Professional Documents
Culture Documents
STEP 1
Bulla : salah satu ujud kelainan kulit berupa gelembung yg berisi cairan dimana kubahnya
berdinding tipis dan kaku sehingga mudah pecah. Diameter bermacam2 tergantung paparannya.
Dindingnya hanya sampai stratum basal
STEP 3
1
Evaporasi disertai meningkatnya kehilangan panas tubuh. Tiap gram
evaporasi air akan disertai kehilangan panas 0,575 Kkal. Pada luka bakar
luas energi yang terbuang dapat sampai 7000 Kkal/hari.
3
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Derajat II dangkal (superficial) IIA
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari
corium/dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh benih2 epitel
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatrik
4
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10
% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Cara Evans :
A. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
B. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2
pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar
dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar
dan menarik kembali cairan yang telah keluar)
C. 2000cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan )
5
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter (Parkland):
% x BB x 4 cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan
luka bakar seluas 20% permukaan kulit akan diberikan 50 x 20% x 4 cc = 4000 cc yang diberikan
hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.9
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25 kcal/kgBB/hari
ditambah dengan 40 kcal/% luka bakar/hari.
7
komplikasi terjadinya febitis pada vena safena cukup tinggi. Sedangkan cairan yang
diberikan dimulai dengan Ringer Laktat (RL).
4. Pemasangan kateter
Tekanan darah kadang sulit diukur dan hasilnya kurang dapat dipercayai, sehingga
pengukuran produksi urin tiap jam merupakan alat monitor yang baik untuk menilai
volume sirkulasi darah (asalkan tidak ada diuresis osmotik seperti glukosuria).
Pemasangan kateter untuk kandung kemih baik untuk pemantauan diuresis, di
mana pemberian cairan yang cukup untuk dapat mempertahankan produksi urine
1 ml/kgBB/jam untuk anak-anak dengan berat badan 30 kg atau kurang,
sedangkan untuk dewasa sekitar 0,5-1 ml/kgBB/jam.
5. Pemasangan NGT
Pemasangan pipa lambung (NGT) dan dihubungkan dengan alat pengisap bila
penderita mengalami mual, muntah dan perut kembung, atau luas luka bakarnya
>20% permukaan tubuh. Pemasangan pipa kateter dapat digunakan untuk
mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik, kompresi lambung dengan
intermiten pengisapan.
6. Pemasangan CVP
Pemasangan CVP (central venous pressure) digunakan untuk memantau sirkulasi
darah dan biasanya pada luka bakar ektensif (>40%). Pemeriksaan denyut nadi
perifer pada penderita luka bakar dapat dilakukan dengan Doppler ultrasonic
fowmeter.
7. Anamnesis riwayat trauma sangat penting dalam penanganan luka bakar. Sewaktu
menyelamatkan diri dari tempat kebakaran, mungkin terjadi cidera penyerta.
Ledakan dapat melemparkan penderita, dapat mengakibatkan cidera otak, jantung,
paru-paru, trauma abdomen, dan fraktur. Perlu pula dilakukan pencatatan waktu
terjadinya trauma, lama kontaknya, terjadinya lokasi kebakaran (ruangan terbuka
atau tertutup, di mana dicurigai terjadinya trauma inhalasi pada ruangan
tertutup), jenis sumber panas, adanya zat-zat berbahaya.
8. Pemeriksaan fisik, yaitu:
Menentukan luas (dengan menggunakan rule of nine) dan dalamnya luka
bakar (derajat kedalaman).
Periksa apakah ada cidera ikutan.
Timbang berat badan penderita.
Dapat pula dilakukan ambilan contoh darah untuk pemeriksaan darah
lengkap, golongan darah dan crossmatch, kadar karboksihemoglobin, gula
darah, elektrolit, dan tes kehamilan pada wanita usia subur, serta
pengambilan darah arteri juga diambil untuk analisa gas darah.
Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan secara seri berberapa kali bila
diperlukan, sedangkan pemeriksaan radiologi lainnya dilakukan bila dicurigai
adanya cidera ikutan.
9. Resusitasi Cairan
Ada beberapa cara menghitung kebutuhan cairannya (resusitasi cairan), yaitu:
Rumus Evans
Di mana pada hari pertama (hari I), diberikan cairan dengan:
- Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 1 ml untuk elektrolit/NaCl per 24 jam.
- Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 1 ml untuk koloid per 24 jam.
- Diberikan 2.000 ml glukosa 5% per 24 jam.
-Pada anak Glukosa 5% : NaCl 0,9% = 3 : 1 insensible water loss (IWL)
Untuk BB < 10kg : 100 ml/kgBB
1020 kg : 50 ml/kgBB
8
> 20 kg : 20 ml/kgBB
Separuh/setengah dari jumlah total cairan (total pemberian NaCl, koloid, dan
glukosa) diberikan dalam 8 jam pertama, dan sisanya (setengahnya) diberikan dalam
16 jam berikutnya, lalu pada hari kedua (hari II) diberikan setengah jumlah cairan
hari pertama, kemudian pada hari ketiga (hari III) diberikan setengah jumlah cairan
hari kedua.
Pemberian elektrolit dan koloid merupakan pengganti cairan yang hilang
akibat edema,
Plasma diberikan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah
dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar
dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
Penderita mula-mula dipuasakan karena peristaltis usus terhambat pada
keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus
normal kembali.
Bila diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa
kesulitan, maka infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Bila diuresis <1 ml/kgBB 2 jam berturut-turut maka tetesan dipercepat 50%,
sedangkan bila diuresis >2 ml/kgBB 2 jam berturut-turut maka tetesan
diperlambat 50%.
Rumus Baxter (Parkland)
Di mana pada hari pertama (hari I), diberikan cairan dengan rumus:
Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 4 ml untuk elektrolit/RL per 24 jam
Separuh/setengah dari jumlah total cairan diberikan dalam 8 jam pertama
(diberikan ringer laktat karena terjadi defisit ion natrium), dan sisanya/setengahnya
diberikan dalam 16 jam berikutnya, lalu pada hari kedua (hari II) diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama.
Pada anak-anak pemberian cairan dirumuskan dengan:
[Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 2 ml (elektrolit/RL)] + [kebutuhan faali] per 24
jam
Di mana kebutuhan faali pada:
- Anak <1 tahun yaitu berat badan x 100 ml. - Anak 1-3 tahun yaitu berat badan x 75
ml.
- Anak 3-5 tahun yaitu berat badan x 50 ml. Pemberian Ringer Laktat berbanding
dektran sebesar 17:3 pada anak-anak.
Kebanyakan anak dengan luka bakar <10% luas permukaan tubuh dapat
diresusitasi secara oral dengan Pedialyte, untuk luas bakar yang luas (>40%
luas permukaan tubuh) dapat menggunakan larutan hipertonik yang
dimodifikasi atas 50 mEq natrium bikarbonat per liter larutan RL (180 mEq
Na+/L). Larutan ini digunakan sampai terjadi pembalikan asidosis metabolik,
biasanya dalam 8 jam pasca luka bakar. Formula ini telah digunakan pada
bayi tanpa resiko hipernatremia yang menyertai.
Larutan garam hipertonik lain sebanyak 240-300 mEq/L telah digunakan
untuk resusitasi syok luka bakar dan dianjurkan untuk mengurangi edema
dan kebutuhan cairan yang lebih sedikit daripada dengan RL (130 mEq/L).
Kerugian larutan hipertonik pada resusitasi adalah hipernatremia, dan kadar
natrium serum jangan melebihi 160 mEq/dL selama penggunaannya.
Pada semua penderita pediatri dengan luka bakar >25% luas pemukaan
tubuh, koloid dalam bentuk albumin harus diganti yang dimulai 8-12 jam
setelah luka bakar. Anak-anak sering mempunyai kadar albumin yang sangat
rendah selama 8 jam terakhir periode resusitasi syok luka bakar (sering <1
g/dL) yang menyebabkan kehilangan dalam tekanan onkotik. Penggantian
9
albumin atau koloid kontinu mungkin diperlukan untuk mempertahankan
tekanan onkotik koloid pada luka bakar yang sangat besar, dan diperlukan
kadar serum >2 g/dL.
Kebocoran endotel kapiler diperkirakan akan menutup 12 jam pascaluka
bakar. Sehingga, pemberian protein pada anak dengan luka bakar >50% luas
permukaan tubuh dan cidera inhalasi bersamaan menyebabkan edema
berkurang dan stabilitas hemodinamik lebih baik.
Jika resusitasi telah teratasi pada penderita pediatrik maka diperlukan
volume cairan maitenance. Kebutuhan cairan maitenance setelah resusitasi
mencakup volume cairan maitenance normal anak ditambah kehilangan
cairan melalui evaporasi dengan cara cairan yang dipertahankan/24 jam,
yaitu:
[(% luka bakar + 35) x luas permukaan tubuh (m2)] + [1.500 ml x luas
permukaan tubuh (m2)]
Cairan ini dapat diberikan parentral atau enteral bersama makanan, dan
cairan yang diinfus harus garam normal D5/0,45% dengan tambahan kalium.
10. Pada penderita luka bakar sering gelisah yang disebabkan oleh hipoksemia dan
hipovolemia bukan rasa nyeri, dan pemberian oksigen dan resusitasi cairan akan
memberikan respons yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pemberian
analgesik nakotik atau sedativa yang malah dapat mengaburkan tanda-tanda
terjadinya hipoksia dan hipovolemia. Bila memang diperlukan narkotik (morfin atau
petidin), analgesik dan sedativa sebaiknya diberikan dalam dosis kecil, diulang dan
hanya diberikan intravena (jangan secara intramuskular).
11. Penutupan Luka
Karena luka bakar derajat II terasa nyeri hanya dengan aliran udara maka dapat
dilakukan penutupan luka dengan kain bersih untuk mengurangi rasa nyeri, dan
jangan pecahkan bula atau memberi antiseptik (bula yang amat tegang di atas sendi
boleh diaspirasi secara steril).
12. Drugs
Obat-obat yang sebelumnya telah diberikan pada luka harus diberikan dahulu
sebelum memberikan antibakteri topikal. Antibiotik sistemik spektum luas dapat
diberikan untuk mencegah infeksi, dan yang sering digunakan adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, maka
antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman (serta
mungkin dengan epidemiologi kuman di ruangan).
13. Toxoid-ATS (anti tetanus serum) pada semua pasien sebanyak 3.000 unit pada
dewasa dan 1.500 unit pada anak-anak atau 1 cc tiap 2 minggu per 3 kali selama 5
hari (pemberian toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5
tahun terakhir).
14. Pemberian antasida juga dapat diberikan untuk mengurangi keasaman lambung
serta untuk mencegah tukak stres, dan pemberian antipiretik diperlukan bila suhu
tinggi.
15. Kebutuhan nutrisi luka bakar penderita dapat diberikan, antara lain:
Minuman diberikan pada penderita luka bakar bila segera setelah peristaltis
menjadi normal, diberikan sebanyak 25 ml/kgBB/hari dan sampai diuresis
sekurang-kurangnya mencapai 30 ml/jam.
Makanan dapat diberikan segera setelah penderita dapat minum tanpa
kesulitan, nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori
dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme sebanyak
2.500-3.000 kalori/hari dengan kadar protein tinggi (sedapat mungkin
10
mengandung 100-150 gr protein/hari), dan bila perlu makanan diberikan
melalui NGT atau ditambah dengan nutrisi parenteral.
Dapat diberikan vitamin A (10.000 unit/minggu), B dan D, vitamin C 500 mg,
sulfas ferosus (Fe sulfat) 500 mg.
16. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk memperlancar
peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi, yang dapat dilakukan dengan
latihan pernapasan dan pegerakan otot dan sendi. Bila perlu, sendi diistirahatkan
dalam posisi fungsional dengan bidai.
17. EKG
Kekurangan ion natrium akibat masuknya natrium ke dalam sel dapat menimbulkan
gejala keracunan air dengan edema otak yang ditandai dengan kejang-kejang, dan
kekurangan ion kalsium dapat diketahui dari EKG yang menunjukan depresi segmen
ST, dan kekurangan ini harus segera dikoreksi.
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong
11
Adalah diproduksi oleh agent kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti agent
lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perubahan yang lebih lambat
daripada luka bakar akibat agent panas.
Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan bahan
pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturas protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam
renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
Luka bakar
1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek
baik memanaskan atau mendinginkan
(Sumber : http://health.freephphoster.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=67&Itemid=39 )
2. Etiologi
Luka bakar thermoburn : gas, cairan dan bahan padat
Luka bakar chemical burn : bahan kimia
sengatan listrik
Radiasi.
Nyala api langsung dan tidak langsung
3. Klasifikasi
Luka bakar derajat 1 : lapisan epidermis kulit
kering,hiperemi, tidak ditemui bula, nyeri, sembuh sepontan
dalam 5-10 hari.
Luka bakar derajat 2 : epidermis dan sebagian dermis
proses inflamasi disertai eksudasi, nyeri, luka berwarna
merah atau pucat, terlihat lebih tinggi dibanding kulit
normal
Dangkal : kerusakan mengenai bagian superfisial dermis
lapisan atas (folokel rambut, kel. Sebasea, kel. Keringat
masih utuh), penyembuhan sepontan 10-14 hari, tidak
menimbulkan sikatrik.
Dalam : mengenai hampir seluruh bagian dermis (folokel
rambut, kel. Sebasea, kel. Keringat tinggal sedikit),
12
menimbulkan jaringan parut hipertrofi, penyembuhan
lama hingga 1 bln.
Luka bakar derajat 3 : mengenai seluruh lapisan dermis dan
lapisan yg lebih dalam, folokel rambut, kel. Sebasea, kel.
Keringat mengalami kerusakan.tidak ditemui bulla, warna
kulit abu2 dan pucat, kering permukaan lebih rendah dari
permukaan kulit sekitarnya, tidak nyeri, penyembuhan
lama.
Luka bakar derajat 4 : organ2 dibawah fascia
II.Dangkal -sebagian dermis. -sakit Hiperalgesi atau 7-14 hari Normal, pucat berbintik
-merah /kuning 14-21 hari Pucat,depig-mentasi,
Folikel rambut dan kel normal
II.Dalam -basah
Hipoalgesi rata, mengkilat,
keringat utuh -bula
-hanya kel keringat idem rambut(-), sikatrik
utuh hipertrofi
III Dermis seluruhnya -tidak sakit Analgesia > 21 hari Sikatrik hipertrofi
-putih, coklat,
hitam
-kering
4. Patofisiologi
Panas , pembuluh darah rusak oedem, anemia,
Peningkatan permeabilitasbulla (mengandung
elektrolit),berkurangnya cairan intravaskuler, kerusakan kulit
akibat luka bakar kehilangan cairan akibat penguapan yv
berlebihan, masuknya cairan ke bulla.
Respon lokal : pd luka menjadi 3 zona :
13
Zona koagulasi : pd bagian luka paling parah,
kerusakan ireversibel
Perfusi : disekitar zona koagulasi
Hiperemi : dipinggir zona koagulasi, warna lebih
kemerahan
Respon sistemik : kardiovaskuler kontraktilitas menurun
karena permeabilitas,
Pernafasan : bronkokontriksi,inhalasi.
Metabolisme : peningkatan metabolisme
katabolisme.
Respon imun non spesifik menurun
5. Manifestasi klinis
Derajat 1: merah, nyeri, sensitif terhadap sentuhan, lembab/
membengkak, jika ditekan pada bagian yg terbakar akan
timbul warna putih tp blm terbentuk bulla.
Derajat 2 : kulit melepuh, warna merah atau putihan yg
terisi cairan kental jernih,jika disentuh berwarna putih dan
nyeri.
Derajat 3 : permukaan putih dan lembut atau berwarna
hitam, hangus dan kasar, pd daerah yg terbakar melepuh
dan pd daerah yg berambut mudah dicabut, tidak nyeri
( ujung saraf rusak).
6. Diagnosis
Rule of nine
Dewasa : kepala 4,5%. Ekstremitas 9%, tangan 1%, perineum
1%,
14
Menegakkan diagnosis luka bakar pada hakekatnya
mengadakan penilaian beratnya luka bakar, apakah luka
bakar tersebut ringan, sedang dan berat.
Penilaian beratnya akan menentukan apakah penderita:
o Cukup berobat jalan
o Perlu rawat nginap biasa
o Perlu rawat nginap dengan penanganan lebih serius
dan dirujuk
Penilaian ini tergantung dari beberapa faktor :
o Luas
o Dalam
o Lokalisasi
o Penyebab
o Usia
o Adanya trauma ikutan atau penyakit lain
o Lamanya kejadian
(www.portalkalbe.com)
7. Terapi
Terapi cairan :LI
Rumus evans : A. (rule of nine)x berat badan kg = jumlah
cairan kristaloid atau NaCl 0,9%/24 jam.
B. (luka %)x BB = jml cairan koloid atau plasma/24 jam
15
C. dekstrosa 5% =2000 ml/24 jam
8 jam pertama diberikan separuhnya dari A+B+C dan
sisanya diberikan 16 jam selanjutnya.
Rumus baxter :
4mlx total burn surface area%(rule of nine)x BB dlm Kg.
Pemberian cairan 50% dlm 8 jam pertama, 50% 16 jam
selanjutnya.
1.cara Evans
%xBBx4 ml
Obat-obatan
16
8. Komplikasi
Komplikasi sistemik :
Shock hipovolemik
Ileus paralitik dilatasi akut lambung
Tukak Curling (Curling ulcer) pada lambung
Gagal ginjal
Menurunnya imunitas
Keseimbangan protein negatif
Komplikasi local:
Gangguan vaskularisasi karena eschar escharotomi
Compartment syndrome
Keloid
Kontraktur
17
(http://medisdankomputer.co.cc)
Hypertropi jaringan.
Kontrakturkekakuan gerak sendi, digerakkan secara pasif
jika lumpuh/keterbatasan gerak
Fase Resusitasi
Dehidrasi, sepsis yang dapat berakhir pada kematian
penderita. Pemaparan bahan kimia pada luka dapat
memperdalam derajat luka bakar. Yang paling aman
pertolongan pertama pada luka bakar adalah mengalirkan
air dingin keluka tersebut.
Fase Penyembuhan luka
Fase penyembuhan leuka yang terlalu lama akan
menimbulkan penyembuhan luka dengan skar yang tebal
yang mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur sendi2
anggota gerak dan tampilan kulit yg buruk.
Fase pengembalian fungsi anggota gerak
Fase ini bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
kehilangan fungsi anggota gerak yang permanen.
18