You are on page 1of 10

LBM 2 HERBAL SGD 7

STEP 1

- Tolerabilitas: toleransi dari zat aktifnya terhadap efek konsumsi

- Uji preklinik: uji lab buat obat baru, dilakukan dg hewan coba tujuan untuk efek toksik
dan efek terapi

STEP 2

1 Apa saja tahap tahap uji pre klinik?


2 Apa saja macam2 uji pre klinik beserta perbedaannya?
3 Tujuan dilakukan uji pre klinik?
4 Syarat2 hewan coba untuk penelitian?
5 Macam2 hewan coba dalam uji preklinik?
6 Landasan hukum penggunaan hewan coba pre klinik?
7 Bagaimana uji preklinik dikatakan lulus uji?
8 Apa saja kendala dan keterbatasan dalam uji pre klinik?
9 Bagaimana uji pre klinik dapat memperkirakan tolerabilitas khasiat dan
keamanan pd manusia?

STEP 3

1 Apa saja macam2 uji pre klinik beserta perbedaannya?


1. uji toksisitas
Ingin melihat efek toksik yg ingin d uji
- umum:
akut, sub akut/ sub kronis, kronis
Krg lbh 24 jam, diberi LD dilihat efeknya pd hewan coba dilihat organ2 terkait,
hewan coba d autopsi dilhat kematiannya
-Akut:
Diberi dosis tunggal, pd 2 spesies, 2 pemberian obat ex sub kutan dg oral
Hewan coba diberi obat dosis tunggal.
-Sub kronis:
1-3 bln
Diberi 3 dosis
-Kronis:
Dibedakan dr hewan pengerat dhg hewan non pengerat
> 6 bln
- khusus:
Tdk harus dilakukan semuanya
Mutagenik:
teratogenik: untuk ibu hamil
karsiogenik: obat2 yg di kondumsi jangka panjang

2. uji farmakodinamik
Mekanisme obat didalam tbuh samai menimbulkan efek, dilakukan in vitro dan in
vivo
3. uji farmakokinetik
Untuk menguji absopsi, distribusi, metabolisme, distribusi

Uji farmakologi:
In vivo:
Di dalam tubuh hewan coba
Mahal
Kebutuhan sampel banyak
Diberi pd satu makhluk hidup
In vitro:
Di luar tubuh, masih dalam satu sistem
Murah
Kebutuhan sampel sedikit
Diberi pd sel kanker/ sel tertentu

2 Apa saja tahap tahap uji pre klinik?


1. menguji efek farmakologis
Dengan cara in vivo dan in vitro
Di uji benar2 mempunyai sifat terapetik/ tdk
Pertimbangkan untuk
in vivo:
(dg hewan coba yg sistemnya mirip dg tubuh manusia, terlihat deviasi yg besar,
tdl bs fokus, harus dilakukan kontrol/ homogrnitas) atau
in vitro:
( uji antibiotik, uji sel kanker, lbh bagus)
2. uji toksisitas
Untuk mengetahhui aman/tdk
Dihitung LD 50
Akut:
Harus ada beberapa jenis hewan
Sub akut:
3 jenis hewan ( 2 pengerat & 1 non pengerat)
Bisa 1 jenis hewan tetapi beda dosis

Tahap2 pengembangan dan penilaian obat:


Meneliti dan menscreening bahan obat
Mensistesis dan meneliti zat senyawa dr obat yg sudah ada
Meneliti dan mensintesis dan membuat variasi struktur
Dikembangkan obat alami dengan serangkaian pengujian secara sistematis

3 Tujuan dilakukan uji pre klinik?


Memperoleh informasi toksisitas bahan yg diuji/ keamanan
Memperoleh informasi farmakodinamik
Memperoleh informasi farmakokinetik

4 Syarat2 hewan coba untuk penelitian?


Kesehatan hewan
Hewan harus utuh/ tdk boleh cacat/ sehat
Pemilihan hewan
Tujuan penelitian: mengetahui serum darah di hepar lbh baik gd hewan yg apa
harus dipertimbangkan
BB < 1 kg untuk mencit, tikus, marmut, BB >1kg:
Hewan mudah d ambil darah
Mudah dipegang & dikendalikan
Lama hidup relatif singkat
Jelas jenis & galurnya

Menguji obat fertilitas: tikus galur sd


Menguji pain killer/ analgesik: mencit
Nyeri tekanan: tikus wistar/ sd
Menguji panas: mencit
Obat anti DM: babi/ sapi ( pakreas mirip manusia)
Uji antiemetik: burung merpati ( bisa dirangsang muntah berkali-kali)

Hewan uji bebas bebas dr patogen


Mempunyai reaksi imunitas yg baik
Mempunyai kepkaan terhdap suatu penyakit
Secara genetik identik dg manusia
5 Macam2 hewan coba dalam uji preklinik?
Mencit:
BB min 20gram
6-8mngg
Tikus:
BB Mmin 120gr
6-8mngg
Marmut:
BB 250 gr
4-5 mngg
Kelinci:
BB min 1800gr
8-9 bln

6 Landasan hukum penggunaan hewan coba pre klinik?


*UU no. 36 th 2009: ttg kesehatan pasal 44 ayat 4 penelitian terhadap hewan
harus dijamin untuk melindungi kelestarian hewan serta mencegah dampak
buruk tidak langsung bagi kesehatan manusia.
*Pp pemerntah 39 th 1995 ttg penelitian pengembangan kesehatan
*Cara uji klinik yg baik BPOM
*SK Menkes 1333 th 2002 ttg persetujuan penelitian pd manusia
7 Bagaimana uji preklinik dikatakan lulus uji?
Kriteria?
Tidak ada kriteria untuk lulus uji
Tidak ada kata2 lulus uji
Misal: dg dosis toksik sekian bisa toksis
Baik digunakan pd dosis sekian
Memberikan informasi LD
Memberikan informasi adanya efek farmakodinamik, farmakokinetik yg cocok
untuk dijadikan obat
Kalo ingin dilakukan uji klinik harus dinilai obat tsb potensial untuk di
masyarakat/ tdk
8 Apa saja kendala dan keterbatasan dalam uji pre klinik?
Membutuhkan waktu yg lama >1 thn
Biaya
Pada hewan coba ( harus memilih, homogenkan, kontrol)
Uji toksisitas:
Waktu 2-6 thn
Hewan yg digunakan tdk identik dengan manusia

STEP 4
OT

Uji preklinik

Tahapan:
Hewan coba:
Farmakologi: in jenis, syarat,
vivo, in vitro ketentuan,
perundang-
Toksisitas: Akut, undangan
sub akut, kronis

Hasil uji preklinik

STEP 5

STEP 6

STEP 7

1 Apa saja macam2 uji pre klinik beserta perbedaannya?


1. Uji toksisitas
Akut :melihat LD50 (dosis yg diperlukan untuk membuat hewan uji
coba mati; 50% populasi hidup) dalam waktu 14 hari, hewan uji
kurang dari 10 ekor, dosis tunggal
- spectrum toksisitas akut
-
Sub akut : waktu uji 2-3 bulan, hewan uji 10-20 ekor, dosis 3-4
variasi
Kronik : waktu uji lebih dari 6 bulan untuk member gambaran
toksisitas, hewan uji lebih dari 20
Spesifik : bukan merupakan syarat yg mutlak, ot potensial
digunakan pd perempuan usia 40, obat digunakan dalam jangka yg
lama
- teratogenik : diberikan pd ibu hamil
- mutagenic : untuk ot yg ingin diberikan dalam jangka waktu
yg lama
- karsinogenik : untuk ot yg ingin diberikan dalam jangka
waktu yg lama
2. Uji farmakodinamik
Pengujian efek farmakologis, kerja atau adanya sifat terpetik bisa
dilakukan secara in vitro (diluar tubuh makhluk hidup, lbh murah dan
cepat, co: uji mikroba) maupun in vivo (terletak didalam tubuh makhluk
hidup, biasanya lebih mahal dan lama, harus dilakukan control galur,
spesies dan umur, dilakukan pd hewan hewan pengerat dan non
pengerat) tidak harus menggunakan hewan uji coba.

Bentuk sediaan harus sama baik pd uji hewan dan manusianya


Urutan uji preklinik harus sama baik uji hewan dan manusianya

Farmakodinamik : untuk mengetahui bahan obat yg menimbulkan efek


farmakologi, targetnya.
Farmakokinetik : untuk mengetahui ADME dan merancang dosis dan
aturan pakai, proses perjalanannya.
Toksikologi : untuk mengetahui keamanan
Secara in vitro : uji efektifias dari enzim, uji antikanker menggunakan
sel lain, uji antimikroba, uji antiinflamasi, uji antioksidan
Farmasetika : untuk memperoleh data farmasetiknya ; formulasi,
standarisasi, stabilitas (tanggal kadaluarsa), bentuk sediaan paling sesuai
dan cara penggunaan.

2 Apa saja tahap tahap uji pre klinik?

Tahap Uji Preklinik


Uji preklinik dilaksanakan setelah dilakukan seleksi jenis obat tradisional
yang akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Uji preklinik dilakukan secara
in vitro dan in vivo pada hewan coba untuk melihat toksisitas dan efek
farmakodinamiknya. Bentuk sediaan dan cara pemberian pada hewan coba
disesuaikan dengan rencana pemberian pada manusia. Menurut pedoman
pelaksanaan uji klinik obat tradisional yang dikeluarkan Direktorat Jenderal
POM Departemen Kesehatan RI hewan coba yang digunakan untuk
sementara satu spesies tikus atau mencit, sedangkan WHO menganjurkan
pada dua spesies. Uji farmakodinamik pada hewan coba digunakan untuk
memprediksi efek pada manusia, sedangkan uji toksisitas dimaksudkan untuk
melihat keamanannya.
Uji Toksisitas
Uji toksisitas dibagi menjadi uji toksisitas akut, subkronik, kronik, dan uji
toksisitas khusus yang meliputi uji teratogenisitas, mutagenisitas, dan
karsinogenisitas. Uji toksisitas akut dimaksudkan untuk menentukan LD50
(lethal dose50) yaitu dosis yang mematikan 50% hewan coba, menilai berbagai
gejala toksik, spektrum efek toksik pada organ, dan cara kematian. Uji LD50
perlu dilakukan untuk semua jenis obat yang akan diberikan pada manusia.
Untuk pemberian dosis tunggal cukup dilakukan uji toksisitas akut. Pada uji
toksisitas subkronik obat diberikan selama satu atau tiga bulan, sedangkan
pada uji toksisitas kronik obat diberikan selama enam bulan atau lebih. Uji
toksisitas subkronik dan kronik bertujuan untuk mengetahui efek toksik obat
tradisional pada pemberian jangka lama. Lama pemberian sediaan obat pada
uji toksisitas ditentukan berdasarkan lama
pemberian obat pada manusia (Tabel 4).2

Uji toksisitas khusus tidak merupakan persyaratan mutlak bagi setiap obat
tradisional agar masuk ke tahap uji klinik. Uji toksisitas khusus dilakukan
secara selektif bila:
Obat tradisional berisi kandungan zat kimia yang potensial
menimbulkan efek khusus seperti kanker, cacat bawaan.
Obat tradisional potensial digunakan oleh perempuan usia subur
Obat tradisional secara epidemiologik diduga terkait dengan
penyakit tertentu misalnya kanker.
Obat digunakan secara kronik

3 Tujuan dilakukan uji pre klinik?


Tujuan uji toksisitas akut:
a. Menetapkan potensi toksisitas akut (LD50)
b. Menilai berbagai gejala klinik
c. Mengetahui spektrum efek toksik
d. Mengetahui mekanisme kematian

Tujuan toksisitas jangka panjang: untuk mengetahui spektrum efek toksik


serta hubungan dosis dan toksisitas pada pemberian berulang pada jangka
waktu lama

Tujuan uji farmakodinamik: membuktikan kasiat dan menelusuri


mekanisme efek dari OT teruji.

4 Syarat2 hewan coba untuk penelitian?


Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga
untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu
dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau
hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia
(atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis
atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003).

Syarat Hewan Model:


a. Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas dari
kuman patogen, karena adanya kuman patogen pada tubuh hewan sangat
mengganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan tadi, sehingga dari segi
ilmiah hasilnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya,
berdasarkan tingkatan kontaminasi kuman patogen, hewan percobaan
digolongkan menjadi hewan percobaan konvensional, specified pathogen
free dan gnotobiotic.

Konvensional : Ruang mikroba flora normal. Dalam tubuh terdapat flora


normal tapi tidak teridentifikasi.

Gnotobiotik : bisa mengandung satu atau lebih mikroorganisme dan


harus tahu mikroorganismenya dan dapat juga bersifat atau berupa germ
free. Untuk tes gnotobiotik dapat digunakan salmonella dan telur ayam
tertunas SPF. Gnotobiotik dapat bersifat monobiotik, dibiotik dan
polibiotik. Bisa germ free bisa juga 1 atau lebih mkroorganisme dan
diketahui mikroorganisme apa saja. Dalam pemeliharaannya, harus
memperhatikan :
a. Ruangan yang steril
b. Udara didalam lebih tinggi
c. Memiliki fasilitas pemberian pakan eksterna l
d. Peralatan dan perlengkapan kandang yang steril.
e. Hewan yang keluar masuk dikontrol

Specific Pathogen Free (SPF) : Bebas dari patogen spesifik tertentu


misalnya research tentang primata yang digunakan harus bebas dari TBC,
contoh lain adalah telur tertunas dalam pengujian salmonella dan AI. Ada
flora normal tetapi bebas pathogen tertentu.
b. Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang
baik. Hal ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama.
c. Kepekaan terhadap sesuatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat
suseptibilitas hewan terhadap penyakit.
d. Strain hewan percobaan harus sesuai atau cocok dengan tujuan
pemeriksaan. Meliputi strain yang menyangkut tentang sifat-sifat khasnya,
manajemen pemeliharaan, umur yang dikaitkan dengan berat badannya,
jenis kelamin dan data fisiologisnya.
e. Mengikuti standar tertinggi sehubungan dengan :
1. Nutrisi
2. Kebersihan
3. Pemeliharaan
4. Kesehatan sebelum, selama dan sesudah eksperimen
5. Etika
6. Performan atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan
sifat genetiknya, yaitu untuk menentukan kemampuan hewan percobaan
dalam memberikan suatu reaksi atau mempertahankan sifat khas dari
populasinya. Untuk pemeriksaan ini diperlukan kepastian kelompok hewan
atau keseragaman genetik, hingga variasi individu tidak banyak. Dari
beberapa penjelasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penggunaan hewan yang tidak jelas sumbernya atau sistem
pemeliharaannya tidak mengikuti aturan-aturan tertentu, tetap akan
mempersulit dalam memperoleh kesimpulan dalam pemeriksaan suatu
bahan biologis (Sulaksono, 1987)

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan hewan penelitian


1) Menggunakan hewan yang dapat bereproduksi secara cepat dan
banyak.
2) Mudah untuk dipelihara
3) Tingkat kematian hewan rendah
4) Perhitungan dewasa kelamin harus tepat
5) Jumlah konsumsi pakan dan minum
6) Memperhatikan umur penyapihan
7) Memperhatikan siklus estrus
8) Memperhatkan rasio kawin (Mangkoewidjojo, 2006).

A. Penetapan hayati dengan hewan utuh Materi yang akan disampaikan


metiputi:
1. Jenis-jenis hewan uji, dan persyaratan untuk hewan uji yang bisa
digunakan dalam percobaan
Syarat-Syarat Media Hidup:
a. Hewan Utuh: strain dan jenis kelamin sama, berasal dan biakan murni,
berat badan seragam
b. Organ Terisolir: berasal dan satu binatang, biakan murni dan
persyaratan lain sama dengan hewan utuh
c. Mikroorganisme: dipilih yang sesual dengan tujuan penelitian; berasal
dan biakan murni; satu strain; pembiakan., pemeliharaan dan
penyimpanan memenuhi standar baku
Alternatif Biakan Murni:
a. Diketahui asal usulnya
b. Bersumber dari satu induk
Sebelum digunakan untuk pengujian hewan uji harus dikondisikan
selama kira-kira 2 minggu dan diamati perkembangan:
- kesehatan hewan uji- pertumbuhan hewan uji (korelasi umur dengan
berat badan)
- pertambahan berat badan rata-rata ( 10 %)
- suhu badan normal ( I C)
- tinja normal (tidak ada parasit)
- makanan (komposisi, kadar, jumlah), diusahakan tetap

Sulaksono, M.E. 1987. Dilema pada Hewan Percobaan untuk Pemeriksaan


Produk Biologis. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
RI.
Mangkoewidjojo, S. 2006. Hewan Laboratorium dalam Penelitian
Biomedik. Jakarta : UI-Press
5 Macam2 hewan coba dalam uji preklinik?

Jenis-jenis hewan uji yang sering digunakan dalam percobaan


a. Mencit
b. Tikus
c. Marmot
d. Kelinci
e. Merpati
f. Kucing
g. Anjing
h. Domba

Sulaksono, M.E. 1987. Dilema pada Hewan Percobaan untuk Pemeriksaan


Produk Biologis. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan RI.
Mangkoewidjojo, S. 2006. Hewan Laboratorium dalam Penelitian
Biomedik. Jakarta : UI-Press
6 Landasan hukum penggunaan hewan coba pre klinik?
7 Bagaimana uji preklinik dikatakan lulus uji?
Kriteria?
8 Apa saja kendala dan keterbatasan dalam uji pre klinik?

You might also like