You are on page 1of 17

PENAPISAN BAKTERI RIZOSFIR YANG BERPERAN DALAM

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

LAPORAN BAKTERIOLOGI

Nama : Zahra Putri Aulia


Nim : B1J014133
Kelompok :1
Rombongan : II
Asisten : Willery Yeo

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah sebagai media tumbuh tanaman banyak mengandung mikroorganisme,


beberapa di antaranya cenderung berkoloni disekitar perakaran/rizosfer tanaman dan
beraktivitas menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman baik secara langsung
maupun tidak langsung dan dapat berkontribusi menggantikan input anorganik
(Kafrawi et al., 2015). Teknologi yang sedang pesat perkembangannya saat ini adalah
pemanfaatan mikroorganisme (bakteri saprofit non patogenik) yang dieksplorasi dari
rizosfer tanaman (rizobakteri) yang dapat memacu pertumbuhan tanaman (Sutariati
et al., 2014). Kelompok mikroorganisme seperti ini disebut Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) (Kafrawi et al., 2015).
Beberapa bakteri dari kelompok PGPR adalah bakteri penambat nitrogen
seperti genus Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat seperti
genus Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter, Bacterium, dan Mycobacterium. Bakteri
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat mempunyai peran
dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan
melalui berbagai proses, seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa
organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi (Widawati et al., 2015).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa rizobakteri memiliki kemampuan mengolonisasi
rizosfer secara agresif dan beberapa jenis rizobakteri mampu berperan ganda sebagai
biofertilizer dan bioprotektan pada tanaman (Ashrafuzzaman et al., 2009).
Pengaruh langsung PGPR didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan
memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta
mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pemacu tumbuh
sedangkan pengaruh tidak langsung berkaitan dengan kemampuan PGPR menekan
aktivitas pathogen dengan cara menghasilkan senyawa atau metabolit seperti
antibiotik dan siderophore (Kafrawi et al., 2015). Menurut Dewi (2007),
mikroorganisme menguntungkan ini dapat menjadi komponen yang signifikan dalam
manajemen pengelolaan untuk dapat mencapai hasil, ya ng mana ditegaskan bahwa
hasil tanaman budidaya tidak hanya dibatasi oleh lingkungan fisik alamiah tanaman
dan potensial genetik bawaan.
Praktikum acara kali ini tentunya menggunakan beberapa uji yang
dimaksudkan untuk mengetahui bakteri rizosfir yang berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Beberapa uji yang dilakukan adalah uji antagonisme

2
actinomycetes terhadap jamur patogen dan bakteri, uji antagonisme BAL terhadap
bakteri, uji produksi HCN, uji bakteri pelarut pospat dan uji bakteri penambat
nitrogen. Mikroba patogen dan antagonis diisolasi dari tanah, akar dan permukaan
rimpang dengan teknik pengenceran (Schaad et al., 2001). Uji antagonis bakteri
terhadap bakteri antagonis dilakukan dengan tehnik biakan ganda. Masing-masing
suspensi bakteri distreak ke dalam cawan petri dan inkubasi 24 jam dan selanjutnya
dilakukan pengamatan daya antagonis. Bakteri antagonis akan menghambat dan
menyelimuti pertumbuhan koloni. Uji antagonis bakteri melawan jamur dilakukan
dengan teknik biakan ganda. Pada 2 sisi medium yang berisi bakteri diinokulasikan 1
lempeng biakan jamur antagonis diameter 5 mm. Inkubasi 4 hari dan selanjutnya
dilakukan pengamatan daya antagonis. Jamur antagonis akan menghambat
pertumbuhan koloni bakteri dengan membentuk zona antibiosis atau mematikan
secara langsung dengan cara menyelimuti pertumbuhan koloni patogen (Bustaman,
2006).
Uji produksi senyawa HCN kualitatif dianalisis dengan menggunakan metode
yang dikembangkan Bekker & Schipper (Munif, 2001). Isolat rizobakteri yang diuji
ditumbuhkan pada media glisin dalam cawan petri. Pada bagian tutup cawan petri
ditempelkan potongan kertas saring yang telah direndam dalam larutan untuk
mendeteksi HCN (asam pikrat 2 g dan natrium karbonat 8 g, dalam 200 ml air).
Biakan kultur bakteri diinkubasi pada suhu ruang. Sebagai petunjuk terbentuknya
senyawa HCN akan terjadinya perubahan warna pada kertas saring. Warna kertas
saring yang tetap kuning menunjukkan isolat yang diuji tidak memproduksi HCN
sedangkan warna coklat muda, coklat tua dan merah bata menandakan produksi
HCN yang semakin meningkat. Dalam pengujian kemampuan rizobakteri untuk
melarutkan fosfat digunakan media agar Pikovskaya (Agustiansyah et al., 2013).

B. Kompetensi

Kompetensi dari praktikum penapisan bakteri rizosfir yang berperan dalam


meningkatkan pertumbuhan tanaman adalah mahasiswa mampu mengetahui cara
penapisan isolat bakteri rizosfir yang mampu menambat Nitrogen bebas dari udara
dan bakteri pelarut pospat yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
tanaman.

3
4
II. MATERI DAN CARA KERJA
A. Materi

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu cawan petri, tabung reaksi,
erlenmeyer, object glass, jarum ose, cover glass, mikroskop, lampu spirtus,
wrapping, kertas pembungkus, autoklaf, tusuk sate, dan pipet.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu isolat Rhizoctonia sp.,
isolat Fusarium sp., isolat Escherichia coli, isolate staphylococcus aureus, isolat
Actinomycetes, medium PDA, medium SCN, medium NA, medium PCA, isolat
Lactobacillus bulgaricus, isolate Azospirillum sp., medium NA + Glycine, picric
acid 0,5 %, sodium karbonat 2%, medium Pikovskaya, kertas Whatman, medium
NfB, akuades, crystal violet, lugols iodine, etanol, dan safranin.

B. Cara Kerja
1. Uji Antagonisme Actinomycetes terhadap Jamur Patogen
a. Medium PCA, SCN, dan PDA serta isolat fungi Rhizoctonia sp. dan
Fusarium sp. disiapkan.
b. Cawan petri yang telah diisi masing-masing medium distreak kontinyu
bagian tengahnya saja.
c. Kedua isolat fungi diletakkan pada kedua sisi yang tidak terkena streak
masing-masing 1 plug dalam medium yang berbeda.
d. Seluruh cawan petri yang telah diberi perlakuan dibungkus dengan kertas
coklat dan diinkubasi selama 4 x 24 jam pada suhu ruang.
2. Uji Antagonisme Actinomycetes terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus
a. Medium NA, isolat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
serta isolat fungi disiapkan.
b. Bagian tengah cawan petri yang berisi medium NA distreak kontinyu.
c. Sisi yang tidak terkena streak masing-masing distreak lurus dengan isolat
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
d. Cawan petri yang telah diberi perlakuan dibungkus dengan kertas coklat
dan diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC.
3. Uji antagonisme BAL (Lactobacillus bulgaricus) terhadap Escherichia coli
dan Staphylococcus aureus
a. Medium NA serta isolat bakteri Lactobacillus bulgaricus, Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus disiapkan.
b. Isolat bakteri Lactobacillus bulgaricus diambil dengan menggunakan
jarum ose dan distreak kontinyu pada medium NA di bagian tengahnya.

5
c. Cawan petri yang telah diberi perlakuan dibungkus dengan kertas coklat
dan diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37oC.
d. Isolat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diambil dan
distreak lurus di bagian pinggir yang belum terkena streak kontinyu
sebelumnya.
4. Uji Produksi HCN
a. Medium NA+Glycine serta isolat bakteri Azospirillum sp. disiapkan.
b. Isolat bakteri Azospirillum sp. diambil dengan menggunakan jarum ose
dan distreak kontinyu pada medium NA+Glycine.
c. Kertas Whatman dicelupkan pada larutan campuran picric acid 0,5% dan
sodium carbonat 2%.
d. Kertas Whatman yang telah dicelupkan kemudian diletakkan diatas
medium NA+Glycine yang sebelumnya sudah distreak kontinyu.
e. Cawan petri yang telah diberi perlakuan dibungkus dengan kertas coklat
dan diinkubasi selama 4 x 24 jam pada suhu ruang.
5. Uji Bakteri Pelarut Fosfat
a. Medium Pikovskaya serta isolat bakteri Azospirillum sp. disiapkan.
b. Isolat bakteri Azospirillum sp. diambil dengan menggunakan jarum ose
dan distreak kontinyu pada medium Pikovskaya.
c. Cawan petri yang telah diberi perlakuan dibungkus dengan kertas coklat
dan diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu ruang.
d. Setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam, bakteri yang dtumbuhkan diambil
menggunakan jarum ose kemudian diulaskan ke object glass dan
dilakukan pewarnaan Gram.
e. Hasilnya diamati dibawah mikroskop.
6. Uji Bakteri Penambat Nitrogen
a. Medium semi solid NfB serta isolat bakteri Azospirillum sp. disiapkan.
b. Isolat bakteri Azospirillum sp. diambil dengan menggunakan tusuk sate
steril dan distab inoculation pada medium NfB.
e. Tabung reaksi yang telah diberi perlakuan diwrap dan diinkubasi selama
1 x 24 jam pada suhu ruang.

6
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bakteri rizosfir adalah populasi bakteri yang hidup di wilayah perakaran


tanaman dan berinteraksi dengan tanaman melalui perakaran tersebut. Contoh bakteri
rizosfir adalah genus Gluconacetobacter, Azospirillum, Azotobacter, Bacillus,
Burkholderia, Herbaspirillum dan Pseudomonas (Sittadewi et al., 2013). Bakteri
rizosfer ini berperan penting dalam berbagai hal yakni meningkatkan pertumbuhan
tanaman melalui berbagai mekanisme meningkatkan serapan tanaman peningkatan
ketersediaan besi dalam rizosfir dengan produksi hormon pertumbuhan tanaman dan
meningkat fotosintesis selain itu juga membantu peningkatan mobilisasi larut nutrisi
seperti fiksasi nitrogen dan pelarutan fosfat (Klopper, 1978).

7
Gambar 1. Hasil inkubasi uji actinomycetes terhadap jamur patogen dan
bakteri

Hasil uji antagonisme actinomycetes terhadap jamur patogen dan bakteri


dapat dilihat dari ada atau tidaknya daya hambat yang dihasilkan oleh bakteri
actinomycetes terhadap pertumbuhan jamur patogen dan bakteri disekitarnya. Kedua
uji ini memiliki waktu inkubasi yang berbeda, untuk uji terhadap bakteri (E. Coli dan
S. Aureus) hanya membutuhkan waktu 1x24 jam dan hanya ditumbuhkan pada
medium NA, sedangkan untuk uji terhadap jamur patogen (Rhizoctonia sp. dan
Fusarium sp.) membutuhkan waktu inkubasi selama 4x24 jam dan ditumbuhkan
pada 3 medium yang berbeda yaitu PDA, SCN dan PCA. Berdasarkan hasil
praktikum yang didapatkan oleh kelompok 1 rombongan II adalah bahwa
actinomycetes hanya berpengaruh terhadap Fusarium sp. dalam ketiga medium yang
digunakan (PCA, PDA dan SCN). Kemudian untuk hasil terhadap bakteri hanya
berpengaruh pada bakteri E. coli.

Tabel 1. Uji Antagonisme Actinomycetes Terhadap Jamur Patogen dan Bakteri


Kelompok Actinomycetes

8
Fusarium sp. Rhizoctonia sp. S. aureus E. coli
PCA PDA SCN PCA PDA SCN NA NA
1 + + + - - - - +
2 + - + - - + - +
3 - - + + - + - +
4 + + + - + - - -
5 + + + - - - + -
6 + + + - + + - -

Actinomycetes merupakan mikroorganisme prokaryot yang merniliki


kandungan G+C tinggi dalam DNAnya, dengan menghasilkan metabolik yang
beragam. Keragaman metabolik family Actinomycetes diakibatkan oleh sejumlah
besar genomnya, yang merniliki ratusan faktor transkripsi yang mengendalikan
ekspresi gen, sehingga memungkinkan mereka merespon terhadap kebutuhan
spesifik (Singh et al., 2006). Di dalam memacu pertumbuhan tanaman dapat terjadi
baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung termasuk
menghasilkan fitohormon, fosfat terlarut, fiksasi nitrogen clan menaikkan
pengambilan nutrisi. Secara tidak langsung dapat mengendalikan patogen melalui
produksi metabolik sekunder, kompetisi, parasitisme, clan menginduksi ketahanan
(Barreto et al., 2008). Jamur patogen jenis Fusarium sp. menunjukan hasil positif
karena mengalami tekanan akibat antibiotik yang dikeluarkan oleh Actinomycetes
(Oskay et al., 2004). Jamur ini cenderung akan membentuk spora sebagai alat untuk
bertahah hidup seperti klamidospora.
Menurut lee & Hwang (2002) bila diameter darah hambatan (tidak termasuk
diameter agar blok 8mm) sebesar 5,00-9,00 mm maka aktifitas penghambatannya
dikategorikan lemah, 10,00-19,00 mm dikategorikan sedang dan lebih besar atau
sama dengan 20 mm dikategorikan kuat. Berdasarkan hasil penelitian Ambarwati dan
Trisnawati (2008) yang mengisolasi actinomycetes dari tanah sawah menunjukan
hasil bahwa adanya potensi actinomycetes sebagai penghasil antibiotic, yang mampu
menghambat S. aureus. Selain itu, isolat dari tanah pertanahan lebih luas sepektrum
kerjannya karena mampu menghambat bakteri B. subtilis (gram positif) juga ada
yang mampu menghambat E. coli (gram negative). Menurut suwandi (1992) untuk
melangsungkan kehidupannya mikroorganisme harus mensintesis protein, sehingga
apabila sintesis protein ini terganggu maka akan berakibat fatal terhadap
kelangsunggan hidup mikroorganisme tersebut. Oleh karena itu, antibiotic yang
memiliki mekanisme kerja menghambat sintesis protein akan mempunyai daya anti
bakteri yang sanggat kuat.

9
Gambar 2. Hasil inkubasi uji antagonisme BAL (Lactobacillus bulgaricus)
terhadap bakteri S. aureus dan E. coli

Berdasarkan hasil yang didapat oleh kelompok 1 rombongan II bahwa


Lactobacillys bulgaricus dapat menghambat pertumbuhan dari E. coli. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Savadogo et al. (2004) bahwa bakteri asam laktat mengeluarkan
aktivitas antagonistik yang kuat terhadap berbagai mikroorganisme termasuk bakteri
pembusuk dan patogen pada makanan. Pengaruh antimikrobial dari bakteri asam
laktat telah digunakan oleh manusia selama lebih dari 10.000 tahun, dengannya
manusia dapat memperpanjang masa simpan bahan pangan melalui proses
fermentasi.

Tabel 2. Uji Antagonisme BAL (Lactobacillus bulgaricus) Terhadap Bakteri S.


aureus dan E. coli
Lactobacillus bulgaricus
Kelompok
Staphylococcus aureus Escherecia coli
1 - +1
2 - +1
3 - -
4 - -
5 +3 +3
6 - +

Alakomi et al. (2000) menyatakan bahwa AL yang diproduksi oleh kultur


starter BAL dapat berfungsi sebagai antimikroba alami yang statusnya secara umum
telah dikenal aman (GRAS = generally recognized as safe). Asam laktat mampu

10
menghambat pertumbuhan berbagai tipe bakteri pembusuk dan patogen termasuk
spesies Gram negatif dalam famili Enterobacteriaceae dan Pseudomonadaceae atau
yang termasuk kedalam kelompok bakteri Gram positif seperti L. monocytogenes,
Mycobacterium sp., S. aureus, C. perfringens, B. Cereus (Cotter dan Hill, 2003).

Gambar 3. Hasil inkubasi uji BPN, BPF dan HCN

Gambar 4. Hasil pewarnaan gram uji BPF

Uji BPF menggunakan isolat Azospirillum sp. yang kemudian diinkubasi


pada media Pikovskaya. Media Pikovskaya merupakan media spesifik yang
ditemukan oleh Pikovskaya, dapat memudahkan isolasi mikrobia pelarut fosfat
(MPF) baik bakteri pelarut fosfat (BPF) maupun fungi pelarut fosfat (FPF). Bakteri
yang dapat tumbuh dan berkembang pada media Pikovskaya merupakan Bakteri
Pelarut Fosfat (BPF). Ciri dari terisolasinya bakteri pelarut fosfat pada media
Pikovskaya adalah ditemukannya bakteri yang tumbuh pada media dengan
disekitarnya berwarna bening atau terbentuk zona bening. Zona bening mencirikan
bahwa bakteri tersebut mampu melarutkan fosfat dari bentuk kalsium fosfat yang
digunakan dalam media Pikovskaya tersebut. Berdasarkan hasil yang didapatkan oleh
kelompok 1 rombongan II adalah tidak terlihatnya zona bening disekitaran hasil
streak. Kemudian berdasarkan hasil pewarnaan gram didapatkan hasil bakteri gram

11
negatif dan berbentuk basil. Namun, menurut Holt et al. (1994); Cowan et al. (1993)
kebanyakan bakteri pelarut fosfat merupakan bakteri gram positif dan berbentuk
batang. Bakteri ini menguraikan CO2, H2O, energi, dan mineral sehingga dapat
dijadikan nutrisi bagi tanaman.
Berdasarkan hasil uji BPN pada kelompok 1 rombongan II didapatkan hasil
yang negatif karena tidak terbentuk cincin kabut. Bakteri pelarut fosfat mampu
mengubah fosfat tidak larut dengan cara mensekresikan asam organik seperti asam
format, asetat, propionate, laktat, glikolat, fumarat, dan suksinat (Dewi & Tutik,
2014). Sedangkan untuk hasil uji HCN yang didapatkan oleh kelompok 1 rombongan
II adalah positif karena terjadinya perubahan warna pada kertas whatman menjadi
kecoklatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Knowles (1976) yang menyatakan bahwa
akan terjadi perubahan warna menjadi kecoklatan jika menghasilkan HCN.
Perubahan warna kertas saring terjadi akibat adanya reaksi antara asam
pikrat/Na2CO3 dan sianida yang dihasilkan oleh bakteri menjadi bentuk natrium
sianida (NaCN). NaCN terbentuk melalui penyerapan gas sianida oleh larutan NaOH
atau Na2CO3 melalui reaksi antara natrium dan amonia yang pada awalnya akan
terbentuk NaNH2 yang akan bereaksi dengan karbon dan akan menghasilkan natrium
sianamida (Na2NCN) dan akhirnya akan terbentuk NaCN yang merupakan salah satu
jenis dari sianida (Knowles, 1976).

Tabel 3. Hasil Uji BPN, BPF dan HCN


BPF*
Kelompok BPN* HCN
24 Jam 3 x 24 Jam Gram/Bentuk Sel
1 - - - -/Basil +
2 - - + -/Spiral +
3 - - + -/Coccus +
4 - - - -/Coccus +
5 - - - -/Sprillum +
6 - - - -/Spiral -

Bakteri penambat nitrogen memiliki kemampuan meningkatkan efisiensi


penggunaan N-tersedia dalam tanah. Bakteri tersebut menggunakan nitrogen bebas
untuk sintesis sel protein dimana protein tersebut akan mengalami proses
mineralisasi dalam tanah setelah bakteri mengalami kematian, dengan demikian
bakteri berkontribusi terhadap ketersediaan nitrogen untuk tanaman. Contoh dari
bakteri penambat nitrogen adalah Pseudomonas stutzeri yang merupakan bakteri

12
gram negatif, dan termasuk kedalam bakteri Pseudomonas nonfluorescent. Bakteri
ini mempunyai fungsi untuk mengoksidasi sebagaian besar komponen molekul
organik. Strain dari bakteri ini cukup mendapat perhatian besar karena berperan
dalam degradasi komponen aromatik, denitrifikasi dan fiksasi nitrogen (Yu et al.,
2011).
Bakteri pelarut fosfat merupakan bakteri tanah yang dapat melarutkan fosfat
sehingga dapat diserap oleh tanaman. Selain meningkatkan fosfat dalam tanah juga
dapat berperan pada metabolisme vitamin D memperbaiki pertumbuhan akar
tanaman dan meningkatkan serapan hara Bakteri pelarut fosfat mampu mensekresi
asam organik sehingga akan menurunkan pH tanah dan memecahkan ikatan pada
beberapa bentuk senyawa fosfat untuk ga meningkatkan ketersediaan fosfat dalam
larutan tanah Bakteri yang berperan sebagai pelarut fosfat pada tanah telah banyak
ditemukan, diantaranya genera Pseudomonas, Micrococcus, Bacillus, Azotobacter,
Microbacterium dan Flavobacterium. Bakteri Pseudomonas dan Bacillus merupakan
bakteri pelarut fosfat yang memiliki kemampuan terbesar sebagai biofertilizer
dengan cara melarutkan unsure fosfat yang terikat pada unsur lain (Fe, Al, Ca, dan
Mg), sehingga unsur P tersebut menjadi tersedia bagi tanaman (Marista et al., 2013).
Hidrogen sianida adalah senyawa anorganik. HCN tersebar luas di perairan
dan berada dalam bentuk ion sianida (CN-), hidrogen sianida (HCN) dan
metalosianida (Purba, 2009). Sianida sangat bersifat reaktif, sehingga biasanya
sianida ditemui berikatan dengan senyawa lain diantaranya adalah hidrogen sianida,
sodium sianida dan potasium sinida. Kelompok organisme yang dapat menghasilkan
sianida meliputi bakteri, jamur, tanaman dan ganggang (Castric et al., 1983). Pada
umumnya sianida banyak diproduksi oleh jamur, namun bakteri juga mampu
menghasilkan sianida. Pseudomonas dan Chromobacterium violaceum adalah contoh
bakteri yang mampu menghasilkan HCN (Knowles, 1976). Hasil penelitian Kremer
dan Souissi (2001), menunjukkan beberapa strain dari Pseudomonas juga dapat
menghasilkan metabolit sekunder berupa HCN yang dapat mempengaruhi
metabolisme akar dan pertumbuhan akar dari gulma. Strain dari Pseudomonas yang
mampu menghasilkan sianida adalah P. chlorophis, P. aureofaciens, P. aeruginosa
(Knowles, 1976), P. flourecens (Jayaprakashvel, 2010).

13
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:


1. Isolat bakteri yang mampu menghasilkan hormone tumbuh (Indole-3-Acetic
Acid) IAA dari lahan pertambangan PT. Adaro Kalimantan Selatan yaitu S1B,
S1C,S2A, S2C, S4A, S4B, S4C, S5D, S6C, S7B, S8A, dan S8B.
2. Smapel S1B merupakan isolate bakteri yang mampu memproduksi IAA pada
kondisi tanah dengan pH netral dan pH asam (5.0), pada pH netral mampu
memproduksi IAA tertinggi sebesar 81.7700 dan pH asam (5.0) sebesar
41.8142.

B. Saran

Saran yang dapat dijadikan sebagai acuan yaitu saat proses isolasi bakteri
menggunakan media TSA pH 5.0 dicari metode yang paling tepat untuk menghambat
pertumbuhan jamur.

14
DAFTAR REFERENSI

Dommergues Y, Mangenot F. 1970. Microbial Ecology of Soil. Paris: Masson and


Cie.
Dewi, T.K., Ela S.A., Hartati I., dan Sarjiya A. 2015. Karakterisasi Mikroba
Perakaran (PGPR)Agen Penting Pendukung Pupuk Organik Hayati. Pros Sem
Nas Masy Biodiv Indon., 1(2) : 289-295.

Glickmann E, Dessaux Y. 1995. A critical examination of the specificity of the


salkowski reagent for indolic compounds roduced by phytopathogenic bacteria.
Appl Environ Microbiol., 61 (2): 793.
Frankenberger WT, Arshad M. 1995. Phytohormones in Soils: Microbial Production
and Function. New York: Marcel Dekker.
Haq I, Dahot MU. 2007. Micro-propagation effi ciency in banana (Musa spp.) under
different immersion systems. Pak J Biol Sci 10:726-733.
Hindersah R, Simarmata T. 2004. Potensi rizobakteri Azotobacter dalam
meningkatkan kesehatan tanah. J Natur Indones 5: 127-133.
Isroi. 2002. Bioteknologi mikroba untuk pertanian organik. http: //www.
Kompas.com/kompas- cetak/0412/17/ilpeng/1442850. Htm. [1 Juni 2016].
Lee, Sunhee.,M., Flores-encarnacion, M. Contreras-Zentella, L. Garcia-Flores, J.E.
Escamilla and Christina Kennedy J. Bateriol. 2004. Indole-3-Acetic Acid
Biosynthesis Is Deficient in Gluconacetobacter diazotrophicus Strains with
Mutations in Cytochrome c Biogenesis Genes. 186 (16) : 5384.
Musnamar El. 2003. Pupuk Organik: Cair & Padat, Pembuatan dan Aplikasi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Retnowati, Y., Wirnangsi D. U., Siti H.E.P. 2012. Potensi Penghasilan Hormon IAA
oleh Mikroba Endofit Akar Tanaman Jagung (Zea Mays). FMIPA Universitas
Gorontalo, 1-9.

Saraswati R. 1999. Teknologi pupuk mikrob multiguna menunjang keberlanjutan


sistem produksi kedelai. J Mikrobiol Indonesia. 4: 1-9.

15
Silitonga D.M., Nunuk P., dan Isnaini N. 2012. Isolasi Dan Uji Potensi Isolat Bakteri
Pelarut Fosfat dan Bakteri Penghasil Hormon Iaa (Indole Acetic Acid) Terhadap
Pertumbuhan Kedelai (Glycine Max L.) Pada Tanah Kuning. Jurnal Pertanian,
1-7.

Tarabily, K., A. H. Nassar., K. Sivasithamparam. 2003. Promotion of Plant Growth


By An Auxin-Producing Isolate of The Yeast Williopsis Saturnus Endophytic in
Maize Roots. The Sixth U. A. E. University Research Conferences. 60: 69.

Wattimena JR et al. 1991. Farmakodinami dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: UGM


Pr.
Widawati, S. 2015. Isolasi dan Aktivitas Plant Growth Promoting Rhizobacteria
(Rhizobium, Azospirillum, Azotobacter, Pseudomonas) dari Tanah Perkebunan
Karet, Lampung. Berita Biologi, 14(1) : 77-88.

Note :

Margin : Kiri 4; kanan atas bawah 2,5


Font TNR 12
Lampirkan 1 jurnal berbahasa Inggris (5 tahun terakhir)

Lampirkan hasil yang telah di acc

16
17

You might also like