Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN,
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah
terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary,
terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata to perform dengan
beberapa entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out,
execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of
fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau
mesin (to do what is expected of a person machine).
Beberapa pengertian berikut ini akan memperkaya wawasan kita tentang kinerja.
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian
serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps: 1992).
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja (Griffin:
1987).
3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux: 1993).
4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.
Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu
tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya (Hersey and Blanchard: 1993).
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan (Casio:
1992).
6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donnelly, Gibson and Ivancevich: 1994).
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu.
Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas individu; (b)
perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robbin: 1996).
8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh
individu, kelompok maupun lembaga/organisasi (Schermerhorn, Hunt and Osborn: 1991).
9. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation
(M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = (A x M x O). Artinya: kinerja
merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins: 1996). Dengan
demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan.
Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan
fungsi dari tiadanya rintangan-ringtangan yang mengendalikan karyawan itu. Meskipun
seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi
penghambat.
Berdasarkan pendapat di atas, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai
kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing
done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseoarng atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara legal, tidak
melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-
sifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer (Donnelly, Gibson and
Invancevich: 1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a)
harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi
terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan
kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1)
kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.
Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui
ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain, kinerja individu
dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Kinerja individu
dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu
terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhannya.
Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor individu, yakni: (a) kepribadian
(b) status dan senioritas, makin tinggi hierarkis di dalam organisasi lebih mudah individu
tersebut untuk puas; (c) kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin
tinggi kepuasan kerjanya; (d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang
berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.
1. Perencanaan Evaluasi
2. Pelaksanaan Evaluasi
3. Pemanfaatan Evaluasi
SISTEM PENILAIAN
Hasil
Merupakan jumlah perkalian dari Nilai yang dimaksud dengan bobot item yang dimaksud.
Pengertian implementasi
Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan
tersebut. Implementasi juga dimaksud menyediakan sarana untuk membuat sesuatu dan memberikan hasil yang
bersifat praktis terhadap sesama. Secara sederhana implementasi diartikan pelaksanaan atau penerapan. Untuk
memperjelas pengertian implementasi diatas, terdapat beberapa pengertian atau definisi dari berbagai sumber :
Brown dan Wildansky (dalam Nurdin dan Usman, 2004 : 70) mengemukakan bahwa implementasi merupakan
perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan.
Adapun menurut Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002 : 70) mengemukakan bahwa
implementasi adalah rekayasa. Pengertian-pengertian diatas menjelaskan bahwa kata implementasi
adalah adanya aktivitas, aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme
mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan terencana dan dilakukan
secara sungguh-sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.
Proses implementasi suatu kebijakan dibutuhkan adanya komponen implementasi
kebijakan yaitu unsur pelaksana, program dan kelompok sasaran. Unsur pelaksana adalah
orang-orang yang berkewajiban untuk melakukan tindakan dan menggunakan saran bagi
tercapainya tujuan suatu kebijakan, yang dapat berbentuk organisasi pemerintah. Pihak yang
terutama mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kebijakan Publik adalah unit-unit
administratif atau unit-unit birokratik. Unit-unit administratif atau unit-unit birokratik ini
berfungsi sebagai wahana melalui dan dalam hal mana berbagai kegiatan administratif yang
bertalian dengan proses kebijakan Publik dilakukan.
Dalam implementasi kebijakan memiliki diskresi menganai instrumen apa yang paling
tepat untuk digunakan. Berdasarkan otoritas dan kapasitas administratif yang dimilikinya
melakukan berbagai tindakan, mulai dari penentuan tujuan dan sasaran orgnisasional, analisis
serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi, pengambilan keputusan, perencanaan,
penyusunan program, pengoranisasian, penggerakan manusia, pelaksanaan kegiatan
operasional, pengawasan dan penilaian.
Bentuk pengendalian
o Behavior controls
Menjelaskan bagaimana segala sesuatu dilaksanakan; apakah sesuai dengan kebijakan, aturan,
standar, maupun arahan yang digariskan perusahaan .
ISO 9000 Standards Series - Quality
ISO 14000 Standards Series - Environment
o Output controls
Menspesifikan apa yang akan dicapai dengan fokus terhadap hasil daripada evaluasi kinerja
karyawan dengan menggunakan sasaran target dan ukuran lain dari perusahaan.
o Input controls
Fokus kepada penggunaan sumber daya, pengetahuan, keahlian dan nilai yang digunakan dalam
proses produksi.
Enterprise Risk Management (ERM)
adalah suatu proses untuk mengelola risiko risiko perusahaan secara menyeluruh (firm-wide
basis) yang menjangkau berbagai jenis risiko, lokasi dan aktivitas bisnis.
Berikut ini beberapa definisi menyangkut ERM :
Pada tahun 2002 Kongres AS menyetujui Sarbanex-Oxley Act sebagai tanggapan atas
tuntutan untuk meningkatkan akuntabilitas korporasi. Ketentuan Sarbanex-Oxley Act
bertujuan untuk melindungi investor dengan melakukan penyempurnaan standar
pengungkapan (disclousure). Ketentuan tersebut mensyaratkan manajemen untuk
memberikan garansi atas efektifitas sistem pengendalian internal yang telah diuji oleh auditor
independen.
Jan
31
Pembangunan manusia Indonesia masih harus ditingkatkan. Hal ini tercermin dari
laporan bertajuk Sustaining Human Progress: Reducing Vulnerability and Building
Resilience yang diluncurkan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
UNDP menyebutkan, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia (IPM) pada 2013 sebesar
0,684. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 0,44 persen bila dibandingkan dengan skor
IPM pada 2012 yang sebesar 0,681. Meski mengalami kenaikan, peringkat IPM Indonesia
tetap bertengger di urutan 108 dari 287 negara. Indonesia juga belum beranjak dari kelompok
medium dalam soal pembangunan manusia. Di regional ASEAN, Indonesia berada pada
kelompok yang sama dengan Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja, dan Laos.
Progres Indonesia dalam soal pembangunan manusia boleh dibilang sedikit lambat.
Sepanjang periode 2000-2013, pertumbuhan skor IPM Indonesia rata-rata sebesar 0,9 persen
per tahun. Progres yang lambat juga tercermin dari perubahan peringkat IPM Indonesia
sepanjang periode 2008-2013 yang hanya naik empat peringkat.
Tabel. 1.Peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Negara-Negara Asean, tahun 2013.
Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia selama ini tidak
berkaitan langsung dengan pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Pembuat
kebijakan pembangunan di Indonesia harus memperhatikan perkembangan indeks
pembangunan manusia (IPM) ini karena, fakta menunjukkan bahwa kemajuan suatu negara
ditentukan oleh produktivitas dan kualitas sumber daya manusia, bukan ditentukan oleh
kepemilikan sumber daya alam.
Persaingan yang kompetitif dilingkungan organisasi bisnis, telah membuat perusahaan
mengambil langkah strategis untuk meningkatkan keunggulan kinerja organisasi.
Peningkatan kinerja merupakan peranan yang sangat penting bagi organisasi ke arah yang
lebih baik (Gaspersz, Vincent .2005 ), sehingga keberlangsungan hidup sebuah organisasi
akan tetap berjalan. Kinerja merupakan sebuah rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan
tertentu melalui kegiatan dalam waktu tertentu.
Penilaian kinerja karyawan merupakan salah satu upaya untuk mengukur tingkat
produktifitas karyawan. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penilaian kinerja antara
lain situasi, job description, standard penilaian yang diberlakukan serta sikap karyawan dan
atasan saat menghadapi penilaian.
Bagi seorang atasan, penilaian kinerja bertujuan untuk mengukur kinerja karyawan
sehingga bisa menjadi bahan masukan untuk meningkatkan performa kerja karyawan yang
bersangkutan pada masa yang akan datang. Penilaian kinerja juga menjadi alat bantu bagi
atasan dalam mengambil keputusan yang terkait dengan promosi, penurunan pangkat,
kompensasi, ataupun pemecatan seorang karyawan.
Beberapa Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Sebagai prasyarat penilaian dalam mata kuliah evaluasi kinerja.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi kinerja.
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam evaluasi kinerja, mengetahui system,
prosedur, kebijakan, indikator, Implementasi dalam evaluasi kinerja, serta
4. Untuk mengetahui bagaimana kontrol dan Evaluasi dilakukan.
1.2.2 Manfaat Penulisan Makalah
Hasil penilaian kinerja akan digunakan oleh manajemen perusahaan untuk hal-hal penting
berikut ini:
1. Sebagai feedback bagi bagian personalia serta karyawan yang bersangkutan.
2. Sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan reward and punishment.
3. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan promosi, pemindahan, penurunan pangkat
hingga pemecatan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan jenis pelatihan atau training yang
dibutuhkan oleh karyawan.
1.3. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN KATA PENGANTAR
HALAMAN DAFTAR ISI
HALAMAN GAMBAR/GRAFIK
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, tujuan dan manfaat, serta sistematika penulisan makalah ini
Bab ini menguraikan bagaimana metode evaluasi kinerja, faktor-faktor pendukung seperti
sistem, prosedur serta kebijakan yang mendasari dilaksanakannya evaluasi kinerja, indikator
yang digunakan, implementasi dari evaluasi kinerja, serta bagaimana mengontrol dan
Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh materi yang telah di bahas dan memberikan
rekomendasi atau saran-saran yang bisa dijadikan masukan untuk memperbaiki kinerja
PENGERTIAN,
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,
seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih
dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah
terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary,
terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata to perform dengan
beberapa entries yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out,
execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of
fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or
complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau
mesin (to do what is expected of a person machine).
Beberapa pengertian berikut ini akan memperkaya wawasan kita tentang kinerja.
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian
serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps: 1992).
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja (Griffin:
1987).
3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux: 1993).
4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.
Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu
tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya (Hersey and Blanchard: 1993).
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan (Casio:
1992).
6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donnelly, Gibson and Ivancevich: 1994).
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu.
Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas individu; (b)
perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robbin: 1996).
8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh
individu, kelompok maupun lembaga/organisasi (Schermerhorn, Hunt and Osborn: 1991).
9. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation
(M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = (A x M x O). Artinya: kinerja
merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins: 1996). Dengan
demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan.
Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan
fungsi dari tiadanya rintangan-ringtangan yang mengendalikan karyawan itu. Meskipun
seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi
penghambat.
Berdasarkan pendapat di atas, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang
untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung
jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai
kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing
done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh
seseoarng atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara legal, tidak
melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.
Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan
kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-
sifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer (Donnelly, Gibson and
Invancevich: 1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a)
harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi
terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan
kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1)
kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.
Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui
ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain, kinerja individu
dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Kinerja individu
dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu
terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh
pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhannya.
Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor individu, yakni: (a) kepribadian
(b) status dan senioritas, makin tinggi hierarkis di dalam organisasi lebih mudah individu
tersebut untuk puas; (c) kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin
tinggi kepuasan kerjanya; (d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang
berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.
1. Perencanaan Evaluasi
2. Pelaksanaan Evaluasi
3. Pemanfaatan Evaluasi
SISTEM PENILAIAN
Hasil
Merupakan jumlah perkalian dari Nilai yang dimaksud dengan bobot item yang dimaksud.
o Tanggapan karyawan
Tulis persetujuan / ketidak setujuan atas penilaian yang diberikan, termasuk harapan
pengambangan diri,
TANGGAL DAN TANDA TANGAN
1. Tgl & TT penilai 2. Tgl & TT Atasan penilai 3. Tgl & TT Karyawan
.. .
SISTEM & PROSEDUR PERFORMANCE APPRAISAL
Untuk karyawan kontrak
Periode Penilaian
Adalah periode dilakukannya penilaian terhadap performance kerja pada periode jangka
waktu kontrak sebelumnya, dikaitkan dengan tujuan dari penilaian dan dilakukan 1 (satu)
bulan sebelum berakhirnya kontrak.
Tujuan Penilaian
Aspek Penilaian
Performance Appraisal dilihat dari 2 (dua) segi/aspek, yaitu dari aspek TASK SKILL dan
dari aspek MANAGERIAL SKILL (berkaitan dengan personnel requirement dibandingkan
dengan job requirement) ---- mengacu pada standart kualifikasi perusahaan.
o TASK SKILL
Mengarah pada penilaian Kompeten atau Tidak Kompeten seorang karyawan untuk
melakukan pekerjaannya sesuai dengan bidang kerjanya
o MANAGERIAL SKILL
Mengarah pada penilaian yang bersifat non task skill yaitu yang bersifat kualitatif Bagi yang
tidak memiliki anak buah, aspek penilaian adalah no 1- 8 yaitu meliputi :
1. Prestasi Kerja Kualitas kerja
Kuantitas kerja
Kecepatan Kerja
Penguasaan Bidang Kerja
Jumlahkan nilai kerja ( nk ) sehingga didapat Rangkuman Penilaian Sasaran Kerja (RPSK)
IDENTITAS
Nama :
.
Jabatan/ Divisi :
.
Masa evaluasi :
.
kesimpulan
( beri tanda ) untuk kesimpulan yang diambli
REWARD Rumusan .
Kesepakatan
PUNISHMENT ( ) SP I dan pembinaan
( ) SP II dan pembinaan
( ) SP III dan demosi ke ..
( ) PHK
PENDAPAT DAN SARAN PEMBINAAN
an usulan pembinaan bagi karyawan
Tulis pendapat dan saran dari penilai , termasuk usulan pengembangan kompetensi dan
pembinaan berupa kursus , tugas khusus , dll
Usulan pembinaan :
1)
..
2)
..
awan
Tulis persetujuan / ketidaksetujuan atas penilaian yang diberikan , termasuk harapan
pengembangan diri
TANGGAL & TANDA TANGAN
Bubuhkan tanggal dan tanda tangan sesuai urutan
IDENTITAS
Nama :
.
Jabatan/ Divisi :
.
Masa evaluasi : Januari Desember 2014
PROSEDUR
1. Pengisian identitas dan penetapan sasaran kerja dan out put / hasil kerja oleh atasan
Pengisian identitas
Nama : << nama karyawan yang dinilai >>
Jabatan : << jabatan karyawan pada saat masa penilaian >>
Masa evaluasi penilaian : << berkaitan dengan penetapan waktu pencapaian target >>
Pengertian Indikator
Ada beberapa pengertian yang disampaikan oleh para pakar antara lain:
1. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh: berat
badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut ( Wilson &
Sapanuchart, 1993).
2. Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan
situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
3. Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak
langsung (WHO, 1981)
1. Sahih (Valid) artinya indikator benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang
akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (Reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang
kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang.
3. Peka (Sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak.
4. Spesifik (Specific) memberikan gambaran prubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang
tindih.
5. Relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal contoh: pada unit
bedah indikator yang dibuat berhubungan dengan pre-operasi dan post-operasi.
Sistem klasifikasi indikator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana masukan
(input) pada akhirnya mengarah pada luaran (outcomes).
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu
(Robbins, 2006:260):
1. Kualitas. Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan
yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan.
2. Kuantitas. Merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti
jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu. Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas. Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap
unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian. Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya Komitmen kerja. Merupakan suatu tingkat dimana
karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan
terhadap kantor.
Bentuk pengendalian
o Behavior controls
Menjelaskan bagaimana segala sesuatu dilaksanakan; apakah sesuai dengan kebijakan, aturan,
standar, maupun arahan yang digariskan perusahaan .
ISO 9000 Standards Series - Quality
ISO 14000 Standards Series - Environment
o Output controls
Menspesifikan apa yang akan dicapai dengan fokus terhadap hasil daripada evaluasi kinerja
karyawan dengan menggunakan sasaran target dan ukuran lain dari perusahaan.
o Input controls
Fokus kepada penggunaan sumber daya, pengetahuan, keahlian dan nilai yang digunakan dalam
proses produksi.
Enterprise Risk Management (ERM)
adalah suatu proses untuk mengelola risiko risiko perusahaan secara menyeluruh (firm-wide
basis) yang menjangkau berbagai jenis risiko, lokasi dan aktivitas bisnis.
Berikut ini beberapa definisi menyangkut ERM :
ANZ -AUST/New Zealand Standard 4360 : ERM adalah suatu budaya / perilaku , proses,
aktivitas yang mendorong pencapaian tujuan dengan mengelola kejadian atau potensi
kejadian yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan.
Pada tahun 2002 Kongres AS menyetujui Sarbanex-Oxley Act sebagai tanggapan atas
tuntutan untuk meningkatkan akuntabilitas korporasi. Ketentuan Sarbanex-Oxley Act
bertujuan untuk melindungi investor dengan melakukan penyempurnaan standar
pengungkapan (disclousure). Ketentuan tersebut mensyaratkan manajemen untuk
memberikan garansi atas efektifitas sistem pengendalian internal yang telah diuji oleh auditor
independen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA