You are on page 1of 7

2.

1
2.2
2.3
2.4 ANALGETIKA NARKOTIKA
2.4.1 Definisi

Analgetik narkotik, kini disebut juga opioida (=mirip opiat) adalah obat-
obat yang daya kerjanya meniru (mimic) opioid endogen dengan memperpanjang
aktivasi dari reseptpr-reseptor opioid (biasanya -reseptor). Zat-zat ini bekerja
terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respo emosional
terhadap nyeri berubah (dikurangin).

2.4.2 Penggolongan

Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok,
yakni :

1. Agonis opiate : yang dapat dibagi dalam :


-Alkaloida candu: morfin, kodein, heroin, nikomorfin
-Zat-zat sintetis, : methadone dan derifatnya (dekstromoramida,
profoksifein, bezitramida), petidin dan derifatnya (fentanil,
sufentanil) dan tramadol.
Cara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan
mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping dan risiko akan
kebiasaaan dengan ketergantungan fisik.
2. Antagonis opiate : nalokson, nalorfin, pentazosin dan buprenorfin
(Temgesic). Bila digunakan sebagai analgetikum,obat-obat oni
fapat menduduki salah satu reseptor.
3. Campuran : nalorfin, nalbufin (Nubain). Zat-zat ini dengan kerja
campuran juga menikat pada reseptor-opioid, tetapi tidak atau
hanya sedikit mengaktifasi daya kerjanya. Kurva dosis/efeknya
memperlihatkan palfon, sesudah dosis tertentu peningkatan dosis
tidak memperbesar lagi efek analgetiknys. Praktis tidak
menimbulkan depresi pernafasan.
2.4.3 Mekanisme kerja

Endorphin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor nyeri di


SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik opioida berdasarkan
kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum ditempati
endorphin. Tetapi bila analgetika tersebut digunakan terus menerus, pembentukan
reseptor-reseptor baru distimulasi dan produksi endorphin di ujung sarap otak
dirintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan.

2.4.4 Efek samping


Morfin dan opioida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek samping yang tidak
diinginkan, yaitu :
Supresi SSP, misalnya sedasi, menekan pernafasan dan batuk, miosis,
hypothermia dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat dari stimulasi
langsung dari CTZ (Chemo Trigger Zone) timbul mual dan muntah. Pada
dosis lebih tinggi mengakibatkan menurunnya aktivitas mental dan
motoris.
Saluran nafas : bronchokontriksi, pernafasan menjadi lebih dangkal dan
frekuensinya menurun.
Sistem sirkulasi : vacodilatasi perifer pada dosis tinggi hipotensi dan
branicardia.
Saluran cerna : motilitas berkurang (obstipasi), konstraksi sfingters
kandung empedu (kolik batu empedu), sekresi pancreas, usus dan empedu
berkurang.
Saluran urogenital : retensi urin (karena naiknya tonus dari sfingter
kandung kemih), motilitas uterus berkurang (waktu persalinan
diperpanjang).
Histamin-liberator : urticaria dan gatal-gatal, karena menstimulasi
pelepasan histamine.
Kebiasaan dengan resiko adikasi pada penggunaan lama. Bila terapi
dihentikan dapat terjadi gejala abstinensi
2.5 . Identifikasi Bahan Praktikum
Tramadol
Pemerian : Kristal putih (Martindale edisi 28 hal 1029)
Kelarutan : Mudah larut dalam air (Martindale edisi 28 hal 1029)
Khasiat : Berkhasiat analgetis (Martindale edisi 28 hal 1029)
Stabilitas : Terlindungi dari cahaya
PH : 5,4
Diklovenak
Pemerian : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; higroskopik. Melebur
pada suhu lebih kurang 284o.
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam methanol; larutan
dalam etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
Khasiat : Sebagai analgetik contohnya migraine dan encok. Sangat efektif
juga untuk menanggulangi nyeri kholik hebat (kandung kemih dan
kandung empedu). ( OOP Edisi 6 Hal 332)

Tragakan
Tragakan adalah eksudat kering gom dari Astragalus gummifer Labilardie atau
spesies Asiatic lain dari Astragalus (Familia Leguminosae)

Pemerian : Tidak berbau, hamper tidak berasa (FI III Hal 612)
Kelarurutan : Agak sukar larut dalam air, tetapi mengembang menjadi
masa homogeny, lengket seperti gelatin (FI III Hal 612)
Karakteristik botani : Tragakan fragmen, datar, lamelia, kadang-kadang
melengkung atau helaian lurus dan spiral melengkung
dengan ketebalan dari 0,5 mm, warna putih hingga kuning
muda, bening dan susunannya bertonjolan, patahannya
pendek. Lebih mudah diserbukan apabila dipanaskan pada
suhu hingga 50o , tidak berbau, rasa tawar seperti lender.

Jaringan helaian tragakan menjadi lunak dalam air atau gelisin P,


terbentuk banyak lamella dan sedikit butiran-butiran tepung.

Serbuk tragakan putih sampai putih kekuningan. Bila ditemui di dalam


tetesan air, menujukkan jumlah fragmen angular dari musilago dengan lamella
melingkar atau tidak beraturan, kadang-kadang butiran tepung berdiameter
sampai 25 m sebagaian besar sederhana, sferis hingga elip, kadang- kadang
berkumpul 2 butir sampai 4 butir, beberapa butir mengembang dan beberapa
perusahaan berubah. Serbuk menunjukkan beberapa atau tidak ada fragmen
jaringan tanaman berlignin (Gom India) (FI IV hal 799)

Khasiat :Suspendingagent

Asam asetat

Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 325% dan sdak lebih dari 33,5%
CaHoa (FI Ill hal 41)
Pemerin : Cairan jernih tidak berwarna bau menusuk rasa asam tajam (FI
III Hal 41)

Kelaruran : Dapat campur dengan air, dengan etanil 95% P dan dengan
gliserol (FI III Hal 41)

Khasiat : induktor rasa nyeri

Etanol

Etanol adalah campuran etialkohol dan air. Mengandung tidak kurang dari 94,7%
v/v atau 92,0% dan tidak lebih dari 95,2% v/v atau 92,7% CHO

Pemerian : cairan tidak berwarna, Jernih,, mudah menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan
memberkan nyala biru yang tidak berasap (FI Ill hal 65)

Khasiat : Pada kadar 60-80% berkhasiat dan fungisid kuat, bekerja cepat
(efektif dalam 2 menit). Pada konsentrasi 80-90% efektif terhadap
virus, misalnya hepatitis-B dan enterovirus dan konsentrasi optimal
untuk dwyabakterisid adalah pada kadar 70% (Tan HT, 2007)

2.6 Hewan Coba

Kingdom : Mammalia

Filum : Chordata

Clasis : Mamalia

Ordo : Rodentia

Familia : Mutidae

Sub familia : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculusLinn


Hewan coba memiliki sifat seperti berikut:

mudah ditangani
Bersifat penakut
Foto fobik
Cenderung berkumpul sesamanya
Kecenderungan untuk bersembunyi
Lebih aktif pada malam hari dan
Kehadiran manusia akan menghambat mencit
Adapun cara memperlakukan mencit adalah mencit diangkat dengan memegang pada ujung
ekornya dengan tangan kanan lalu biarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya.
Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit diantar telunjuk dan ibu jari lalu pindahkan ekornya
dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan kiri, sehingga mencit cukup
erat dipegang.Pemberian obat saat ini bisa dimulai.

Adapun cara pemberian per oral, bentuk sediaannya harus dalam bentuk suspensi, larutan atau
emulsi. Cara pemberian ini membutuhkan pertolongan jarum suntik yang ujungnya tumpul
(bentuk bola atau kanulla). Kanulla ini dimasukan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahan
dimasukan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esofagus.

Adapun cara pemberian interperoral adalah pertama peganglah mencit lalu pindahkan ekor
mencit dari tangan kanan kejari kelingking tangan kiri sehingga kulit perut menjadi tegang. Pada
saat penyuntikan posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya lalu desinfeksi kulit
abdomennya dengan etanol 70%. Suntikkan jarum dengan membentuk sudut 45 dengan
abdomennya agak menepi dari garis tengah, untuk menghindari terkenanya kandung kencing,
jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati. Perdarahan menandakanssuntikan pada
darah, bukan i.p, hewa coba harus diganti. Kepekatanlarutan obat yang disuntikan, sesuai dengan
volume yang bisa disuntikan.
Karakteristik hewan coba

Karakteristik Mencit (Mus musculus)


1. Pubertas 35 hari
2. Masa beranak Sepanjang tahun
3. Hamil 19-20 hari
4. Jumlah sekali lahir 2-3 hari
5. Lama hidup 4-12 hari
6. Masa laktasi 2-3 tahun
7. Frekuensi kelahiran 4
8. Suhu tubuh 37,9-39,2oC
9. Kecepatan respirasi 136-216/mencit
10. Tekann darah 147/106 SD
11. Volume darah 7,5% BB

Prosedur Pemberian

Oral (Pada pemberian Tragakan o.5%, Piroksikam 10 mg dan Piroksikam 20 mg)

1. Mencit diangkat dengan cara memegangnya pada pangkal ekornya dengan tangan
2. Letakaan mencit pada alas kawat, biarkan mencit memengang kawat dengan kaki
depannya
3. Dengan tangan kiri, kulit tengkuknya dijepit dari jari telunjuk dan ibu jari
4. Pindahkan ekornya dari tangan kanan ke tangan kiri jari dan kelingking jari tangan kanan
dan kiri.
5. .Lakukan dengan mulut (masing-masing mencit diberikan sediaan yang berlainan itu
tragakan, piroksikam 10 mg, dan piroksikam 20 mg) diawali dengan lubang ujung sonde
ke dalam mulut.
6. Kemudian secara perlahan-lahan diatas dinding mulut atas sampai ke kerongkongan
7. Dorong piston sonde sampai cairan obat masuk seluruhnya.
Intraperitonial (Pemberian Asam Asetat sebagai Induktor rasa nyeri)

Prosedur memegangnya hampir sama dengan prosedur memegang mencit untuk memberi
peroral.

1. Pindahkan ekor mencit dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri, tarik kulit perut
sampai menjadi tegang.
2. Pada saat penyuntikkan posisi kepala mencit lebih rendah dari abdomennya.
3. Bersihkan jarum dan permukaan luar kulit perut mencit dengan kapas beralkohol.
4. Jarum yang sudah mengandung asam asetat 1% disuntikkan dengan membangun sudut
45o dengan andomennya. Agak menepi dari garis tengah, untuk menghindari
terkanannya kandung kencing dan jangan pula terlalu tinggi agar tidak mengenai hati.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi III.
JAKARTA: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 1979. hal.
(41;65;612)
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi IV.
JAKARTA: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan;1995. hal.(799)
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi V.
JAKARTA: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan; 2014. hal.
(1908)
4. Tjay. T.H,& Rhahardja,K, 2001. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
efek-Efek sampingnya, Edisi Keenam, Jakarta: PT Elex Media. hal.(332)
5. Martindale

You might also like