You are on page 1of 18

KULITKU MELEPUH DAN TERASA PANAS

STEP 1

Bulla : salah satu ujud kelainan kulit berupa gelembung yg berisi cairan dimana kubahnya
berdinding tipis dan kaku sehingga mudah pecah. Diameter bermacam2 tergantung paparannya.
Dindingnya hanya sampai stratum basal

STEP 3

1. Mengapa luka bakar diolesi pasta gigi ?


Pasta gigi mengandung mint supaya dingin, tp bulla semakin parah
Luka bakarcairan keluar untuk kompensasi diberi pasta gigi cairan tdk keluar
lembab
Mengandung bahan mentol mengurangi rasa nyeri topikal juga mengandung
air semakin melembabkan luka memfasilitasi kuman untuk berkembang
infeksi
Mengandung fuor susah dibersihkan karena mempercepat pengeringan
Pasta gigi tdk larut dlm air luka lembab perkembangbiakan kuman iritasi
Sifat odol dingin bila dilakukan terlalu lama vasokonstriksi pembuluh darah
hipotermia

2. Apa saja mekanisme kompensasi tubuh setelah terjadi luka bakar ?


Kebutuhan oksigen meningkat laju pernapasan meningkat
Luka bakar banyak cairan yg keluar laju metabolisme meningkat
glukoneogenesis meningkat membutuhkan O2 meningkat laju pernapasan
meningkat
Kardiovaskuler : Luka bakar permeabilitas kapiler meningkat edem
hipovolemi dan hemokonsentrasi 1. curah jantung turun perfusi jaringan di
organ vital berkurang vol cairan intravaskuler berkurang kira2 -1 % blood
volume tiap 1% luas luka bakar tekanan darah turun jantung kompensasi
nadi meningkat mengirim sinyal vasodilatasi pembuluh darah
Intravaskuler menurunDi ginjal adrenalin meningkataldosteron
meningkatretensi Na+ GFR turun vol urin turun
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR
menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat
gagal ginjal

Berkurangnya cairan kaya protein dari sirkulasi menyebabkan syok


hipovolemik, seperti pada perdarahan.
Kehilangan cairan tubuh menyebabkan iskemik ginjal, oliguria dan kadang
akut tubuler nekrosis.
Perubahan awal fungsi ginjal disebabkan hipovolemik, vasokonstriksi
pembuluh darah ginjal, dan aktivitas adrenergik.
Manivestasi klinis berupa oligouria, penurunan glomerulo filtration rate,
retensi Na, ekskresi K.
Aktivitas hormon adrenal memegang peranan penting saat syok, pada
pemeriksaan urin didapatkan peningkatan hidrokortison setelah trauma
termis.
Kulit mampu membatasi evaporasi, rata-rata kehilangan cairan melalui
kulit 15 ml/m2/jam, sedangkan pada luka bakar derajat III terjadi
kehilangan cairan sampai 200 ml/m2/jam.

1
Evaporasi disertai meningkatnya kehilangan panas tubuh. Tiap gram
evaporasi air akan disertai kehilangan panas 0,575 Kkal. Pada luka bakar
luas energi yang terbuang dapat sampai 7000 Kkal/hari.

Aktivitas GIT menurun karena respon hipovolemik


Peningkatan laju metabolisme penurunan aktivitas GIT
berkurangnya asupan gizi
Hipersekresi HCl
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon
hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen,
muntah dan aspirasi. Sering terdapat ileus paralitik dan Curling Ulcer
yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang
timbul sebagai hematesis melena.
Imunologi Sebagian basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan
dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan
memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
Luka bakar sampai dermis Bagian tengah yg luka zona koagulasi,
proteinnya denaturasi
Daerah yang terbakar terbagi menjadi 3 zona, yaitu:
Zona Koagulasi
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein)
akibat pengaruh panas
Zona Statis
Daerah yang berada diluar zona koagulasi, pada dearah ini
terjadi kerusakan endotelpembuluh darah, trombosit,
leukosit,dan gangguan perfusi jaringan, perubahan
permeabilitas kapiler
Zona Hiperemi
Daerah luar zona statis dimana terjadi vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi
Luas luka << 20% mekanisme kompensasi masih bisa
mengatasi
Luas luka >> 20% syok hipovolemik

Perifer statis ( kerusakan kapiler darahkebocoran plasma)

2. Apa saja derajat luka bakar ?


Derajat 1 : Sembuh dlm 5-7 hari tanpa bekas
Derajat 2 : Sembuh sendiri 2-3 minggu.
Derajat 3 : Seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis. Tdk ada lg
elemen epitel yg sehat, kulit pucat abu2/hitam
2
Luas luka bakar:
A. Anak-anak dihitung menurut rumus Lund dan browder.
Pada anak anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu
ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

B. Dewasa dihitung menurut rumus rule of nine


Wallace membagi tubuh atas bagian bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace. Dalam perhitungan agar lebih
mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari luas
permukaan tubuhnya.

1. Berdasarkan kedalaman luka bakar


a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Kulit kering, hiperemi berupa eritema
Tidak dijumpai bullae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.

3
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Derajat II dangkal (superficial) IIA
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari
corium/dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh benih2 epitel
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatrik

2. Derajat II dalam (deep) IIB


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa jaringan
epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama
dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III


Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah dibanding kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.

4
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10
% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

a) Mengapa diberi povidone iodine ?


Karena utk mencegah terjadinya infeksi dan kerusakan epitel

b) Mengapa sudah terpasang infus tapi 5 menit kemudian kesadaran


pasien menurun ?
30 tetes/menit belum adekuat utk mengganti cairan
Rumus : % luas luka bakar x BB x jarak waktu kejadian (jam)

Cara Evans :

A. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
B. luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2
pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang keluar
dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar
dan menarik kembali cairan yang telah keluar)
C. 2000cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan )

5
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Cara yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter (Parkland):

% x BB x 4 cc

Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na.
Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan
luka bakar seluas 20% permukaan kulit akan diberikan 50 x 20% x 4 cc = 4000 cc yang diberikan
hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua.9

Pada skenario, luas luka bakar adalah : 28%


Jadi, cairan yang dibutuhkan adalah : 28% x BB (Pada skenario, data tidak tersedia) x 4cc

Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25 kcal/kgBB/hari
ditambah dengan 40 kcal/% luka bakar/hari.

c) Mengapa diberi infus NaCl ?


NaCl cairan intersisial menambah cairan di intersisial cairan
intravaskular keluar terus kesadaran menurun
Pakai koloid saja mengganti cairan plasma

d) Bagaimana penatalaksanaan luka bakar ?

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR


i. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala.
Pada korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling
agar bagian pakaian yang meluas tidak meluas, dan kontak dengan bahan yang
panas juga harus cepat diakhiri seperti dengan mencelupkan bagian yang terbakar
atau menceburkan diri ke air dingin, atau melepaskan baju yang tersiram air panas.
ii. Merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiraminya dengan air mengalir
selama sekurang-kurangnya 15 menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang
terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi
tetap meluas, dan proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.
Oleh karena itu, meredam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil, namun tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar >10%
karena dapat terjadi hipotermia yang akan menyebabkan cardiac arrest.
Merendam daerah luka bakar dapat di dalam air dingin atau memakai kantong
dingin akan meredakan nyeri dan mengurangi bengkak, dan jangan langsung
menempelkan es pada kulit.
Daerah luka bakar dapat pula dibilas dengan air suam-suam kuku (setengah
hangat) dan dibungkus dengan kain bersih yang direndam air (karena pada
peredaman ke dalam air es dapat pula menyebabkan hipotermia pada luka bakar
6
yang meluas, berpotensi menyebabkan edema, dan dapat mengganggu
penyembuhan). Permukaan tubuh yang terkena dengan air bersih dan selanjutnya
penderita diselimuti dengan kain hangat yang bersih dan kering untuk
menghindari terjadinya hipotermia.
iii. Segera melepaskan pakaian untuk menghentikan proses trauma bakar, di mana
bahan sintesis mudah dan cepat terbakar pada suhu tinggi akan meleleh
meninggalkan residu panas yang akan terus membakar penderita. Pakaian yang
mengandung bahan kimia harus ditanggalkan secara hati-hati, bubuk kimia kering
dibersihkan dengan cara menyapu dengan hati-hati untuk menghindari terjadinya
kontak langsung.
iv. Indikasi rawat inap, yaitu:
1. Derajat 2, dengan luas bakar >15% pada dewasa dan >10% pada anak.
2. Derajat 2 pada muka, tangan, kaki dan perineum (trauma inhalasi atau luka bakar
listrik).
3. Derajat 3, dengan luas bakar >2% pada dewasa dan setiap anak dengan luka
bakar derajat 3.
4. Luka bakar yang disertai trauma visera, tulang dan jalan nafas.
v. Setelah sumber panas dihilangkan lalu dapat dilakukan beberapa hal, antara lain:
1. Airway (jalan napas)
Laring dapat melindungi subglotis dari trauma panas langsung, tetapi supraglotis
sangat mudah mengalami obstruksi akibat trauma panas (Gambar 9), sehingga
dapat terjadi trauma inhalasi. Trauma bakar faring menyebabkan edema hebat jalan
napas bagian atas, karenanya memerlukan pembebasan jalan napas segera seperti
pemberian intubasi endotrakeal. Edema jalan napas yang menyebabkan intubasi
sulit dilakukan maka diperlukan tindakan krikotirodotomi atau trakeostomi untuk
pemasangan pipa endotrakeal.
2. Breathing (ventilasi)
Penderita keracunan CO diberikan oksigen konsentrasi tinggi melalui sungkup
muka yang memiliki katup (nonbreathing mask). Penanganan awal trauma inhalasi
sering memerlukan intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanis, dan sebelum
intubasi sebaiknya penderita diberikan oksigen dengan pelembab.
Analisa gas darah arteri diperlukan untuk mengetahui fungsi paru-paru.
Pengukuran PO2 arteri tidak terlalu bermakna pada keracunan CO, karena tekanan
parsial CO yang hanya 1 mmHg saja pada kadar karboksihemoglobin 40% atau lebih.
Pengukuran kadar karboksihemoglobin lebih bisa diandalkan, dan oksigen 100%
harus segera diberikan.
Apabila keadaan hemodinamik penderita memungkinkan dan trauma spinal dapat
disingkirkan, maka dapat menaikkan kepala dan dada 20-30o dapat mengurangi
edema leher dan dada.
Luka bakar derajat III yang mengenai dinding dada anterior dan lateral dapat
menyebabkan terbatasnya pergerakkan dinding dada, karenanya meskipun tidak
meliputi keseluruhan dinding dada, dan bila hal ini terjadi maka diperlukan
eskarotomi.
3. Circulation (pemberian cairan vena)
Setiap penderita luka bakar >20% luas permukaan tubuh memerlukan cairan infus,
maka perlu dilakukan pemasangan infus dengan kateter vena ukuran besar
(minimal #16) dipasangan pada vena perifer. Sebaiknya infus dipasangan pada
daerah yang tidak terkena luka bakar, namun dalam keadaan terpaksa maka vena
pada daerah luka bakarpun dapat digunkana bila mudah dilakukan. Vena
ekstrimitas atas menjadi pilihan, karena bila dipasang pada ekstrimitas inferior

7
komplikasi terjadinya febitis pada vena safena cukup tinggi. Sedangkan cairan yang
diberikan dimulai dengan Ringer Laktat (RL).
4. Pemasangan kateter
Tekanan darah kadang sulit diukur dan hasilnya kurang dapat dipercayai, sehingga
pengukuran produksi urin tiap jam merupakan alat monitor yang baik untuk menilai
volume sirkulasi darah (asalkan tidak ada diuresis osmotik seperti glukosuria).
Pemasangan kateter untuk kandung kemih baik untuk pemantauan diuresis, di
mana pemberian cairan yang cukup untuk dapat mempertahankan produksi urine
1 ml/kgBB/jam untuk anak-anak dengan berat badan 30 kg atau kurang,
sedangkan untuk dewasa sekitar 0,5-1 ml/kgBB/jam.
5. Pemasangan NGT
Pemasangan pipa lambung (NGT) dan dihubungkan dengan alat pengisap bila
penderita mengalami mual, muntah dan perut kembung, atau luas luka bakarnya
>20% permukaan tubuh. Pemasangan pipa kateter dapat digunakan untuk
mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik, kompresi lambung dengan
intermiten pengisapan.
6. Pemasangan CVP
Pemasangan CVP (central venous pressure) digunakan untuk memantau sirkulasi
darah dan biasanya pada luka bakar ektensif (>40%). Pemeriksaan denyut nadi
perifer pada penderita luka bakar dapat dilakukan dengan Doppler ultrasonic
fowmeter.
7. Anamnesis riwayat trauma sangat penting dalam penanganan luka bakar. Sewaktu
menyelamatkan diri dari tempat kebakaran, mungkin terjadi cidera penyerta.
Ledakan dapat melemparkan penderita, dapat mengakibatkan cidera otak, jantung,
paru-paru, trauma abdomen, dan fraktur. Perlu pula dilakukan pencatatan waktu
terjadinya trauma, lama kontaknya, terjadinya lokasi kebakaran (ruangan terbuka
atau tertutup, di mana dicurigai terjadinya trauma inhalasi pada ruangan
tertutup), jenis sumber panas, adanya zat-zat berbahaya.
8. Pemeriksaan fisik, yaitu:
Menentukan luas (dengan menggunakan rule of nine) dan dalamnya luka
bakar (derajat kedalaman).
Periksa apakah ada cidera ikutan.
Timbang berat badan penderita.
Dapat pula dilakukan ambilan contoh darah untuk pemeriksaan darah
lengkap, golongan darah dan crossmatch, kadar karboksihemoglobin, gula
darah, elektrolit, dan tes kehamilan pada wanita usia subur, serta
pengambilan darah arteri juga diambil untuk analisa gas darah.
Pemeriksaan foto toraks dapat dilakukan secara seri berberapa kali bila
diperlukan, sedangkan pemeriksaan radiologi lainnya dilakukan bila dicurigai
adanya cidera ikutan.
9. Resusitasi Cairan
Ada beberapa cara menghitung kebutuhan cairannya (resusitasi cairan), yaitu:
Rumus Evans
Di mana pada hari pertama (hari I), diberikan cairan dengan:
- Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 1 ml untuk elektrolit/NaCl per 24 jam.
- Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 1 ml untuk koloid per 24 jam.
- Diberikan 2.000 ml glukosa 5% per 24 jam.
-Pada anak Glukosa 5% : NaCl 0,9% = 3 : 1 insensible water loss (IWL)
Untuk BB < 10kg : 100 ml/kgBB
1020 kg : 50 ml/kgBB

8
> 20 kg : 20 ml/kgBB
Separuh/setengah dari jumlah total cairan (total pemberian NaCl, koloid, dan
glukosa) diberikan dalam 8 jam pertama, dan sisanya (setengahnya) diberikan dalam
16 jam berikutnya, lalu pada hari kedua (hari II) diberikan setengah jumlah cairan
hari pertama, kemudian pada hari ketiga (hari III) diberikan setengah jumlah cairan
hari kedua.
Pemberian elektrolit dan koloid merupakan pengganti cairan yang hilang
akibat edema,
Plasma diberikan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah
dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi perembesan keluar
dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
Penderita mula-mula dipuasakan karena peristaltis usus terhambat pada
keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum segera setelah fungsi usus
normal kembali.
Bila diuresis pada hari ketiga memuaskan dan penderita dapat minum tanpa
kesulitan, maka infus dapat dikurangi bahkan dihentikan.
Bila diuresis <1 ml/kgBB 2 jam berturut-turut maka tetesan dipercepat 50%,
sedangkan bila diuresis >2 ml/kgBB 2 jam berturut-turut maka tetesan
diperlambat 50%.
Rumus Baxter (Parkland)
Di mana pada hari pertama (hari I), diberikan cairan dengan rumus:
Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 4 ml untuk elektrolit/RL per 24 jam
Separuh/setengah dari jumlah total cairan diberikan dalam 8 jam pertama
(diberikan ringer laktat karena terjadi defisit ion natrium), dan sisanya/setengahnya
diberikan dalam 16 jam berikutnya, lalu pada hari kedua (hari II) diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama.
Pada anak-anak pemberian cairan dirumuskan dengan:
[Luas luka (%) x Berat badan (Kg) x 2 ml (elektrolit/RL)] + [kebutuhan faali] per 24
jam
Di mana kebutuhan faali pada:
- Anak <1 tahun yaitu berat badan x 100 ml. - Anak 1-3 tahun yaitu berat badan x 75
ml.
- Anak 3-5 tahun yaitu berat badan x 50 ml. Pemberian Ringer Laktat berbanding
dektran sebesar 17:3 pada anak-anak.
Kebanyakan anak dengan luka bakar <10% luas permukaan tubuh dapat
diresusitasi secara oral dengan Pedialyte, untuk luas bakar yang luas (>40%
luas permukaan tubuh) dapat menggunakan larutan hipertonik yang
dimodifikasi atas 50 mEq natrium bikarbonat per liter larutan RL (180 mEq
Na+/L). Larutan ini digunakan sampai terjadi pembalikan asidosis metabolik,
biasanya dalam 8 jam pasca luka bakar. Formula ini telah digunakan pada
bayi tanpa resiko hipernatremia yang menyertai.
Larutan garam hipertonik lain sebanyak 240-300 mEq/L telah digunakan
untuk resusitasi syok luka bakar dan dianjurkan untuk mengurangi edema
dan kebutuhan cairan yang lebih sedikit daripada dengan RL (130 mEq/L).
Kerugian larutan hipertonik pada resusitasi adalah hipernatremia, dan kadar
natrium serum jangan melebihi 160 mEq/dL selama penggunaannya.
Pada semua penderita pediatri dengan luka bakar >25% luas pemukaan
tubuh, koloid dalam bentuk albumin harus diganti yang dimulai 8-12 jam
setelah luka bakar. Anak-anak sering mempunyai kadar albumin yang sangat
rendah selama 8 jam terakhir periode resusitasi syok luka bakar (sering <1
g/dL) yang menyebabkan kehilangan dalam tekanan onkotik. Penggantian

9
albumin atau koloid kontinu mungkin diperlukan untuk mempertahankan
tekanan onkotik koloid pada luka bakar yang sangat besar, dan diperlukan
kadar serum >2 g/dL.
Kebocoran endotel kapiler diperkirakan akan menutup 12 jam pascaluka
bakar. Sehingga, pemberian protein pada anak dengan luka bakar >50% luas
permukaan tubuh dan cidera inhalasi bersamaan menyebabkan edema
berkurang dan stabilitas hemodinamik lebih baik.
Jika resusitasi telah teratasi pada penderita pediatrik maka diperlukan
volume cairan maitenance. Kebutuhan cairan maitenance setelah resusitasi
mencakup volume cairan maitenance normal anak ditambah kehilangan
cairan melalui evaporasi dengan cara cairan yang dipertahankan/24 jam,
yaitu:
[(% luka bakar + 35) x luas permukaan tubuh (m2)] + [1.500 ml x luas
permukaan tubuh (m2)]
Cairan ini dapat diberikan parentral atau enteral bersama makanan, dan
cairan yang diinfus harus garam normal D5/0,45% dengan tambahan kalium.
10. Pada penderita luka bakar sering gelisah yang disebabkan oleh hipoksemia dan
hipovolemia bukan rasa nyeri, dan pemberian oksigen dan resusitasi cairan akan
memberikan respons yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pemberian
analgesik nakotik atau sedativa yang malah dapat mengaburkan tanda-tanda
terjadinya hipoksia dan hipovolemia. Bila memang diperlukan narkotik (morfin atau
petidin), analgesik dan sedativa sebaiknya diberikan dalam dosis kecil, diulang dan
hanya diberikan intravena (jangan secara intramuskular).
11. Penutupan Luka
Karena luka bakar derajat II terasa nyeri hanya dengan aliran udara maka dapat
dilakukan penutupan luka dengan kain bersih untuk mengurangi rasa nyeri, dan
jangan pecahkan bula atau memberi antiseptik (bula yang amat tegang di atas sendi
boleh diaspirasi secara steril).
12. Drugs
Obat-obat yang sebelumnya telah diberikan pada luka harus diberikan dahulu
sebelum memberikan antibakteri topikal. Antibiotik sistemik spektum luas dapat
diberikan untuk mencegah infeksi, dan yang sering digunakan adalah golongan
aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, maka
antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman (serta
mungkin dengan epidemiologi kuman di ruangan).
13. Toxoid-ATS (anti tetanus serum) pada semua pasien sebanyak 3.000 unit pada
dewasa dan 1.500 unit pada anak-anak atau 1 cc tiap 2 minggu per 3 kali selama 5
hari (pemberian toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5
tahun terakhir).
14. Pemberian antasida juga dapat diberikan untuk mengurangi keasaman lambung
serta untuk mencegah tukak stres, dan pemberian antipiretik diperlukan bila suhu
tinggi.
15. Kebutuhan nutrisi luka bakar penderita dapat diberikan, antara lain:
Minuman diberikan pada penderita luka bakar bila segera setelah peristaltis
menjadi normal, diberikan sebanyak 25 ml/kgBB/hari dan sampai diuresis
sekurang-kurangnya mencapai 30 ml/jam.
Makanan dapat diberikan segera setelah penderita dapat minum tanpa
kesulitan, nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori
dan keseimbangan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme sebanyak
2.500-3.000 kalori/hari dengan kadar protein tinggi (sedapat mungkin

10
mengandung 100-150 gr protein/hari), dan bila perlu makanan diberikan
melalui NGT atau ditambah dengan nutrisi parenteral.
Dapat diberikan vitamin A (10.000 unit/minggu), B dan D, vitamin C 500 mg,
sulfas ferosus (Fe sulfat) 500 mg.
16. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk memperlancar
peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi, yang dapat dilakukan dengan
latihan pernapasan dan pegerakan otot dan sendi. Bila perlu, sendi diistirahatkan
dalam posisi fungsional dengan bidai.
17. EKG
Kekurangan ion natrium akibat masuknya natrium ke dalam sel dapat menimbulkan
gejala keracunan air dengan edema otak yang ditandai dengan kejang-kejang, dan
kekurangan ion kalsium dapat diketahui dari EKG yang menunjukan depresi segmen
ST, dan kekurangan ini harus segera dikoreksi.
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

e) Klasifikasi luka bakar berdasarkan penyebab ?


A. Flame Burns
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api
1. Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api
2. Bentuk lain dari flame burns adalah flash burns
a. Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel- partikel halus
suatu benda panas
b. Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit yang
terkena, termasuk rambut.
B. Contact Burns
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas, misalnya
besi panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini, dapat memberikan gambaran mengenai bentuk
benda panas yang menyebabkan luka bakar tersebut
C. Radiant Burns
Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas
1) Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan gelombang
panas untuk menimbulkan luka bakar
2) Dapat menimbulkan lepuh dan eritema
3) Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu lama dapat meimbulkan karbonisasi
D. Luka terbakar terjadi bila kulit berhubungan dengan cairan panas ( biasanya air ).
1. Air pada 158F (70C) akan menghasilkan suatu luka derajat tiga pada kulit orang
dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak ; pada 131F (55C), hampir 25 detik
dibutuhkan untuk menghsilkan luka bakar yang sama.
2. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe :
a. Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidaksengajaan atau kecerobohan di
rumah.
b. Luka bakar karena percikan, atau tumpahan biasanya tidak sengaja, disebabkan
karena memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh.
E. Luka bakar karena microwave.
Microwave adalah gelombang elektromagnetik dgn frekwensi 30-300.000 MHz dan
panjang 1mm sampai 30 cm. Radiasi microwave adalah non-ionisasi,sehingga efeknya
adalah panas, yang mana memproduksi melalui agitasi molecular dari molekul polar, seperti
air. Pada system biologi, oleh karena itu, Jaringan dengan komposisi air yang lebih tinggi
( seperti otot ) akan menjadi lebih panas daripada jaringan dengan komposisi air yang lebih
rendah ( seperti lemak ).
F. Luka bakar kimia

11
Adalah diproduksi oleh agent kimia seperti asam kuat dan alkali, sama seperti agent
lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan perubahan yang lebih lambat
daripada luka bakar akibat agent panas.
Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan bahan
pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturas protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam
renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.

Luka bakar

1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat
yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek
baik memanaskan atau mendinginkan

(Sumber : http://health.freephphoster.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=67&Itemid=39 )

2. Etiologi
Luka bakar thermoburn : gas, cairan dan bahan padat
Luka bakar chemical burn : bahan kimia
sengatan listrik
Radiasi.
Nyala api langsung dan tidak langsung
3. Klasifikasi
Luka bakar derajat 1 : lapisan epidermis kulit
kering,hiperemi, tidak ditemui bula, nyeri, sembuh sepontan
dalam 5-10 hari.
Luka bakar derajat 2 : epidermis dan sebagian dermis
proses inflamasi disertai eksudasi, nyeri, luka berwarna
merah atau pucat, terlihat lebih tinggi dibanding kulit
normal
Dangkal : kerusakan mengenai bagian superfisial dermis
lapisan atas (folokel rambut, kel. Sebasea, kel. Keringat
masih utuh), penyembuhan sepontan 10-14 hari, tidak
menimbulkan sikatrik.
Dalam : mengenai hampir seluruh bagian dermis (folokel
rambut, kel. Sebasea, kel. Keringat tinggal sedikit),

12
menimbulkan jaringan parut hipertrofi, penyembuhan
lama hingga 1 bln.
Luka bakar derajat 3 : mengenai seluruh lapisan dermis dan
lapisan yg lebih dalam, folokel rambut, kel. Sebasea, kel.
Keringat mengalami kerusakan.tidak ditemui bulla, warna
kulit abu2 dan pucat, kering permukaan lebih rendah dari
permukaan kulit sekitarnya, tidak nyeri, penyembuhan
lama.
Luka bakar derajat 4 : organ2 dibawah fascia

Dalam Luka / Jaringan Rusak Klinis Tes Jarum Waktu Hasil


Derajat Sembuh

I Epidermis -sakit Hiperalgesi 7 hari Normal


-merah
-kering

II.Dangkal -sebagian dermis. -sakit Hiperalgesi atau 7-14 hari Normal, pucat berbintik
-merah /kuning 14-21 hari Pucat,depig-mentasi,
Folikel rambut dan kel normal
II.Dalam -basah
Hipoalgesi rata, mengkilat,
keringat utuh -bula
-hanya kel keringat idem rambut(-), sikatrik
utuh hipertrofi

III Dermis seluruhnya -tidak sakit Analgesia > 21 hari Sikatrik hipertrofi
-putih, coklat,
hitam
-kering

Tingkat keseriusan luka :

Mayor : terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata,


telinga, kaki, perineum, akibat listrik tegangan tinggi.
Moderat : tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka,
mata, telinga, kaki dan perineum.
Minor : tidak terdapat luka bakar pada lengan wajah dan
kaki.

4. Patofisiologi
Panas , pembuluh darah rusak oedem, anemia,
Peningkatan permeabilitasbulla (mengandung
elektrolit),berkurangnya cairan intravaskuler, kerusakan kulit
akibat luka bakar kehilangan cairan akibat penguapan yv
berlebihan, masuknya cairan ke bulla.
Respon lokal : pd luka menjadi 3 zona :
13
Zona koagulasi : pd bagian luka paling parah,
kerusakan ireversibel
Perfusi : disekitar zona koagulasi
Hiperemi : dipinggir zona koagulasi, warna lebih
kemerahan
Respon sistemik : kardiovaskuler kontraktilitas menurun
karena permeabilitas,
Pernafasan : bronkokontriksi,inhalasi.
Metabolisme : peningkatan metabolisme
katabolisme.
Respon imun non spesifik menurun

5. Manifestasi klinis
Derajat 1: merah, nyeri, sensitif terhadap sentuhan, lembab/
membengkak, jika ditekan pada bagian yg terbakar akan
timbul warna putih tp blm terbentuk bulla.
Derajat 2 : kulit melepuh, warna merah atau putihan yg
terisi cairan kental jernih,jika disentuh berwarna putih dan
nyeri.
Derajat 3 : permukaan putih dan lembut atau berwarna
hitam, hangus dan kasar, pd daerah yg terbakar melepuh
dan pd daerah yg berambut mudah dicabut, tidak nyeri
( ujung saraf rusak).
6. Diagnosis
Rule of nine
Dewasa : kepala 4,5%. Ekstremitas 9%, tangan 1%, perineum
1%,

14
Menegakkan diagnosis luka bakar pada hakekatnya
mengadakan penilaian beratnya luka bakar, apakah luka
bakar tersebut ringan, sedang dan berat.
Penilaian beratnya akan menentukan apakah penderita:
o Cukup berobat jalan
o Perlu rawat nginap biasa
o Perlu rawat nginap dengan penanganan lebih serius
dan dirujuk
Penilaian ini tergantung dari beberapa faktor :

o Luas
o Dalam
o Lokalisasi
o Penyebab
o Usia
o Adanya trauma ikutan atau penyakit lain
o Lamanya kejadian
(www.portalkalbe.com)

7. Terapi
Terapi cairan :LI
Rumus evans : A. (rule of nine)x berat badan kg = jumlah
cairan kristaloid atau NaCl 0,9%/24 jam.
B. (luka %)x BB = jml cairan koloid atau plasma/24 jam
15
C. dekstrosa 5% =2000 ml/24 jam
8 jam pertama diberikan separuhnya dari A+B+C dan
sisanya diberikan 16 jam selanjutnya.

Rumus baxter :
4mlx total burn surface area%(rule of nine)x BB dlm Kg.
Pemberian cairan 50% dlm 8 jam pertama, 50% 16 jam
selanjutnya.

Pemberian cairan intravena ada 2 cara :

1.cara Evans

Luas luka dalam persenXberat badan dalam kg menjadi ml


NaCl per 24 jam
Luas luka dalam persenXberat badan dalam kg menjadi ml
plasma per 24 jam keduanya pengganti cairan yang hilang
akibat udem.
Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat
penguapan,diberikan 2000 cc glokosa 5% per jamseparuh
dari jumlah 1+2+3 di berikan 8 jm pertamasisanya 16 jm
berikutnya.hari ke dua di berikan setengah jumlah cairan
pertama dan hari ketiga sama seperti hari kedua.
Kalau pada hari ke 3 memuaskan dan penderita dapat minum
tanpa kesulitan,infuse dapat dikurangi bahkan di hentikan.

2. cara rumus baxter

%xBBx4 ml

Separuh dari jumlah cairan ini di berikan dalam 8 jm


pertama,sisanya 16 jm berikutnya
Hari pertama di berikan elektrolit yaitu larutan ringer-laktat
karena terjadi defisit ion Na.hari kedua diberikan setengah
cairan hari pertama.
Pemberian cairan dapat ditambah,jika perlu,jika dalam
keadaan syok atau dieresis kurang.

Obat-obatan

Antibiotic sistemik spectrum luas dan suportifuntuk


mencegah infeksi(Gol.AMINOGLIKOSIDA).
Antasida diberikan untuk pencegahan tukak
beban(stres)dan
antipiretik diberikan bila suhu tinggi.

16
8. Komplikasi
Komplikasi sistemik :
Shock hipovolemik
Ileus paralitik dilatasi akut lambung
Tukak Curling (Curling ulcer) pada lambung
Gagal ginjal
Menurunnya imunitas
Keseimbangan protein negatif

Komplikasi local:
Gangguan vaskularisasi karena eschar escharotomi
Compartment syndrome
Keloid
Kontraktur

Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi


berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan
antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk
kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat
imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pda edema larings berat demi
kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
Curlings ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi
serius, biasanya muncul pada hari ke 510. Terjadi ulkus
pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai
hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada
penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi
75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
Gangguan Jalan nafas. Paling dini muncul dibandingkan
komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi
karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.
Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas,
memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid
dosis tinggi dan antibiotika.
Konvulsi. Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak
adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak
diketahui.
Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur
dan gangguan kosmetik akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat
mengganggu fungsi dan meyebabkan kekakuan sendi
sehingga memerlukan program fisioterapi yang intensif dan
tindakan bedah.

17
(http://medisdankomputer.co.cc)

Hypertropi jaringan.
Kontrakturkekakuan gerak sendi, digerakkan secara pasif
jika lumpuh/keterbatasan gerak
Fase Resusitasi
Dehidrasi, sepsis yang dapat berakhir pada kematian
penderita. Pemaparan bahan kimia pada luka dapat
memperdalam derajat luka bakar. Yang paling aman
pertolongan pertama pada luka bakar adalah mengalirkan
air dingin keluka tersebut.
Fase Penyembuhan luka
Fase penyembuhan leuka yang terlalu lama akan
menimbulkan penyembuhan luka dengan skar yang tebal
yang mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur sendi2
anggota gerak dan tampilan kulit yg buruk.
Fase pengembalian fungsi anggota gerak
Fase ini bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
kehilangan fungsi anggota gerak yang permanen.

18

You might also like