanan darah hingga taraf yang berlebih. Hipertensi
dapat berakibat kegagalan ginjal.
8. Hubungan antara DM dengan hipertensi yaitu Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk
terjadinya DM, Hubunganya dengan DM tipe 2 sangatlah kompleks, hiertensi dapat membuat sel tidak
sensitif terhadap insulin (resisten insulin) padahal insulin berperan meningkatkan ambilan glukosa di
banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi
insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga dapat mengalami gangguan (Guyton, 2008)
9. Penderita diabetes melitus sebaiknya melaksanakan serta memperhatikan yang berhubungan
dengan penataan 3 J, yaitu: jumlah kalori yang di butuhkan, jadwal makan yang harus di perhatikan.
Tujuan Diet pada diabetes melitus adalah mempertahankan kadar glukosa darah dalam keadaan normal,
Komposisi makanan yang dianjurkan bagi penderita DM tipe 2 adalah makanan dengan komposisi
seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), lemak (20-25%), garam
(3000 mg atau 6-7 gr perhari), dan serat ( 25 g/hr) (Hasdiah, 2012).
10 SOAP untuk pasien
TUGAS
1. Istilah "triple whammy" mengacu pada risiko cedera ginjal akut saat ACEI atau ARB
digabungkan dengan diuretik dan NSAID. Kombinasi ini bisa dilihat pada pasien hipertensi, gagal
jantung kongestif, atau penyakit ginjal yang memiliki artritis atau nyeri ringan sampai sedang lainnya.
Mekanisme : Untuk memahami bagaimana triple whammy bekerja, perlu dipahami bagaimana setiap obat
dalam triple whammy mempengaruhi ginjal bila diberikan sendiri: ACEI atau ARB: mengurangi
tekanan filtrasi glomerulus melalui vasodilatasi arteriol eferen; Diuretik: mengurangi aliran darah ke
glomerulus melalui penurunan volume intravaskular; NSAID: mengurangi aliran darah ke glomerulus
dengan menghambat produksi vasodilatasi prostaglandin. Bila perfusi ginjal terganggu oleh diuretik /
dehidrasi, renin sekresi dan Produksi angiotensin II dipicu. Angiotensin II kemudian bekerja untuk
memperbaiki aliran darah ginjal dengan vasokonstriksi arteriol eferen untuk membantu mempertahankan
tekanan intraglomerular. Sintesis prostaglandin merupakan mekanisme kompensasi lainnya; prostaglandin
melebarkan arteriola aferen untuk meningkatkan aliran darah ke glomerulus. Tapi ketika pasien juga
menggunakan ACEI atau ARB dan / atau NSAID, mekanisme kompensasi ini terganggu.
2. Ferro Sulfat merupakan preparat yang terbaik, dengan dosis 3 x 200 mg, diberikan saat perut kosong
[sebelum makan]. Jika hal ini memberikan efek samping misalkan terjadi mual,nyeri perut, konstipasi
maupun diare maka sebaiknya diberikan setelah makan/ bersamaan dengan makan atau menggantikannya
dengan preparat besi lain, Ferro Glukonat: merupakan preparat dengan kandungan besi lebih rendah
daripada ferro sulfat tetapi efektifitasnya hampir sama, Ferro Fumarat dan Ferro Laktat. Menurut
Almatzier Sunita (2011), cara meningkatkan kadar Hb dalam tubuh yaitu meningkatkan konsumsi
makanan bergizi yakni makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani ( daging,
ikan , ayam ,hati ,telur) dan bahan makanan nabati ( sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe)
sumber zat besi adalah daging berwarna merah (sapi, kambing, domba) , buncis , sayuran hijau, telur,
kacang-kacangan ,sea food. Sumber folat adalah buah segar, sayuran hijau, kembang kol, hati, ginjal,
produk olahan susu. Sebaiknya sayuran dikonsumsi mentah atau setengah matang. Sumber vitamin B12
adalah daging, hati, ginjal, tiram, keju dan telur.makan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C
(tomat,jeruk,nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.

You might also like