You are on page 1of 6

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan masalah kesehatan di seluruh
dunia dengan perkiraan lebih dari 120 juta penderita.1 World Health
Organization (WHO) membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah
pengidap diabetes melitus di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan
dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang.2 WHO melaporkan pada tahun 2002
sekitar 150 juta penduduk di dunia menderita diabetes melitus dan jumlah ini
akan meningkat 2 kali lipat pada tahun 2025. Diabetes melitus dapat menyerang
warga segala lapisan umur dan tingkat sosial ekonomi.3 Hasil penelitian The
Canadian Study of Health and Aging (CHSA) menunjukkan prevalensi DM
besarnya 12,1%.
Menurut survei yang dilakukan World Health Organization (WHO),
Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM terbesar di dunia
setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Pada tahun 2030 diperkirakan
meningkat menjadi 21,3 juta penderita. DM telah menyebabkan sekitar 60%
kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia.4
Di Indonesia diperkirakan prevalensi DM untuk semua umur 2,0% dan
rata-rata di Negara Asia Tenggara berkisar antara 2,1%-8,1%, maka angka
prevalensi saat ini di Indonesia termasuk meningkat dengan cepat, sebagai
pembanding lain adalah perkiraan yang disebutkan dalam Diabetes Atlas,
diperkirakan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dengan
asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, maka diperkirakan tahun 2000 jumlah
penderita DM berjumlah 5,6 juta. Sedangkan pada tahun 2020 nanti akan
didapatkan sekitar 8,2 juta penderita DM.5
Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, mengatakan bahwa
proporsi DM di Indonesia adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah
penderita 12 juta jiwa. Sedangkan proporsi DM di DKI Jakarta sebesar 3,0%
dengan perkiraan jumlah penderita 228.378 jiwa dari total penduduk 7.609.272
jiwa. Menurut Kemenkes RI 2014, kejadian DM di Indonesia merupakan
penyebab kematian tertinggi di Indonesia setelah penyakit stroke dan jantung.42

1
Self-Awareness merupakan proses dari dalam diri yang menerima
informasi dari luar, yang pada saatnya akan menjadi nilai-nilai yang di yakini
kebenarannya dan diwujudkan dalam kehidupan keseharian.6 Self-Awareness
pola makan merupakan faktor yang penting dalam penentuan makanan dan
asupan nutrisional. Awareness atau kesadaran dimodifikasi oleh tingginya
pengetahuan persepsi tiap individu. Sekarang ini didapatkan bahwa kesadaran
diri masyarakat terhadap pola makan masih rendah terutama karena tingginya
konsumsi karbohidrat dan konsumsi makanan manis sehingga terjadinya
peningkatan risiko terjadinya diabetes melitus sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Abidah pada tahun 2015 di Aceh mengatakan buruknya pola
makan masyarakat Aceh dimana tingginya konsumsi karbohidrat merupakan
salah satu faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus.7 Penelitian serupa oleh
Wicaksono dan Witasari mengatakan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan
manis memiliki risiko terkena diabetes melitus dua kali lipat.8
Perubahan pola makan serba instant, tinggi lemak, banyak mengandung
gula dan protein, ditambahnya kurangnya olahraga menjadikan semakin banyak
orang mengalami obesitas. Obesitas khususnya obesitas abdominal atau sentral
berasosiasi dengan sejumlah gangguan metabolisme dan penyakit dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi antara lain diabetes melitus.9 Pentingnya
obesitas sentral atau abdominal terhadap kejadian beberapa penyakit pertama kali
dideskripsikan oleh Vague tahun 1956.10 Obesitas sentral cukup tinggi
prevalensinya dari suatu penelitian di Swiss didapatkan angka kejadian obesitas
sentral pada wanita lebih banyak dibandingkan pria yaitu 30,6% dan 23,9%.11
Sebuah penelitian di Bali yang dilakukan selama bulan Oktober 2004 sampai
dengan Mei 2005, dengan jumlah subjek penelitian 45 orang didapatkan hasil
prevalensi obesitas sentral sebanyak 51,1% (23 orang).12
Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktifitas juga
merupakan faktor risiko mayor dalam terjadinya DM.13 Latihan fisik yang teratur
dapat meningkatkan kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek
metabolik termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi
glukosa. Hasil penelitian di Indian Pima (1993) orang dengan aktifitas fisik atau
olahraga rendah 2,5 kali lebih berisiko mengalami DM dibandingkan dengan
orang-orang yang lebih aktif.14 Perubahan gaya hidup di perkotaan menyebabkan

2
rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya aktifitas fisik termasuk
olahraga.
Orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM mempunyai risiko
terkena DM Tipe-2 sebesar 42 kali dibandingkan dengan orang yang tidak
memiliki riwayat keluarga menderita diabetes melitus. Riwayat keluarga
mencerminkan warisan kepada keturunannya, meliputi faktor budaya seperti,
preferensi, nilai, dan persepsi serta faktor perilaku seperti pola makan dan
olahraga.15
Kota Bambu Utara merupakan salah satu kelurahan di wilayah Jakarta
Barat dengan luas wilayah 63.58 hektar yang merupakan daerah padat penduduk
dengan jumlah penduduk 29.766 orang pada tahun 2016 yang terbagi dalam 9
RW dan 108 RT. Kebanyakan pasien yang datang ke Puskesmas sudah memiliki
komplikasi lebih lanjut penyakit DM. Hal ini mencerminkan kurangnya
kesadaran masyarakat mengenai DM.
Kesadaran pasien mengenai DM memiliki peran yang penting sebagai
pencegahan terhadap seseorang yang memiliki resiko penyakit DM dan
mencegah terjadinya komplikasi. Untuk meningkatkan kesadaran diri pada orang
yang beresiko DM dapat dilakukan dengan memberikan motivasi untuk mencari
perawatan yang tepat, melakukan deteksi dini, dan merubah gaya hidup untuk
menghindari resiko diabetes.16
Berdasarkan hal tersebut dan karena masih kurangnya penelitian lain yang
meneliti mengenai perbandingan Self-Awareness pola makan, olahraga dan
obesitas sentral dengan riwayat keluarga memiliki DM dan tidak memiliki DM
pada masyarakat di Kelurahan Kota Bambu Utara maka di lakukan penelitian
untuk menentukan apakah adanya perbedaan bermakna antara Self-Awareness
pola makan, aktifitas fisik dan obesitas sentral terhadap individu dengan riwayat
keluarga memiliki DM dan tidak memiliki DM.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah
1. WHO melaporkan pada tahun 2002 sekitar 150 juta penduduk di dunia
menderita diabetes melitus dan jumlah ini akan meningkat 2 kali lipat pada
tahun 2025.

3
2. Menurut survei WHO, DM menempati urutan keempat sebagai penyakit
tidak menular di Indonesia dan populasi pasien DM di Indonesia semakin
meningkat.
3. Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, mengatakan bahwa
proporsi DM di Indonesia adalah sebesar 6,9% dengan perkiraan jumlah
penderita 12 juta jiwa. Sedangkan proporsi DM di DKI Jakarta sebesar
3,0% dengan perkiraan jumlah penderita 228.378 jiwa dari total penduduk
7.609.272 jiwa.
4. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abidah pada tahun 2015 di Aceh
mengatakan buruknya pola makan masyarakat Aceh dimana tingginya
konsumsi karbohidrat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
Diabetes Melitus.
5. Menurut Despress 2001, obesitas khususnya obesitas abdominal atau
sentral berasosiasi dengan sejumlah gangguan metabolisme dan penyakit
dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi antara lain diabetes melitus.
6. Sebuah penelitian di Bali yang dilakukan selama bulan Oktober 2004
sampai dengan Mei 2005, dengan jumlah subjek penelitian 45 orang
didapatkan hasil prevalensi obesitas sentral sebanyak 51,1% (23 orang).12
7. Hasil penelitian di Indian Pima orang dengan aktifitas fisik atau olahraga
rendah 2,5 kali lebih berisiko mengalami DM dibandingkan dengan orang-
orang yang lebih aktif.
8. Orang yang memiliki riwayat keluarga menderita diabetes melitus
mempunyai risiko terkena diabetes melitus Tipe-2 sebesar 42 kali
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga
menderita diabetes melitus
9. Belum diketahuinya self-awareness mengenai pola makan, olahraga,
obesitas sentral pada masyarakat dengan riwayat keluarga memiliki DM
dan tidak memiliki DM di Kelurahan Kota Bambu Utara Jakarta Barat pada
pasien rentang usia 20 60 tahun, pada bulan Juli 2017.

1.3 Hipotesis
Tidak terdapat perbedaan antara self-awareness pola makan, olahraga, obesitas
sentral dengan riwayat keluarga yang memiliki DM dan tidak memiliki DM pada
masyarakat yang datang berobat ke Puskesmas Kelurahan Kota Bambu Utara.

4
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan antara self-awareness pola makan,
olahraga, obesitas sentral dengan riwayat keluarga yang memiliki DM dan
tidak memiliki DM di Kelurahan Kota Bambu Utara.

1.4.2 Tujuan Khusus


a. Diketahuinya sebaran riwayat keluarga yang memiliki DM dan tidak
memiliki DM yang datang berobat di Puskesmas Kelurahan Kota
Bambu Utara.
b. Diketahuinya sebaran jenis kelamin pasien yang datang berobat di
Puskesmas Kelurahan Kota Bambu Utara.
c. Diketahuinya sebaran self-awareness pola makan, olahraga, obesitas
sentral pada pasien yang datang berobat di Puskesmas Kelurahan Kota
Bambu Utara.
d. Diketahuinya perbandingan antara self-awareness pola makan,
olahraga, obesitas sentral pada masyarakat yang memiliki riwayat
keluarga memiliki DM dan tidak memiliki DM di kelurahan Kota
Bambu Utara.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
serta membandingkan self-awareness pola konsumsi makanan,
olahraga dan obesitas sentral terhadap riwayat keluarga yang memiliki
DM dan tidak memiliki DM.
b. Penelitian ini dapat memberikan pengalaman peneliti terutama dalam
bidang penelitian klinik.

1.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi


Hasil penelitian ini diharapkan menjadi menjadi tambahan wawasan bagi
mahasiswa fakultas kedokteran UKRIDA tentang perbandingan self-
awareness pola konsumsi makanan, olahraga dan obesitas sentral terhadap
riwayat keluarga yang memiliki DM dan tidak memiliki DM.

5
1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat
untuk menambah informasi, pengetahuan, dan keterampilan sehingga
harapannya masyarakat mampu menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya DM Tipe-2 berdasarkan self-awareness masyarakat
terhadap pola makan, olahraga dan obesitas sentral.

1.5.4 Manfaat Bagi Puskesmas


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, rujukan, dan
bahan acuan tambahan dalam memberikan pelatihan maupun penyuluhan
kepada masyarakat untuk meningkatkan self-awareness khususnya dalam hal
pola makan, olahraga dan obesitas sentral untuk menekan angka insidensi
DM Tipe-2 khususnya masyarakat di kelurahan Kota Bambu Utara.

You might also like