You are on page 1of 10

Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai.....

(Saipul Hamdi)

MENGENAL LAMA PENYINARAN MATAHARI SEBAGAI SALAH SATU


PARAMETER KLIMATOLOGI

Saipul Hamdi
Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lapan
e-mail: saipulh@yahoo.com

RINGKASAN

Lama penyinaran matahari merupakan salah satu dari beberapa unsur


klimatologi, dan didefinisikan sebagai kekuatan matahari yang melebihi 120 W/m 2.
Tulisan ini disusun sebagai upaya memperkenalkan besaran lama penyinaran
matahari kepada masyarakat umum. Dari beberapa jenis alat ukur yang ada maka
Campbell Stokes Recorder merupakan alat pengukur lama penyinaran matahari yang
secara resmi digunakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Alat ini
terdiri dari sebuah bola kaca berdiameter 10 cm yang berfungsi sebagai lensa
cembung, dan kertas pias yang diletakkan di bagian fokus bola kaca. Kekuatan insolasi
yang melebihi 120 W/m2 akan meninggalkan jejak terbakar pada kertas pias yang
panjang jejaknya berkaitan dengan lama penyinaran matahari. Pengukuran yang
dilakukan oleh Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer di Bandung pada bulan Nopember
dan Desember tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan pola penyinaran
matahari pada kedua bulan tersebut dan dapat dikaitkan dengan berlimpahnya jumlah
uap air di udara. Bulan Desember yang ditandai dengan banyaknya curah hujan
memiliki lama penyinaran dominan 0-2 jam/hari sebanyak 12 hari, dan sisanya
merupakan lama penyinaran matahari 2-8 jam/hari, sedangkan bulan Nopember
memiliki distribusi lama penyinaran matahari yang relatif lebih merata.

1 PENDAHULUAN Radiasi matahari yang tiba di


Matahari merupakan sumber permukaan bumi per satuan luas dan
kehidupan di bumi ini, memancarkan waktu dikenal sebagai insolasi (berasal
energinya dalam bentuk radiasi yang dari insolation = incoming solar radiation),
memiliki rentang panjang gelombang atau kadang-kadang disebut sebagai
yang sangat lebar. Ilmuwan dunia radiasi global, yaitu radiasi langsung
kemudian bersepakat untuk dari matahari dan radiasi yang tidak
mengelompokkannya menjadi beberapa langsung (dari langit) yang disebabkan
pita gelombang, di antaranya adalah oleh hamburan dari partikel atmosfer
pita gelombang ultraviolet, infra merah, (Tjasyono, 2004). Insolasi memainkan
dan cahaya tampak. Cahaya tampak peranan penting dalam menjaga
( = 340 - 7600 nm) tersusun atas kelangsungan kehidupan di muka bumi
banyak pita warna yang berbeda-beda ini dan sangat bergantung pada tempat
dari merah hingga ke ungu. Gradasi dan waktu. Tempat merepresentasikan
warna dari merah ke ungu dipengaruhi perbedaan lintang serta keadaan atmosfer
oleh perbedaan panjang gelombangnya. terutama awan. Insolasi biasanya
Radiasi matahari pada tiga pita dinyatakan dalam satuan Watt/m2-detik
gelombang tersebut dikenal sebagai yang mengandung makna intensitas
radiasi global matahari, dan merupakan atau kekuatan. Dalam bentuk yang lain,
radiasi yang langsung datang ke insolasi juga diukur dalam satuan
permukaan bumi (direct) maupun jam/hari, yaitu lamanya matahari
radiasi yang berasal dari hamburan menyinari bumi dalam periode satu
atmosfer (diffuse). hari. Periode satu hari disebut juga
7
Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:7-16

sebagai panjang hari, yaitu lamanya Di antara keempat recorder


matahari berada pada horizon. tersebut maka Campbell Stokes Recorder
Perubahan panjang hari tidak begitu dan Jordan Recorder merupakan alat
besar pada daerah tropis yang dekat ukur LPM yang paling banyak dipakai di
dengan ekuator. Semakin jauh letak Indonesia (Sutiknjo, 2005). Dan di
tempat dari garis ekuator maka fluktuasi antara kedua tipe tersebut maka tipe
lama penyinaran akan semakin besar Campbell Stokes Recorder adalah yang
(Lakitan, 1994). Berdasarkan definisi digunakan secara resmi oleh Badan
yang dikeluarkan oleh WMO bahwa Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
lama penyinaran matahari (LPM) (BMKG, 2006) dalam kegiatan
didefinisikan sebagai kekuatan insolasi pengukurannya sehari-hari. Campbell
yang melebihi batas 120 W/m2 (WMO, Stokes Recorder pada mulanya
2008). dimodifikasi dan dikembangkan oleh Sir
Klimatologi didefinisikan sebagai G.G. Stokes pada tahun 1879 dengan
ilmu pengetahuan yang mencari cara mengubah metode penyisipan
gambaran dan keterangan-keterangan kartu khusus di bawah mangkuknya
dari sifat-sifat iklim dan hubungannya (Coulson, 1975) yang sekarang diganti
dengan aktivitas manusia, atau ilmu dengan lempengan logam pipih, dan
pengetahuan yang mempelajari macam- mulai dipasarkan pada tahun 1890.
macam iklim di muka bumi serta faktor- Campbell Stokes Recorder
faktor penentunya (Tjasyono, 2004). memiliki 2 komponen utama, yaitu bola
Unsur-unsur iklim antara lain suhu kaca berdiameter 10 cm yang berfungsi
udara, kelembapan udara, curah hujan, sebagai lensa cembung, dan kertas pias.
tekanan udara, angin, dan lama Bola kaca akan mengumpulkan cahaya
penyinaran matahari. Unsur-unsur ini matahari pada titik fokusnya, dan pada
berbeda dari waktu ke waktu serta dari titik fokusnya terdapat sebuah lempengan
tempat ke tempat lain disebabkan oleh baja dengan ukuran lebar kira-kira 10
adanya unsur pengendali-pengendali cm tempat meletakkan kertas pias. Jika
iklim (Supriyanto, 2010). Tujuan sinar matahari yang terkumpulkan
penulisan makalah ini adalah sebagai tersebut memiliki kekuatan lebih dari
upaya memperkenalkan besaran lama 120 W/m2 maka akan membakar kertas
penyinaran matahari kepada pias sehingga meninggalkan jejak-jejak
masyarakat umum, dilengkapi dengan terbakar seperti ditunjukkan pada
gambaran alat ukurnya, manfaat Gambar 2-1. Jejak-jejak terbakar
pengukuran, dan ditutup dengan contoh berkaitan dengan lama waktu penyinaran
hasil kegiatan pengukuran lama matahari yaitu semakin panjang
penyinaran matahari yang dilakukan jejaknya maka semakin lama juga
oleh Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer penyinaran insolasi. Jejak terbakar pada
LAPAN. kertas pias dapat berupa lubang panjang/
pendek, terputus-putus, atau bintik
2 MENGENAL PERALATAN terbakar.
Kertas pias terdiri dari 3 bentuk,
Pengukuran LPM telah dilakukan
yaitu lengkung pendek, lurus, dan
sejak ratusan tahun yang lalu mengguna-
lengkung panjang (Gambar 2-2).
kan alat ukur yang berbeda-beda.
Penggunaan ketiga bentuk kertas pias
Beberapa macam alat ukur LPM yang
tersebut mengikuti letak lokasi
dikenal adalah:
pengukuran terhadap lintang dan waktu
Marvin recorder (1895) (musim) yaitu seperti ditunjukkan pada
Foster recorder (1953) Tabel 2-1. Kota Bandung misalnya,
Jordan recorder (1885) terletak pada koordinat 7 Lintang
Campbell Stokes recorder (1879) Selatan sehingga mengunakan kertas
8
Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai.....(Saipul Hamdi)

pias dengan metode pemasangan


mengikuti belahan bumi selatan.
Lengkung panjang digunakan pada
tanggal 12 April hingga 2 September,
dan lengkung pendek digunakan pada
tanggal 15 Oktober hingga 28/29
Februari. Di luar periode tersebut maka
digunakan kertas pias lurus. Jumlah
satu set kertas pias adalah 366 buah
bersesuaian dengan jumlah hari dalam
satu tahun. Kertas pias diganti setiap
satu hari sekali dan dilakukan
pengukuran secara manual panjang
jejak terbakar tiap-tiap lembaran kertas.
Di dalam kertas pias telah ada ukuran
skala yang berkaitan dengan lama Gambar 2-1: Campbell Stokes Recorder (atas)
dan kertas pias (bawah). Diunduh
penyinaran matahari. 1 skala setara dari: http:// www. bom. gov. au/
dengan 1 jam lama penyinaran climate/cdo/about/definitionsoth
matahari. er.shtml pada tanggal 7 Mei 2014.

Tabel 2-1: PENGGUNAAN KERTAS PIAS

Macam kertas pias Belahan bumi utara Belahan bumi selatan

Lengkung panjang 15 Oktober 28/29 Februari 12 April 2 September


1 Maret 11 April
1 Maret 11 April
Lurus 3 September 14
3 September 14 Oktober
Oktober
15 Oktober 28/29
Lengkung pendek 12 April 2 September
Februari

Gambar 2-2: Bentuk kertas pias


9
Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:7-16

3 MANFAAT PENGUKURAN potensi energi matahari yang dikaitkan


Lama Penyinaran Matahari (LPM) dengan lamanya matahari menyinari
merupakan salah satu indikator yang bumi dalam satuan jam/hari atau
penting di dalam klimatologi. Sinar jam/tahun sehingga dapat digunakan
matahari akan menggerakkan reaksi- untuk menghasilkan listrik secara
reaksi fotokimia di atmosfer (misalnya maksimal. Untuk memanfaatkan potensi
reaksi pembentukan ozon), menghasilkan energi matahari maka digunakan 2
uap air yang sangat dibutuhkan untuk macam teknologi, yaitu teknologi energi
terjadinya hujan, menjaga agar suhu surya termal dan energi surya
atmosfer tetap hangat, dan lain fotovoltaik. Energi surya termal pada
sebagainya. Penelitian yang dilakukan di umumnya digunakan untuk memasak
Semarang pada tahun 2005-2007 (kompor surya), mengeringkan hasil
menyimpulkan bahwa peningkatan pertanian (perkebunan, perikanan,
persentasi lama penyinaran matahari kehutanan, tanaman pangan) dan
dan penyusutan intensitas radiasi memanaskan air.
matahari disebabkan oleh efek rumah Energi surya fotovoltaik digunakan
kaca yang diakibatkan oleh semakin untuk memenuhi kebutuhan listrik,
banyaknya gas-gas polutan, serta pompa air, televisi, telekomunikasi, dan
semakin berkurangnya ruang hijau yang lemari pendingin di daerah yang belum
berganti dengan pemukiman dan terjangkau oleh aliran listrik PLN. Foton
industri (Yuliatmaja, 2009). Gas-gas sinar matahari akan diubah menjadi
polutan dan debu yang mengisi atmosfer arus listrik oleh sel-sel fotovoltaik. Arus
dapat menyebabkan terjadinya listrik kemudian diarahkan menuju
peningkatan kekeruhan atmosfer controller dan dipergunakan untuk
(turbiditas) yang akan menahan laju mengisi arus baterai sebagai tenaga
sinar matahari untuk mencapai cadangan ketika energi matahari kurang
permukaan bumi melalui proses mencukupi. Selain itu controller juga
penghamburan cahaya dan penyerapan. berfungsi agar tegangan yang dihasilkan
Berkurangnya lama penyinaran menjadi stabil pada tegangan kerja yang
matahari harian, ataupun pengurangan diharuskan. Energi yang dihasilkan
jumlah penyinaran dalam satu tahun dapat langsung dipergunakan untuk
dapat mengindikasikan peningkatan menyalakan peralatan listrik yang
jumlah polutan di udara. membutuhkan arus searah atau DC.
Manfaat cahaya matahari adalah Untuk mengoperasikan peralatan listrik
sebagai energi yang terbarukan untuk yang membutuhkan arus bolak-balik
mengatasi krisis energi khususnya (DC) maka digunakan converter. Alur
minyak bumi. Potensi energi matahari di pemanfaatan energi fotovoltaik
Indonesia adalah sangat besar yaitu ditunjukkan pada Gambar 3-1.
sekitar 4,8 KWh/m2 atau setara dengan Lama penyinaran matahari akan
112.000 GWp, namun yang sudah berpengaruh terhadap aktivitas makhluk
dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. hidup, yaitu pada manusia, hewan, dan
Roadmap yang disusun oleh pemerintah tumbuh-tumbuhan. Penyinaran yang
menyebutkan bahwa hingga tahun 2025 lebih lama akan memberi kesempatan
kapasitas pembangkit listrik tenaga yang lebih besar pada tumbuhan untuk
matahari adalah sebesar 0,87 GW atau memanfaatkannya melalui proses
sekitar 50 MWp/tahun. Untuk fotosintesis. Penelitian efek dari lama
mewujudkan hal tersebut maka perlu penyinaran matahari terhadap
dilakukan pengkajian terkait dengan pertumbuhan rumput laut melalui
lama penyinaran matahari di tempat- metode akit apung menyebutkan bahwa
tempat yang dianggap strategis. Penelitian lama penyinaran matahari berpengaruh
akan menghasilkan kesimpulan tentang terhadap pertumbuhannya (Triajie, et.al.
10
Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai.....(Saipul Hamdi)

Gambar 3-1: Alur pemanfaatan energi fotovoltaik untuk kebutuhan sehari-hari (sumber http://
www.ozkanenerji.com/galeri/2525/fotovoltaik.html diunduh tanggal 7 Mei 2014)

2012). Dalam penelitiannya terhadap Pengamatan Dirgantara Watukosek


kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) (sejak 2013), dan direncanakan untuk
di Jakarta Utara tahun 1999-2003 melakukan pengamatan di Balai
dinyatakan bahwa tidak ada hubungan Pengamatan Dirgantara Pontianak
bermakna antara hari hujan dengan (2014), serta Universitas Sam Ratulangi
insiden DBD (Sungono, 2004). Berbeda Manado (2015). Pengamatan LPM yang
halnya dengan penelitian yang dilakukan di LPA Sumedang mengguna-
dilakukan di Bogor yang menyimpulkan kan Campbell Stokes Recorder, sedangkan
bahwa terdapat hubungan yang pengamatan LPM di Bandung dan
bermakna antara lama penyinaran Watukosek menggunakan peralatan tipe
matahari dengan insiden DBD (Silaban, terbaru yang tidak menggunakan kertas
2005). Selanjutnya, Penelitian yang pias, demikian juga dengan pengamatan
dilakukan oleh Depkes menyimpulkan yang akan dilakukan di BPD Pontianak
bahwa intensitas atau lama pencahayaan dan Unsrat Manado.
matahari sangat berpengaruh dengan Pengukuran LPM yang dilakukan
suhu dan kelembapan yang ada di oleh Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer
sekitarnya (Sitorus, 2003). (PSTA) lebih dititikberatkan pada
hubungannya dengan iklim, cuaca, dan
4 KEGIATAN DI LAPAN polusi udara. Lama penyinaran
Pengukuran Lama Penyinaran matahari seringkali dikaitkan dengan
Matahari (LPM) dilakukan oleh Pusat musim. Musim penghujan didominasi
Sains dan Teknologi Atmosfer yang oleh pendeknya penyinaran matahari
sebelumnya bernama Pusat harian sedangkan musim kemarau
Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, ditandai dengan banyaknya jumlah hari
melalui Bidang Komposisi Atmosfer (d.h. cerah yang berarti lama penyinaran
Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi harian yang lebih panjang. Perubahan
Udara) pada beberapa stasiun pola lama penyinaran matahari bisa
pengamatan, yaitu di Bandung (sejak berdampak terhadap pembentukan uap
2013), loka Pengamatan Atmosfer air dalam rangkaian proses
Sumedang (sejak 2006), Balai pembentukan awan hujan.
11
Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:7-16

Ketersediaan air (baik kualitas maupun Schmidt (1950) mengelompokkan


kuantitas) menjadi hal yang sangat stasiun pemantauan sinar matahari di
penting dalam pembangunan ekonomi Pulau Jawa sesuai dengan kelas
dan sosial, termasuk produksi pangan, ketinggian tempat dan menghasilkan
penyediaan air bersih untuk kebutuhan hubungan yang jelas antara persentase
rumah tangga, sektor industri dan juga
penyinaran matahari dengan ketinggian
untuk produksi listrik tenaga air. Pada
tempat (Gambar 4-1). Dari Gambar 4-1
stasiun-stasiun meteorologi yang
terlihat bahwa sinar matahari rata-rata
dikelola oleh BMKG, lama penyinaran
menurun tajam sesuai dengan
matahari hanya dicatat antara pukul
08:00 hingga 16:00 (Rob Van der Weert, ketinggian tempat. Walaupun di dataran
1994) sedangkan pencatatan yang tinggi penurunan ini sedikit dinetralisir
dilakukan oleh Lapan di Bandung dan oleh kenaikan intensitas radiasi
Watukosek adalah secara otomatis matahari namun sampai ketinggian
selama 24 jam. Secara rata-rata, kurang lebih 2000 meter penerimaan
persentase penyinaran matahari antara radiasi matahari total adalah menurun,
pukul 08:00 dan 16:00 adalah lebih dan di atas ketinggian tersebut adalah
tinggi dibandingkan dengan persentase tetap.
penyinaran matahari harian. Dari Gambar 4-2 adalah hasil
pengolahan data lama penyinaran pengukuran lama penyinaran matahari
matahari tiap jam di stasiun Jakarta,
di Bandung pada bulan Desember 2013.
Bogor dan Gunung Pangrango, terlihat
Jumlah hari pengamatan adalah 31 hari
bahwa rata-rata persentase penyinaran
matahari harian akan lebih rendah bila namun pada tanggal 22 Desember
dibandingkan dengan periode antara terjadi kesalahan fungsi pada alat yang
jam 08:00 dan 16:00. Ketidakseragaman digunakan sehingga data yang
penyebaran sinar matahari pada jam- dihasilkan menjadi tidak benar (di
jam siang hari berhubungan dengan dalam gambar ditandai dengan no
formasi awan cumulus yang data). Lama penyinaran pada bulan
menunjukkan keragaman harian yang Desember sangat bervariatif dari 0 jam
tegas. Di daratan, pembentukan awan hingga mencapai 9,7 jam dan dapat
maksimum ini secara normal terjadi
dikaitkan dengan keadaan cuaca sehari-
setelah tengah hari, sedangkan di laut
hari. Pada tanggal 8, 14, 20, 30 dan 31
maksimum pembentukannya sebelum
matahari terbit (Schmidt, 1950). penyinaran matahari memiliki durasi
yang sangat singkat yaitu kurang dari 1
jam/hari sehingga bisa dipastikan
bahwa pada tanggal-tanggal tersebut
Kota Bandung ditutupi oleh awan
sepanjang hari. Hal yang berbeda terjadi
pada tanggal 26 s.d. 29 Desember, yaitu
lama penyinaran matahari memiliki
durasi 7,2 9,4 jam/hari atau lebih dari
separuh hari tersinari oleh matahari.
Namun demikian, pada hari-hari selain
tanggal tersebut, lama penyinaran
matahari sangat singkat kurang dari 6
jam dan dapat diasosiasikan dengan
Gambar 4-1: Penyinaran matahari sebagai
cuaca mendung yang menyelimuti kota
fungsi dari ketinggian tempat
(Schmidt, 1950) Bandung.
12
Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai.....(Saipul Hamdi)

Lama Penyinaran Matahari, Bandung, Desember 2013

12
10
8
Jam

6
4
2
0
1 6 11 16 21 26 31
tanggal

Gambar 4-2: Lama penyinaran matahari di Bandung pada bulan Desember tahun 2013

Statistika lama penyinaran mendung dan tertutup oleh awan,


matahari pada bulan Nopember dan bahkan terjadi hujan sepanjang hari.
Desember 2013 ditunjukkan pada Lama penyinaran yang pendek
Gambar 4-3. Data pada bulan-bulan mengindikasikan bahwa sinar matahari
tersebut dikelompokkan dalam interval terhalang oleh awan yang tebal sehingga
setiap 2 jam sehingga diperoleh 6 intensitasnya kurang dari 120 watt/m2.
kelompok data. Secara umum terlihat Analisis yang lebih dalam dapat
pada statistika bulan Desember dilakukan dengan menggunakan data
mengikuti distribusi normal yaitu data curah hujan yang tersedia, meskipun
sebagian besar terpusatkan pada lama penyinaran matahari dapat
kelompok data yang lebih kecil. Alat menjadi alat untuk praduga awal
pengukur lama penyinaran matahari terjadinya hujan.
Bandung baru terpasang pada awal Penyinaran matahari pada bulan
bulan Nopember, dan memberikan data Desember 2013 didominasi oleh lama
yang benar mulai tanggal 7 Nopember penyinaran matahari 0-2 jam/hari yaitu
sehingga tidak ada data lama sebanyak 12 hari pengamatan sedangkan
penyinaran matahari yang tercatat lama penyinaran matahari terpanjang
sebelum tanggal 7 Nopember. Hingga adalah 8,1-10 jam/hari yaitu sebanyak
tanggal 17 di bulan yang sama lama 2 hari. Lama penyinaran matahari yang
penyinaran matahari relatif singkat dan pendek selain disebabkan oleh awan,
kurang dari 5 jam/hari sedangkan dapat juga disebabkan oleh polusi udara
tanggal 18-31 Nopember lama penyinaran yang pekat, misalnya asap hasil
matahari adalah relatif panjang yaitu pembakaran hutan, dan polutan-
lebih dari 5 jam/hari. Hal ini sangat polutan lain yang berasal dari aktivitas
berbeda jika dibandingkan dengan manusia. Karena itu, perubahan pola
penyinaran matahari pada bulan lama penyinaran matahari dapat
Desember 2013 yang pada umumnya menjadi indikasi awal perubahan
didominasi oleh lama penyinaran komposisi atmosfer yang terkait dengan
matahari kurang dari 5 jam/hari. Hal jumlah uap air di udara maupun
ini mengindikasikan bahwa bulan senyawa-senyawa polutan.
Desember didominasi oleh cuaca yang
13
Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:7-16

Statistika Lama Penyinaran Matahari


12
9 Des Nop

6
5
4 4
3 3 3
2 2
0

0-2 2,1-4 4,1-6 6,1-8 8,1-10 10,1-12


interval penyinaran (jam)
Gambar 4-3: Statistika lama penyinaran matahari di Bandung pada Bulan Nopember dan Desember
2013

5 PENUTUP dikelompokkan ke dalam bulan basah


Lama penyinaran matahari (DJF - Desember Januari Februari).
merupakan salah satu unsur klimatologi Bulan Desember yang ditandai dengan
yang perlu dipantau secara berkelanjutan banyaknya curah hujan memiliki lama
karena dapat mengindikasikan terjadinya penyinaran dominan 0-2 jam/hari
perubahan iklim. Pengukuran lama sebanyak 12 hari, dan sisanya
penyinaran matahari dapat dilakukan merupakan lama penyinaran matahari
menggunakan beberapa jenis recorder, 2-8 jam/hari, sedangkan bulan
dan Campbell Stokes Recorder merupakan Nopember memiliki distribusi lama
alat yang paling umum digunakan di penyinaran matahari yang relatif lebih
Indonesia, termasuk di Lapan. Alat yang merata. Sebagai institusi yang memiliki
bekerja dengan cara memfokuskan sinar kompetensi akan perubahan iklim maka
matahari ini merupakan alat yang Lapan telah melakukan pengukuran
sangat mudah pengoperasiannya dan lama penyinaran matahari di tiap-tiap
hanya memerlukan pengawasan secara stasiun pengukurannya.
harian oleh seorang operator yang telah
dilatih. Hasil pengukuran lama DAFTAR RUJUKAN
penyinaran matahari dapat dikaitkan BMKG, 2006. Peraturan Kepala Badan
dengan banyak unsur-unsur cuaca dan Meteorologi dan Geofisika nomor
iklim lainnya, termasuk polusi udara SK.32/TL.202/KB/BMG-2006.
dan kekeruhan atmosfer, sehingga Coulson, L. K., 1975. Solar and Terrestrial
pengukuran lama penyinaran matahari Radiation, Academic Press, USA.
menjadi penting. Jumlah uap air yang Lakitan, Benyamin, 1994. Dasar-dasar
melimpah di udara dalam bentuk awan Klimatologi, PT Rajawali Grafindo,
secara nyata telah memperpendek lama Jakarta.
penyinaran matahari seperti pada hasil Rob van der Weert, 1994. Hiydrological
pengukuran bulan Desember 2013 di Conditions in Indonesia,
Bandung. Dominansi yang pendek dapat Diterjemahkan oleh Hendarti,
menjadi praduga awal mengenai SMK Grafika Desa Putera,
penutupan awan bahkan kejadian hujan Jakarta.
yang terjadi di bulan tersebut. Schmidt, F.H., 1950. On the Distribution
Dari pengamatan yang dilakukan of Duration of Sunshine in Java,
di Bandung pada bulan Nopember dan Djaw. Meteor, dan Geophys.
Desember terlihat bahwa terjadi variasi Verhandelingen No. 40.
bulanan yang tidak sama. Secara teori, Silaban, D., 2005. Hubungan Iklim
bulan Nopember dikelompokkan ke dalam dengan Insiden Demam Berdarah
bulan peralihan (SON September Dengue di Kota Bogor Tahun
Oktober Nopember) dan bulan Desember 2004-2005, Skripsi, Fakultas
14
Mengenal Lama Penyinaran Matahari Sebagai.....(Saipul Hamdi)

Kesehatan Masyarakat Universitas Triajie, H., Yudhita, P., dan Mahfud


Indonesia. Efendy, 2012. Lama Pencahayaan
Sitorus, J., 2003. Hubungan Iklim Matahari terhadap Pertumbuhan
dengan Kasus Penyakit Demam Rumput Laut Eucheuma Cottonii
Berdarah Dengue di Kotamadya dengan Metode Rakit Apung,
Jakarta Timur tahun 1998-2002, Dipresentasikan pada Seminar
Tesis, Fakultas Kesehatan Nasional Kedaulatan Pangan dan
Masyarakat Universitas Indonesia. Energi 2012, Fakultas Pertanian,
Sungono, V., 2004. Hubungan Iklim Universitas Trunojoyo Madura.
dengan ABJ dan Insiden Demam WMO, 2008. Guide to Meteorological
Berdarah Dengue di Kotamadya Instruments and Methods of
Jakarta Utara tahun 1999-2003, Observation, WMO-No.8 seventh
Skripsi, Fakultas Kesehatan edition.
Masyarakat Universitas Indonesia. Yuliatmaja, M.R., 2009. Kajian Lama
Supriyanto, 2010. Analisis parameter Penyinaran Matahari dan
Klimatologi dalam Tinjauan Intensitas Radiasi Matahari
Konsep Fisika Dasar di Kota terhadap Pergerakan Semu
Samarinda, Fisika Mulawarman, Matahari Saat Solstice di
Vol 6, No. 2. Semarang (Studi Kasus Badan
Sutiknjo, Tutut D., 2005. Petunjuk Meteorologi dan Geofisika Stasiun
Praktikum Klimatologi, Fakultas Klimatologi Semarang pada Bulan
Pertanian Universitas Kediri, Juni dan September 2005 sampai
Kediri. dengan 2007), Under graduate
Tjasyono, B., 2004. Klimatologi, ITB. thesis, Universitas Negeri
Bandung. Semarang.

15
Berita Dirgantara Vol. 15 No. 1 Juni 2014:7-16

You might also like