Professional Documents
Culture Documents
Pembahasan
5.2 Sebaran Jenis Kelamin, Obesitas Sentral, Self-Awareness Pola Makan dan
Self-Awareness Olahraga Responden pada Bulan Juli 2017
Berdasarkan Tabel 4.1.2, diketahui bahwa dari 134 responden penelitian,
sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 83 orang (61.9%).
Sedangkan distribusi responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak
51 orang (38.1%).
Berdasarkan Tabel 4.1.2, diketahui bahwa dari 134 responden penelitian,
distribusi responden dengan obesitas sentral berjumlah 54 orang (40.3%) dan
distribusi responden yang tidak obesitas sentral berjumlah 80 orang (59.7%).
Berdasarkan Tabel 4.1.2, diketahui bahwa dari 134 responden penelitian,
distribusi responden dengan self-awareness pola makan tinggi berjumlah 62 orang
(46.3%) dan distribusi responden dengan self-awareness pola makan rendah
berjumlah 72 orang (53.7%).
48
Berdasarkan Tabel 4.1.2, diketahui bahwa dari 134 responden penelitian,
sebagian besar responden memiliki self-awareness olahraga tinggi berjumlah 85
orang (63.4%) dan distribusi responden dengan self-awareness olahraga rendah
berjumlah 49 orang (36.6%).
49
Pada penelitian ini, didapatkan hasil bahwa yang memiliki nilai self-
awareness tinggi pada responden yang tidak memiliki riwayat keluarga
dengan diabetes melitus, dari hasil saat pengumpulan data diperoleh bahwa
masyarakat yang datang ke Puskesmas Kelurahan Kota Bambu Utara yang
tidak memiliki riwayat dengan DM mempunyai kesadaran untuk menjaga
pola konsumsi makanan karena diabetes melitus tidak hanya bisa terjadi pada
orang yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, akan tetapi dengan
gaya hidup yang buruk seperti konsumsi makanan yang tidak sehat, tidak
melakukan aktivitas fisik dan olahraga bisa menjadi salah satu factor
terjadinya diabetes melitus
50
Tollerance (IGT).7 Sejalan dengan hal tersebut, Dede Kusmana (2006) dalam
penelitiannya, mengatakan bahwa kekurangan aktifitas olahraga merupakan
faktor risiko penyakit diabetes melitus. Bahkan aktifitas olahraga dengan
teratur dan dalam jangka panjang. Olah raga dapat mengontrol kolesterol
darah, diabetes dan obesitas, juga mengontrol tekanan darah.44
Total responden pada penelitian ini, baik yang memiliki maupun tidak
memiliki riwayat diabetes melitus, memiliki self awareness yang baik terhadap
olahraga; yaitu sebanyak 85 responden (63,4%). Namun, sebagian besar
pasien yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Kota Bambu Utara, yang
memiliki riwayat keluarga dengan diabetes melitus mempunyai self awareness
yang lebih rendah (54,5%) dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan diabetes melitus (69,6%). Hal ini mungkin saja
terjadi karena responden yang ada dalam penelitian rata-rata bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Sebagian dari mereka hanya berolahraga jalan santai 1 kali
seminggu dengan durasi 30-60 menit, yang lainnya sibuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak, sehingga tidak sempat
berolahraga.
Oleh karena itu, direkomendasikan untuk melakukan aktivitas fisik yang
tidak terlalu berat selama 30 menit per hari. Pada diabetes hal ini semakin
memperjelas bahwa terjadinya peningkatan kejadian diabetes melitus tipe 2
disebabkan oleh karena kurangnya aktivitas fisik serta meningkatnya angka
obesitas.45 Penelitian yang dilakukan dengan cara prospektif juga
memperlihatkan olahraga dengan berkurangnya risiko terhadap diabetes
melitus Tipe-2, penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa semakin lama
aktifitas fisik atau berolahraga, maka mempunyai efek menguntungkan pada
lemak tubuh, tekanan darah, dan distribusi lemak, yaitu pada aspek ganda
sindrom metabolik kronik sehingga mencegah beberapa penyakit salah
satunya diabetes melitus Tipe-2, dengan demikian olahraga memiliki efek
protektif yang dapat dicapai dengan bertambahnya aktifitas fisik.46 Olahaga
selanjutnya harus dilihat sebagai hal yang penting karena sesuai dengan
beberapa penelitian lain yang mengatakan bahwa responden kelompok kasus
yang kurang olahraga memiliki risiko lebih besar terhadap diabetes melitus
Tipe-2. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Made
(2010) di Poliklinik RS Sanglah Denpasar yang menunjukkan bahwa
51
responden dengan kebiasaan olahraga yang kurang memiliki risiko tiga kali
terjadi diabetes melitus Tipe-2 dibandingkan dengan mereka yang cukup
olahraga.47
52
dan dapat diperburuk dengan penurunan klirens hepatik yang menyebabkan
hiperinsulinemia.50
53