You are on page 1of 13

STEP 1

Bixin : Pigmen karotineoid pada biji kesumba

STEP 2

1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan in vitro ?


2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan in vivo ?
3. Apa saja macam2 desain uji farmakologi ?
4. Apa saja prosedur pengujian in vitro dan in vivo ?
5. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo ?
6. Bagaimana pemilihan subjek uji, metode uji, parameter atau analisis?
7. Apa saja contoh uji in vivo dan in vitro ?
8. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi hasil uji ?

STEP 3

1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan in vitro ?


Kelebihan :
Kebutuhan sample sedikit
Murah dan cepat
Lebih cocok mengamati efek keseluruhan efek percobaan pada
subyek hidup

Kekurangan :

Dapat memberikan yang menyesatkan


Banyak sekali melakukan percobaan karena diluar sel supaya sesuai
dengan MH
Hasilnya tidak sesuai dengan situasi yang muncul pada organisme
hidup

2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan in vivo ?


kelebihan
digunakan hewan utuh dan hidup makanya terkendali

kekurangan

Sample banyak mahal dan lama


3. Apa saja macam2 metode penelitian in vitro dan in vivo ?
1. pre eksperimental, ada 3
a. one shoot case study : ada satu kelompok yang diberi treatment, hasil di
observasi
b. one group pre and post test : ada pre test sebelum diberi perlakuan ,
yaitu diperiksa kondisinya sebelum perlakuan
c. intake group comparison : ada satu kelompok tapi satu kontrol satu
perlakuan
- belum sungguh2 masih ada variabel perancu yang masih berpengaruh
terhadap variabel terikat
2. true eksperimental
Peneliti dapat mengontrol smua variabel luar, ada 3
a. post test only control design : ada 2 kelompok tapi dibagi random, ada
yg diberi perlakuan sama kontrol
b. pre post test control group design : sebelum perlakuan di test dengan
setelah perlakuan
c. solomon : ada 4 kelompok 2 pre dan 2 tidak , 2 kelompok pre atau tidak
diberi perlakuan , lalu keepmatnya dilakukan post test

3. kuasi eksperimental

Pengembangan dari true eksperimental, ada kontrol tapi tidak


berfungsi

Ada 2 :
1. Single blind
Tau dikasih perlakuan apa tapi pasien engga
2. double blind
Peneliti dan pasien tidak mengetahui perlakuan yang diberikan
4. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo ?
In vitro In vivo
Di luar tubuh Di dalam tubuh
Cawan petri Hewan coba
Amati parsial total
Sedikit sample Banyak sample
Tidak menyakiti hewan coba Menyakiti hewan coba
Pada media yang sudah terkontrol Lebih pada manusia
Efek nya pada organ Mahal, lama
Menjelaskan pengaruh dari variabe
eks pda bagian pokok orgsm

5. Bagaimana pemilihan subjek uji, metode uji, parameter atau analisis?


Subjek uji :
BB < 1 kg
Mudah diambil darah, darah yang diambil cukup banyak
Mudah dipegang
Pemberian materi mudah melalui oral atau subkutan
Mudah dikembnagkan atau dipelihara di lab
Lama hidup relatif singkat
Struktur mirip dengan manusia pada hewan uji
Mencit : tersedia dlm jumlah banyak, tetapi darahnya
sedikit
Tikus : BB 500 gr mudah dipegang dan dikembalikan, darah
banyak, ada bebrapa galur yaitu : SD (digunakan jantan dan
usia < 2 bulan), albino putih, wistar ( ekor pendek ), long
evans ( hitam dibagian kepala dan depan)
Babi atau sapi : DM
Mencit : pain killer
Galur wistar : repro
Tikus : uji kanker dan libido

Prosedur pengujian :

Pemilihan hewan uji


o Menentukan spesies atau strain dr hewan uji
o Jenis kelamin dan jumlah serta usianya
Pemberian perlakuan
o Dimulai dari dosis kecil sampai dosis besar untuk melihat LD 50
Pengamatan
o Diamati setiap hari
Pelaporan
o Pada akhir penelitian ada pelaporan

Tujuan penelitian
o Subjek uji mau in vitro ( sel primer (orgn hidup) atau
kontinyu ( sel primer yg ditransformasikan) atau mikro) atau
in vivo ( kesamaan enzimatis ADME atau fisik )

Ada beberapa disease model pada in vivo :

o Induced disease model : hewan sehat dibuat sakit diberikan perlakuan,


contoh : induksi paracetamol atau telur puyuh
o Spontanius disease model : hewan sudah sakit dari lahir lalu diberikan
perlakuan
o Transgenic disease model : dibikin secara genetik
o Negatif disease model
o Orphan disease model

6. Apa saja contoh uji in vivo dan in vitro ?


In vivo :
o Uji fertilitas : SD atau wistar
o Pain killer : ringan mencit ( as, asetat intra peritoneal), tahan
nyeri wistar dijepit
o Panas : mencit ditaruh pada hotplate, kelinci diberikan pirogen lalu
diukur perubahan suhu
o Uji emetik : burung merpati , muntah berkali kali mengapa ko
disamakan dengan unggas ?
o Uji asam urat : ayam karena mirip metabolismenya pada manusia
cari jurnal pada mencit dapat hiperurisemia ga ?
o Uji AB : bisa digunakan babi atau sapi karena pankreas nya mirip
dengan manusia, kalau ga ada bisa pake tikus
o Anti hipertensi : bisa kucing atau anjing, struktur kardiovaskuler
mirip manusia
o Anti inflamasi :tikus disuntik dengan bakteri secara intraperitoneal,
adakah reaksi udem
o Uji libido : tikus yang sedang ekstrus atau siap menerima pejantan
o Uji kanker : pada punggung tikus diberikan sel kanker
o Uji sperma : pada mencit karena sperma dlm waktu 30 hari jadi
lebih singkat dari tikus atau hewa coba lainya

In vitro :

o Uji Ab
o Uji obat anti kanker pada sel kanker
o Obat malaria pada plasmodium
o Obat antiviral
o Teknologi gabungan biokimia, fisiologi dan sitokimetri yang
berpengaruh pada genetik

7. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi hasil uji pada hewan coba?
o Suhu
o Bahan pangan tikus DM tapi diberikan makanan yang
menurunkan risiko DM
o Pemilihan hewan coba : tergantung tujuan penelitian

- Faktor internal : jenis kelamin, genetik, usia, bb


- Faktor eksternal : suhu disesuaikan, kondisi lingkungan (pengandangan),
kelembaban, cahaya, kebisingan dll
8. Uji toksisitas : metode ( cara pemberian dan dosis )?
9. Metode lain selain in vivo dan in vitro ?
10. Subjek penelitian lebih dicari lagi
STEP 7

1. Sebutkan kelebihan dan kekurangan in vitro ?

In vitro :
Terletak di dalam suatu system tetapi di luar tubuh manusia
dilakukan mikroorganisme pada tidak hidup tetapi dalam lingkungan terkontrol,
misalnya di dalam tabung reaksi atau cawan Petri
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh dari variabel
eksperimental pada subset dari bagian pokok suatu organisme. Hal ini cenderung
untuk memfokuskan pada organ , jaringan , sel , komponen sel, protein , dan /
atau biomolekul
tingkat penyederhanaan sistem yang diteliti lebih besar , sehingga peneliti dapat
fokus pada sejumlah komponen. Sebagai contoh , identitas protein dari sistem
kekebalan tubuh ( misalnya antibodi ) , dan mekanisme yang mengenali dan
mengikat antigen asing akan tetap sangat jelas jika tidak untuk penggunaan
ekstensif kerja in vitro untuk mengisolasi protein , mengidentifikasi sel-sel dan
gen yang memproduksi mereka , mempelajari fisik sifat interaksi mereka dengan
antigen , dan mengidentifikasi bagaimana interaksi mereka menyebabkan sinyal
seluler yang mengaktifkan komponen lain dari sistem kekebalan tubuh
Respon seluler adalah spesies - spesifik , lintas analisis - bermasalah spesies .
Metode baru spesies - sasaran yang sama - , studi multi- organ yang tersedia
untuk memotong hidup , pengujian lintas-spesies

Kelebihan :

Kebutuhan sample yang digunakan lebih sedikit


Murah dan cepat
Dalam penelitian in vitro yang lebih cocok dibandingkan in vivo untuk
menyimpulkan tindakan mekanisme biologis. Dengan variabel yang lebih sedikit
dan perseptual diperkuat menyebabkan reaksi halus, hasil yang umumnya lebih
jelas.
in vitro lebih cocok untuk mengamati efek keseluruhan percobaan pada subjek
hidup

kekurangan :
- Banyak percobaan biologi seluler dilakukan di luar organisme atau sel ; karena
kondisi pengujian mungkin tidak sesuai dengan kondisi di dalam organisme, ini
dapat mengakibatkan hasil yang tidak sesuai dengan situasi yang muncul dalam
organisme hidup. Akibatnya, hasil eksperimen tersebut sering dijelaskan dengan
in vitro, bertentangan dengan in vivo.
- Namun, kondisi yang terkendali hadir dalam sistem in vitro berbeda secara
signifikan dari yang in vivo, dan dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Oleh
karena itu, dalam studi in vitro biasanya diikuti oleh studi vivo.

Contohnya termasuk:
- Dalam biokimia, fisiologis stoikiometri konsentrasi non-aktif dapat
mengakibatkan enzim dalam arah terbalik, misalnya beberapa enzim dalam siklus
Krebs mungkin tampak memiliki tata-nama, salah.
- DNA dapat mengadopsi konfigurasi lainnya, seperti A DNA .
- Protein lipat mungkin berbeda seperti dalam sel ada kepadatan tinggi protein
lain dan ada sistem untuk membantu lipat, sementara in vitro, kondisi kurang
bergerombol dan tidak membantu.

2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan in vivo ?

In vivo :
Terletak di dalam tubuh manusia digunakan hewan utuh dan kondisi hidup
(baik sadar atau teranestesi) dalam lingkungan yang terkendali
Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang jelas
harus dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan
(mempengaruhi dosis)
harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni rodent/hewan mengerat dan non
rodent. Alasannya krn system fisiologi dan patologi pada manusia merupakan
perpaduan antara rodent dan non rodent.

kekurangan :
Kebutuhan sample yang digunakan lebih banyak
Mahal dan lama

Hasilnya berupa : efek farmakologi, dosis terapi ED50=dosis yang


menghasilkan 50% efek maksimum.

1. Vignais, Paulette M.; Pierre Vignais (2010). Discovering Life, Manufacturing Life:
How the experimental method shaped life sciences. Berlin: Springer. ISBN 90-481-
3766-7 .
2. ^ Jacqueline Nairn; Price, Nicholas C. (2009). Exploring proteins: a student's guide
to experimental skills and methods. Oxford [Oxfordshire]: Oxford University
Press. ISBN 0-19-920570-1 .
3. ^ Sunshine, Geoffrey; Coico, Richard (2009). Immunology: a short course. Wiley-
Blackwell. ISBN 0-470-08158-9 .
4. ^ "Existing Non-animal Alternatives" . Source: AltTox.org . 8 September 2011.

3. Apa saja macam2 metode penelitian in vitro dan in vivo ?


Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan
tahun 2010, beliau membagi desain penelitian ekperimen kedalam 3 bentuk yakni
pre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design.

1. Pre-experimental design
Desain ini dikatakan sebagai pre-experimental design karena belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar
yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini
berguna untuk mendapatkan informasi awal terhadap pertanyaan yang ada dalam
penelitian. Bentuk Pre-
Experimental Designs ini ada beberapa macam antara lain :

a. One Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan)


Dimana dalam desain penelitian ini terdapat suatu kelompok diberi
treatment (perlakuan) dan selanjutnya diobservasi hasilnya (treatment adalah
sebagai variabel independen dan hasil adalah sebagai variabel dependen). Dalam
eksperimen ini subjek disajikan dengan beberapa jenis perlakuan lalu diukur
hasilnya.

b. One Group Pretest-Posttest Design (Satu Kelompok Prates-Postes)


Kalau pada desain a tidak ada pretest, maka pada desain ini terdapat
pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan.
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian,
tetapi dibagi dua yaitu; setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi
perlakuan) dan setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan).

2. True Experimental Design


Dikatakan true experimental (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul)
karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas
pelaksanaan rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true
experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi tertentu. Jadi
cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random.
Desain true experimental terbagi atas :

a. Posstest-Only Control Design


Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara
random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak.
Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang
tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol.

b. Pretest-Posttest Control Group Design.


Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak/random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

c. The Solomon Four-Group Design.


Dalam desain ini, dimana salah satu dari empat kelompok dipilih secara
random. Dua kelompok diberi pratest dan dua kelompok tidak. Kemudian satu dari
kelompok pratest dan satu dari kelompok nonpratest diberi perlakuan eksperimen,
setelah itu keempat kelompok ini diberi posttest.
3. Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true
experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok
kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini
lebih baik dari pre-experimental design. Quasi Experimental Design digunakan karena
pada kenyataannya sulit medapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk
penelitian.

Dalam suatu kegiatan administrasi atau manajemen misalnya, sering tidak


mungkin menggunakan sebagian para karyawannya untuk eksperimen dan sebagian
tidak. Sebagian menggunakan prosedur kerja baru yang lain tidak. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian,
maka dikembangkan desain Quasi Experimental. Desain eksperimen model ini
diantarnya sebagai berikut:

a. Time Series Design


Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat
dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi pretest sampai
empat kali dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan
kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata
nilainya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu,
dan tidak konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapay diketahui dengan
jelas, maka baru diberi treatment/perlakuan. Desain penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
b. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya
pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol
dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui
random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan
terakhir diberikan postes.

c. Conterbalanced Design
Desain ini semua kelompok menerima semua perlakuan, hanya dalam urutan
perlakuan yang berbeda-beda, dan dilakukan secara random.

4. Factorial Design
Desain Faktorial selalu melibatkan dua atau lebih variabel bebas (sekurang-
kurangnya satu yang dimanipulasi). Desain faktorial secara mendasar menghasilkan
ketelitian desain true-eksperimental dan membolehkan penyelidikan terhadap dua
atau lebih variabel, secara individual dan dalam interaksi satu sama lain. Tujuan dari
desain ini adalah untuk menentukan apakah efek suatu variabel eksperimental dapat
digeneralisasikan lewat semua level dari suatu variabel kontrol atau apakah efek
suatu variabel eksperimen tersebut khusus untuk level khusus dari variabel kontrol,
selain itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan yang tidak dapat
dilakukan oleh desain eksperimental variabel tunggal.
Danim, S. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Faisal, S. 1982. Metodologi Penelitian Pendidikan.Surabaya: Usaha Nasional
Fuchan, A. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York. Pearson
Sugiyono, Dr. 2010. Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Penerbit
Alfabeta
Sukardi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

4. Apa saja perbedaan in vitro dan in vivo ?


In vitro In vivo
Di luar tubuh Di dalam tubuh
Cawan petri Hewan coba
Amati parsial total
Sedikit sample Banyak sample
Tidak menyakiti hewan coba Menyakiti hewan coba
Pada media yang sudah terkontrol Lebih pada manusia
Efek nya pada organ Mahal, lama
Menjelaskan pengaruh dari variabe
eks pda bagian pokok orgsm

5. Bagaimana pemilihan subjek uji, metode uji, parameter atau analisis?


Pemilihan subjek uji
Menggunakan hewan utuh
(Harmanto, Ning. Subroto, Ahkam. 2007. Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping. Jakarta: Elex Media Komputindo)

Spesies yang ideal untuk uji toksisitas sebaiknya memenuhi criteria-kriteria sebagai
berikut:
Berat badan lebih kecil dari 1 kg
Mudah di ambil darahnya dan jumlah darah yang dapat diambil cukup banyak
Mudah dipegang dan dikendalikan
Pemberian materi mudah dilakukan dengan berbagai rute (oral, subkutan)
Mudah dikembangbiakan dan mudah dipelihara di laboratorium
Lama hidup relative singkat
Fisiologi diperkirakan sesuai/identik dengan manusia/hewan yang dituju
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press)
Kesehatan hewan bebas dari penyakit
Disesuaikan dengan tujuan penelitian
Kebutuhan bahan makanan di sesuaikan berat badan
BB disesuaikan dengan rancangan penelitian

(Bersahabat dengan hewan coba UGM)


Prosedur pengujian dapat dibagi menjadi 4 tahapan kegiatan, yaitu pemilihan
hewan uji, pemberian perlakuan, pengamatan dan pelaporan.
1. Pemilihan Hewan Uji.
Paling tidak hal yang harus diperhatikan dalam memilih hewan uji, yaitu :
a. species dan strain hewan yang akan digunakan,
b. usia,
c. jenis kelamin dan
d. jumlahnya.

2. Pemberian Perlakuan.
Dosis tertinggi sebaiknya lebih kecil dari angka LD-50 dan 2 kelompok dosis
berikutnya ditata dengan interval sama di bawah dosis tertinggi tadi (misalnya
LD-50, 2/3 LD-50, 1/3 LD-50, dan kontrol).
3. Pengamatan.
Induk hewan coba diamati kondisi kesehatannya setiap hari dan hal-hal khusus
seperti adanya gejala keracunan atau kematian dicatat. Berat badan ditimbang
paling tidak sekali 3 hari.
Cara pemilihan
Mencit
Bila dibutuhkan hewan coba dalam jumlah banyak, misalnya pada evaluasi
terhadap toksisitas akut dan kemampuan karsinogenik, maka hewan yang paling sesuai
untuk itu adalah mencit. Kekurangannya adalah kesulitan memperoleh darah dalam
jumlah yang cukup untuk rangkaian pemeriksaan hematologi.
Tikus
Tikus tampaknya merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat
badannya dapat mencapai 500 gram sehingga lebih mudah dipegang, dikendalikan atau
dapt diambil darahnya dalam jumlah yang relative besar.

Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki :


berat 150-600 gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm,
kepala dan badan lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih
dari 20-23 mm (Depkes 2011).

Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan
lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim
pada tempat bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga mempermudah proses
pencekokan perlakuan menggunakan sonde lambung, dan tidak mempunyai kandung
empedu (Smith dan Mangkoewidjojo 1988).

Selain itu, tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus
menjadi bagian badan yang paling penting untuk mengurangi panas tubuh. Mekanisme
perlindungan lain adalah tikus akan mengeluarkan banyak ludah dan menutupi bulunya
dengan ludah tersebut (Sirois 2005).

Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu yang
biasa digunakan sebagai hewan percobaan yaitu (Malole dan Pramono 1989) :
- galur Sprague dawley berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekornya lebih
panjang dari badannya,
- galur Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan
- galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada
kepala dan tubuh bagian depan.

Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague Dawley berjenis
kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan. Tikus Sprague Dawley dengan jenis
kelamin betina tidak digunakan karena kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada
saat mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang
berbeda dan dapat mempengaruhi hasil penelitian (Kesenja 2005). Tikus putih galur ini
mempunyai daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan dengan galur
lainnya (Harkness dan Wagner 1983).

.
(Kusumawati.2004.Bersahabat dengan hewan coba.Yogyakarta:Gadjah Mada
University Press) dan
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/56395/Bab%20II%20Tinj
auan%20Pustaka.pdf?sequence=4

6. Apa saja contoh uji in vivo dan in vitro ?


In vitro:
- uji pada mikroba jika antibiotic;
- pada sel kanker dari hewan utk obat anti kanker;
- pada plasmodium utk obat anti malaria;
- pada jamur missal candida pada obat anti keputihan/candidiasis;
- pada cacing utk obat cacing;
- pada virus utk obat antivirus;
- pada bagian organ tertentu dari hewan contoh obat asma bronkodilator diuji
pada otot polos trachea marmot; pada jantung hewan dalam chamber utk obat
angina dan aritmia; dll.

In vivo:

- utk obat fertilitas digunakan hewan uji tikus/rat galur Sprague Dowley/SD bukan Wistar
atau jenis tikus lainnya, krn tikus jenis SD memiliki anak banyak shg pengamatan akan lbh
baik dg jumlah sample yg banyak

- Utk uji painkiller digunakan mencit/mice jika utk menilai nyeri ringan yakni dengan
penyuntikan asam asetat glacial ke peritoneum mencit, tapi jika sasarannya nyeri tekanan
digunakan tikus bias Wistar atau SD, karena tikus akan dijepit ekornya atau telapak jarinya
dengan alat tertentu, sementara kalo nyeri berupa panas, digunakan boleh mencit atau
tikus krn hewan akan diletakkan di hot plate.
- Utk antidiabetika, seharusnya digunakan babi atau sapi yg pankreasnya banyak kemiripan
dg manusia, namun dengan tikus sudah cukup dengan adanya keterbatasan subyek uji
- Utk antiemetik/anti muntah digunakan burung merpati, krn bisa dirangsang utk muntah
berkali-kali sbg kuantifikasi, sementara hewan lain hanya muntah sekali.
- Utk obat antihipertensi, digunakan kucing atau anjing teranestesi, krn system
kardiovaskulernya paling mirip dg manusia
- Utk obat antiinflamasi digunakan baik tikus yang disuntik karagenan di bawah kulitnya shg
melepuh atau telinga mencit disuntik croton oil, bahkan kaki tikus sering dipotong utk
menimbang udem yg terbentuk
- utk antipiretik/penurun panas, digunakan kelinci utk diukur suhu duburnya setelah
disuntik pyrogen
- Utk asam urat digunakan ayam/burung yg dikasih makan jus hati ayam (ayam makan
ayam) krn metabolisme asam urat pada manusia mirip dg yg terjadi dg biokimiawi di
keluarga burung.
- Uji stamina digunakan tikus atau mencit, krn tubuhnya kuat dan tahan di dalam air, hewan
diuji dg berenang dan lari di treadmill.
- Uji libido, digunakan tikus dalam keadaan estrus/siap menerima pejantan.
- Utk uji kanker, digunakan punggung tikus yg diimplan dg sel kanker, atau paru-paru tikus
setelah dipejankan benzo(a)pirena

7. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi hasil uji pada hewan coba?
o Suhu
o Bahan pangan tikus DM tapi diberikan makanan yang
menurunkan risiko DM
o Pemilihan hewan coba : tergantung tujuan penelitian
- Faktor internal : jenis kelamin, genetik, usia, bb
- Faktor eksternal : suhu disesuaikan, kondisi lingkungan (pengandangan),
kelembaban, cahaya, kebisingan dll
8. Uji toksisitas : metode ( cara pemberian dan dosis )?
9. Metode lain selain in vivo dan in vitro ?
in situ:
memasukkan obat dalam hewan dilihat dalam suatu sistem. misal obat antidoare
diamati pada pergerakan usus

In silico:

- Studi in silico adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk menemukan
obat baru.
- Penemuan obat dengan skrining maya
- Diantaranya yaitu HKSA dan studi docking. Beberapa metode biasa
digunakan untuk simulasi docking, yaitu pengamatan visualisasi
berdasarkan interaksi ligand dan protein. Hal yang sering diamati
adalahbesarnya energi ikatan dan adanya ikatan hidrogen antara ligand
dan protein.
- Upaya telah dilakukan untuk membangun model komputer dari perilaku
selular . Sebagai contoh, pada tahun 2007 para peneliti mengembangkan
model silico tuberkulosis untuk membantu dalam penemuan obat ,
dengan manfaat utama menjadi lebih cepat dari real time tingkat
pertumbuhan simulasi , memungkinkan fenomena yang menarik untuk
diamati dalam beberapa menit bukan bulan

10. Subjek penelitian lebih dicari lagi


Classification of Animal Models:
Exploratory: to understand a biological mechanism
Explanatory: to understand a complex biological problem
Predictive : to discover and quantify the impact of a treatment
Classification of Disease Models:
1. Induced (experimental) disease models
2. Spontaneous (genetic) disease models
3. Transgenic disease models
4. Negative disease models
Mechanism of resistance
5. Orphan disease models
Naturally occurs in a non-human species but has not yet been
identified in humans

You might also like