Professional Documents
Culture Documents
STEP 2
STEP 3
Kekurangan :
kekurangan
3. kuasi eksperimental
Ada 2 :
1. Single blind
Tau dikasih perlakuan apa tapi pasien engga
2. double blind
Peneliti dan pasien tidak mengetahui perlakuan yang diberikan
4. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo ?
In vitro In vivo
Di luar tubuh Di dalam tubuh
Cawan petri Hewan coba
Amati parsial total
Sedikit sample Banyak sample
Tidak menyakiti hewan coba Menyakiti hewan coba
Pada media yang sudah terkontrol Lebih pada manusia
Efek nya pada organ Mahal, lama
Menjelaskan pengaruh dari variabe
eks pda bagian pokok orgsm
Prosedur pengujian :
Tujuan penelitian
o Subjek uji mau in vitro ( sel primer (orgn hidup) atau
kontinyu ( sel primer yg ditransformasikan) atau mikro) atau
in vivo ( kesamaan enzimatis ADME atau fisik )
In vitro :
o Uji Ab
o Uji obat anti kanker pada sel kanker
o Obat malaria pada plasmodium
o Obat antiviral
o Teknologi gabungan biokimia, fisiologi dan sitokimetri yang
berpengaruh pada genetik
7. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi hasil uji pada hewan coba?
o Suhu
o Bahan pangan tikus DM tapi diberikan makanan yang
menurunkan risiko DM
o Pemilihan hewan coba : tergantung tujuan penelitian
In vitro :
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
dilakukan mikroorganisme pada tidak hidup tetapi dalam lingkungan terkontrol,
misalnya di dalam tabung reaksi atau cawan Petri
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel
eksperimental pada subset dari bagian pokok suatu organisme. Hal ini cenderung
untuk memfokuskan pada organ , jaringan , sel , komponen sel, protein , dan /
atau biomolekul
tingkat penyederhanaan sistem yang diteliti lebih besar , sehingga peneliti dapat
fokus pada sejumlah komponen. Sebagai contoh , identitas protein dari sistem
kekebalan tubuh ( misalnya antibodi ) , dan mekanisme yang mengenali dan
mengikat antigen asing akan tetap sangat jelas jika tidak untuk penggunaan
ekstensif kerja in vitro untuk mengisolasi protein , mengidentifikasi sel-sel dan
gen yang memproduksi mereka , mempelajari fisik sifat interaksi mereka dengan
antigen , dan mengidentifikasi bagaimana interaksi mereka menyebabkan sinyal
seluler yang mengaktifkan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh
Respon seluler adalah spesies - spesifik , lintas analisis - bermasalah spesies .
Metode baru spesies - sasaran yang sama - , studi multi- organ yang tersedia
untuk memotong hidup , pengujian lintas-spesies
Kelebihan :
kekurangan :
- Banyak percobaan biologi seluler dilakukan di luar organisme atau sel ; karena
kondisi pengujian mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme, ini
dapat mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan situasi yang muncul dalam
organisme hidup. Akibatnya, hasil eksperimen tersebut sering dijelaskan dengan
in vitro, bertentangan dengan in vivo.
- Namun, kondisi yang terkendali hadir dalam sistem in vitro berbeda secara
signifikan dari yang in vivo, dan dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Oleh
karena itu, dalam studi in vitro biasanya diikuti oleh studi vivo.
Contohnya termasuk:
- Dalam biokimia, fisiologis stoikiometri konsentrasi non-aktif dapat
mengakibatkan enzim dalam arah terbalik, misalnya beberapa enzim dalam siklus
Krebs mungkin tampak memiliki tata-nama, salah.
- DNA dapat mengadopsi konfigurasi lainnya, seperti A DNA .
- Protein lipat mungkin berbeda seperti dalam sel ada kepadatan tinggi protein
lain dan ada sistem untuk membantu lipat, sementara in vitro, kondisi kurang
bergerombol dan tidak membantu.
In vivo :
Terletak di dalam tubuh manusia digunakan hewan utuh dan kondisi hidup
(baik sadar atau teranestesi) dalam lingkungan yang terkendali
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas
harus dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan
(mempengaruhi dosis)
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan
perpaduan antara rodent dan non rodent.
kekurangan :
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama
1. Vignais, Paulette M.; Pierre Vignais (2010). Discovering Life, Manufacturing Life:
How the experimental method shaped life sciences. Berlin: Springer. ISBN 90-481-
3766-7 .
2. ^ Jacqueline Nairn; Price, Nicholas C. (2009). Exploring proteins: a student's guide
to experimental skills and methods. Oxford [Oxfordshire]: Oxford University
Press. ISBN 0-19-920570-1 .
3. ^ Sunshine, Geoffrey; Coico, Richard (2009). Immunology: a short course. Wiley-
Blackwell. ISBN 0-470-08158-9 .
4. ^ "Existing Non-animal Alternatives" . Source: AltTox.org . 8 September 2011.
1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini
berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam
penelitian. Bentuk Pre-
Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :
c. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan
perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.
4. Factorial Design
Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-
kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan
ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua
atau lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari
desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek
suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol,
selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat
dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional
Fuchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York. Pearson
Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta
Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteria-kriteria sebagai
berikut:
Berat badan lebih kecil dari 1 kg
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak
Mudah dipegang dan dikendalikan
Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral, subkutan)
Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
Lama hidup relative singkat
Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang dituju
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press)
Kesehatan hewan bebas dari penyakit
Disesuaikan dengan tujuan penelitian
Kebutuhan bahan makanan di sesuaikan berat badan
BB disesuaikan dengan rancangan penelitian
Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan
lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim
pada tempat bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga mempermudah proses
pencekokan perlakuan menggunakan sonde lambung, dan tidak mempunyai kandung
empedu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).
Selain itu, tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus
menjadi bagian badan yang paling penting untuk mengurangi panas tubuh. Mekanisme
perlindungan lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan menutupi bulunya
dengan ludah tersebut (Sirois 2005).
Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang
biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu (Malole dan Pramono 1989) :
- galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih
panjang dari badannya,
- galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan
- galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada
kepala dan tubuh bagian depan.
Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague Dawley berjenis
kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague Dawley dengan jenis
kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada
saat mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang
berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian (Kesenja 2005). Tikus putih galur ini
mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan galur
lainnya (Harkness dan Wagner 1983).
.
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press) dan
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56395/Bab%20II%20Tinj
auan%20Pustaka.pdf?sequence=4
In vivo:
- utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan Wistar
atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh
baik dg jumlah sample yg banyak
- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan yakni dengan
penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan
digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya
dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau
tikus krn hewan akan diletakkan di hot plate.
- Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya banyak kemiripan
dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan adanya keterbatasan subyek uji
- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa dirangsang utk muntah
berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.
- Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn system
kardiovaskulernya paling mirip dg manusia
- Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di bawah kulitnya shg
melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering dipotong utk
menimbang udem yg terbentuk
- utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu duburnya setelah
disuntik pyrogen
- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam (ayam makan
ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi dg biokimiawi di
keluarga burung.
- Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di dalam air, hewan
diuji dg berenang dan lari di treadmill.
- Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap menerima pejantan.
- Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker, atau paru-paru tikus
setelah dipejankan benzo(a)pirena
7. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi hasil uji pada hewan coba?
o Suhu
o Bahan pangan tikus DM tapi diberikan makanan yang
menurunkan risiko DM
o Pemilihan hewan coba : tergantung tujuan penelitian
- Faktor internal : jenis kelamin, genetik, usia, bb
- Faktor eksternal : suhu disesuaikan, kondisi lingkungan (pengandangan),
kelembaban, cahaya, kebisingan dll
8. Uji toksisitas : metode ( cara pemberian dan dosis )?
9. Metode lain selain in vivo dan in vitro ?
in situ:
memasukkan obat dalam hewan dilihat dalam suatu sistem. misal obat antidoare
diamati pada pergerakan usus
In silico:
- Studi in silico adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk menemukan
obat baru.
- Penemuan obat dengan skrining maya
- Diantaranya yaitu HKSA dan studi docking. Beberapa metode biasa
digunakan untuk simulasi docking, yaitu pengamatan visualisasi
berdasarkan interaksi ligand dan protein. Hal yang sering diamati
adalahbesarnya energi ikatan dan adanya ikatan hidrogen antara ligand
dan protein.
- Upaya telah dilakukan untuk membangun model komputer dari perilaku
selular . Sebagai contoh, pada tahun 2007 para peneliti mengembangkan
model silico tuberkulosis untuk membantu dalam penemuan obat ,
dengan manfaat utama menjadi lebih cepat dari real time tingkat
pertumbuhan simulasi , memungkinkan fenomena yang menarik untuk
diamati dalam beberapa menit bukan bulan