Saya mau membagikan pengalaman saya waktu masih jadi mahasiswa
dan nge-kost. Kejadian ini terjadi kurang lebih empat tahun yang lalu. Tempat kost saya terdiri dari empat kamar.Tiga kamar terisi dan satu kamar kosong. Dari tiga mahasiswa yang nge-kost di situ hanya saya yang mahasiswa jurusan komputer. Dua orang teman saya yang lain jurusan kedokteran dan teknik sipil. Ibu kost saya kerja di salah satu bank swasta sedang bapak kost tidak saya ketahui kerjanya apa sebab mereka tidak mau menyebutkan. Yang saya tahu bapak kost kerjanya bergilir (shift). Kadang pergi pagi pulang sore kadang pergi sore pulang pagi. Saya kira pekerjaan beliau sebagai security atau pekerja pabrik. Hari itu adalah hari Sabtu. Teman saya (yang kuliah di sipil) pulang ke rumah orang tuanya dan satu lagi ada kuliah. Saya sendiri hari ini libur (tidak ada jadwal kuliah), jadi seharian saya tinggal di tempat kost saja. Karena tidak ada kerjaan (saat itu saya belum punya Internet) saya hanya melihat-lihat gambar BF saja yang saya kopi dari teman (di kampus gambar menyebar seperti virus). Karena tidak tahan saya mencopot celana dan melemparkannya ke atas kasur. Setelah itu saya bermasturbasi. Setiap selang empat menit (bila hampir ejakulasi) saya menghentikan kocokan tangan agar sperma tidak keluar. Bila sudah cooldown, saya mulai kocok lagi. Begitu seterusnya hingga saya bisa bertahan sekitar setengah jam tanpa keluar sperma. Sedang asyik- asyiknya saya mengocok penis sambil melihat layar monitor tiba-tiba pintu kamar terbuka. Saya kaget dan tidak mengira hal itu akan terjadi sebab orang lain biasanya mengetuk pintu lebih dulu. Lebih mengagetkan lagi sebab yang muncul adalah ibu kost. Sudah pasti dia melihat dengan jelas apa yang sedang saya kerjakan karena posisi saya hampir menghadap pintu yang letaknya di kiri depan. Kejadiannya begitu cepat. Secara refleks saya menutup kemaluan saya dengan kedua belah telapak tangan. Saya lihat raut muka ibu kost begitu kaget. Setelah tertegun sejenak ia berkata, "Oh maaf ... ," sambil membalikkan tubuh dan menutup pintu. Saya malu sekali. Muka rasanya merah dan panas. Jantungpun berdetak kencang. Cepat-cepat saya mengambil celana lalu memakainya. Setelah itu komputer saya matikan. Kapok, betul-betul kapok. Saya mengutuki diri sendiri yang teledor tidak mengunci pintu. Apa yang harus saya lakukan? Lama saya termenung di atas tempat tidur. Berbagai pertanyaan hadir di batok kepalaku. Mungkinkah saya diusir? Kalau tidak diusir mungkin sayalah yang pergi sebab tidak kuat menanggung malu. Tapi pergi ke mana? Hanya tempat kost ini yang murah tapi baik. Ada yang seperti ini tapi lebih mahal 50 ribu (30% lebih mahal). Saat termenung itu saya dikagetkan lagi dengan suara pintu yang diketuk. Siapa? Mudah- mudahan teman saya yang kuliah di kedokteran. Saya buka pintu perlahan.Ya Tuhan .... ternyata ibu kost! Saya takut sekali, tapi dia malah tersenyum. "Eh, ibu ...," hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Dia tetap tersenyum. Cantik sekali. "Ini Dri (nama saya Andri), ibu cuma mau ngasih surat," katanya sambil menyodorkan sepucuk surat. "Terima kasih bu," sahutku. Lalu kami terdiam beberapa saat. "Bu, maaf atas kejadian tadi," kataku memecah kesunyian. "Oh, nggak apa-apa," jawabnya," wajar kok. Semua cowok juga melakukan itu," lanjutnya. Saya tetap menunduk. Ibu kost membuka pintu lebih lebar lalu masuk ke dalam. Saya tetap berdiri terpaku di depan pintu. "Kamu belum punya pacar ya," tanyanya sambil menaruh pantat di atas kasur. "Belum bu," sahutku. "Pernah punya pacar?" tanyanya lagi. "Pernah, tapi waktu masih SMA. Sekarang sudah putus." Ibu kost memonyongkan mulutnya sambil mengangguk-angguk tanda mengerti. Lalu kami terdiam lagi. "Dri, hidupkan komputernya dong. Ibu juga mau melihat," katanya yang tentu saja mengagetkanku. "Lihat apa bu?" tanya saya pura-pura bego. Mendadak jantungku berdebar lagi. "Yang tadi barusan kamu lihat. Ayolah ... nggak usah malu-malu. Kita kan sudah dewasa." Iya bu," kataku lalu menuju ke komputer dan menyalakannya. Saat itu Windows 95 belum ada. Jadi saya pakai program DOS. Untuk melihat gambar-gambar saya memakai PV.EXE. Gambarnya juga masih kalah bagus dibanding gambar-gambar sekarang di Internet, tapi saat itu mutu seperti ini sudah cukup hebat. Saya takut jangan-jangan ini hanya jebakan ibu kost.Biarlah, diusir juga tidak apa-apa. Saya benar-benar sudah pasrah.Setelah itu saya pilih gambar yang paling aman buat ditampilkan. Ibu kost menghampiri saya. "Oh ... begini ya. Bagus juga. Ada yang lain?" tanyanya. Saya mengangguk lalu memunculkan gambar yang lain. Tidak disangka ibu kost memperhatikan gerakan tangan saya di keyboard. "Kalau mau lihat gambar yang lain, ini yang dipencet ya?" tanyanya. Saya mengangguk. Wah, cerdas juga ibu kost saya. Dalam waktu singkat dia sudah lihai mengganti-ganti gambar. Saya berniat berdiri dari kursi dan mempersilahkan ibu kost duduk tapi cepat-cepat dia berkata," Sudah, duduk saja di situ. Biar ibu berdiri," katanya. Saya tidak menyahut tapi kemudian duduk lagi di kursi.Tangan kanan ibu kost terus-menerus memainkankan keyboard sementara tangan kirinya memegang sandaran kursi. Badannya dibungkukkan hingga buah dadanya sekarang tepat ada di dekat pipi saya. Saya menjadi terangsang,apalagi aroma wangi dari tubuhnya dapat saya cium. Sepertinya wangi bunga mawar.Saya lirik buah dadanya yang besar dan kencang. Buah dada itu hanya berjarak 3 centimeter saja dari pipiku. "Tadi kamu lagi ngapain Dri," tanya ibu kost genit. Saya benar- benar merasa ditelanjangi. "Nggak usah malu-malu. Ibu tadi melihat lho," tambahnya. Saya tetap terdiam. Penis yang tadi tegang mendadak lemas. Mukaku kembali merah dan panas. "Kenapa diam? Malu ya? Nggak usah malu-malu. Ibu saja yang cewek tidak malu" Saya tetap diam seperti orang yang baru melihat setan. "Ayo dong ... lakukan lagi. Ibu mau melihat," katanya sambil berjalan menuju pintu dan menutupnya. Sekarang saya benar-benar yakin ibu kost marah.Celaka, pasti ibu kost sebentar lagi mengusirku."Malu ya? Kalau begitu biar ibu yang membuka." Ia menghampiriku lalu berjongkok dekat pahaku. Kedua tangannya menjulur berusaha membuka ritsleting celanaku. Saya berusaha mencegah tapi tangannya yang lembut itu sekarang sudah masuk dan memegang k