You are on page 1of 9

GAMBARAN KINERJA KADER JUMANTIK DALAM PEMBERANTASAN

SARANG NYAMUK DBD DI KECAMATAN PADANG HULU


KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2013
1 2 2
Arietha Novera Hutapea , Linda T. Maas , Eddy Syahrial

1
Program Sarjana Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM USU
2
Staf Pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM USU
Email: arietha_novera@yahoo.com

ABSTRACT
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an endemic disease in Tebing Tinggi. Based on
Tebing Tinggi Health Department Profile in 2012, there were 150 dengue cases. To reduce
morbidity and mortality of DHF, community participation is absolutely necessary to conduct
mosquito eradication nest (PSN). Larva monitoring cadres (Jumantik) is one from of
community participation in dengue prevention. Active jumantik expected to affect the
decrease in morbidity and mortality due to dengue cases. Padang Hulu District is one of
districts in Tebing Tinggi which has high dengue cases.
This purpose of this research is to describe the Jumantik cadres performance in
eradicate the mosquito nest in Padang Hulu District, Tebing Tinggi. This is a descriptive
research with quantitative methodology approach with 78 respondents as the total samples.
The respondence performance is measured on as the motivators, initiators, and
facilitators, from all the result show of measurement are in the middle level, with the
percentage motivators (60%), inistiators (56.4%) and facilitators (85.9%) The results of this
research shows, most of the respondence by the age 20-34 years old (41%), female (94.9%),
senior high school (88.5%) and house wife (85.9%). From organization variables know
perspective the performance of responden is measured by through the facilities, leadership
and reward system and the result show of measurement are in the high level for facilities
(65.4%) and leadershipment (60.3%) , middle level for reward system (73.1%).Psychological
variables know perspective the performance of responden is measured by through the
training are in the middle level (65.4%) and the motivation are in the high level (51.3%).
In order to optimize they should be consideration the implementation, there are some
consideration such as improving training, transport honorarium and completeness facilities.

PENDAHULUAN

Penyakit DBD di Indonesia pertama Jumlah kasus DBD cenderung


kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968, menunjukkan peningkatan baik dalam
dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. jumlah maupun luas wilayah yang
Pada tahun 1994 kasus DBD menyebar ke terjangkit, dan secara sporadis selalu
27 provinsi di Indonesia. Sejak tahun 1968 terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada
angka kesakitan kasus DBD di Indonesia tahun 1988 dengan IR 27,09/100.000
terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus penduduk, tahun 1998 dengan IR
DBD sebanyak 53 orang (Incidence Rate 35,19/100.000 penduduk dan Case
(IR) 0.05/100.000 penduduk) meninggal Fatality Rate (CFR) 2 %, pada tahun 1999
24 orang (42,8%). Pada tahun 1988 terjadi IR menurun sebesar 10,17/100.000
peningkatan kasus sebanyak 47.573 orang penduduk (tahun 2002), 23,87/100.000
(IR 27,09/100.000 penduduk) dengan penduduk (tahun 2003) (Kusriastusi,
kematian 1.527 orang (3,2%) (Hadinegoro 2005).
dan Satari, 2002).
Peningkatan dan penyebaran kasus adalah dengan memberdayakan
DBD tersebut kemungkinan disebabkan masyarakat dalam kegiatan PSN melalui
oleh mobilitas penduduk yang tinggi, gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan
perkembangan wilayah perkotaan, Mengubur). Untuk meningkatkan upaya
perubahan iklim, perubahan kepadatan dan pemberantasan penyakit DBD pada tahun
distribusi penduduk serta faktor 2010 Pemerintah Kota Tebing Tinggi
epidemiologi lainnya yang masih membentuk kader jumantik (juru pemantau
memerlukan penelitian lebih lanjut. jentik) di seluruh kelurahan Kota Tebing
Berdasarkan KLB wilayah provinsi Tinggi untuk melakukan pemeriksaan
Sumatera Utara, Tebing Tinggi merupakan jentik secara berkala dan terus menerus
daerah endemis DBD dan termasuk dalam serta menggerakkan masyarakat dalam
daerah yang selalu memiliki angka kasus melaksanakan PSN DBD melalui
DBD yang cukup tinggi dibanding kota- penyuluhan yang dilakukan kepada tiap-
kota lain di Sumatera Utara, hal ini tiap keluarga agar mereka tidak
disebabkan karena kota Kota Tebing membiarkan nyamuk Aedes aegypti
Tinggi merupakan daerah yang keadaan sebagai vektor penyakit DBD berkembang
lingkungan dan iklimnya merupakan biak dirumah dan lingkungan mereka.
tempat kesukaan nyamuk DBD yaitu kota Adapun yang menjadi rumusan
Tebing Tinggi dikelilingi oleh pekebunan masalah dalam penelitian ini adalah
sawit yang merupakan tempat yang disukai bagaimanakah gambaran gambaran kinerja
nyamuk untuk beristirahat, memiliki 4 kader jumantik dalam pemberantasan
sungai yang mengaliri wilayah- wilayah di sarang nyamuk DBD di Kecamatan
kota Tebing Tinggi yang setiap tahunnya Padang Hulu Kota Tebing Tinggi tahun
menyebabkan banjir di sebagian wilayah 2013
di kota Tebing Tinggi dan kondisi Tujuan penelitian ini adalah untuk
topografi kota Tebing Tinggi dengan mengetahui gambaran kinerja kader
ketinggian dibawah 1000 m dari jumantik dalam pemberantasan sarang
permukaan laut yang rawan sekali untuk nyamuk DBD di Kecamatan Padang Hulu
berkembangnya nyamuk penular penyakit Kota Tebing Tinggi tahun 2013.
DBD yaitu 26-24 m dibawah permukaan
laut. METODE PENELITIAN
Kecamatan Padang Hulu merupakan Jenis penelitian yang digunakan
salah satu kecamatan yang memiliki dalam penelitian ini adalah penelitian
jumlah kasus DBD yang cukup di Kota kuantitatif yang bersifat deskriptif.
Tebing Tinggi. Kecamatan Padang Hulu Penelitian dilakukan di Kecamatan
merupakan daerah yang padat penduduk Padang Hulu Kota Tebing Tinggi.
dengan jarak rumah yang saling
berdekatan. Hal ini dapat mempengaruhi POPULASI dan SAMPEL
penyebaran nyamuk dari satu rumah ke Populasi penelitian ini adalah
rumah yang lain, semakin dekat jarak seluruh kader jumantik yang ada di
antara rumah semakin mudah nyamuk Kecamatn Padang Hulu Kota Tebing
menyebar ke rumah sebelah. Selain jarak Tinggi.
rumah yang saling berdekatan, daerah di Sampel dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Padang Hulu sering terserang seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak
banjir yang diakibatkan oleh meluapnya 78 kader jumantik.
sungai Bahilang yang alirannya melintasi
Kecamatan Padang Hulu. METODE PENGUMPULAN DATA
Berbagai upaya telah dilakukan Data diperoleh melalui wawancara
untuk menanggulangi terjadinya langsung menggunakan kuesioner yang
peningkatan kasus, salah satu diantaranya telah disusun sebelumnya.
ANALISA DATA sebagian besar responden adalah ibu
Data dikumpul, diedit, dan diberi rumah tangga yaitu 67 orang (85.9%) dan
kode secara manual, analisa data dilakukan sebagian kecil adalah wiraswasta yaitu 3
komputer menggunakan uji statistik dan orang (3.8%).
disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Variabel Organisasi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN Responden Berdasarkan Kategori
Variabel Organisasi
Karakteristik Responden No. Variabel dan Kategori n %
Tabel 1. Distribusi Frekuensi 1 Fasilitas:
Karakteristik Responden. a. Baik 51 65.4
No. Umur n % b. Cukup 27
34.6
1 20-34 tahun 6 41.0 Jumlah 78 100
35-44 tahun 33 38.5 2 Kepemimpinan
45-54 tahun 14 a. Baik 47 60.3
20.5 b. Cukup 30 38.5
Jumlah 78 100

2 Jenis Kelamin n % c. Kurang 1 1.3


Laki-Laki 4 5.1 Jumlah 78 100

Perempuan 74 3 Imbalan
94.9 a. Baik 21 26.9
Jumlah 78 100

3 PendidikanTerakhir n % b. Cukup 57
73.1
SD 2 2.6 responden adalah SMA yaitu 69 orang
SMP 6 7.7 (88.5%) dan paling sedikit adalah
SMA 69 88.5 Diploma
DIPLOMA 3 1 3 yaitu 1 orang
1.3 (1.3%).
Jumlah 78 100 Pekerjaan yang dilakoni responden
4 Pekerjaan n % pada Tabel 1 menunjukkan
Wiraswasta 3 3.8 bahwa
Karyawan Swasta 8 10.3
Ibu Rumah Tangga 67
85.9
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel 1 di atas bahwa
sebagian besar responden berada pada
umur 20-34 tahun yaitu 32 orang (41.0%)
dan paling sedikit berada pada umur 45-54
tahun yaitu 16 orang (20.5%).
Sebagian besar dari responden
berjenis kelamin perempuan yaitu 74
orang (94.9%) dan sebagian kecil berjenis
kelamin laki-laki yaitu 4 orang (5.1%).
Jenjang pendidikan terakhir
responden pada Tabel 1 menunjukkan
bahwa sebagian besar pendidikan
Jumlah 78 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
mengenai fasilitas kader jumantik
diketahui sebagian besar kader berada
pada kategori baik yaitu 51 kader (65.4),
mengenai kepemimpinan sebagian besar
responden berada pada kategori baik yaitu
47 kader (60.3%) dan untuk imbalan
sebagian responden berada pada kategori
cukup yaitu 57 kader (73.1%).
Dari hasil observasi peneliti di
lapangan melalui wawancara kepada
responden menunjukkan bahwa masih ada
kader yang belum mendapat peralatan
seperti senter dan ada juga yang
mendapatkan senter namun harus bergantian
dalam penggunaannya karena jumlah senter
yang diberikan hanya satu buah untuk tiap
lingkungannya.
Menurut pendapat peneliti sumber
daya/ fasilitas adalah suatu sarana atau
peralatan yang disediakan oleh pemimpin
untuk bekerja. Fasilitas yang tidak lengkap
atau kurang memadai akan mempengaruhi
kelancaran dari pekerjaan jumantik.
Semakin baik sumber daya/ fasilitas yang
didapat oleh kader akan mempengaruhi
semakin baiknya kinerja dari jumantik seorang untuk menerima pekerjaan dan
tersebut. memperlihatkan kinerja yang baik.
Alat kerja yang canggih disertai Imbalan yang dimaksud dalam penelitian
pedoman dan pelatihan penggunaannya ini bukan hanya honor melainkan imbalan
secara lengkap dan sempurna akan banyak seperti kemudahan dalam mendapatkan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja pelayanan kesehatan di puskesmas maupun
dan kualitas kerja yang baik (Ravianto, kemudahan dalam kepengurusan
1990). administrasi di kantor kelurahan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Menurut Siagian (1995) berpendapat
yang dilakukan Subakir (2000) yang bahwa imbalan erat kaitannya dengan
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi kerja seorang karyawan. Imbalan
signifikan atas presentase kinerja antara merupakan salah satu faktor eksternal yang
sanitarian yang kurang ketersediaan alat mempengaruhi motivasi seseorang, seperti
dengan sanitarian yang cukup ketersediaan jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja
alatnya. dimana seseorang bergabung dalam
Peneliti berasumsi bahwa organisasi tempat kerja dan situasi
kepemimpinan berpengaruh terhadap lingkungan pada umumnya.
kinerja dari jumantik, semakin baik
kepemimpinan dari suatu unit orgnanisasi Variabel Psikolgis
dalam hal ini adalah dinas kesehatan dan Tabel 2. Distribusi Frekuensi
lurah maka akan memberikan dorongan Responden Berdasarkan Kategori
bagi jumantik untuk meningkatkan hasil Variabel Psikologis
kerjanya. No. Variabel dan Kategori n %
Kepemimpinan mempunyai kaitan 1 Pelatihan
yang erat dengan motivasi. Keberhasilan a. Baik 27 34..6
seorang pemimpin dalam menggerakkan b. Cukup 51 65.4
orang lain dalam mencapai tujuan yang Jumlah 78 100
telah ditetapkan sangat tergantung kepada 2 Motivasi
kewibawaan dan juga kemampuan a. Baik 47 60.3
pimpinan tersebut dalam menciptakan b. Cukup 30
38.5
motivasi dalam diri setiap orang bawahan, Jumlah 78 100
maupun atasan pimpinan itu sendiri. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
Pemimpin tidak hanya berada pada mengenai pelatihan pada kader jumantik
kelompok formal, dalam kelompok diketahui sebagian besar kader berada
informal pun pemimpin memiliki peran pada kategori cukup yaitu 51 kader
yang cukup penting. Dalam kelompok (65.4%) dan pada variabel motivasi
informal terdapat juga hirarki peran. sebagian responden berada pada kategori
Pemimpin informal diterima sebagai orang baik yaitu 40 kader (51.3%).
yang melaksanakan tugas dari posisinya. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat
Bagaimana seorang pemimpin mengenai motivator, inisiator dan
mengusahakan supaya bawahannya fasilitator yang ada pada kader jumantik
memenuhi tugas mereka, hal ini sebagian diketahui sebagian besar kader berada
besar tergantung pada gaya pada kategori cukup yaitu 47 kader
kepemimpinannya yang digunakan (60.3%) untuk variabel motivator, pada
(Gibson, 1998). variabel inisiator sebagian responden
Menurut peneliti imbalan berada pada kategori cukup yaitu 44 kader
berpengaruh terhadap kinerja. Semakin (56.4%) dan untuk variabel fasilitator
baik imbalan yang diperoleh maka kinerja responden berada pada kategori cukup
akan semakin baik pula karena imbalan yaitu 67 kader (85.9%).
merupakan tujuan utama yang memotivasi
Siagian (1981) yang menyatakan Variabel Kinerja
bahwa kemampuan kerja hanya bisa Tabel 3. Distribusi Frekuensi
meningkat melalui diklat, dalam bentuk Responden Berdasarkan Kategori
latihan kerja, seminar konprensi, Variabel Kinerja
simposium,coaching dan pendidikan No. Variabel dan Kategori n %
akademis. 1 Motivator
Peneliti berpendapat bahwa a. Baik 29 37.2
pelatihan/ belajar berpengaruh terhadap b. Cukup 47 60.3
kinerja dari kader jumantik karena c. Kurang 2 2.6
perasaan yang dirasakan jumantik saat Jumlah 78 100
pelatihan/ belajar berlangsung seperti 2 Inisiator
suasana didalam pelatihan, bentuk a. Baik 22 28.2
komunikasi yang terjadi saat pelatihan, b. Cukup 44 56.4
adanya bimbingan atau diskusi diluar c. Kurang 12 15.4
jadwal pelatihan dan pendapat jumantik Jumlah 78 100
terhadap pelatihan yang didapat akan 3 Fasilitator
berpengaruh terhadap pemahaman a. Baik 8 10.3
jumantik dalam melaksanakan tugasnya.
b. Cukup 67 85.9
Pendapat peneliti sejalan dengan
c. Kurang 3
3.8
hasil peneliti Bay (2012), secara statistik
Jumlah 78 100
menunjukkan adanya hubungan antara
Dalam penelitian ini kinerja
pembelajaran dengan kinrja kader
responden dinilai dari 3 variabel yaitu
jumantik. Pembelajaran yang kurang baik
motivator, inisiator dan fasilitator. Yang
memiliki peluang/ resiko 5.091 kali lebih
dimaksud dengan motivator adalah
besar menyebabkan kader berkinerja
jumantik dapat memberikan motivasi/
kurang baik dibandingkan dengan kader
dorongan kepada masyarakat untuk
yang memiliki pembelajaran yang baik.
melaksanakan kegiatan pemberantasan
Siagian (1996) menyatakan
sarang nyamuk agar terhindar dari
hubungan motivasi dengan kinerja
penyakit DBD yang disebabkan oleh
seseorang akan dinilai tidak memuaskan
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Inisiator
sering disebabkan oleh motivasi yang
adalah jumantik memiliki inisitaif atau
rendah. Reksohadiprodjo dkk (1996)
mampu memberikan idea tau gagasannya
berpendapat bahwa motivasi adalah
dalam peningkatan kegiatan
keadaan dalam pribadi seseorang yang
pemberantasan sarang nyamuk.
mendorong keinginan individu untuk
Sedangkan fasilitator adalah jumantik
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
menjadi perantara/ memfasilitasi kegiatan
mencapai satu tujuan.
yang berhubungan dengan pemberantasan
Peneliti berasumsi motivasi
sarang nyamuk DBD. Dari tabel 3
memiliki pengaruh terhadap kinerja dari
diketahui bahwa varibel kinerja
kader. Motivasi merupakan keinginan atau
responden seluruhnya berada pada
kemauan seseorang dalam melakukan
kategori cukup, masing-masing yaitu
sesuatu untuk mencapai tujuan yang
motivator (60.3%), inisiator (56.4%), dan
diinginkannya. Semakin baik motivasi
fasilitator (85.9%).
kader maka semakin baik juga kinerjanya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh
variabel-variabel yang mempengaruhi
kinerja dirasa belum cukup baik, seperti
ketersedian fasilitas yang belum merata,
honor yang tidak cukup sebagai penganti
transport dari jumantik dalam
melaksanakan tugasnya dan kejenuhan
yang dialami oleh jumantik karena merupakan pekerjaan sukarela yang
memperoleh informasi yang sama pada tidak mengharapkan imbalan.
saat pelatihan. 3. Berdasarkan variabel psikologi:
Menurut B.F. Skinner (Gibson, Kategori pelatihan/ belajar responden
1992) rendahnya kinerja individu dalam berada pada kategori cukup dengan
organisasi disebabkan oleh rendahnya total nilai yang diperoleh 40- 75%
kemampuan dan keterampilan kerja, dari nilai tertinggi seluruh
kurang motivasi, lemahnya instruksi serta pertanyaan. Suasana dalam pelatihan
kurangnya dukungan pelayanan dalam yang diikuti responden cukup
pelaksanaan kegiatan organisasi. nyaman. Jumantik merasa jenuh
dengan pengulangan informasi yang
KESIMPULAN diberikan.
1. Berdasarkan karakteristik individu Motivasi responden berada pada
sebagian responden berusia 20- 34 kategori baik dengan total nilai yang
tahun, berjenis kelamin perempuan, diperoleh > 75% dari nilai tertinggi
pendidikan SMA dan status seluruh pertanyaan. Rasa kesadaran
pekerjaannya adalah ibu rumah tangga. dan tanggung jawab dalam
2. Berdasarkan variabel organisasi: menjalankan tugas yang motivasi
Kategori fasilitas responden berada responden mau menjadi kader. Rasa
pada kategori baik dengan total nilai bangga dan penghormatan dari
yang diperoleh > 75% dari nilai masyarakat menambah motivasi dari
tertinggi seluruh pertanyaan Dari kader tersebut.
hasil wawancara diketahui bahwa 4. Berdasarkan variabel kinerja,
fasilitas yang didapat belum merata Kinerja responden sebagai motivator
karena masih ada jumantik yang berada pada kategori cukup dengan
belum mendapatkan fasilitas dan ada total nilai yang diperoleh 40-75%
juga jumantik yang menerima hanya dari nilai tertinggi seluruh
satu fasilitas seperti senter per tiap pertanyaan. Mendampingi dan
lingkungan yang artinya jumantik mengawasi setiap kegiatan yang
yang berjumlah dua orang pada satu berhubungan dengan PSN-DBD
lingkungan harus bergantian dalam adalah kegiatan yang jarang
menggunakan senter tersebut. dilakukan oleh responden.
Kategori kepemimpinan responden Kinerja responden sebagai inisiator
berada pada kategori baik dengan berada pada kategori cukup dengan
total nilai yang diperoleh > 75% dari total nilai yang diperoleh 40-75%
nilai tertinggi seluruh pertanyaan. dari nilai tertinggi seluruh
Bentuk kepemimpinan yang pertanyaan. Membuat bahan materi
diberikan oleh dinas kesehatan dan penyuluhan DBD dan membuat
lurah adalah perhatian yang jadwal gotong royong adalah
diberikan untuk membimbing dan kegiatan yang jarang dilakukan oleh
berdisikusi dengan jumantik terkait responden.
dengan kinerjanya sebagai kader. Kinerja responden sebagai fasilitator
Kategori imbalan responden berada berada pada kategori cukup dengan
pada kategori cukup dengan total total nilai yang diperoleh 40-75%
nilai yang diperoleh 40- 75% dari dari nilai tertinggi seluruh
nilai tertinggi seluruh pertanyaan. pertanyaan. Kegiatan yang jarang
Responden menganggap kesesuaian dilakukan responden sebagai
jumlah honor dengan beban kerja fasilitator adalah mengatur
adalah penting, namun bertentangan pertemuan warga dengan petugas
dengan prinsip pekerjaan kader yang
dinas kesehatan dan membuat diskusi , 2004, Pemberantasan Sarang
antar warga. Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (PSN DBD) oleh Juru
SARAN Pemantau Jentik (Jumantik),
1. Bagi Pemerintah Kota Tebing Ditjen PPM & PL, Jakarta.
Tinggi
Memberikan honor yang cukup , 2005, Pencegahan dan
sebagai pengganti transport dari Pemberantasan Demam
jumantik dalam melaksanakan Berdarah Dengue di
pekerjaannya. Indonesia, Ditjen PPM & PL,
2. Bagi Dinas Kesehatan dan Jakarta.
Puskesmas
Agar lebih memperhatikan materi Dinkes Kota Tebing Tinggi, 2010, tentang
yang akan diberikan kepada jumantik Profil Kesehatan Kota Tebing
pada saat pelatihan. Tinggi Tahun 2010.
Mengusulkan anggaran dalam
melengkapi peralatan yang akan Gibson, 2000, Organisasi, Perilaku,
digunakan jumantik untuk bekerja. Struktur, Proses, Jilid 1.
Erlangga, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Hadinegoro dan Satari, 2002, Demam


Berdarah Dengue Naskah
Alfitri, 2011, Community Development, Lengkap Pelatihan bagi
Jilid 1, Pustaka Pelajar, Pelatih Dokter Spesialis Anak
Yogyakarta. & Dokter Spesialis Penyakit
Dalam dalam Tatalaksana
Badudu dan Zain, 1994, Kamus Bahasa Kasus DBD, FK UI, Jakarta.
Indonesia, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta. Zubaedah, I.S, 2007, Hubungan Faktor-
Faktor Sumber Daya Manusia
Bay, A.R.I, 2012. Faktor-faktor yang Terhadap Kinerja Petugas
Berhubungan dengan Kinerja Pokja DBD Tingkat
Jumantik di Wilayah Kerja Kelurahan di Kota
Puskesmas Jurang Manggu Tasikmalaya. Tesis. Universitas
dan Puskesmas Pondok Aren Diponegoro Semarang. Diakses
Kota Tangerang Selatan. pada tanggal 23 Februari 2013.
Tesis. Universitas Indonesia.
Diakses pada tanggal 15 Mei Ilyas, Yaslis, 1999. Kinerja (Teori,
2013. Penilaian dan Penelitian).
FKM-UI, Jakarta.
Depkes RI, 1997, Modul Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue. Kusriastuti, R, 2005, Epidemiologi
Jakarta. Penyakit Demam Berdarah
Dengue Dan Kebijaksanaan
, 2001, Tata Laksana Demam Penangulangannya Di
Berdarah Dengue di Indonesia, Disampaikan Pada
Indonesia. Simposium Demam Berdarah
Dengue, UGM, 2 Juni 2005.
Mardikanto, T, 2010, Konsep-konsep , 1996, Manjemen Sumber
Pemberdayaan Masyarakat, Daya Manusia, Bumi Aksara.
Sebelas Maret University Press, Jakarta
Surakarta.
Soekanto, S, 1987, Sosiologi Suatu
Muchlas, M, 1997, Perilaku Organisasi Pengantar, Rajawali Press,
(Organisasi Behaviour) dengan Jakarta.
Studi Kasus Perumahsakitan,
Program Pendidikan Stephen P. R, 2003, Perilaku Organisasi.
Pascasarjana Magister Jilid 1, Indeks Kelompok
Manejemen Rumah Sakit UGM, Gramedia, Jakarta.
Jilid 1, Yogyakarta.
Subakir, 2000, Faktor-Faktor yang
Reksohardiprodjo, Sukanto & Hani Berhubungan Dengan Kinerja
Handoko, 1996, Organisasi Sanitarian Puskesmas dan
Perusahaan, Teori, Struktur Hasil Kegiatan Kesehatan
dan Perilaku, Edisi ke dua, Lingkungan di Propinsi
Ceatakan 9, BPFE, Jogjakarta. Jambi. Tesis. Universitas
Indonesia.
Riswanto, 2003, Pemberdayaan
Masyarakat dalam Syahputra, A, Pengaruh Karakteristik
Pencegahan DBD, Kafilah Individu dan Organisasi
Ilmu, Banda Aceh. terhadap Kinerja Petugas P2P
dalam Program DBD di Dinas
Robbins, S, 1996, Perilaku Organisasi Kesehatan Kota
Konsep, Kontroversi dan Lhokseumawe. Tesis.
Aplikasi, Prenhallindo, Jakarta. Universitas Sumatera Utara.

, 2003. Perilaku Organisasi. Ulya, A.L., 2009, Kinerja Jumantik


(Terjemahan). Indeks Kelompok Cilandak Timur. Skripsi.
Gramedia. Jakarta. Universitas Indonesia. Diakses
pada tanggal 13 Juni 2013.
Saifullah, 2010, Pengaruh Karakteristik
Kader Terhadap Pelaksanaan Watik, J. L, 1983, Penelitian Kerja dan
Penimbangan Balita di Pengukuran Kerja, Airlangga,
Posyandu Kecamatan Jakarta.
Kembang Tanjung Kabupaten
Pidie Nanggroe Aceh Http://www.depkes.go.id/downloads/publi
Darussalam. Tesis. Universitas kasi/buletin/BULETIN-
Sumatera Utara. Diakses pada DBD.pdf
tanggal 28 Oktober 2013. diakses pada tanggal 8 Maret 2012.

Siagian S. P, 1981, Bunga Rampai


Manajemen, Gunung Agung.
Jakarta

, 1995, Teori Motivasi dan


Aplikasi, Bina Aksara, Jakarta.

You might also like