You are on page 1of 15

COMMUNITY AND SOCIAL CHANGE

Usaha dalam prubahan sosial


Perubahan pasti akan terjadi dan tidak dapat dibantahkan. Dunia pasti akan berubah
sekalipun kita tidak menginginkannya terutama pada perubahan sosial. Perubahan sosial
merupakan proses jangka panjang dimana semua orang akan berubah begitupun
lingkungan sosialnya. Namun bagaimana sikap kita untuk meghadapi perubahan sosial
ini untuk memastikan bahwa perubahan yang terjadi akan menghasilkan dampak yang
menuju kearah yang lebih positif, lebih sehat, dan lebih efektif baik itu di sebuah
lingkungan, komunitas, dan masyarakat untuk semua kalangan individu yang merasakan
perubahan itu sendiri. Sebaliknya jika kita tidak dapat memilah antara perubahan yang
bersifat positif dan negatif, dan cenderung memilih perubahan yang negatif perubahan
sosial dapat menjadi sebuah konflik dan efek yang tidak diinginkan.
Sebagai orang yang merasakan perubahan itu sendiri kita juga harus tahu apakah
perubahan itu diperlukan atau tidak. Kadang nampaknya mahasiswa psikologi itu bagian
dari masyarakat dan dari perubahan sosial dengan bagaimana cara menghadapi perubahan
sosial tersebut sehingga sangat sulit memilah namun itu diluar kemampuan mereka.
Untuk itu terdapat tiga tanggapan awal bahwa yang
Pertama, individu, masyarakat, dan perubahan sosial terjalin. Ketiganya terlibat ketika
seorang wanita meninggalkan hubungan kekerasan untuk mengejar hidupnya sendiri, atau
ketika ada orang yang kehilangan hak lalu kemudian menegaskan haknya yang sah atau
meminta keadilan atas haknya.
Kedua, individu, masyarakat, dan perubahan sosial terjadi di sekitar kita sepanjang waktu.
Dalam setiap tindakan hidup, kita melibatkan diri kita sendiri dalam proses perubahan
yang dinamis pada banyak tingkat ekologis.
Ketiga, masyarakat Psikologi menyajikan sebuah alternatif terhadap teori-teori psikologis
tradisional perilaku manusia dan perubahan perilaku.
Sehingga perubahan itu sendiri akan tetap terjadi karena dunia ini berkembang dan
kita sebagai manusia yang dikatakan sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup tanpa
campur tangan atau bantuan orang lain sehingga manusia bersifat dinamis, mengikuti
lingkungan seperti membutuhkan interaksi, komunikasi, dan saling ketergantungan
dengan orang lain. Berdasarkan sifat dasar tersebut manusia membentuk kelompok-
kelompok yang memiliki kepentingan yang sama, yang memiliki kebutuhan yang sama
dan dapat saling melengkapi.

Contoh tinjauan kembali opening exercising dari organisasi komunitas


Dalam subab ini membahas tentang PICO network dan kerja sama PICO network
dengan organisasi masyarakat. PICO Network (awalnya Pacific Institute for Community
Organizing) adalah jaringan nasional kelompok berbasis agama lokal di Amerika Serikat.
Ada 3 tahap dalam proses pengorganisasian PICO network. Pada tahap pertama,
penilaian-anggota organisasi masyarakat bertemu secara perseorangan dengan warga
negara untuk menentukan masalah masyarakat dan untuk mengembangkan kemitraan
kerja yang memperkuat kelompok tersebut. Pada tahap kedua, esak bagi kelompok
tersebut berdasarkan percakapan mereka dengan warga negara. Pada tahap ketiga,
Anggota organisasi bertemu untuk memutuskan sebuah rencana tentang tindakan dan
seseorang atau kantor yang ditargetkan untuk mendiskusikan perubahan masyarakat.
Untuk mengetahui kinerja PICO, ada 3 individu yang di bahas dalam bab ini. Ketiga
orang yang dibahas dalam bab ini memutuskan untuk melakukan sesuatu terhadap
masalah yang mereka lihat di komunitas mereka. Mereka ingin terlibat dalam perubahan
sosial. Ketiga individu tersebut adalah Ron Evans, Nilda Santana, dan Virginia
Munkelwitz. Ron Evans telah terlibat dalam upaya pengembangan masyarakat di
Camden, New Jersey, di seluruh kehidupan di dua daerah tersebut. Sedangkan Nilda
Santana adalah anggota afiliasi PICO lokal di Orlando: Federasi Kongregasi Serikat
untuk Melayani (FOKUS). Nilda bekerja dengan anggota FOKUS lainnya untuk
memastikan bahwa negara bagian Florida menyederhanakan proses permohonan Kid
Care. Seperti Nilda, Virginia Munkelwitz tidak percaya bahwa dia dapat melakukan
sesuatu atas masalah yang dia lihat. Pikiran pertamanya setelah pertemuannya dengan
dewan kota tersebut adalah bahwa dia harus memberi tahu direktur eksekutif bab PICO
setempat: Vermont Interfaith Action (VIA).

Teknik organisasi komunitas


Ada beberapa Teknik atau alat yang sering di gunakan oleh community organizer
untuk mencapai perubahan sosial. Meningkatkan sumber daya yang nyata dan tidak nyata
dalam masyarakat tidak hanya meningkatkan kehidupan masyarakat dalam jangka
pendek namun juga memperkuat kemampuan masyarakat untuk secara efektif
menghadapi tantangan di masa depan. Setiap teknik memiliki potensi dan manfaat, perlu
memikirkan keadaan spesifik sebelum memutuskan penggunaan teknik tertentu karena
tidak setiap teknik sesuai untuk setiap situasi.
1. Koalisi Masyarakat (Community Coalitions)
Koalisi masyarakat ialah mempertemukan perwakilan warga negara secara luas
dalam wilayah untuk mengatasi masalah masyarakat. Koalisi mungkin melibatkan
warga negara, organisasi masyarakat (misalnya: Lembaga masyarakat, sekolah,
pemerintah, rohaniwan agama, pebisnis, media, kelompok masyarakat umum), atau
keduanya. Koalisi ini memusyawarahkan dan mencatat sebuah misi, juga merencana
pelaksanaan tindakan. Rencana tersebut mungkin melibatkan koalisi itu sendiri atau
cabang organisasi dan dapat menyebabkan perubahan dalam kebijakan atau
pengembangan program masyarakat. Koalisi telah menjadi cara yang populer dan
sering efektif untuk memperkuat partisipasi masyarakat dan mempercepat terjadinya
perubahan dalam masyarakat (Allen, 2005; Brown, Feinberg, & Greenberg, 2010;
Fawcett et al., 1995; Feinberg, Greenberg, & Osgood, 2004; Findley dkk., 2008;
McMillan, Florin, Stevenson, Kerman, & Mitchell, 1995; Wolff, 2010).
Dalam berkoalisi, masyarakat harus membuat pilihan mengenai misinya, apakah
akan memiliki fokus yang sempit atau luas, siapa anggotanya, bagaimana keputusan
yang akan dibuat, apakah koalisi akan bekerja dalam struktur sosial yang ada atau
mencoba untuk terlibat dalam perubahan sosial, bagaimana pendanaan koalisi, dan
bagaimana konflik akan dinegosiasikan.
Satu hal yang perlu diingat bahwa koalisi adalah dalam diri mereka dan
mendapatkan keuntungan dari karakteristik yang sama seperti setting lainnya, seperti
rasa nilai yang sama, rasa self-efficacy kolektif, dan peran bermakna bagi semua
anggota, yang memungkinkan mereka mempengaruhi koalisi secara keseluruhan.
Koalisi juga akan lebih bermanfaat jika proses perencanaan strategisnya efektif,
pemimpin yang kuat, hubungan internal dan eksternal yang kuat, bantuan teknis,
dukungan dalam pengembangan, dan dukungan koalisi dan implementasi program
(Allen, 2005; Brown et al., 2010; Foster-Fishman et al., 2001; Feinberg et al., 2001;
2004; Fujimoto, Valente, & Pentz, 2009; Watson-Thompson, Fawcett, & Schultz,
2008; Wells, Ward, Feinberg, & Alexander, 2008).
Keberhasil koalisi disebaban perwakilan masyarakat luas dan keinginan bekerja
untuk mengembangkan hubungan dengan kelompok masyarakat lainnya dan terus-
menerus dalam mengejar tujuannya (Snell-Johns dkk., 2003). Namun, keberhasilan
koalisi juga bergantung pada upaya sukarela dari perwakilan warga yang luas.
2. Peningkatan Kesadaran (Consciousness Raising)
Meningkatkan kesadaran memerlukan peningkatan kesadaran kritis masyarakat
terhadap kondisi sosial yang mempengaruhi mereka dan memberi energi keterlibatan
mereka dalam menantang dan mengubah kondisi tersebut. Pengalaman hidup,
refleksi pribadi dan diskusi dengan orang lain membawa mereka pada kesadaran
kritis akan ketidakadilan sosial. Kesadaran meningkat saat wanita dan pria menjadi
sadar akan pengalaman pribadi dengan penindasan yang diatur dengan baik dalam
bentuk apapun, seperti racism, classism, atau ageism. Pengalaman ini bisa terjadi di
keluarga, tempat kerja, masyarakat kecil, atau masyarakat yang lebih luas. Namun,
peningkatan kesadaran tidak semata-mata bersifat kognitif atau emosional.
Memahami pribadi baru dapat dengan bekerja sama dengan orang lain dan bertindak
bersama untuk perubahan. Aksi dan refleksi dengan saling memberi makan.
Tindakan dapat mencakup pendekatan perubahan sosial lainnya, namun kesadaran
meningkat secara khas menekankan perubahan pribadi dan sosial.
Konsep kesiapan masyarakat mengacu pada seberapa besar mengenali suatu
masalah sekitar dan mengambil langkah untuk mengatasi atau mencegahnya. Tri-
Ethnic Prevention Research Centerdi di Colorado mengusulkan model kesiapan
masyarakat dalam sembilan tahap, terutama untuk penyalahgunaan zat dan masalah
kesehatan (Edwards, Jumper- Thurman, Plested, Oetting, & Swanson, 2000). Dalam
model ini, masyarakat yang siap harus memiliki pengetahuan tentang masalah dan
metode untuk mengatasinya, upaya yang ada untuk mengatasinya, kekuatan
kepemimpinan masyarakat dalam masalah itu, adanya sumber daya tindakan lainnya,
dan juga sikap dan komitmen masyarakat secara keseluruhan terhadap masalah ini.
Sembilan tahap mereka adalah:
a. Tidak ada kesadaran akan masalah
b. Menyangkal bahwa itu adalah masalah lokal, bahkan jika ada masalah di tempat
lain
c. Kesadaran samar akan masalah tapi tanpa usaha lokal untuk mengatasinya
d. Mempersiapkan dan mengumpulkan informasi lokal tentang masalah ini
e. Menyiapkan strategi untuk perubahan masyarakat, dipimpin oleh tim lokal
f. Memulai program atau perubahan kebijakan untuk mengatasi masalah
g. Membentuk mereka untuk tinggal di dalam organisasi lokal, seperti sekolah,
dengan sumber daya lokal
3. Aksi Sosial (Social Action)
Aksi sosial mengidentifikasi hambatan khusus untuk memberdayakan kelompok-
kelompok yang kurang beruntung dan menciptakan konflik yang membangun untuk
menyingkirkan hambatan-hambatan ini melalui tindakan langsung tanpa kekerasan.
Efektivitas metode aksi sosial dalam mencapai tujuan langsung mereka bergantung
pada konteksnya, namun dalam situasi yang tepat, tindakan tersebut dapat
menyebabkan perubahan yang mengejutkan.
Agar efektif menentang kepentingan yang terorganisir dan kuat, warga negara
harus mengidentifikasi kapasitas mereka (kekuatan anggota kelompok masyarakat
dan potensinya untuk bertindak bersama) dan kapasitas kelompok lawan atau
Institusi masyarakat. Selain itu, mereka perlu mengidentifikasi situasi yang
mendramatisasi tujuan perubahan dan yang memanggil kekuatan anggota aksi.
Tindakan sosial ini melibatkan kejadian yang sangat terlihat dan terukur secara
emosional yang pada umumnya memiliki tingkat risiko masyarakat secara umum
sebagai peserta. Jika semua itu terjadi tanpa hasil yang nyata, para peserta dapat
berkecil hati dengan keseluruhan gagasan keterlibatan masyarakat. Rasa pada pribadi
dan kolektif mereka rusak. Aksi sosial didasarkan pada penelitian yang baik dan
individu tertentu dapat dimintai pertanggungjawabannya, sangat meningkatkan
kemungkinan bahwa acara tersebut akan berhasil di mata para peserta. Dan ketika
sebuah acara aksi sosial dianggap berhasil, itu membangun rasa kolektif akan
kemampuan self-efficacy dan sosial.
4. Pengembangan Masyarakat (Community Development)
Pengembangan masyarakat berkaitan dengan peningkatan sumber daya
masyarakat. Sumber daya itu bisa berupa pekerjaan, infrastruktur, hubungan yang
diperkuat antara individu dan organisasi, atau peningkatan akses terhadap proses
politik. Upaya pengembangan masyarakat dapat meningkatkan sumber daya nyata di
masyarakat (pekerjaan bagus, sekolah, taman, fasilitas kesehatan), namun juga
meningkatkan sumber daya yang tidak nyata namun sama pentingnya seperti modal
sosial.
Pendekatan pengembangan masyarakat sering menyatukan sumber daya beberapa
kelompok di suatu wilayah, seperti lingkungan dan organisasi kemasyarakatan, tokoh
religius, bisnis, sekolah, kelompok pemuda, perpustakaan, dan sumber daya
masyarakat lainnya (Kaye & Wolff, 1997; Kretzmann & McKnight, 1993 Lappe &
DuBois, 1994; Nation, Wandersman, & Perkins, 2002; Putnam, Feld stein, & Cohen,
2003; Saegert, Thompson, & Warren, 2001). Menurut Perkins et al., ( (2004)
Pengembangan masyarakat dapat berfokus pada satu atau lebih dari empat domain:
a. Perkembangan ekonomi (misal, Bisnis dan pekerjaan)
b. Perkembangan politik (misal, Organisasi masyarakat untuk mempengaruhi
keputusan di masyarakat dan pada tingkat yang lebih luas)
c. Memperbaiki lingkungan sosial (misal, Kesehatan, pendidikan, kepolisian,
mempromosikan pengembangan kaum muda)
d. Memperbaiki lingkungan fisik (misal, Perumahan, transportasi, layanan kota,
taman, ruang publik)
5. Konsultasi Organisasi (Organizational Consultation)
Pendekatan ini melibatkan tenaga profesional yang bekerja sebagai konsultan di
tempat kerja, dengan keuntungan atau tanpa keuntungan, untuk membuat perubahan
dalam kebijakan, struktur, atau praktik organisasi. Agar memenuhi syarat sebagai
perubahan masyarakat atau sosial, ini harus mengubah organisasi, bukan hanya
pekerja individual, dan terhubung dengan perubahan yang lebih luas dalam
komunitas atau masyarakat luas. Dengan kata lain, konsultasi harus menghasilkan
perubahan orde kedua, bukan hanya perubahan tingkat permukaan. Konsultasi
organisasi dapat mengubah kebijakan organisasi; mengubah peran, pengambilan
keputusan, atau komunikasi dalam organisasi; atau berurusan dengan masalah
organisasi seperti hubungan kerja-keluarga, memahami keragaman manusia, dan
konflik antarkelompok.
Membantu sebuah organisasi menjadi berdaya dapat menjadi tujuan spesifik dari
proses konsultasi. Hubungan konsultatif berjalan dua arah, seperti organisasi belajar
dari konsultan, konsultan juga belajar melalui pekerjaan mereka dengan organisasi.
Konsultan kemudian dapat berperan dalam menyebarkan informasi tersebut sehingga
orang lain bisa belajar darinya.
6. Alternative Settings
Alternative Settings yang tumbuh dari ketidakpuasan dengan layanan utama untuk
memberikan alternatif layanan tersebut (Brown, 2009; Brown, Shepherd, Wituk, &
Meissen, 2008; Cherniss & Deegan, 2000; Reinharz, 1984). Alternative Settings
dapat mempromosikan nilai-nilai seperti rasa pada komunitas, keadilan sosial,
penghormatan terhadap keragaman manusia, dan tata kelola pemerintahan warga
negara dengan cara yang sering dilakukan oleh organisasi konvensional. Struktur
organisasi mereka seringkali kurang birokratis atau hierarkis. Mereka biasanya
menumbuhkan semangat komitmen timbal balik yang tidak dilakukan organisasi
formal.
Alternative Settings memberi tempat subur bagi perubahan sosial yang bisa
dikatakan bekerja dalam sistem untuk mereformasi arus utama suatu lembaga atau
menggunakan aksi sosial dan konflik untuk menuntut perubahan di lembaga tersebut,
pendekatan ini berjalan di sekitar arus utama lembaga untuk menciptakan pengaturan
baru. Alternative Settings memberi pilihan bagi warga atau konsumen layanan.
Mereka dapat menyediakan tempat yang aman dan dukungan bagi individu yang
mengalami diskriminasi dan ketidakadilan. Mereka sering mengembangkan setting
atau layanan yang kemudian diterima secara luas, seperti beberapa kelompok
bantuan bersama dan layanan wanita.
Namun, Alternative Settings menghadapi dilema karakteristik (Cherniss &
Deegan, 2000; Reinharz, 1984). Mereka sering dimulai dengan beberapa sebab selain
cita-cita dan komitmen para pendirinya. Kelelahan bisa menjadi penyebab di antara
pekerja. Pusat fokus mereka dan kurangnya sumber daya dapat menyebabkan
penolakan terhadap evaluasi dan peningkatan layanan (Wandersman et al., 2004).
Namun, banyak pilihan alternatif telah menemukan cara untuk mengatasi hambatan
ini dan telah mempelopori pembangunan, perubahan yang berlangsung lama di
masyarakat dan masyarakat.
7. Penggunaan Teknologi (Use of Technology)
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) adalah potensi untuk meningkatkan
pengorganisasian masyarakat. TIK dapat berkontribusi pada upaya pengembangan
masyarakat, upaya aksi sosial, konsultasi masyarakat yang beda geografis, dan
pengembangan Alternative Settings. TIK adalah tentang komunikasi, baik dalam arti
berbagi informasi atau mengembangkan hubungan. Internet telah menjadi hal yang
umum bagi orang-orang dan organisasi yang terlibat dalam pekerjaan komunitas,
yang berfungsi sebagai sumber-sumber daya dan sebagai sarana koneksi dan
komunikasi. Namun, untuk benar-benar memanfaatkan TIK, kita memerlukan
pelatihan TIK yang berkelanjutan.
Pengorganisasian dengan TIK untuk pengembangan dan kegiatan masyarakat
salah satunya adalah crowdsourcing. Crowdsourcing memanfaatkan TIK untuk
pengorganisasian masyarakat yang digunakan untuk mengumpulkan informasi
secara langsung dari anggota masyarakat mengenai pengalaman mereka sendiri di
komunitas mereka, seperti mengirim SMS dan internet untuk mengumpulkan,
menganalisa, dan mendistribusikan informasi dengan cepat untuk segera digunakan.
Teknik ini memungkinkan pengumpulan dan analisis informasi yang cepat, yang
diberikan langsung oleh anggota masyarakat; komunikasi yang luas dan membangun
hubungan di antara orang-orang dan organisasi yang mungkin tidak pernah benar-
benar berinteraksi tatap muka; tanggapan fleksibel terhadap situasi yang berubah
dengan cepat; dan, setidaknya berpotensi meningkatkan pemanfaatan proses
pengorganisasian tanpa jejang dan pembangunan suatu kesepakatan. Beberapa
pengamat percaya bahwa kita mungkin melihat perubahan mendasar dalam budaya
kegiatan-kegiatan para aktivis (Juris & Pleyers, 2009).

Unsur Dari Of Inisiatif Masyarakat Untuk Perubahan Yang Efektif


Usaha untuk meningkatkan perubahan komunitas dapat menggunakan:
a. community betterment approach (pendekatan perbaikan komunitas) ; upaya untuk
memperbaiki aspek spesifik dari fungsi komunitas yang diarahkan oleh profesional
b. community empowerment model (model pemberdayaan komunitas) ; menggunakan
pendekatan bottom up (bawah keatas) dimana anggota komunitas dilibatkan dalam
memulai usaha, dan mereka mempertahankan pengaruh dan kontrol utama.
Organisasi pemberdayaan komunitas secara efektif memberikan kekuasaan pada
komunitas dalam mengambil keputusan, kebijakan, dan praktik (Peterson & Zimmerman,
2004). mereka dapat langsung menerapkannya dalam sebuah tindakan (misalnya, secara
langsung mempengaruhi keputusan atau menyediakan program komunitas). Mereka
mungkin juga menyebarkan informasi untuk mempengaruhi dalam mengambil keputusan
atau masyarakat dengan cara yang lebih umum. efektivitas tindakan komunitas dapat
dinilai dari segi pengaruhnya terhadap kebijakan dan keputusan aktual; pada penciptaan
pengaturan alternatif, program komunitas, dan inisiatif serupa dan penyebaran sumber
daya di masyarakat dan masyarakat luas (Peterson & Zimmerman, 2004).
Inisiatif komunitas yang efektif memiliki kontrol lokal yang besar dalam
merencanakan dan menerapkan perubahan (Peterson & Zimmerman, 2004). Pada saat
yang sama, mereka bekerja untuk mengembangkan keterkaitan dan sumber daya
eksternal. Komunitas dapat mengolah sumber daya ini melalui jaringan interpersonal
dengan orang-orang di luar komunitas dan aliansi organisasi dengan organisasi lain
(Peterson & Zimmerman, 2004).
Seperti halnya dengan pemograman pencegahan yang efektif, untuk menjadi
sukses, inisiatif perubahan komunitas perlu dibimbing oleh teori perubahan dalam
komunitas yang masuk akal. (Nation et al., 2003; Schorr, 1997, p. 364). Inisiatif untuk
perubahan komunitas harus memiliki intensitas yang efektif, melibatkan perubahan yang
cukup kuat untuk membuat perbedaan yang dapat dideteksi dalam kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, inisiatif perubahan dalam komunitas yang efektif harus mengambil perspektif
jangka panjang (Schorr, 1997).

Public Policy
Kebijakan publik anatar lain kebijakan pajak, undang-undang lalu lintas,
peraturan daerah, dan peraturan mengenai bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan.
Adapun kebijakan berpakaian di sekolah negeri termasuk kedalam kebijakan publik,
seperti juga kebijakan program perawatan kesehatan. Dari definisi ini, semua anggota
PICO dalam dalam contoh opening exercise juga terlibat dalam kerja kebijakan publik.
Tugas dari kebijakan publik meliputi melakukan penelitian dan berusaha mempengaruhi
keputusan publik,kebijakan, atau undang-undang. Untuk mengembangkan rekomendasi
mengenai kebijakan publik dan untuk melakkan sebuah tindakan maka dapat mengacu
pada semua aspek dari masyarakat dan ilmu pencegahan yang akan dibahas serta semua
teknik pengorganisasian masyarakat yang disajikan sebelumnya.
Penelitian kebijakan yang ada dan advokasi dapat difokuskan pada cabang
pemerintahan legislatif, eksekutif, atau yudisial di tingkat lokal, negara bagian atau
provinsi, nasional, atau internasional. Menurut pendapat para ahli yang telah disebutkan
disana, terdapat beberapa contoh kebijakan advokasi oleh psikolog masyarakat yaitu
kesaksian ahli dalam tuntutan hukum kepentingan umum, mengajukan "teman
pengadilan" di dalam kasus pengadilan, bertugas dalam sebagai konsultan, kontak dengan
anggota parlemen atau pejabat pemerintah, kesaksian sebagai pendengar oleh pendapat
legislatif tentang tagihan yang diajukan, wawancara atau tulisan untuk media massa,
bekerja dengan organisasi advokasi (misalnya dana pertahanan anak atau asosiasi
kesehatan mental nasional), bekerja sebagai legislator anggota staf atau di cabang
eksekutif atau yudikatif pemerintahan, dan bahkan menjabat sebagai pejabat terpilih, dari
dewan sekolah setempat ke kantor yang lebih luas., dan masih banyak lagi. Peran
psikologi masyarakat menjadi pelengkap terutama untuk masalah kebijakan: perhatian
terhadap penelitian dan tindakan, penekanan pada beberapa tingkat ekologi, dan
pendekatan partisipatif untuk bekerja dengan warga negara.
Dalam contoh kasus yang telah dijelaskan dalam kotak 12.1 menceritakan sebuah
cerita dari psikolog komunitas yaitu, Leonard Jason tentang penampilannya dalam sebuah
sidang komite kongres selama pertimbangan oleh kongres penyelesaian nasional tuntutan
hukum tembakau. Di sana dijelaskan sebuah penelitian timnya mengenai akses remaja
terhadap tembakau. Dalam contoh kasuks tentang kebijakan advokasi biasanya lebih
sering dikaitkan dengan penelitian kebijakan, untuk memberikan informasi empiris
tentang isu sosial. Menurut Phillips (2000), penelitian psikologis juga dapat digunakan
untuk reformasi kesehatan mental masyarakat dan program anak usia dini, seperti awal
mulanya.
Biasanya Undang-undang sering digunakan sebagai gagasan / landasan untuk
mempromosikan perubahan masyarakat melalui penerapan kebijakan publik tertentu
kemudian dapat menjadi kontroversial. Banyak orang berpendapat bahwa pemerintah
dapat campur tangan sesedikit mungkin dalam kehidupan bermasyarakat dan organisasi-
organisasi masyarakat itu. Namun kenyataannya, dalam kutipan Henry David Thoreau
pada tahun (1849) menyatakan bahwa di Amerika pemerintah yang terbaik dan paling
bisa memerintah, dan hal tersebut adalah kepercayaan utama bagi budaya Amerika serta
merupakan basis bagi posisi philosopetis dan politik libertarianisme.Representasi
libertarian paling ekstrem yang terjadi di masyarakat masih mendalilkan adanya peraturan
yang harus diikuti setiap orang atau harus menghadapi konsekuensi. Masyarakat
sepertinya membutuhkan kebijakan formal agar bisa bertahan. Bayangkan apa jadinya
jika semua orang selalu mengabaikan tanda berhenti? Untuk para pelajar maupun
mahasiswa yang telah mengambil kelas khusus dalam stratifikasi sosial, harus menyadari
efek kekuatan sosial terhadap kesejahteraan individu. Kekuatan struktural membentuk
siapa diri kita, apa yang kita yakini, bagaimana kita berperilaku, dan peluang apa yang
kita miliki dalam hubugan bersosial. Sebagai contoh singkatnya, bayangkan betapa
berbedanya hidup Anda jika Anda terlahir dalam kemiskinan, kepada orang tua yang
terinfeksi HIV, di bagian Ethiopia yang dilanda kelaparan. Tapi kekuatan-kekuatan
struktural ini tidak berarti menjadikkan kita adalah robot. Kita dapat secara sadar
memeriksa kekuatan struktural tersebut, dan kita dapat mengubahnya. Untuk itu, lebih
baik kita mulai dengan contoh mencari maupun membuat penelitian pencegahan yang
memiliki implikasi kebijakan yang spesifik.

Kebijakan Kejahatan: Hukuman vs Pencegahan Kejahatan


Dampak kebijakan kejahatan perlu diungkap sebab banyak penelitian yang
mengatakan bahwa hkumuan yang diberlakukan secara konsisten memiliki efek jera yang
besar, revisidivisme akan menurun jika pendidikan ditingkatkan, lamanya penahanan
juga mengakibatkan peningkatan peluang residivime, rehabilitasi bata pengguna narkoba
lebih efektif dibanding penahanan didalam penjara biasa. Pernyataan tersebut terkait
dengan beberapa penelitian dasar yaitu penahanan dapat merusak Individu tersebut
terasing meskipun juga pada individu yang dipenjara dengan waktu singkat, kurang
dukungan sosial dan ekonomi yang terbatas. Lalu membuat peningkatan hukuman yang
banyak untuk memberi efek jera.
Dalam efektivitas biaya (pembahasan analisis biaya-manfaat di Bab 9) sangat
jarang memiliki efek pada kebijaan publik yang ada, apa lagi pada kebijakan kejahatan
yang akan dibahas. Baru baru ini, analisis biaya - manfaat Pennsylvania mengevaluasi
upaya negara untuk berinvestasi dalam program pencegahan berbasis. Negara telah
mendedikasikan lebih dari $ 60 juta selama periode 10 tahun untuk mendukung program
ini di 120 komunitas Pennsylvania. Evaluasi tersebut ditujukan pada tujuh program.
Peneliti menyimpulkan bahwa :
Dengan menggunakan metodologi yang konservatif dan diterima secara luas, kami
menentukan bahwa program-program ini tidak hanya membayar sendiri, namun
merupakan potensi $ 317 juta kembali ke Persemakmuran dalam hal biaya koreksi, biaya
kesejahteraan dan pelayanan sosial yang dikurangi, perawatan kesehatan obat-obatan dan
mental, dan meningkat pekerjaan dan penerimaan pajak. Program yang dijelaskan dalam
laporan ini menghasilkan tingkat pengembalian antara $ 1 dan $ 25 per dolar yang
diinvestasikan, dan dapat menghasilkan penghematan biaya sebanyak $ 130 juta untuk
satu program. (Jones, Bumbarger, Greenberg, Greenwood, & Kyler, 2008, hal 3)
Ini adalah kabar baik, tapi berita buruknya adalah bahwa, pada saat yang sama
laporan ini ditulis, Departemen Pemasyarakatan Pennsylvania meminta lebih dari $ 700
juta untuk membangun penjara baru. Ini malah akan makin membuat sesak penjara sebab
akan bertambahnya penghuni penjara juga apa lagi dalam 5 tahun yang akan datang. Jones
et al : 2008 mengatakan, antara tahun 1985 dan 2010, pengeluaran Pennsylvania untuk
penjara meningkat hampir 650%, peningkatan ini erus berlanjut sampai beberapa tahun
terakhir, meskipun tingkat populasi kejahatan menurun. Sebaliknya sejak tahun 2002
program pencegahan berbasis bukti telah dipangkas 93% yang telah menyelamatkan 25
dollar untuk tiap 1 dollar yang dihabiskan. Dan ingat, angka-angka itu tidak berasal dari
evaluasi terkontrol dari sebuah program percontohan eksperimental skala kecil. Mereka
didasarkan pada pelaksanaan program yang sebenarnya di komunitas Pennsylvania. Kami
tidak bermaksud memilih Pennsylvania. Analisis ini dimungkinkan sebab adanya
komitmen signifikan pada program pencegahan ditingkat negara bagian, namun ketika
komitmen itu berhasil, tidak menghasilkan perubahan kebijakan publik dalam jangka
panjang.
Contoh ini menggambarkan poin penting tentang advokasi kebijakan. Dampak
penelitian ilmu sosial terhadap pembuatan kebijakan pada umumnya jauh lebih luas
daripada hanya menganjurkan peraturan khusus (Phillips, 2000). Para periset di Penn
State University yang dikutip sebelumnya memang membuat rekomendasi kebijakan
spesifik, namun tujuan utamanya adalah menggunakan hasil ilmu pencegahan untuk
mengubah perspektif umum pembuat undang-undang menjadi pertimbangan pentingnya
pencegahan. Kebijakan kejahatan memiliki implikasi keadilan sosial yang spesifik.
Populasi minoritas di Amerika Serikat yaitu populasi Afrika Amerika dilabeli sebagai
populasi penjara, apa lagi tindak pidana yang berbeda sebab etnis yang berbeda.
Meskipun ada alasan pragmatis, ekonomi, dan sosial yang jelas untuk khawatir tentang
keadaan kebijakan kejahatan, pengaruh keadilan sosial yang serius menambahkan
pentingnya pada situasi tersebut.

Perubahan Tingkat Makro: Kebijakan Publik


1. Kemiskinan
Kemiskinan adalah fakta yang tidak bisa dihindari dari kehidupan. Di America
bahkan sangat meyakini fakta ini. Kemiskinan sangat terhubung dengan hampir
setiap pemikiran negatif serta permasalahan-permasalahan kehidupan yang dialami
manusia. Orang-orang mengalami kemiskinan juga dapat menderita gizi buruk,
kesehatan yang tidak baik, pendidikan yang kurang, dan rentang kehidupan yang
lebih pendek daripada orang-orang yang tidak hidup dalam kemiskinan. Saat ini
hampir seluruh manusia setuju dengan pendapat yang mmenyatakan bahwa
kemisikinan merupakan masalah serius di dunia, namun nyatanya hal tersebut tidak
sebanding dengan mereka yang tau bagaiamana cara mengatasinya. Disamping itu,
banyak orang yang berpendapat bahwa hanya beberapa masyarakat yang dapat
melakukan hal tersebut, bahkan di negara yang maju sekalipun.
Negara-negara maju tersebut sebanrnya telah melakukan banyak upaya juga
solusi dalam mengurangi kemiskinan, contohnya dengan menekan tingkat
ketidaksetaraan pendapat dan mendukung pembangunan-pembangunan yang terjadi
di masyarakat kelas bawah maupun menengah. Di Amerika beberapa telah dilakukan
beberapa program untuk mengurangi tingkat kemiskinan, dan itu dapat berjalan
dengan efektif. Sensus pertama yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1959
menyatakan bahwa tingkat kemiskinannya adalah 22,4% dan sampai dengan tahun
2008, tingkat kemiskinannya menurun menjadi 13,2 %. Penurunan 9,2 % yang
didapatkan tersebut tidak berubang denan konsisten dan penuruna tersub dinilai
secara umum berdasarkan kelompok-kelompok orang di sana, yaitu digolongkan dari
usia kurang dari 18, usia 18 sampai dengan 64, dan usia 64 keatas.
Antara kemiskinan yang terjadi pada umumnya dengan kemiskinan yang terjadi
pada anak, yang merupakan masalah serius di Amerika adalah kemiskinan anak.
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, terdapat perbedaan antara rumah tangga
dengan tingkat pendapatan tertinggi dengan pendapatan terendah. Ketidaksetaraan
yang significant terjadi setelah terjadinya perang dunia ke-2. Pendapatan rumah
tangga baik ditingkat tertingggi sampai dengan terendah tidak memiliki perbedaan,
relatif sama saat itu. Penyebaran pendapatan yang adil kepada masyarakat
merupakan hal yang paling terpenting. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
yaitu struktur dasar ekonomi dan sistem perpajakan, perubahan sosial, kebijakan
sosial dll.
Untuk menangani masalah ketidaksetaraan pendapatan masyarakat, maka perlu
berlakukanya sebuah pendekatan. Misalnya, jika yang kita memahami mengenai
kemiskinan anak adalah tentang bagaimana ternyata kemiskinan berkorelasi dengan
faktor dari risiko kemiskinan yang meningkat dan faktor perlindungan atau
pencegahan kemiskinan yang menurun dalam kehidupan anak-anak. Maka solusinya
kita akan berfokus untuk memperbaiki efek atau dampak kemiskinan pada kehidupan
anak-anak itu terlebih dahulu. Contohnya dalam sebuah keluarga yang merupakan
keluarga dengan pendapatan terendah, kemudian dalam keluarga tersebut timbullah
berbagai masalah dan dan dampak negatif yang disebabkan karena kemiskinan, maka
yang harus dilakukan adalah dalam kasus ini dengan lebih memfokuskan usaha kita
untuk memberikan dukungan bagi keluarga tersebut. Misalnya, program seperti
Program Bantuan Nutrisi Tambahan (denhan kartu gakin) dan pembangunan
perumahan atau asrama juga bertujuan mengurangi jumlah anak-anak terlantar dan
menyediakan sumber daya (penjaga) yang meningkat untuk keluarga dengan anak-
anak. Pada akhirnya, jika sebuah permasalahan tentang bertambahnya
ketidakseimbangan pendapatan masayarakat di suatu negara akan menyebabkan
meningkatnya jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan saat itu, maka hal ini
artinya mungkin sudah menjadi tugas kita semuan saling mengingatkan satu sama
lain tentang kebijakan ekonomi yang menghasilkan pengurangan ketidakseimbangan
pendapatan ekonomi masyarakat tersebut dan pada akhirnya sedikit demi sedikit
permasalahan tingkat kemiskinan masyarakat yang berbeda tersebut akan terbawa
keluar dari permasalahan masyarakat (permasalahan kemiskinan akan berkurang
bahkan terselesaikan).
2. Pencegahan Tunawisma
Kesimpulan
Kesimpulan dari keseluruhan materi yang telah di jabarkan ini bukan hanya tentang
perubahan sosial, akan tetapi juga adalah tentang mengembangkan komunitas yang kuat
dan peran kita dalam berpartisipasi dalam komunitas tersebut. Setiap kegiatan yang
digambarkan dalam bab ini mengembangkan modal masyarakat dan kepemimpinan
masyarakat. Tapi aktivitas ini butuh waktu. Ada banyak peran untuk dimainkan dalam
inisiatif perubahan sosial, dan mereka semua berhitung pada anggota masyarakat yang
bersedia membuat komitmen jangka panjang. Perubahan tidak terjadi pada malam hari,
dan sayangnya, ini mudah (dan mudah dipahami) menjadi frustrasi dengan kemunduran
yang tak terelakkan. Tapi proses demokrasi yang telah kita coba gambarkan di bab ini
tidak bebas; dibutuhkan kewaspadaan dan kerja.

You might also like