You are on page 1of 27

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

PRESENTASI REFERAT ILMU BEDAH

KISTA GINJAL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Departemen Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Pembimbing:
dr. Bambang, Sp. U

Disusun Oleh:
Shintia Malinda
30101307080

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG
RUMAH SAKIT TENTARA TK II DR. SOEDJONO, MAGELANG
PERIODE 06 NOVEMBER 2017 6 JANUARI 2018
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI REFERAT ILMU BEDAH

KISTA GINJAL

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


Di Departemen Ilmu Bedah
Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang

Disusun Oleh:
Shintia Malinda
30101307080

Telah Disetujui Oleh Pembimbing

Pembimbing : dr. Bambang, Sp. U


Tanggal :
KISTA GINJAL

I. PENDAHULUAN

Kista merupakan suatu rongga yang dilapisi oleh epitel dan berisi
cairan. Kista ginjal adalah struktur berisi cairan di dalam atau di tepi
ginjal. Ginjal merupakan salah satu lokasi tersering terjadinya kista pada
tubuh. Kista ginjal dapat berkembang pada setiap lokasi di sepanjang
tubulus ginjal, dari kapsul Bowman ke duktus kolektivus melalui proses
yang diwariskan, melalui perkembangan atau didapat.

Beberapa kista ginjal sebenarnya merupakan ektasi tubulus atau


duktus kolektivus pada nefron. Gardner (1988) mengemukakan bahwa
duktus yang melebar hingga empat kali diameter normal dapat disebut
kista. Beberapa kista merupakan struktur sakular atau fusiform yang
menyerupai divertikula dan terletak pada berbagai lokasi di sepanjang
nefron. Kista dapat berhubungan dengan glomerulus, tubulus, duktus
kolektivus, atau kaliks. Kista mungkin terletak difus seluruh ginjal atau
pada satu segmen saja serta dapat unilateral atau bilateral. Kista juga dapat
mewakili suatu bentuk displasia serta dapat pula timbul bersama-sama
dengan displasia.

Kista ginjal dapat disebabkan oleh anomali kongenital ataupun


kelainan yang didapat. Kista ginjal dapat merupakan bagian dari kelainan
bawaan dan dapat muncul pada saat lahir atau berkembang beberapa
waktu setelahnya atau bahkan dapat timbul pada saat dewasa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Kista berasal dari kata Cystic yang berarti rongga tertutup


abnormal, dilapisi epitel yang mengandung cairan atau bahan semisolid.
Kista ginjal adalah kista yang terdapat pada ginjal. Kista ginjal adalah
struktur berisi cairan di dalam atau di tepi ginjal. Ginjal merupakan salah
satu lokasi tersering terjadinya kista pada tubuh. Meskipun lesi kista
memiliki kondisi histologis yang serupa ( mikroskopik atau makroskopik,
kantung dilapisi epitel), namun jumlah, lokasi, dan gambaran klinisnya
kista berbeda.

Kista renalis merupakan suatu kantong abnormal berisi air yang


berasal dari jaringan ginjal.

Kista ginjal adalah suatu penyakit keturunan dimana pada kedua


ginjal ditemukan suatu kantung tertutup yang dilapisi jaringan epitel dan
berisi cairan atau bahan setengah padat. Ginjal menjadi lebih besar tetapi
memiliki sedikit jaringan ginjal yang masih berfungsi (Robbins, 1999 :
566).

Kista ginjal adalah suatu penyakit ginjal yang akan ditandai dengan
tumbuhnya gelembung-gelembung balon berisi cairan yang dapat merusak
ginjal (M. Yusuf, 2009).

Kista ginjal adalah adanya suatu rongga yang berdinding epitel dan
berisi cairan atau material semisolid pada ginjal baik hanya pada satu
ginjal maupun pada kedua ginjal, baik korteks maupun pada medulla.

ANATOMI

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di


rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan
sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal
yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem
saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Ginjal terletak pada
dinding abdomen posterior setinggi vertebra Thorakal 12 (T12)sampai
dengan Lumbal 3 (L3).

Struktur ginjal terdiri atas korteks renalis dan medula renalis, yang
masing-masing berbeda dalam warna dan bentuk. Korteks renalis
berwarna pucat, mempunyai permukaan yang kasar. Medula renalis terdiri
atas pyramidales renale (pyramis renalis Malpighii ), berjumlah antara 12
20 dan berwarna agak gelap. Basis dari bangunan piramid ini,
disebut basis pyramidis berada pada korteks, dan apexnya yang
dinamakan papilla renalis, terletak menghadap ke arah medial, bermuara
pada kaliks minor. Pada setiap papilla renalis bermuara 1040 buah duktus
yang mengalirkan urin ke kaliks minor. Daerah tersebut berlubang-lubang
dan dinamakan area cribrosa. Hilum renale meluas membentuk sinus
renalis, dan di dalam sinus renalis terdapat pelvis renalis, yang merupakan
pembesaran dari ureter ke arah cranialis. Pelvis renalis terbagi menjadi 2
3 kaliks renal mayor, dan setiap kaliks mayor terbagi menjadi 714 buah
kaliks renal minor.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis dan mengkilat yang
disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat
jaringan lemak perirenal. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan
jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungsi
sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim
ginjal serta mencegah ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal.
Selain itu, fasia Gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam
menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal
ke organ sekitarnya. Di luar fasia Gerota terdapat jaringan lemak
retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal. Di sebelah posterior,
ginjal dilindungi oleh otot-otot
punggung yang tebal serta tulang
rusuk ke XI dan XII sedangkan di
sebelah anterior dilindungi oleh
organ-organ intraperitoneal. Ginjal
kanan dikelilingi oleh hepar, kolon
dan duodenum; sedangkan ginjal kiri
dikelilingi oleh lien, lambung,
pankreas, jejunum dan kolon. Secara
anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal.
Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula
terdapat banyak duktuli ginjal. Nefron adalah unti fungsional terkecil dari
ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus
distalis dan duktus kolegentes.

Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan


cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan
melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem
arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai
anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat
kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya
iskemia/nekrosis pada daerah yang dilayaninya.
FISIOLOGI

Fungsi Ginjal

Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal


berfungsi juga dalam:
a. Mengontrol sekkresi hormon aldosteron dan ADH (antidiuretic hormone)
dalam mengatur jumlah cairan tubuh
b. Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D
c. Menghasilkan beberapa hormon, antara lain:
- Eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah
- Renin yang berperan dalam mengatur tekanan darah
- Prostaglandin

ETIOLOGI

Penyebab utama dari terjadinya kista ginjal sampai saat ini belum
diketahui namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang menjadi
penyebab munculnya penyakit kista ginjal.

Adapun beberapa faktor tersebut antara lain :

a. Genetik
Penyakit ginjal bawaan ini bisa saja muncul karena faktor
keturunan. Kelainan genetik yang menyebabkan penyakit ini bisa bersifat
dominan atau resesif, artinya bisa memiliki 1 gen dominan dari salah satu
orang tuanya (autosomal dominant) atau 2 gen resesif dari kedua orang
tuanya (autosomal resessive). Penderita yang memiliki gen resesif
biasanya baru menunjukkan gejala pada masa dewasa. Penderita yang
memiliki gen dominan biasanya menunjukkan penyakit yang berat pada
masa kanak-kanak.

b. Usia

Angka kejadian penyakit kista ginjal meningkat sesuai usia. Sekitar


20 % pada usia di atas 40 tahun dan 30 % pada usia 60 tahun, namun
secara umum kista ginjal lebih banyak diderita pada usia 30-40 tahun.

c. Jenis Kelamin

Penyakit kista ginjal ini sering ditemukan pada pria dibanding


wanita.

PATOFISIOLOGI

Banyak teori menjelaskan tentang mekanisme terjadinya kista


ginjal. Diantara teori-teori tersebut adalah :

a. Terjadi kegagalan proses penyatuan nefron dengan duktus kolekting


(saluran pengumpul).

b. Kegagalan involusi dan pembentukkan kista oleh nefron generasi pertama.

c. Defek pada membran basal tubulus (tubular basement membrane).

d. Obstruksi nefron oleh karena proliferasi epitel papila.

e. Perubahan metabolisme yang merangsang terjadinya kista.


Kedua ginjal menjadi tidak normal, walaupun salah satu mungkin
lebih besar daripada yang lain. Didalamnya terdapat kista-kista yang difus,
dengan ukuran yang bervariasi antara beberapa 1 cm sampai 10 cm.

Apabila di dalam ginjal seseorang terdapat suatu massa seperti


kista yang jika dibiarkan maka kista ini akan menekan ginjal. Secara
perlahan ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi ginjal.
Untuk mempertahankan homeostasis maka tubuh melakukan suatu
kompensasi dengan meningkatkan aktivasi hormon renin yang diubah
menjadi angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II,
yaitu senyawa vasokontriktor paling kuat. Vasokonstriksi dapat
meningkatkan tekanan darah. Aldosteron disekresikan oleh kortek adrenal
sebagai reaksi terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan
Adeno (ACTH) sebagai reaksi terhadap perfusi yang jelek atau
peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya terjadi peningkatan tekanan
darah.
Selain itu penurunan fungsi ginjal juga berdampak pada terjadinya
penimbunan sisa-sisa hasil kemih (azotemia) yang mengakibatkan
terjadinya penurunan glomerolus filtrasi rate (GFR), sehingga terjadi
peningkatan ureum kreatinin dalam darah. Salah satu organ yang
mengalami dampak ini adalah saluran GI, terjadinya gangguan
metabolisme protein dalam usus serta asidosis metabolik yang berakhir
pada gejala nausea dan anoreksia (Smeltzer, 2001).

Pada kondisi lain edema pada pasien kista ginjal disebabkan


rendahnya kadar albumin serum yang mengakibatkan rendahnya tekanan
osmotik plasma, kemudian akan diikuti peningkatan transudasi cairan dan
kapiler ke ruang interstitial sesuai dengan hukum Starling. Akibatnya
volume darah yang beredar akan berkurang (underfilling) yang selanjutnya
mengakibatkan perangsangan sekunder sistem renin-angiostensin-
aldosteron yang meretensi natrium dan air pada tubulus distalis. Hipotesis
ini menempatkan albumin dan volume plasma berperan penting pada
proses terjadinya edema (Aru W. Sudoyo, dkk, 2006).

Jika kista yang tumbuh pada ginjal terutama daerah korteks maka
peregangan kapsula renalis sehingga jaringan ginjal membengkak. Hal
inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada daerah pinggang sampai ke
bahu.

MANIFESTASI KLINIK

Banyak penderita tidak memberikan keluhan tentang penyakit ini


(asimptomatik). kista baru diketahui saat orang tersebut menjalani
pemeriksaan USG.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa gejala yang sering timbul


pada penyakit kista ginjal antara lain :

a. Nyeri Pinggang

Nyeri pada area dari ginjal-ginjal dapat disebabkan oleh infeksi


kista, perdarahan ke dalam kista-kista, atau peregangan atau penekanan
dari jaringan yang berserat disekitar ginjal dengan pertumbuhan kista.

b. Hipertensi

Terjadi karena iskemi segmental atau adanya obstruksi. Sehingga


mengaktifkan hormon renin yang menyebabkan terjadinya vasokontriksi
dan berakhir menjadi hipertensi.

c. Sakit Kepala

Sakit kepala yang berat disebabkan oleh aneurysms pembuluh-


pembuluh darah yang menggelembung di tempat di dalam otak. Sakit
kepala juga dapat disebabkan tekanan darah tinggi.

d. Infeksi Saluran Kencing


Sama halnya batu di saluran kemih, kista ginjal juga menyebabkan
timbulnya infeksi pada ginjal maupun saluran kencing. Gejala infeksi ini
pada umumnya sama seperti demam, diikuti gangguan berkemih. Saat
kencing terasa nyeri dan panas, kemudian sering kali merasa ingin
kencing, akan tetapi kalau sudah berkemih biasanya tidak bisa lancar,
terkadang juga bisa timbul kencing darah (hematuria). Infeksi menahun
seperti ini yang dapat menyebabkan gagal ginjal.

e. Kelelahan

Hal ini terjadi karena penurunan produksi hormon eritropoiten yang


berperan dalam produksi sel darah merah sehingga terjadilah anemia,
akibatnya orang yang menderita penyakit kista ginjal mudah sekali
mengalami kelelahan.

f. Mual dan Anoreksia

Rasa mual dan anoreksia muncul karena telah terjadi gangguan


metabolisme protein dalam usus, selain itu meningkatnya ureum dalam
darah menyebabkan terjadinya asidosis metabolik sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan asam lambung.

g. Penurunan atau Peningkatan Berat Badan

Penurunan berat badan dapat terjadi karena rasa mual dan anoreksia
sehingga intake nutrisi tidak adekuat. Selain itu penurunan fungsi ginjal
juga berdampak pada penumpukan cairan dalam tubuh dan bisa
menyebabkan terjadinya edema pada seluruh tubuh sehingga orang yang
menderita kista ginjal juga dapat mengalami peningkatan berat badan.

KOMPLIKASI

Pengalaman penyakit kista ginjal pada setiap orang tidaklah sama.


Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi. Meskipun sangat jarang,
atau kadang-kadang terjadi perdarahan di kista. Apabila kista menekan
atau menjepit ureter dapat terjadi hidronefrosis, dan dapat berlanjut
menjadi pyelonefrosis akibat statis urine.
Kadang jumlah kista relatif banyak dan kadang terletak di piala ginjal
(daerah sentral), maka bisa mengganggu fungsi eksresi (pengeluaran
bahan) ginjal. Akhirnya, penderita mengalami gagal ginjal kronik.

Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan kerja ginjal menjadi


lebih berat lagi dan mempercepat perkembangan kista. Komplikasi akibat
darah tinggi yang lama dapat mengganggu otak dan jantung. Jika ternyata
ditemukan pula ada kelainan pembuluh darah otak (aneurysma), yang
mana sewaktu-waktu pembuluh darah otak yang berkelainan tersebut bisa
pecah dan terjadilah perdarahan otak. Demikian pula dengan kelainan
terbentuknya kantung pada dinding usus (diverticulosis) juga bisa
bermasalah.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dapat mendukung dalam menegakkan


diagnosa terutama pada pemeriksaan foto polos abdomen, mungkin
terlihat suatu bayangan massa yang menumpuk dengan bayangan ginjal.

Apabila beberapa kriteria tidak didapatkan, misalnya ditemukan


adanya septa, dinding yang ireguler, kalsifikasi atau adanya area yang
meragukan, perlu pemeriksaan lanjutan Computer Tomografi Scaning
(CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau aspirasi pemeriksaan
CT-Scan pada kista ginjal sangat akurat.

Pada pemeriksaan lain juga akan ditemukan suatu kondisi


dimana laju endap darah akan meninggi dan kadang-kadang juga
ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini ditemukan,
maka prognosis diagnosa buruk. Pemeriksaan pielografi intravena dapat
memperlihatkan gambaran distori, penekanan dan pemanjangan susunan
pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan renoarteriogram didapatkan
gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto thoraks dibuat untuk
mencari metastase kedalam paru-paru (Japaries,willie,1995).

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kasus ini adalah konservatif, dengan evaluasi rutin


menggunakan USG. Apabila kista sedemikian besar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat dilakukan tindakan
bedah. Sementara ada kepustakaan yang menyatakan bahwa kista ginjal
yang besar merupakan indikasi operasi, karena beberapa kista yang
demikian cenderung mengandung keganasan. Tindakan bedah yang dapat
dilakukan pada kista adalah aspirasi perkutan.

a. Bedah terbuka

1. Eksisi

2. Eksisi dengan cauterisasi segmen yang menempel ke parenkim.

3. Drainase dengan eksisi seluruh segmen eksternal kista.

4. Heminefrektomi

b. Laparoskopi

Pada tindakan aspirasi perkutan harus diingat bahwa kista


merupakan suatu kantung tertutup dan avaskuler, sehingga teknik aspirasi
harus betul-betul steril, dan perlu pemberian antibiotik profilaksis. Karena
apabila ada kuman yang masuk dapat menimbulkan abses. Seringkali kista
muncul lagi setelah dilakukan aspirasi, meskipun ukurannya tidak sebesar
awalnya.

KLASIFIKASI

1. Penyakit ginjal multikistik /displasia


Penyakit ginjal multikistik dari bayi baru lahir biasanya unilateral,
nonherediter, dan ditandai dengan massa kista yang tidak beraturan; ureter
biasanya tidak ada atau atretik. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
penyatuan nefron dan sistem pengumpulnya.
Penyakit ginjal multikistik sering dihubungkan dengan ginjal
kontralateral dan abnormalitas ureter. Obstruksi ureteropelvic kontralateral
merupakan salah satu masalah tersering. Pemeriksaan diagnostik pada
kedua ginjal diperlukan untuk menilai status perkembangan anomali.
Displasia parenkim ginjal juga terlihat berhubungan dengan
obstruksi ureter atau refluks yang mungkin terjadi pada awal kehamilan.
Hal ini tampak sebagai lesi ginjal segmental yang mengenai pole atas
kedua ginjal yang ureternya terhambat oleh ureterokel kongenital. Bisa
juga ditemukan pada obstruksi saluran kemih yang berat di katup uretra
posterior; Dalam hal ini, lesi mungkin bersifat bilateral.
Secara mikroskopis, parenkim ginjal "tidak terorganisir." tampak
kista tubular dan glomerular
2. Penyakit ginjal polikistik

Etiologi

Kista dibentuk oleh kegagalan pembentukan tubulus kolektifus dan


tubulus uriniferus dan mekanisme penggabungan keduanya.

Tubulus sekretori yang terhubung dengan glomeruli dapat menjadi


kistik.

Saat kista membesar akan menekan parenkim yang berdekatan,


menyebabkan iskemia, dan menutup tubulus normal. Hasilnya gangguan
fungsional progresif.

Patologi

Secara umum, sebagian besar bagian ginjal membesar.


Permukaannya dipenuhi kista dengan berbagai ukuran. Pada sebagian
kasus, kista ditemukan tersebar di seluruh parenkim. Kalsifikasi jarang
terjadi. Cairan dalam kista biasanya berwarna kuning tapi mungkin dapat
berupa darah.

Secara mikroskopis, lapisan kista terdiri dari satu lapisan sel. Pada
parenkim ginjal dapat ditemukan fibrosis peritubular dan gambaran infeksi
sekunder. Tampak ada pengurangan jumlah glomerulus, sebagian
mengalami hialinisasi. Penebalan arteriol ginjal merupakan temuan yang
menonjol pada orang dewasa.

Manifestasi Klinis

a. Gejala
Nyeri pada satu atau kedua ginjal mungkin terjadi karena tarikan
serabut pedikel vaskular oleh ginjal yang berat, dari penyumbatan atau
infeksi, atau dari perdarahan ke dalam kista. Hematuria total atau
mikroskopik sering terjadi dan mungkin parah; Penyebabnya tidak jelas.
Kolik bisa terjadi jika terdapat gumpalan darah atau batu.
Gejala sistemik (menggigil, demam, nyeri ginjal) biasanya menjadi
penyulit pada polikistik. Gejala iritabilitas vesika merupakan keluhan
pertama. Bila insufisiensi ginjal terjadi, sakit kepala, mual dan muntah,
lemah, dan kehilangan berat badan terjadi.
b. Tanda
Satu atau kedua ginjal biasanya teraba, dapat teraba adanya nodul.
Jika terdapat infeksi akan terasa nyeri
Hipertensi ditemukan pada 60-70% pasien. Dapat terjadi
pembesaran jantung.
Demam muncul jika terdapat pielonefritis atau jika kista terinfeksi.
Pada tahap uremia, anemia dan kehilangan berat badan tampak nyata.
Pemeriksaan ophtalmoscopic dapat menunjukkan perubahan khas
hipertensi sedang atau berat.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Anemia, yang disebabkan oleh hilangnya darah kronis atau yang
lebih umum disebabkan oleh depresi hematopoietik yang menyertai
uremia. Proteinuria dan hematuria mikroskopik, pyuria dan bakteriuria
sering terjadi.
Renal clearance test menunjukkan berbagai tingkat kerusakan
ginjal. Sekitar sepertiga pasien dengan penyakit ginjal polikistik tampak
uremik saat pertama kali terdiagnosis.

Pemeriksaan Radiologi

Kedua bayangan ginjal biasanya membesar pada foto polos


abdomen, bahkan sebanyak 5 kali ukuran normal. Ginjal dengan ukuran
lebih dari 16 cm yang dicurigai.
Massa ginjal biasanya membesar dengan sistem caliceal yang
abnormal (spider deformity). Sistem caliceal tampak meluas, rata,
membesar dan sering melengkung, oleh karena cenderung mengikuti
bentuk tepi kista yang berdekatan.
Seringkali perubahannya hanya sedikit atau bahkan mungkin tak
tampak di satu sisi, hal ini mengarah pada kesalahan diagnosis menjadi
tumor ginjal. Jika kista terinfeksi, perinefritis mungkin mengaburkan
bayangan renal dan bayangan psoas.

Diagnosis Banding

Hidronefrosis bilateral (berdasarkan obstruksi ureter bawaan atau


yang didapat) dapat menyebabkan massa panggul bilateral dan tanda-tanda
kerusakan fungsi ginjal, namun USG menunjukkan perubahan yang sangat
berbeda dengan ginjal polikistik.

Tumor ginjal bilateral jarang terjadi tapi dapat menyerupai


penyakit ginjal polikistik pada urografi. Tumor biasanya berlokasi pada
satu bagian ginjal, sedangkan kista biasanya diffuse. Fungsi ginjal
biasanya normal pada tumor unilateral namun dapat tertekan oleh kista.
CT scan diperlukan untuk membedakan keduanya.

Pada penyakit von Hippel-Lindan (kista serebellar angiomatosa,


angiomatosis retina, dan tumor atau kista pankreas), beberapa kista
bilateral atau adenokarsinoma bilateral dapat berkembang. Kehadiran
stigma lainnya harus dilakukan diagnosa. CT scan, angiografi, sonografi,
atau scintiphotography definitif.

Sklerosis tuberous (kejang kejang, keterbelakangan mental, dan


adenoma sebaceum) ditandai oleh tumor hamartomatous yang sering
melibatkan kulit, otak, retina, tulang, hati, jantung, dan ginjal. Lesi ginjal
biasanya banyak dan bilateral.

Penyakit kista sederhana atau soliter, Fungsi ginjal total biasanya


normal. Urogram biasanya menunjukkan lesi tunggal, sedangkan penyakit
ginjal polikistik bilateral dan memiliki banyak kelainan pengisian.

Komplikasi

Pielonefritis merupakan komplikasi dari penyakit ginjal polikistik.


Infeksi pada kista dinyatakan dengan rasa nyeri pada ginjal dan respons
demam. Diagnosis banding antara infeksi kista dan pielonefritis mungkin
sulit, tapi di sini sekali lagi, pemindaian gallium akan sangat membantu.
Dalam kasus yang jarang terjadi, gross hematuria mungkin sangat cepat
muncul dan sangat berbahaya.

Penatalaksanaan

Tindakan umum

Diet rendah protein (0,5-0,75g / kg / hari) dan cairan mencapai


3000 ml atau lebih per hari. Aktivitas fisik diperbolehkan dalam
pengawasan, latihan berat dikontraindikasikan. Bila pasien berada dalam
keadaan insuffisiensi ginjal absolut penatalaksanaannya seperti pasien
uremia akibat sebab apapun. Hipertensi harus dikontrol. Hemodialisis bisa
diindikasikan.

Pembedahan

Tidak ada bukti bahwa eksisi atau dekompresi kista memperbaiki


fungsi ginjal. Jika kista besar ditemukan menekan uretra bagian atas,
menyebabkan sumbatan dan fungsi ginjal semakin menurun, kista harus
direseksi dan diaspirasi. Ketika tingkat insufisiensi ginjal semakin parah,
dialisis atau transplantasi ginjal harus dipertimbangkan.

Penatalaksanaan komplikasi

Pyelonefritis harus ditangani untuk mencegah kerusakan ginjal


lebih lanjut. Infeksi kista membutuhkan drainase. Jika perdarahan dari satu
ginjal sangat parah sehingga diperlukan pengangkatan exsanguinasi,
nephrectomy atau embolisasi ginjal. arteri segmental dianggap sebagai
ukuran bertahan hidup. Penyakit yang menyertai (misalnya Tumor,
obstruksi batu) memerlukan tindakan bedah definitif.

Prognosis
Bila kista menyerang anak-anak prognosisnya sangat buruk. Penelitian
berdasarkan tanda dan gejala klinis setelah usia 35-40 memiliki prognosis
yang sedikit lebih baik. Meskipun terdapat variasi yang luas, pasien ini
biasanya dapat bertahan kurang dari 5 atau 10 tahun setelah terdiagnosis
kecuali jika dilakukan dyalisis atau dilakukan transplantasi ginjal.

3. Kista ginjal soliter/simple

Etiology & Pathogenesis

Merupakan kelainan kongenital atau herediter yang tidak


jelas.Kista tumbuh dan menekan parenkim ginjal, namun jarang
menghancurkan banyak jaringan renal sehingga fungsi ginjal terganggu.
Kista soliter dapat sesuai letaknya dapat menekan ureter, menyebabkan
hidronefrosis progresif. Kista ginjal soliter yang didapat dapat timbul
sebagai efek dari dyalisis kronik.

Pathology

Kista sederhana biasanya pada pole bawah ginjal. Kista yang dapat
menimbulkan gejala rata-rata berdiameter 10 cm. Kista dapat berisi cairan
jernih, dindingnya sangat tipis, dengan gambaran blue-domed" dalam
pencitraannya. Kalsifikasi pada kantung kadang-kadang terlihat. Sekitar
5% mengandung cairan hemoragik. Kista soliter biasanya dangkal namun
mungkin terletak sangat dalam. Bila kista terletak jauh di dalam ginjal,
dinding kista berdekatan dengan lapisan epitel pelvic atau calyces. Kista
tidak berhubungan dengan pelvis ginjal. Pemeriksaan mikroskopis pada
dinding kista menunjukkan fibrosis dan hyalinisasi berat; area kalsifikasi
bisa dilihat. Jaringan ginjal yang berdekatan ditekan.

Klasifikasi bosniak kista ginjal sederhana membantu menentukan


kemungkinan keganasan berdasarkan kriteria pencitraan.

Kista tipe I sederhana dan berdinding halus, dengan cairan bening;


Kista tipe II juga jinak, tapi mungkin memiliki septasi minimal dan
pelekatan kalsifikasi kecil;

Kista tipe III lebih kompleks, dengan kalsifikasi lebih banyak, peningkatan
septasi, dan dinding kista tebal;

Kista tipe IV memiliki dinding irregular yang menebal, seringkali dengan


kalsifikasi, dan massa di dalam kista, menunjukkan karsinoma, banyak
variasi temuan digunakan sebagai panduan dalam diagnosis kanker ginjal.

Manifestasi klinis

a. Gejala

Nyeri di panggul atau punggung, biasanya berselang dan kusam,


tidak jarang terjadi. Jika pendarahan tiba-tiba membesar di dinding kista,
rasa sakit bisa terjadi secara tiba-tiba dan parah. Gejala gastrointestinal
kadang-kadang dicatat dan mungkin menyarankan tukak peptik atau
penyakit kandung empedu. Pasien mungkin menemukan massa di perut,
meskipun kista berukuran ini tidak biasa. Jika kista menjadi terinfeksi,
pasien biasanya mengeluhkan rasa sakit di panggul, malaise, dan demam.
b. Tanda

Pemeriksaan fisik biasanya normal, meski sesekali massa di daerah


ginjal bisa teraba pada palpasi atau ditemukan saat perkusi. Nyeri pada
daerah panggul akan muncul jika kista tersebut terinfeksi.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis biasanya normal. Hematuria mikroskopik jarang terjadi.
Tes fungsi ginjal normal kecuali kista berlapis dan bilateral (jarang),
hipertrofi kompensasi ginjal lainnya akan mempertahankan fungsi total
normal.
d. CT Scanning

CT tampaknya merupakan cara paling akurat untuk membedakan kista


ginjal dan tumor. Kista memiliki atenuasi yang mendekati air, sedangkan
kepadatan tumor mirip dengan parenkim normal. Parenkim dibuat lebih
padat dengan injeksi cairan radioopak intravena, namun kista tetap tidak
terpengaruh. Dinding kista ditandai dengan tajam dari parenkim ginjal;
tumor tidak Dinding kista itu tipis; daripada tumor yang tidak. CT
mungkin juga menggantikan kista tusukan dalam diferensiasi kista dan
tumor dalam banyak kasus.
e. Renal ultrasonography
Ultrasonografi ginjal adalah teknik diagnostik non invasif yang
dalam persentase kasus yang tinggi membedakan antara kista dan massa
padat. Jika temuan pada ultrasonografi juga kompatibel dengan kista,
jarum dapat dimasukkan ke dalam kista di bawah kontrol ultrasonografi
dan kista dapat disedot

Differential diagnosis

Karsinoma ginjal juga memiliki ruang namun cenderung terbaring


lebih dalam di organ dan oleh karena itu menyebabkan lebih banyak
distorsi kelopak mata. Hematuria biasa terjadi pada tumor, jarang kista.
Jika tumor padat melapisi otot psoas, tepi otot dilepas pada film polos; Itu
bisa dilihat melalui kista. Bukti metastasis (yaitu, kehilangan berat dan
kekuatan, nodus supraklavikular teraba, film dada yang menunjukkan
nodul metastatik), crythrocytosis, hypecalcemia, dan tingkat sedimentasi
yang meningkat menunjukkan adanya kanker. Harus diingat,
bagaimanapun, bahwa dinding kista sederhana bisa mengalami degenerasi
kanker. Sonography, CT Scan, atau MRI harus hampir definitif dalam
diagnois diferensial. Adalah bijaksana untuk mengasumsikan bahwa
semua lesi pendudukan ruang pada ginjal adalah kanker sampai terbukti

Abses korteks ginjal jarang terjadi. Riwayat infeksi kulit beberapa


minggu sebelum onset demam dan nyeri lokal bisa didapat. CT Scan dari
ginjal biasanya akan menunjukkan tanda-tanda abses. Ginjal bisa
diperbaiki; Hal ini dapat ditunjukkan dengan membandingkan posisi ginjal
saat pasien terlentang dan tegak. Angiiografi menunjukkan lesi avaskular.
Pemindaian gallium-67 menunjukkan sifat inflamasi lesi, namun kista
sederhana yang terinfeksi mungkin memiliki penampilan serupa.

Hidronefrosis dapat menunjukkan gejala yang sama dan tanda


sebagai kista sederhana, tapi eurogramnya sangat berbeda. Kista
menyebabkan distorsi calyceal; dengan hidronefrosis, dilatasi kelopak
mata dan panggul karena adanya penyumbatan. Hidronefrosis akut atau
subakut biasanya menghasilkan lebih banyak nyeri lokal karena
peningkatan tekanan intrapelvik dan lebih cenderung rumit oleh infeksi.

Tumor ekstrarenal (misalnya Adrenal, sarkoma retroperitoneal


campuran) dapat menyebabkan adanya ginjal, tapi jarang menyerang dan
mendistorsi kelopaknya. Jika kista echinococcal ginjal tidak
berkomunikasi dengan pelvis ginjal, mungkin sulit untuk dibedakan dari
kista soliter, karena tidak ada scoleces atau hooklet yang ada dalam urin.
Dinding kista hidatid sering menunjukkan kalsifikasi pada pemeriksaan x-
ray Tes sensitivitas kulit (casoni) untuk penyakit hidatid mungkin bisa
membantu.

Komplikasi

Infeksi spontan pada kista soliter jarang terjadi, namun bila terjadi,
sulit untuk dibedakan dari carbuncle. Perdarahan ke dalam kista kadang
terjadi. Jika tiba-tiba, menyebabkan rasa sakit yang berat. Pendarahan
mungkin berasal dari karsinoma yang tumbuh pada dinding kista.

Hidronefrosis dapat terjadi jika kista pada pole bawah menempel pada
ureter. Hal ini dapat menyebabkan rasa sakit akibat tekanan balik urine
pada pelvic ginjal. Obstruksi ini bisa menyebabkan infeksi ginjal.

Penatalaksanaan

Jika USG, CT scan, atau MRI tidak mengarah pada diagnosis definitif,
angiografi ginjal atau aspirasi jarum pada kista mungkin diperlukan. Jika
aspirasi diperlukan, dapat dilakukan dengan bimbingan sonografi. Aspirasi
didapatkan cairan bening merupakan karakteristik kista jinak, yang harus
dikonfirmasi dengan evaluasi sitologi.

Jika aspirasi mengandung darah, eksplorasi bedah harus


dipertimbangkan, karena kemungkinan besar pertumbuhannya berupa
keganasan.
Penatalaksanaan komplikasi

Jika kista terinfeksi, terapi antibiotik intensif harus diberikan.


Drainase perkutan seringkali dibutuhkan. Eksisi ekstrarenal pada dinding
kista dan drainase bersifat kuratif saat drainase perkutan gagal. Jika
ditemukan hidronefrosis, eksisi kista yang menghalangi akan mengurangi
obstruksi ureter. Pyelonefritis pada ginjal yang terlibat harus dicurigai
stasis urin sekunder akibat gangguan drainase ureter.

Prognosis

Kista soliter dapat didiagnosis dengan tepat menggunakan USG


dan CT scan. USG berkala direkomendasikan sebagai metode untuk
melihat perubahan ukuran, konfigurasi, dan konsistensi internal kista. CT
scan dapat dilakukan jika menunjukkan karsinoma. Aspirasi kemudian
dapat dilakukan jika perlu untuk menegakkan diagnosis.

BAB III

KESIMPULAN

Kista renalis merupakan suatu kantong abnormal berisi air yang


berasal dari jaringan ginjal. Kelainan ini dapat diturunkan, didapat, atau
berhubungan dengan kondisi pejamu yang tidak berkaitan. Kista dapat
tunggak atau multipel (polikistik), melibatkan salah satu atau kedua ginjal.

Pasien menunjukkan adanya nyeri lumbal atau abdominal,


hematuria, hiperensi, teraba massa renal, dan infeksi saluran kemih.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi. Meskipun sangat jarang,
atau kadang-kadang terjadi perdarahan di kista. Apabila kista menekan
atau menjepit ureter dapat terjadi hidronefrosis, dan dapat berlanjut
menjadi pyelonefrosis akibat statis urine. Akhirnya, penderita mengalami
gagal ginjal kronik.

DAFTAR PUSTAKA

McAninch, Jack W. Disorder Of The Kidney, from Smiths General


Urology 17th edition. Mc Graw-Hill, USA: 2008.

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,


Jakarta EGC

Purnomo, Basuki B. Dasardasar Urologi. Edisi 2. EGC, Jakarta: 2009.

Price S.A., Wilson L.M. Patofisologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 6 Volume 2. EGC, Jakarta: 2005.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007

You might also like