You are on page 1of 26

Kulitku Melepuh dan Terasa Panas

STEP 7

Luka Bakar
1. Definisi
Luka ynag terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda2 yang menghasilkan
panas (api, air panas, listrik) atau zat2 yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
Kedaruratan Medik, Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Agus P & Budi S
2. Etiologi
- Terbakar api langsung
- Luka bakar akibat tidak langsung dari api tersiram air panas
- Pajanan suhu tinggi dari matahari
- Listrik, bahan kimia
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui
konduksi atau radiasi elektromagnitik.
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Laka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
A. Flame Burns
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan api
1. Keparahan tergantung lamanya waktu kulit terpajan dengan api
2. Bentuk lain dari flame burns adalah flash burns
a. Disebabkan oleh ledakan yang berasal dari gas, atau berupa partikel-
partikel halus suatu benda panas
b. Menyebabkan luka bakar derajat dua dan tiga pada seluruh daerah kulit
yang terkena, termasuk rambut

B. Contact Burns
Terjadi bila kulit mengalami kontak langsung dengan objek yang panas,
misalnya besi panas, setrika, dll. Jenis luka bakar ini, dapat memberikan
gambaran mengenai bentuk benda panas yang menyebabkan luka bakar tersebut
C. Radiant Burns
Terjadi apabila kulit terpajan dengan gelombang panas
1) Tidak selalu diperlukan kontak langsung dengan benda yang menghasilkan
gelombang panas untuk menimbulkan luka bakar
2) Dapat menimbulkan lepuh dan eritema
3) Bila pajanan terjadi dalam jangka waktu lama dapat meimbulkan karbonisasi
D. Luka terbakar terjadi bila kulit berhubungan dengan cairan panas ( biasanya
air ).
1. Air pada 158F ( 70C ) akan menghasilkan suatu luka derajat tiga pada kulit
orang dewasa, kira-kira dalam satu detik dari kontak ; pada 131F ( 55C ),
hampir 25 detik dibutuhkan untuk menghsilkan luka bakar yang sama.
2. Luka terbakar dapat dibagi menjadi 3 tipe :
a. Luka imersi, yang mana bisa saja karena ketidaksengajaan atau
kecerobohan di rumah.
b. Luka bakar karena percikan, atau tumpahan biasanya tidak sengaja,
disebabkan karena memercikkan, menumpahkan cairan panas ke tubuh.
c. Luka bakar hangat biasanya karena ketidaksengajaan. Uap yang sangat
panas dapat menyebabkan luka berat pada mukosa saluran napas. Pada
beberapa kasus, edema laring massif dapat terjadi, penyebab asfiksia dan
kematian.
E. Luka bakar karena microwave.
Microwave adalah gelombang elektromagnetik dgn frekwensi 30-300.000 MHz
dan panjang 1mm sampai 30 cm. Radiasi microwave adalah non-ionisasi,sehingga
efeknya adalah panas, yang mana memproduksi melalui agitasi molecular dari
molekul polar, seperti air. Pada system biologi, oleh karena itu, Jaringan dengan
komposisi air yang lebih tinggi ( seperti otot ) akan menjadi lebih panas daripada
jaringan dengan komposisi air yang lebih rendah ( seperti lemak ).
F. Luka bakar kimia adalah diproduksi oleh agent kimia seperti asam kuat dan alkali,
sama seperti agent lain seperti fosfor dan fenol. Luka bakar menghasilkan
perubahan yang lebih lambat daripada luka bakar akibat agent panas.
Klafisikasi Bahan kimia :
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan
bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturas protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam
renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat
menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.

1. Ekstensi luka tergantung dari :


a. Agent kimianya.
b. Kekuatan atau konsentrasi dari agent kimianya.
c. Durasi kontak dengan agent tersebut.
2. Agent alkalin :
a. Cenderung lebih menjadi luka berat disbanding agent asam ;
b. Yang dapat menyababkan luka baker umumnya memiliki pH > 11.5
c. Sering menghasilkan luka yang cukup tebal
d. Menghasilkan luka yang menimbulkan nyeri; dan menusuk kulit dan licin.
3. Agen asam biasanya menghasilkan hanya sebagian dari ketebalan luka, yang
mana diikuti dengan eritema dan erosi yang superficial saja.
KLASIFIKASI LUKA

Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan
Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :

1. Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan
biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria luka akut
adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi
dapat dianggap sebagai luka akut yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin
grafting.
2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren)
dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh
masalah multifaktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu
yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul
kembali. Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.

PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel.
Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan
luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :
A. Fase inflamasi

Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka,
pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena
agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan
melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-
like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth
Factor beta (TGF-) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel
endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan
mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF b1) yang juga
dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis
kolagen.
B. Fase proliferasi atau fibroplasi
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya. Fibroblas
mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan
adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka
dan epitelialisasi

C. Fase remodeling atau maturasi


Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi
proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas
sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3
minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal

Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik faktor luar maupun
dalam.

TINDAKAN TERPENTING :
Segera menghentikan paparan panas
Mencegah meluas dan mendalamnya kerusakan jaringan kulit
Mencegah dan mengatasi infeksi
Mencegah kontraktur dan perlengketan jari tangan/kaki
Segera tentukan diagnosis dengan mencantumkan derajat dan berat luka bakar

DERAJAT LUKA BAKAR

(berdasarkan kedalamanlapisan kulit yang terkena)

Derajat 1: mengenai lapisan luar epidermis, kulit merah, sedikit oedem, dan nyeri
Derajat 2: mengenai epidermis dan sebagian dermis, terbentuk bulla,sedikit oedem,nyeri
berat. Bila bulla pecah tampak agak kemerahan
Derajat 3: mengenai seluruh lapisan kulit, lesi pucat, warna kecoklatan dengan
permukaan lebih rendah dari bagian yang tidak terbakar

BERATNYA LUKA BAKAR

(berdasar derajat dan luasnya kulit yang terkena)

Ringan: luka bakar derajat I atau derajat I atau derajat II seluas < 15% atau derajat II
seluas < 2%
Sedang: luka bakar derajat II seluas 10-15% atau derajat II seluas 5-10%
Berat: luka bakar derajat II seluas > 20% atau derajat III seluas > 10% atau mengenai
wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan
tinggi (> 1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringan
lunak/gangguan jalan nafas

PERHITUNGAN LUASNYA LUKA BAKAR

Anak-anak (dihitung menurut rumus Lund dan Browder : dalam %), sedangkan dewasa
(dihitung menurut rumus Rule of Nine)

A. Dewasa dihitung menurut rumus rule of nine


Derajar luka bakar :

1. Ringan : - Luka bakar derajat I

- Luka bakar derajat II seluas < 15 %

- Luka bakar derajat III seluas < 2 %

Luka bakar ringan tanpa komplikasi dapat berobat jalan.


2. Sedang : - Luka bakar derajat II seluas 10-15%

- Luka bakar derajat III seluas 5-10 %

Luka bakar derajat sedang sebaiknya dirawat untuk observasi.

3. Berat : - Luka bakar derajat II seluas > 20%

- Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat kelamin
atau persendian sekitar ketiak.

- Luka bakar derajat III seluas > 10%

- Luka bakar akibat listrik dengan tegangan > 1000 volt

- Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas jaringan


lunak atau gangguan jalan napas.

3. Derajat
1. Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Laka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar

Derajat 1 : epidermis
Derajat 2 : dermis
Derajat 3 : dermis + organ di bawahnya
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Kulit kering, hiperemi berupa eritema
Tidak dijumpai bullae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
Dijumpai bulae.
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Derajat II dangkal (superficial) IIA
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis lapisan atas dari
corium/dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh benih2 epitel
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatrik

2. Derajat II dalam (deep) IIB


Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa
jaringan epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi
lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
Tusukan, kulit hitamabu2,kulit putihmerah
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.

3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luasnya luka.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :

Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10 % pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Derajat luka bakar :
1. Ringan : - Luka bakar derajat I
- Luka bakar derajat II seluas < 15 %
- Luka bakar derajat III seluas < 2 %
Luka bakar ringan tanpa komplikasi dapat berobat jalan.
2. Sedang : - Luka bakar derajat II seluas 10-15%
- Luka bakar derajat III seluas 5-10 %
Luka bakar derajat sedang sebaiknya dirawat untuk observasi.
3. Berat :- Luka bakar derajat II seluas > 20%
- Luka bakar derajat II yang mengenai wajah, tangan, kaki, alat
kelamin atau persendian sekitar ketiak.
- Luka bakar derajat III seluas > 10%
- Luka bakar akibat listrik dengan tegangan > 1000 volt
- Luka bakar dengan komplikasi patah tulang, kerusakan luas
jaringan lunak atau gangguan jalan napas.
4. Berat luka bakar
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman
luka:
a. Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika
ditekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk lepuhan.
b. Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam.
Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan
kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa
nyeri.
c. Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam.
Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan
kasar.
Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka
bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan
rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.
Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan.
Jaringan yang terbakar bisa mati. Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka
bakar, maka cairan akan merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan
pembengkakan.
Pada luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan karena perembesan
tersebut bisa menyebabkan terjadinya syok. Tekanan darah sangat rendah
sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya sangat sedikit.
Menurut American Burn Association:
1. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 5 pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain

PERTOLONGAN PERTAMA (DI TEMPAT KEJADIAN):

Matikan api dengan memutuskan hubungan (suplay) Oksigen dengan menutup tubuh
penderita dengan selimut, handuk, seprai, karung, dll
Perhatikan Keadaan Umum penderita
Pendinginan:
1. Buka pakaian penderita
2. Rendam dalam air atau air mengalir 20 30 menit, derah wajah dikompres air
3. Yang disebabkan zat kimia: selain air dapat dapat digunakan NaCI (untuk zat
korosif) atau gliserin (untuk fenol)
Mencegah infeksi:
1. Luka ditutup dengan perban/ kain kering bersih yang tidak dapat melekat pada
luka
2. Penderita ditutup kain bersih
3. Jangan beri zat yang tidak larut dalam air seperti: mentega, menyak, kecap, pasta
gigi,telor, dll
4. Rujuk ke Puskesmas

Perhatian: pendinginan tidak ada gunanya jika luka bakar > 1 Jam.

PENATALAKSANAAN:

Menurut derajat Luka Bakar

Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka,
genital rawat inap
Derajat 2: inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im
Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril,
beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu
Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar

Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan


Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi
Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

INDIKASI RAWAT INAP

Luka bakar didaerah wajah dan leher


Luka bakar di daerah tangan
Luka bakar di daerah mata
Inhalasi

KRITERIA UNTUK MERUJUK

A. Jenis Luka Bakar

Menurut American Burn Association luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar adalah
sebagai berikut

1. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada penderita yang
berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun
2. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut diatas
3. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki, genitalia,
atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama
4. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh pada semua umur
5. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit hebat dan
menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain)
6. Luka bakar kimia
7. Trauma inhalasi
8. Luka bakar pada penderita yang karena penyakit yang sedang dideritanya dapat
mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan, atau dapat mengakibatkan kematian
9. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan mortalitas,
ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka bakar
10. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan peralatan
yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar
11. Penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah sosial,
emosional atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan kekerasan pada anak
atau anak yang ditelantarkan
B. Prosedur Melakukan Rujukan

Sebelum merujuk, koordinasikan sebaik baiknya dengan dokter di pusat luka bakar.

1. Data penderita termasuk hasil pemeriksaan, suhu, nadi, pemberian cairan, dan produksi
urin yang ditulis dalam Catatan Penderita harus disertakan.
2. Keterangan lain yang dianggap penting oleh dokter pengirim maupun penerima rujukan
juga dilampirkan bersama penderita.
1. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air,
klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock
Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh
trhadap kondisi ini adalah :

1. Respon kardiovaskuiler

perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler


mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi
pada organ mayor edema menyeluruh.

2. Respon Renalis

Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal

3. Respon Gastro Intestinal

Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi.

4. Respon Imonologi

Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.

Diagnosis

a. Anmnesis
Sewaktu menyelamatkan diri dri tempat kebakaran, mungkin terjadi cedera penyerta.
Ledakan dapat melempar penderita, mengakibatkan misalnya cedera otak, jantung,
paru2, trauma abdomen, dan fraktur. Catat waktu terjadinya trauma. Luka bakar yang
terjadi diruagan tertutup harus dicurigai terjadinya trauma inhalasi.

Anamnesis dari penderita sendiri atau keluarga, hendaknya juga mencakup riwayat
singkat penyait2 yg diderita sekarang : (1) diabetes, (2) hipertensi, (3) jantung, paru2
dan/atau ginjal dan obat yg sedang dipakai untuk terapi. Penting pula diketahui
riwayat alergi dan status imunisasi tetanus.

b. Pemeriksaan fisik
- Tentukan luas dan dalamnya luka bakar
- Periksa apakahada cedera ikutan
- Timbang BB penderita
c. Pemeriksaan penunjang
Darah : darah lengkap, golongan darah dan crossmatch, kadar
karboksihemoglobin, gula darah, elektrolit dan tes kehamilan pada
wanita usia subur. Darah arteri juga diambil untuk analisa gas
darah(mengetahui fungsi paru).
Radiologi : foto thoraks

2. Bagaimana penatalaksanaan luka bakar?

Menurut derajat Luka Bakar

Derajat 1: cuci dengan larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah muka,
genital rawat inap
Derajat 2: inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksoid (TT) 1 ml im
Derajat 2 tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup kasa steril,
beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti tiap 2 minggu
Derajat 3: rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Menurut Beratnya Luka Bakar

Ringan tanpa komplikasi: berobat jalan


Sedang: sebaiknya rawat inap untuk observasi
Berat : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang

Tahap 1 : Fase resusitasi / Fase Kritis.

Tahap ini berlangsung antara 2-6 minggu perawatan tergantung beratnya luka bakar dan kondisi
penyerta lainnya. Pada Tahap ini penderita dengan luka bakar berat, Di Unit Luka Bakar Rumah
Sakit Pertamina dirawat ICU Luka Bakar. Tujuan utama tahap ini adalah mempertahakan hidup
penderita.

3. Apa saja komplikasi dari luka bakar?


a. Hypertropi jaringan.
b. Kontraktur.
c. Fase Resusitasi
Dehidrasi, sepsis yang dapat berakhir pada kematian penderita. Pemaparan bahan
kimia pada luka dapat memperdalam derajat luka bakar. Yang paling aman
pertolongan pertama pada luka bakar adalah mengalirkan air dingin keluka
tersebut.
d. Fase Penyembuhan luka
Fase penyembuhan leuka yang terlalu lama akan menimbulkan penyembuhan
luka dengan skar yang tebal yang mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur
sendi2 anggota gerak dan tampilan kulit yg buruk.
e. Fase pengembalian fungsi anggota gerak
Fase ini bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan kehilangan fungsi
anggota gerak yang permanen.
4. Apa saja follow up yang dilakukan pada luka bakar?
Bila luka bakar dangkal tidak menyembuh dalam 7-10 hari, atau menunjukkan tanda-
tanda terinfeksi atau ternyata lebih dalam maka rujukan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan timbulnya jaringan parut yang berlebihan (scar hipertrofik) harus
dipikirkan apabila dalam waktu 3 minggu luka bakar belum juga menyembuh.

5. Apa saja criteria ( prosedur dan jenis ) merujuk luka bakar?


A. Jenis Luka Bakar

Menurut American Burn Association luka bakar yang perlu dirujuk ke pusat luka bakar adalah
sebagai berikut

12. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 10% luas permukaan tubuh pada penderita yang
berumur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 50 tahun
13. Luka bakar derajat II dan III lebih dari 20% diluar usia tersebut diatas
14. Luka bakar derajat II dan III yang mengenai wajah, mata, telinga, tangan, kaki, genitalia,
atau perineum atau yang mengenai kulit sendi-sendi utama
15. Luka bakar derajat III lebih dari 5% luas permukaan tubuh pada semua umur
16. Luka bakar listrik, termasuk tersambar petir (kerusakan jaringan bawah kulit hebat dan
menyebabkan gagal ginjal akut serta komplikasi lain)
17. Luka bakar kimia
18. Trauma inhalasi
19. Luka bakar pada penderita yang karena penyakit yang sedang dideritanya dapat
mempersulit penanganan, memperpanjang pemulihan, atau dapat mengakibatkan kematian
20. Luka bakar dengan cedera penyerta yang menambah resiko morbiditas dan mortalitas,
ditangani dahulu di UGD sampai stabil, baru dirujuk ke pusat luka bakar
21. Anak-anak dengan luka bakar yang dirawat di rumah sakit tanpa petugas dan peralatan
yang memadai, dirujuk ke pusat luka bakar
22. Penderita luka bakar yang memerlukan penanganan khusus seperti masalah sosial,
emosional atau yang rehabilitasinya lama, termasuk adanya tindakan kekerasan pada anak
atau anak yang ditelantarkan
B. Prosedur Melakukan Rujukan

Sebelum merujuk, koordinasikan sebaik baiknya dengan dokter di pusat luka bakar.

1. Data penderita termasuk hasil pemeriksaan, suhu, nadi, pemberian cairan, dan produksi
urin yang ditulis dalam Catatan Penderita harus disertakan.
2. Keterangan lain yang dianggap penting oleh dokter pengirim maupun penerima rujukan
juga dilampirkan bersama penderita.
TD turun dan nadi meningkat??

trbakar menyebabkan berkurangnya cairan intravaskuler dan meningkatnya


permeabilitas pembuluh darah, merusak sel darah merah,terjadi kompensasi dari
jantung

Suhu meningkat>37derajatmengeluarkan pirogen dan merangsang


hipotalamusvasodilatasi daerah perifer dan vasokonstriksi sentraljantung memompa
cepatco tinggicairan intravaskuler berkurangco rendahTD menurun tp nadi ttp
cepat

Efek odol trhdp luka bakar??

Karena pasien menggangap pemberian odol dapat mendinginkan bagian yang panas,
padahal semestinya tidak boleh. Odol tidak larut dalam air, sehingga pada luka menjadi
lembab. Suasana lembab merupakan media yang baikuntuk berkembang biaknya kuman

Odol mengandung mint memperbesar bula

Karena odol justru mengganggu proses pengobatan . kulit yang terbakar pasti akan
dibersihkan oleh dokter. Dan karena odol menempel sangat kuat pada kulit, sehingga
sangat sulit membersihkan jaringan yang rusak.

Mengapa dapat terjadi penurunan kesadaran setelah diberikan NaCl 30tts/mnt ??

Karena oksigenasi berkurang dan tidak diberikan terapi O2 sblmnyahipoksia jaringan


otak

30tpm kurang utk kasus ini.

Akibat salah pemberian infuse ( NaCl ), karena menyebabkan retensi cairan elektrolit
makin berkurang dehidrasi kesadaran menurun

Karena pasien mengalami syok hipovolemik sedangkan pemberian infuse NaCl yang
seharusnya diberikan dalam jumlah banyak tetapi malah diberikan hanya 30 tetes/menit
sehingga menyebabkan pasiennya mengalami penurunan kesadaran.
6. Apa saja indikasi dari rawat inap?
a. Luka bakar didaerah wajah dan leher
b. Luka bakar di daerah tangan
c. Luka bakar di daerah mata
d. Luka bakar di daerah kaki
e. Luka bakar di daerah perineum
f. Terancamnya edema laring karena terhirupnya asap atau udara hangat (Inhalasi)
g. Syok

Penderita dengan Luka Bakar ringan hanya memerlukan perawatan Luka secara rawat jalan.
Sedangkan penderita dengan Luka Bakar Sedang (15% > Derajat II < 40%, Derajat III < 10%)
dan berat (Derajat> 40%, Derajat III > 10%) merupakan indikasi untuk dirawat inap.

SKENARIO

1. Mengapa pada kasus pasien diolesi odol?


Karena pasien menggangap pemberian odol dapat mendinginkan bagian yang panas,
padahal semestinya tidak boleh. Odol tidak larut dalam air, sehingga pada luka menjadi
lembab. Suasana lembab merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya kuman

2. Mengapa terjadi hipotensi?


akibat luka bakar elektrolit dan air akan keluar volume darah menurun
mempengaruhi tekanan darah hipotensi

Luka baker timbul panas vasodilatasi tahanan pembuluh darah perifer rendah,.
Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat mengakibatkan penurunan tekanan
darah. Darah akan berkumpul pada pembuluh darah yang mengalami dilatasi sehingga
aliran darah balik ke jantung menjadi berkurang dan tekanan darah akan turun.

3. Mengapa terjadi takikardi?


merupakan kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem.

4. Mengapa kesadaran menurun setelah 5 menit pemberian infuse?


Akibat salah pemberian infuse ( NaCl ), karena menyebabkan retensi cairan elektrolit
makin berkurang dehidrasi kesadaran menurun

5. Proses apa saja yang terjadi dalam tubuh dari mulai sampai sembuhnya luka
bakar?

PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel.
Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan
luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :
A. Fase inflamasi

Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka,
pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis karena
agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan
melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-
like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth
Factor beta (TGF-) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel
endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan
mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF b1) yang juga
dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis
kolagen.
B. Fase proliferasi atau fibroplasi
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya. Fibroblas
mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk menyebabkan
adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi granulasi, kontraksi luka
dan epitelialisasi

C. Fase remodeling atau maturasi


Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi
proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas
sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3
minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal

5. Prognosis
a. Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar.
Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang
mati akan mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi
lapisan di bawahnya. Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat
dari dasar suatu luka bakar superfisial dengan sedikit atau tanpa jaringan parut.
Luka bakar superfisial tidak menyebabkan kerusakan pada lapisan kulit yang
lebih dalam (dermis).
b. Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang
baru tumbuh secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa
epidermis di dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung
sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut.
c. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga
menyebabkan perubahan pada kulit dan mengganggu fungsinya.
d. Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan
pulih tanpa menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan
pembentukan jaringan parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi
jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi pemindahan oksigen
yang normal dari udara ke darah di paru-paru.
Kedaruratan Medik, Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Agus P & Budi S
Tergantung derajad luka bakar.
Luas permukaan
Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan
dan mudah kontraktur.
Usia dan kesehatan penderita
6. Komplikasi
Hypertropi jaringan.
Kontrakturkekakuan gerak sendi, digerakkan secara pasif jika lumpuh/keterbatasan
gerak
Fase Resusitasi
Dehidrasi, sepsis yang dapat berakhir pada kematian penderita. Pemaparan bahan
kimia pada luka dapat memperdalam derajat luka bakar. Yang paling aman
pertolongan pertama pada luka bakar adalah mengalirkan air dingin keluka tersebut.
Fase Penyembuhan luka
Fase penyembuhan leuka yang terlalu lama akan menimbulkan penyembuhan luka
dengan skar yang tebal yang mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur sendi2
anggota gerak dan tampilan kulit yg buruk.
Fase pengembalian fungsi anggota gerak
Fase ini bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan kehilangan fungsi
anggota gerak yang permanen.

Syok hipovolemik

Syok hipovolemik ; merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi
yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok
hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).
MANIFESTASI KLINIS
Riwayat Penyakit
Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik, riwayat penyakit penting untuk
menentukan penyebab yang mungkin dan untuk penanganan lansung. Syok hipovolemik akibat
kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah didiagnosis. Perdarahan dalam
kemungkinan tidak nyata, seperti pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan
status mental.
Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai
pada semua pasien.
Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan
memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi
kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor)
Jika sadar, pasien mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri
Tanda vital, sebelum dibawa ke unit gawat darurat sebaiknya dicatat.
Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
Tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis adalah nyeri yang menjalar ke punggung.
Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyebabkan nyeri perut, nyeri punggung, atau nyeri
panggul.
Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, mengumpulan keterangan tentang
hematemesis, melena, riwayat minum alkohol, penggunaan obat anti-inflamasi non steroid yang
lama, dan koagulopati (iatrogenik atau selainnya) adalah sangat penting.
o Kronologi muntah dan hematemesis harus ditentukan.
o Pada pasien dengan hematemesis setelah episode berulang muntah yang hebat kemungkinan
mengalami Sindrom Boerhaave atau Mallory-Weiss tear, sedangkan pasien dengan riwayat
hematemesis sejak sejak awal kemungkinan mengalami ulkus peptik atau varises esophagus.
Jika suatu penyebab ginekologik dipertimbangkan, perlu dikumpukan informasi mengenai hal
berikut: periode terakhir menstruasi, faktor risiko kehamilan ektopik, perdarahan pervaginam
(termasuk jumlah dan durasinya), produk konsepsi pada saluran vagina, dan nyeri. Semua wanita
usia subur sebaiknya menjalani tes kehamilan, untuk meyakinkan apakah mereka hamil. Tes
kehamilan negatif bermakna untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.

Penyebab
Penyebab-penyebab syok hemoragik adalah trauma, pembuluh darah, gastrointestinal, atau
berhubungan dengan kehamilan
Penyebab trauma dapat terjadi oleh karena trauma tembus atau trauma benda tumpul.
Trauma yang sering menyebabkan syok hemoragik adalah sebagai berikut: laserasi dan ruptur
miokard, laserasi pembuluh darah besar, dan perlukaan organ padat abdomen, fraktur pelvis dan
femur, dan laserasi pada tengkorak.
Kelainan pada pembuluh darah yang mengakibatkan banyak kehilangan darah antara
lain aneurisma, diseksi, dan malformasi arteri-vena.
Kelainan pada gastrointestinal yang dapat menyebabkan syok hemoragik antara lain:
perdarahan varises oesofagus, perdarahan ulkus peptikum, Mallory-Weiss tears, dan fistula
aortointestinal.
Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu kehamilan ektopik terganggu,
plasenta previa, dan solutio plasenta. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik umum
terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan tes kehamilan
negatif jarang terjadi, tetapi pernah dilaporkan.
LANGKAH DIAGNOSIS
Pemeriksaan Laboratorium
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisis dlakukan, langkah diagnosis selanjutnya tergantung
pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas dari kondisi pasien itu sendiri.
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis Complete Blood
Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT,
AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah sebaiknya
ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan.
PENATALAKSANAAN
Penanganan Sebelum di Rumah Sakit
Penanganan pasien dengan syok hipovolemik sering dimulai pada tempat kejadian atau di rumah.
Tim yang menangani pasien sebelum ke rumah sakit sebaiknya bekerja mencegah cedera lebih
lanjut, membawa pasien ke rumah sakit sesegera mungkin, dan memulai penanganan yang
sesuai. Penekanan sumber perdarahan yang tampak dilakukan untuk mencegah kehilangan darah
yang lebih lanjut.
Pencegahan cedera lebih lanjut dilakukan pada kebanyakan pasien trauma. Vertebra servikalis
harus diimobilisasi, dan pasien harus dibebaskan jika mungkin, dan dipindahkan ke tandu.
Fiksasi fraktur dapat meminimalisir kerusakan neurovaskuler dan kehilangan darah.
Meskipun pada kasus tertentu stabilisasi mungkin bermanfaat, transportasi segera pasien ke
rumah sakit tetap paling penting pada penanganan awal sebelum di rumah sakit. Penanganan
definitif pasien dengan hipovolemik biasanya perlu dilakukan di rumah sakit, dan kadang
membutuhkan intervensi bedah. Beberapa keterlambatan pada penanganan seperti terlambat
dipindahkan sangat berbahaya.
Intervensi sebelum ke rumah sakit terdiri dari immobilisasi (pada pasien trauma), menjamin
jalan napas yang adekuat, menjamin ventilasi, dan memaksimalkan sirkulasi.
Dalam penanganan syok hipovolemik, ventilasi tekanan positif dapat mengurangi aliran balik
vena, mengurangi cardiac output, dan memperburuk status/keadaan syok. Walaupun oksigenasi
dan ventilasi penting, kelebihan ventilasi tekanan positif dapat merusak pada pasien dengan syok
hipovolemik.
Penanganan yang sesuai biasanya dapat dimulai tanpa keterlambatan transportasi. Beberapa
prosedur, seperti memulai pemberian infus atau fiksasi ekstremitas, dapat dilakukan ketika
pasien sudah dibebaskan. Namun, tindakan yang memperlambat pemindahan pasien sebaiknya
ditunda. Keuntungan pemberian cairan intravena segera pada tempat kejadian tidak jelas.
Namun, infus intravena dan resusitasi cairan harus dimulai dan dilanjutkan dalam perjalanan ke
tempat pelayanan kesehatan.
Pada tahun-tahun terakhir ini, telah terjadi perdebatan tentang penggunaan Military Antishock
Trousers (MAST). MAST diperkenalkan tahun1960-an dan berdasarkan banyak kesuksesan yang
dilaporkan, hal ini menjadi standar terapi pada penanganan syok hipovolemik sebelum ke rumah
sakit pada akhir tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an, American College of Surgeon Commite on
Trauma memasukkan penggunaannya sebagai standar penanganan pasien trauma dengan tanda-
tanda dan gejala-gejala syok. Sejak saat itu, penelitian telah gagal untuk menunjukkan perbaikan
hasil dengan penggunaan MAST. American College of Surgeon Commite on Trauma tidak
lama merekomendasikan penggunaan MAST.

PENGOBATAN
Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi

Obat Anti Sekretorik


Obat ini memiliki efek vasokonstriksi dan dapat mengurangi aliran darah ke sistem porta.

Somatostatin (Zecnil)
Secara alami menyebabkan tetrapeptida diisolasi dari hipotalamus dan pankreas dan sel epitel
usus. Berkurangnya aliran darah ke sistem portal akibat vasokonstriksi. Memiliki efek yang sama
dengan vasopressin, tetapi tidak menyebabkan vasokonstriksi arteri koroner. Cepat hilang dalam
sirkulasi, dengan waktu paruh 1-3 menit.
Dosis
Dewasa : bolus intravena 250 mcg, dilanjutkan dengan 250-500 mcg/jam, infus selanjutnya;
maintenance 2-5 hari jika berhasil
Anak-anak
Tidak dianjurkan
Interaksi
Epinefrin, demeclocycline, dan tambahan hormon tiroid dapat mengurangi efek obat ini.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas
Kehamilan
Risiko yang fatal ditunjukkan pada binatang percobaan, tetapi tidak diteliti pada manusia, dapat
digunakan jika keuntungannya lebih besar daripada risiko terhadap janin.
Perhatian
Dapat menyebabkan eksaserbasi atau penyakit kandung kemih; mengubah keseimbangan pusat
pengaturan hormon dan dapat menyebabkan hipotiroidisme dan defek konduksi jantung.

Ocreotide (Sandostatin)
Oktapeptida sintetik, dibandingkan dengan somatostatin memiliki efek farmakologi yang sama
dengan potensi kuat dan masa kerja yang lama.
Digunakan sebagai tambahan penanganan non operatif pada sekresi fistula kutaneus dari
abdomen, duodenum, usus halus (jejunum dan ileum), atau pankreas.
Dosis
Dewasa: 25-50 mcg/jam intravena, kontinyu; dapat dilanjutkan dengan bolus intravena 50 mcg;
penanganan hingga 5 hari.
Anak-anak
1-10 mcg/kgBB intravena q 12 jam; dilarutkan dalam 50-100 ml Saline Normal atau D5W.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas
Kehamilan
Risiko terhadap janin tidak diteliti pada manusia, tetapi telah ditunjukkan pada beberapa
penelitian pada binatang.
Perhatian
Efek samping yang utama berhubungan dengan perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk
mual, nyeri abdomen, diare, dan peningkatan batu empedu dan batu kandung kemih; hal ini
karena perubahan pada pusat pengaturan hormon (insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan),
dapat timbul hipoglikemia, bradikardi, kelainan konduksi jantung, dan pernah dilaporkan terjadi
aritmia, karena penghambatan sekresi TSH dapat terjadi hipotiroidisme, hati-hati pada pasien
dengan gangguan ginjal, kolelithiasis dapat terjadi.

FOLLOW UP
Komplikasi
Sekuele neurologi
Kematian

Prognosis
Prognosis tergantung derajat kehilangan cairan

http://asramamedicafkunhas.blogspot.com/2009/06/syok-hipovolemik.html

You might also like